• Tidak ada hasil yang ditemukan

Slide tentang Gratifikasi

N/A
N/A
Victor Nakmanas

Academic year: 2023

Membagikan "Slide tentang Gratifikasi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GRATIFIKASI

Nama: Victor C. Nakmanas Kelas:3B

Nim:PO5303330210890

(2)

PENGERTIAN

Gratifikasi adalah istilah yang sering

terdengar dalam kasus korupsi dan suap, yang mengacu pada tindakan memberikan hadiah atau imbalan kepada seseorang

dengan maksud mempengaruhi atau

memperoleh keuntungan.Gratifikasi bisa berupa uang, barang, atau jasa yang

memiliki nilai, dan bisa diberikan secara

langsung atau melalui perantara.

(3)

DASAR HUKUM

Pasal 12B ayat (1) UU No. 31 tahun 1999 jo UU No. 20/ 2001 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, berbunyi: setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap memberi suap, bila berkaitan dengan kedudukannya dan bertentangan dengan kewajiban atau tugasnya.

Maknanya: Setiap gratifikasi (pemberian hadiah atau keuntungan lainnya) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dan melakukan penerimaan, maka penerimaan itu melibatkan pelanggaran hukum pidana seumur hidup atau penjara dengan jangka waktu minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun.

(4)

KRITERIA GRATIFIKASI YANG DILARANG

Gratifikasi yang diterima berhubungan dengan jabatan

Penerimaan tersebut dilarang oleh peraturan

yang berlaku, bertentangan dengan kode

etik, memiliki konflik kepentingan atau

merupakan penerimaan yang tidak patut

atau tidak wajar

(5)

PENYELENGGARA NEGARA YANG WAJIB MELAPORKAN GRATIFIKASI

Pegawai pada : MA, MK

Pegawai pada Lembaga Kementrian/Departemen & Lembaga pemerintahan Non departemen

Pegawai pada Kejaksaan agung

Pegawai pada Bank Indonesia

Pimpinan dan Pegawai pada Sekretariat MPR/DPR/DPD/DPRD Propinsi/Dati II

Pegawai pada Perguruan Tinggi

Pegawai pada Komisi atau Badan yang dibentuk berdasarkan UU, Keppres maupun PP

Pimpinan dan pegawai pada Sekr. Presiden, Sekr. Wk. Presiden, Sekkab dan Sekmil

Pegawai pada BUMN dan BUMD

Pegawai pada Badan Peradilan

Anggota TNI dan POLRI serta Pegawai Sipil dilingkungan TNI dan POLRI

Pimpinan dan Pegawai dilingkungan Pemda Dati I dan Dati I

(6)

ALUR PELAPORAN GRATIFIKASI

Pelaporan penerima

Unit pengendalian

Penyaluran laporan gratifikasi ke

KPK

Penanganan gratifikasi oleh KPK RI

(7)

CONTOH KASUS GRATIFIKASI

Contoh kasus gratifikasi menjerat Mantan Bupati Bogor Rachmat Yasin. Iya ditetapkan sebagai tersangka kasus penerimaan gratifikasi pada tahun 2020. kini sudah

dieksekusi ke Lembaga pemasyarakatan sukamiskin, Rahmat Yasin merupukan terpidana kasus di lingkungan pemerintahan kabupaten bogor, Rahmat Yasin disebut menerima gratifikasi dari SKPD kabupaten bogor dengan total sekitar Rp 8,9 miliar untuk kepentingan pemilihan

bupati dan wakil bupati bogor pada tahun 2013 dan pemilu 2014.

(8)

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Referensi

Dokumen terkait

Dalam undang-undang ini, tidak semua pemberian yang diterima oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara dapat dikategorikan sebagai gratifikasi.. Untuk dapat dimasukkan sebagai

(1) Pejabat/Pegawai yang tidak dapat menolak karena memenuhi kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib melaporkan gratifikasi tersebut kepada KPK atau kepada

Insan BPUI wajib melaporkan penolakan Gratifikasi yang diberikan pihak lain kepada UPG dengan menggunakan formulir yang sudah ditetapkan selambat- lambatnya 10 (sepuluh) hari

Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara yang melakukan tindak pidana korupsi dalam hal menerima gratifikasi pelayanan seksual dapat dijerat pasal 5 ayat (2), pasal 12 huruf a dan

Yaitu gratifikasi yang diterima oleh Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang berhubungan dengan jabatannya dan tidak berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya

20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi berbunyi: “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,

Pejabat/Pegawai USU yang tidak dapat menolak karena memenuhi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat I wajib melaporkan Gratifikasi tersebut kepada KPK atau melalui

Itulah mengapa Pasal 12 B ayat (1) huruf a mengatur tentang pembalikan beban pembuktian kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang diduga