• Tidak ada hasil yang ditemukan

SLIDE TENTANG NEW TOWN (KOTA BARU)

N/A
N/A
riri arinda

Academic year: 2023

Membagikan "SLIDE TENTANG NEW TOWN (KOTA BARU)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

NEW TOWN (KOTA BARU)

KULIAH – 10 S2-sipil unila

(2)

SILABUS: 4. Wilayah Perkotaan

Komponen kelima (5) adalah PERKOTAAN

(New Town, Urban Sprawl, Slum area)  (Dr.

Citra Persada)

Unsur-unsur Kota Baru

Kota Baru di Asia dan negara ke 3

Kebijaksanaan Kota Baru di Indonesia

Issu Pengembangan Kota Baru di Indonesia

Contoh Kasus: Kota Baru di Lampung

(3)

Wilayah Anglomerasi di Indonesia

Source: CMEA, 2011 MEBIDANGRO

Population : 3.9 million Area : 2,750 km2

JABODETABEK Population : 28 million

Area : 6,683 km2

BANDUNG RAYA Population : 7.9 million

Area : 3,383 km2

GERBANG KERTASUSILA Population : 6.5 million

Area : 2,117 km2

SARBAGITA Population : 1.4 million

Area : 724 km2

MAMMINASATA Population : 2.4 million

Area : 2,462 km2 KEDUNGSEPUR

Population : 4.7 million Area : 3,269 km2 PALEMBANG RAYA

Population : 2.4 million Area : 1,134 km2

KARTAMANTUL Population : 2.4 million

Area : 1,114 km2

CIAYUMAJAKUNNG Population : 2.3 million

Area : 1,026 km2

BANJAR BAKULA Population : 1.9 million

Area : 3,405 km2

3

(4)

PENDAHULUAN

“Baru” Dlm “Mitos Kebaruan”

Sejak Umat Mns ada  Kota Baru Atau Permukiman ada  Ada Yg Cepat Ada Yg Lambat

Pembangunan adl Proses Dan Kota Selalu Lebih Lama Daripada Masyarakatnya

“Merencana Jauh Di Luar Kota” Dgn “Kota Pedesaan” Tetap Utopia

(5)

TYPE KOTA BARU

1. Proyek Asli, Besar & Ambisius (Islamabad, Brasilia Dan Dodoma)  Administrasi???

2. Kota Satelit  Kota Baru Yg Dekat Dgn

Kota Besar (Sing, Hongkong, Bangkok, Kl, Soul, Jkt, Bombay)  Ekonomi????

3. Permukiman Besar  Intervensi Karachi, New Delhi, Nairobi, Lima  Kota

Penglaju/Commuter ??

(6)

TIGA TINGKAT URBANISASI

TRANSISI MASYARAKAT PERTANIAN  INDUSTRI

 3 TINGK. URBANISASI :

1. Migrasi Desa  Kota Dgn Perluasan Industri Di Perkotaan

2. Tumbuhnya Masy. Industri Scr Penuh Dgn Tamb.

Pdpt Semua Pddk Dan Perbaikan Kota-kota 

Masy Indstri Di Pinggiran Kota  Kota Satelit Dgn Fungsi Utama Permukiman Penduduk

3. Peralihan Ke Masy. Pasca Industri Tingk

Kepemilikan Kend. Tinggi; Sektor Tersier Besar;  Kota Baru Metropolitan Tdd Perumahan, Industri, Perdag. Dan Jasa Lainnya.

(7)

UNIVERSALITAS

VS KONTEKSTUALITAS

Universalitas :

 Politis & Adm

 Kebebasan MASY BARU

 Mengontrol Keresahan Sosial*

Kontekstualitas :

 Konsep Perenc & Pelaksanaan  Ger. Kota Baru Dgn Prinsip Pemerataan,

Pendistribusian, Integrasi Sosial, Kesehatan, Demokratis, Kemandirian*.

(8)

MODEL FISIK KOTA BARU

PERDEBATAN

TIRUAN KONTEKS BUDAYA ASING BUKAN

EKSPRESI FISIK ARSITEKTUR DLM SENDIRI  INGIN DITOLAK

CONTOH: SINGAPURA MENINGGALKAN

BUDAYA RUKO DI KOTA LAMA PD KOTA BARU DGN MODEL SUPERBLOK

(9)

PEMISAHAN DAN INTEGRASI

Kota Baru Kontemporer Ada Pemisahan Fungsi-fungsi  Tiap Bag. Direncanakan Terpisah Tp Sedikit Interaksi Ke Dlm

Komplek, Simbiotik, Tumpang Tindih.

Kota Yg Hidup Adl Multifungsi

Motif Utama Kota Baru: Konsep Perenc.

Mekanistik Sbg Refleksi “Makhluk

Ekonomi” Bukan Elemen Esensial Dr Interaksi Manusia (Budaya, Gotong Royong, Bermasayarakat Dll)

(10)

PRINSIP VS KENYATAAN

Kenyataan: Mekanisme Terpusat & Otoriter

 Tdk Keputusan yang Demokratis Contoh:

Singapura

Kenyataan: Pemisahan Sosial  Tdk Integrasi Sosial Dan Persamaan

(11)

KONSEP NEW TOWN

KOTA MANDIRI (SELF SUSTAINED)

JARAK DARI KOTA INDUK MIN 20 KM

BEDA KOTA BARU IND (ASIA) DGN NEGARA BARAT :

1. KAMPUNG SUDAH ADA JAUH SBLM MUNCUL

KOTA ATAU KAWASAN KOSONG TP PENINGK JML PDDK LAMBAT KRN PENGLAJU/ COMMUTER

2. TERGANT. INSIATIF SWASTA TP DI BARAT:

KOORDINASI PEMERINTAH

(12)

AGEN/BADAN OTORITA

PERSYARATAN:

1. KEKUASAAN UTK MLKKN PERENC. PENYEDIAAN LAHAN DLL

2. SEBAGIAN BESAR LAHAN DIMILIKI AGEN INI 3. DANA TERSEDIA KHUSUSNYA UTK MEMBELI &

MEMATANGKAN LAHAN

4. KONSISTENSI KEBIJAK. PD SEMUA TINGKT PEMERINTAHAN

(13)

PRASARANA KOTA BARU

50 % dr investasi utk prasarana dan ini dibebankan pada pddk  tdk utk pddk berpenghasilan rendah

Bgm konsep kota baru yg berarti bagi pddk berpenghasilan rendah?

Walaupun kota baru dgn industri skala besar

 lap. kerja bg masy. berpenghasilan rendah

 tapi masih cend memb. perumahan mahal

Perlu kebijakan pemerintah yg memberi

akses utk masyarakat berpenghasilan rendah

(14)

KOTA BARU INDONESIA

Kota baru kebayoran  kota satelit jkt  ide belanda sebelum pd ii karsten 

menjadi kebayoran baru

1949  desain soesilo  6000 rumah ; 15 km dari jkt  100.000 pddk

Perkemb. pesat ; tdk terkontrol  jadi bagian metropolitan jkt

Hasil evaluasi:

 slum area bercampur

 pertumb. cepat  macet

 menjadi kutub pertumb. baru bukan kota satelit

(15)

KOTA BARU : PST PEMERINTAHAN

PUSAT PEMERINTAHAN/IBUKOTA PROV.

1955 : PALANGKARAYA (KALTENG)

1963 : PEKANBARU (RIAU)

1965 : BANJAR BARU (KALSEL)

PUSAT PEMERINTAHAN/IBUKOTA KABUPATEN

KOTA BARU MANDIRI (CIBINONG, TIGARAKSA)

KOTA SATELIT (BALE ENDAH)

PERLUASAN KOTA (SOREANG, SLAWI)

(16)

KOTA BARU INDUSTRI

BERAGLOMERASI  BUTUH PERUMAHAN PEKERJA; PELAYANAN; PERKANTORAN;

DSB.

CILEGON, LHOKSUMAWE & BONTANG  INDUSTRI

ENCLOVES  TDK TERINTEGRASI DGN PDDK LOKAL

JABODETABEK (MENEKAN URBANISASI KE JKT  DEPOK: ASRAMA; BEKASI : INDSTRI),

GERBANGKERTOSUSILA (GERSIK, BANGKALAN, MOJOKERTO, SRBY, SIDOARJO DAN LAMONGAN)

MEBIDANG (MEDAN, BINJAI, DELISERDANG)

(17)

EVALUASI KOTA BARU IND.

Tujuannya Focus pada penekanan pemb angunan perumahan di Kota, pdhl

seharusnya menjadi bag & kebijakan pemb. wilayah, distribusi pddk &

kesempatan kerja

Analisis Lokasi Dan Tapak Penting,

Kenyataannya Hanya Politis-administratif

Pengadaan Lahan adalah Isu Kunci  lama dan perlu dikemb. integrasi kota baru dgn pddk lokal  konsolidasi lahan

(18)

EVALUASI……..

kota baru mandiri sulit dilaksanakan (JKT &

SRBY) krn pddk kota baru biasanya yg sdh mapan dan rmh tsb bukan yg pertama  perlu menciptakan peluang kerja dan

mempertimb. sektor informal utk integrasi dgn pddk lokal

kemampuan teknis prov/kab. lemah

partisipasi sektor swasta kurang  perlu ditingkatkan

kurang anggaran pemb. kota baru

(19)

KOTA BARU PELITA V

PROGRAM KOTA BARU DI IND. AWAL 90-AN

KOTA SERPONG (BUMI SERPONG DAMAI) :

 INISIATIF SWASTA;

 PEMERINTAH: HAL ADM & RENCANA

 20 KM DARI JKT

 6000 HA ;

 DLM 20-25 TH :530.000 PDDK  40 % PENGLAJU (COMMUTER)

 60 % RUMAH MURAH, 30 % RMH

MENENGAH DAN 10 % RUMAH MEWAH

(20)

KOTA BARU BEKASI

8 KM TIMUR JKT

1500 HA LAHAN

 600 HA INDUSTRI, PERDAG. &

PERKANTORAN

 190 HA JALAN & UTILITAS

 710 HA PERUMAHAN & FASILITAS JML PDDK 500.000

(21)

PENUTUP

BAGAIMANA DGN KOTA BARU NATAR ATAU JATIAGUNG?

LUAS 4000 - 6000 HA (TAHAP I 1669 HA)

20 -30 % RUANG TERBUKA HIJAU

INFRASTRUKTUR : JALAN MASUK SULTAN AGUNG

PERKANTORAN PEMERINTAH & SWASTA, PERUMAHAN, KOMERSIAL, PARIWISATA, INDUSTRI BERSIH

(22)

PERENCANAAN KOTA BARU PUSAT

PEMERINTAHAN PROVINSI LAMPUNG

11/2/23

(23)

1999: ERA OTONOMI DAERAH  LAHIR KAB/KOTA BARU  KOTA PUSAT

PEMERINTAHAN BARU

2007 : RENCANA PEMBANGUNAN KOTA BARU SBG PUSAT PEMERINTAHAN

PROVINSI LAMPUNG

LOKASI BBRP KALI BERUBAH (NATAR, WAY HUI DAN PURWOTANI LOKASI

TERAKHIR : BERADA PADA REGISTER 40 (HUTAN PRODUKSI) BELUM ADA IJIN MENHUT

DLM PROSES USULAN IPHHK-HTI DI REGISTER 40

PENDAHULUA

N

(24)

11/2/23

11/2/23

LOKASI

KOTA BARU LAMPUNG

(25)

11/2/23

KONDISI UMUM

I. LOKASI KOTA BARU LAMPUNG

P ET

A A D MI

NI S T R A SI

Kota Baru Lampung terletak pada Areal Hutan Produksi

Gedong Wani Register 40 seluas ± 30.111 Ha dengan Fungsi Hutan Produksi Tetap

(HP).

KAB. LAMPUNG SELATAN

KAB. LAMPUNG TIMUR

(26)

26

REGIONAL AKSES

(27)

11/2/23

II. FUNGSI KAWASAN

Berdasarkan Peta Kawasan Hutan Provinsi Lampung Skala 1 : 250.000 (Lampiran SK Menhut No. 256/Kpts- II/2000 Tgl 23 Agustus 2000), Peta Hasil Pengukuran

Pemancangan Batas Definitif Kawasan Hutan Produksi Tetap Way Katibung I Register 5, Way Katibung II Register 35, Way Kibang Register 37 dan Wani Register 40 Kabupaten Dati II Lampung Selatan Provinsi Dati I Lampung Skala 1 : 25.000 (lampiran BATB tanggal 29 Maret 1996), Areal Rencana Kota Baru berada pada kawasan dengan Fungsi Hutan Produksi Tetap (HP).

Berdasarkan Peta Kawasan Hutan Provinsi Lampung Skala 1 : 250.000 (Lampiran SK Menhut No. 256/Kpts- II/2000 Tgl 23 Agustus 2000), Peta Hasil Pengukuran

Pemancangan Batas Definitif Kawasan Hutan Produksi Tetap Way Katibung I Register 5, Way Katibung II Register 35, Way Kibang Register 37 dan Wani Register 40 Kabupaten Dati II Lampung Selatan Provinsi Dati I Lampung Skala 1 : 25.000 (lampiran BATB tanggal 29 Maret 1996), Areal Rencana Kota Baru berada pada kawasan dengan Fungsi Hutan Produksi Tetap (HP).

(28)

11/2/23

III.IKLIM

IKLIM D

6,469 Ha (21,5%)

IKLIM C

23.642 Ha (78,5%)

Berdasarkan Peta Agroklimat Pulau Sumatera Skala 1 : 2.500.000 LPT Bogor 1979 (Schmidt &

Ferguson) adalah iklim C & D.

Iklim C kategori agak basah (nilai Q 33,3 - 60 %) dengan curah hujan > 100 mm, Iklim D kategori

sedang (nilai Q = 60 - 100 %) dengan curah hujan antara 60 - 100 mm.

(29)

11/2/23

IV.FISIOGRAFI

Kondisi fisiografi lapangan secara umum adalah

Datar, dengan luas 27,418 Ha (91.06%).

NO. KELERENGA N

LUAS (Ha) (%) 1. A (0-8%) 27,418 91.06 2. B (9 – 15%) 2,439 8.10 3. C (16 – 25%) 254 0.84 JUMLAH 30.111 100,0

KELERENGAN KELERENGAN

(30)

11/2/23

V. GEOLOGI DAN TANAH

NO FORMASI GEOLOGI LUAS

(Ha) (%)

1. Batuan Gunung Api 734 2.44

2. Batuan Plutonik Mesozoikum 4,515 14.99 3. Batuan Sedimen Tersier 24,862 82.57 JUMLAH 30.111 100,00

GEOLOGI GEOLOGI

Batuan gunung api yang meliputi hampir seluruh wilayah, terdiri dari endapan gunung api (Qhw), tufa Lampung (Qlv), dan andesit tua (Tov). Batuan-batuan ini membentuk tanah latasol dan padsolik yang memiliki tingkat kesuburan tanah rendah.

Batuan sedimen, sebagian besar terdapat di bagian utara dan selatan. Batuan ini membentuk tanah padsolik yang memiliki tingkat kesuburan tanah rendah.

Batuan Beku, banyak terdapat di bagian selatan.

(31)

11/2/23

Mediteran Merah Coklat

14,295 Ha (47,47%)

Komplek Podsolik Merah Kuning dan Latosol

14,295 Ha (47,47%)

Komplek Aluvial dan Glei humus

14,295 Ha (47,47%)

TANAH TANAH

Jenis-jenis tanah tersebut merupakan tanah MARJINAL, tetapi cocok untuk dikembangkan sebagai areal hutan tanaman dengan jenis fast growing species yang mampu beradaptasi dengan kondisi tanah miskin hara.

Pembangunan Hutan Tanaman diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kesuburan lahan/tanah.

(32)

11/2/23

VI.HIDROLOGI

Areal Kota Baru termasuk kedalam DAS/Sub DAS Way Sekampung.

DAS Way Sekampung memiliki luas 6.854,21 km², dimana bagian hulunya merupakan lokasi waduk Batutegi (Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus), sedangkan muaranya berada di pantai timur Lampung.

(33)

Data Tahun 2010: Debit DAS Way Sekampung pada musim hujan maksimum sebesar 1.646 m³/dt dan pada musim

kemarau minimum sebesar 19,55 m³/dt, dengan Q sebesar 84,18 : 1.

Untuk sebuah DAS yang kondisinya masih baik, besarnya Q adalah 15 : 1 atau maksimum 20 : 1.

Dengan demikian, DAS Way Sekampung tersebut sudah dalam kondisi “gawat darurat”.

Faktor penyebab utama kondisi “gawat darurat” ini adalah kerusakan hutan dan pertanian lahan kering, seperti yang telah diuraikan di atas.

(34)

11/2/23

VII.PENUTUPAN LAHAN

BERDASAR KAN :

Peta Penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Path/Row 123/064 Liputan Tanggal 26 April 2010 Skala 1 : 100.000

(35)

11/2/23

NO. PENUTUPAN LAHAN LUAS

(Ha) (%)

1. Belukar (B) 308 1.02

2. Perkebunan (Pk) 275 0.91

3. Pertanian Lahan Kering (Pt) 21,267 70.6 4. Pertanian Lahan Kering (Pc) 3,865 12.8 5. Lahan tebuka (T) 2,024 6.72 6. Pemukiman (Pm) 2,287 7.60

7. Pabrik 85 0.28

JUMLAH 30,111 100

BERDASARKAN :

Peta Penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Path/Row 123/064 Liputan Tanggal 26 April 2010 Skala 1 : 100.000

PENGGUNAAN LAHAN

(36)

KONDISI REGISTER 40:

1. Areal pencadangan calon lokasi Pusat

Pemerintahan dan Ibukota Provinsi Lampung seluas ± 1.500 Ha.

2. Areal permohonan berada pada kawasan dgn Fungsi Hutan Produksi Tetap (HP),

3. Eks IUPHHK-HTI PT. Darmala Hutan Lestari (SK Pencabutan MENHUT No.

SK.248/Menhut-II/2011 tgl 2 Mei 2011), 4. Penggunaan kaw. Hutan Penambangan batu

andesit (Galian C) A.n PT. Sumber Jaya Prima Kencana seluas ± 17,2 Ha (SK Menhut No. 360/Menhut-II/2010 tgl 10 Juni 2010), 5. Penggunaan kaw. Hutan Penambangan batu

andesit (Galian C) A.n PT. Inti Nusa Permata seluas ± 20 Ha (SP Prinsip Menhut No.

215/Menhut-VII/2009 tgl 24 Maret 2009), 6. Penggunaan kaw. hutan untuk pabrik tepung

tapioka A.n. PT. Darma Agrindo seluas ± 82,5 Ha (SK Menhut No. 378/Menhut-II/2006 tgl 26 Juni 2006),

KONDISI REGISTER 40:

1. Areal pencadangan calon lokasi Pusat

Pemerintahan dan Ibukota Provinsi Lampung seluas ± 1.500 Ha.

2. Areal permohonan berada pada kawasan dgn Fungsi Hutan Produksi Tetap (HP),

3. Eks IUPHHK-HTI PT. Darmala Hutan Lestari (SK Pencabutan MENHUT No.

SK.248/Menhut-II/2011 tgl 2 Mei 2011), 4. Penggunaan kaw. Hutan Penambangan batu

andesit (Galian C) A.n PT. Sumber Jaya Prima Kencana seluas ± 17,2 Ha (SK Menhut No. 360/Menhut-II/2010 tgl 10 Juni 2010), 5. Penggunaan kaw. Hutan Penambangan batu

andesit (Galian C) A.n PT. Inti Nusa Permata seluas ± 20 Ha (SP Prinsip Menhut No.

215/Menhut-VII/2009 tgl 24 Maret 2009), 6. Penggunaan kaw. hutan untuk pabrik tepung

tapioka A.n. PT. Darma Agrindo seluas ± 82,5 Ha (SK Menhut No. 378/Menhut-II/2006 tgl 26 Juni 2006),

(37)

11/2/23

KEPEMILIKAN DAN PENGUASAAN LAHAN DI AREAL REGISTER 40

•100 % AREAL SUDAH DIKUASAI OLEH MASYARAKAT LOKAL MAUPUN MASYARAKAT LUAR KAWASAN

•AREAL TERSEBUT TELAH DIPERGUNAKAN SEBAGAI PEMUKIMAN , LAHAN PERTANIAN-PERKEBUNAN , DSB

•SEBAGIAN AREAL BAHKAN TELAH MENDAPATKAN SERTIFIKAT DARI BPN

CONTOH SAAT INI YANG BARU DIKETAHUI :

DI DESA SENDANG ANOM, SEKAMPUNG UDIK, LAMPUNG TIMUR ADA 1.269 SERTIFIKAT TELAH DITERBITKAN (LUAS 644,8 HA) DARI DATA TSB 1.146 BIDANG TELAH DISERAHKAN (LUAS 582,35 HA).

DI DESA TRANS TANJUNGAN, KETIBUNG, LAMPUNG SELATAN LEBIH KURANG ADA 300 HA TELAH DITERBITKAN SERTIFIKAT.

(38)

“CLEAN AND GREEN CITY”

V I S I KOTA BARU LAMPUNG MEWUJUDKAN

PUSAT PEMERINTAHAN PROVINSI LAMPUNG YANG MENARIK ,

RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN

KONSEP

MASTERPLAN KOTA

BARU

(39)

MASTERPLAN KOTA BARU LAMPUNG

Surga bagi pejalan kaki.

Kawasan konservasi minimal 40%.

Dibangun tempat kegiatan “unik” untuk berbagai aktifitas Warga Kota (‘La Rambla Barcelona’).

Kegiatan ini berbentuk suatu PLAZA - ruang terbuka publik multi fungsi yang memanjang pada poros utama pusat kota, plaza ini bisa difungsikan sebagai pasar kaget, pasar seni, pasar festival, pusat jajan kota, fasilitas untuk olahraga, parade budaya dsb*.Dirancang area rekreasi dan olahraga disekitar danau dan tepi sungai WayHui

39

(40)

ADA KONSEP MASTERPLAN PUSAT PEMERINTAHAN 350 HA

SEDANG DISIAPKAN MASTERPLAN

KOMERSIAL DAN PERMUKIMAN 1000 HA

ADA GNRHL (KARET RAKYAT USIA 3 TAHUN)

MASYARAKAT MENOLAK GANTI RUGI Rp 2 JUTA/HA

2011: SUDAH DIBANGUN JALAN AKSES DARI BANDARLAMPUNG; PINTU

GERBANG DLL

TARGET SELESAI 2014

KONDISI INTERNAL

(41)

A SP E K E K O L O GI

Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung.

Penanggulangan dampak kegiatan kelola produksi terhadap tanah dan air (pencemaran dan perubahan tingkat kesuburan).

Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan lahan (penyiapan lahan tanpa bakar, sistem pencegahan dini dan

penanggulangan kebakaran, pengendalian hama, penyakit dan gulma).

Pengamanan tumbuhan dan satwa liar endemik, langka atau dilindungi dan habitatnya jika ditemukan di lapangan.

Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung.

Penanggulangan dampak kegiatan kelola produksi terhadap tanah dan air (pencemaran dan perubahan tingkat kesuburan).

Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan lahan (penyiapan lahan tanpa bakar, sistem pencegahan dini dan

penanggulangan kebakaran, pengendalian hama, penyakit dan gulma).

Pengamanan tumbuhan dan satwa liar endemik, langka atau dilindungi dan habitatnya jika ditemukan di lapangan.

11/2/23

RENCANA PENGEMBANGAN

REGISTER 40 OLEH PT CAPS

(42)

A S P E K S O SI A L

Penerimaan tenaga kerja lokal, menciptakan peluang berusaha dan peningkatan perekonomian lokal.

Peningkatan pendidikan, kesehatan, dan

kesejahteraan masyarakat setempat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan PHBM, terutama pada areal garapan masyarakat dan pada areal peruntukkan HTR.

Peningkatan keterampilan masyarakat lokal dibidang teknik kehutanan melalui program kemitraan usaha.

Kontribusi perusahaan terhadap pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Penerimaan tenaga kerja lokal, menciptakan peluang berusaha dan peningkatan perekonomian lokal.

Peningkatan pendidikan, kesehatan, dan

kesejahteraan masyarakat setempat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan PHBM, terutama pada areal garapan masyarakat dan pada areal peruntukkan HTR.

Peningkatan keterampilan masyarakat lokal dibidang teknik kehutanan melalui program kemitraan usaha.

Kontribusi perusahaan terhadap pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

11/2/23

(43)

Sistem Agrosilvopastoral merupakan sistem pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan, sekaligus untuk memelihara hewan ternak.

TANAMAN KEHUTANAN : JABON, SENGON, DSB TANAMAN PERTANIAN : JAGUNG, SORGHUM, DSB PETERNAKAN/PERIKANAN : SAPI ,TAMBAK, DSB

Sistem Agrosilvopastoral dibangun dengan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT/KERJASAMA OPERASI dengan POLA BAGI HASIL untuk :

Perusahaan : Pemegang IUPHHK-HTI / Mitra investor / Supervisor Masyarakat : Petani Penggarap, Koperasi Desa, Dana Cadangan,

Pembangunan Infrastruktur, Koperasi Induk

11/2/23

(44)

Pembagian Hasil Tumpang Sari :

- 70 % untuk Anggota Kelompok Tani / Petani

(5 % wajib disimpan dalam tabungan bank yang ditunjuk Koperasi)

- 30 % terdiri dari : a. Induk Koperasi : 2 %

b. Dana Cadangan : 1 % c. Koperasi Desa : 1 %

d. Infrastruktur desa : 1 % e. Perusahaan dsb : 25 %

Pembagian Hasil Produksi Tanaman Keras (Kayu):

* Pembagian Hasil Produksi Usaha peternakan, perikanan, pertambangan dan lain-lain akan diatur para pihak dengan satu perjanjian tersendiri

- 30 % untuk Anggota Kelompok Tani / Petani

- 70 % terdiri dari : a. Induk Koperasi : 5 % b. Dana Cadangan : 2 % c. Koperasi Desa : 2 %

d. Infrastruktur desa : 1 % e. Perusahaan : 60 %

(45)

I. RENCANA TATA BATAS

Panjang batas luar areal permohonan adalah ± 158, 975 km, dan telah dilaksanakan tata batas berdasarkan Peta Hasil Pengukuran Pemancangan Batas Definitif Kawasan hutan Produksi Tetap Way Katibung I Register 5, Way Katibung II Register 35, Way Kibang Register 37 dan Wani Register 40 Kabupaten Dati II Lampung Selatan Provinsi Dati I Lampung Skala 1 : 25.000 (lampiran BATB tanggal 29 Maret 1996).

Maka kewajiban kegiatan adalah pemeliharaan tata batas areal dan memenuhi biaya pengganti tata batas yang telah dilakukan.

II. RENCANA PENATAAN RUANG

Penataan ruang hutan tanaman diatur Keputusan Menteri Kehutanan No.

70/Kpts-II/1995 j.o. Kepmenhut No. 246/Kpts-II/1996 j.o. Permenhut No.

P.21/Menhut-II/2006 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri. yaitu: AREAL TANAMAN POKOK, AREAL TANAMAN UNGGULAN, AREAL TANAMAN KEHIDUPAN, AREAL KAWASAN LINDUNG, SARANA/PRASARANA.

PERENCANAAN TEKNIS KEGIATAN

11/2/23

(46)

11/2/23

Rencana Penataan Ruang

No Tata Ruang HTI Luas

Ha %

1 Luas areal Dimohon 30,111 100.00

2 Luas areal tidak diusahkan 1,748 5.81

3 Luas areal diusahakan 28,363 94.19

4 Kawasan lindung

- Buffer HL 1,308 4.34

- Tubuh air - 0.00

- Sempadan Sungai 861 2.86

- KPPN - 0.00

- KPSL - 0.00

Jumlah 2 2,169 7.20

5 Areal Tidak Efektif

- Base Camp/TPk/TPn/Persemaian 30 0.10

- Jalan 785 2.61

- Kebun Benih - 0.00

- PUP - 0.00

Jumlah 3 815 2.71

6 Areal efektif (3-(4+5)) 25,379 84.29

- Silvikultur

Tanaman Pokok 18,626 61.86

JPT/TAHUN 3,104

Tanaman Unggulan 2,945 9.78

JPT/TAHUN 196

Tanaman Kehidupan 3,808 12.65

JPT/TAHUN 635

(47)

11/2/23

PE T A PE N A T A A N A R E A L

(48)

III. PERLINDUNGAN HUTAN

Perlindungan Hutan merupakan usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan (PP N0. 45 Tahun 2004 pasal 1).

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUTAN :

1. Perlindungan Terhadap Perambahan Hutan, 2. Perlindungan Terhadap Pembalakan Liar,

3. Perlindungan Terhadap Obyek Ilmiah, Budaya dan Religi, 4. Perlindungan Terhadap Flora dan Fauna Dilindungi,

5. Pengendalian Kebakaran Hutan (Pencegahan, Penyuluhan, Peringatan, Patroli, Penyiapan Organisasi, Penyiapan Peralatan/Fasilitas),

6. Perlindungan Tanaman (Perlindungan tanaman dari kebakaran hutan, Perlindungan tanaman dari gulma/hama penyakit).

11/2/23

(49)

11/2/23

RENCANA PMDH

Mengembangkan pola pertanian intensif (agroforestry).

Mengendalikan dan menghentikan perambahan hutan khususnya penggunaan kawasan hutan secara ilegal.

Membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat dengan membuka kesempatan

kerja/berusaha.

Membantu menyediakan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai

Mendorong terwujudnya masyarakat mandiri yang memiliki prakarsa dan kapasitas untuk dapat mendayagunakan potensi sumberdaya setempat dengan penuh kesadaran berperan dan

berkepentingan secara aktif dalam upaya pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya untuk meningkatkan perlindungan hutan secara swakarsa

* Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)

(50)

PENATAAN RUANG PERKOTAAN

DALAM PANDANGAN SEKTOR SWASTA (KASUS: KOTA BARU JABODETABEK)

PENATAAN RUANG PERKOTAAN

DALAM PANDANGAN SEKTOR SWASTA (KASUS: KOTA BARU JABODETABEK)

(51)

urban spraw

l

dampak negatif

Disikapi SWASTA

Pelaku dalam Penataan Ruang

KOTA BARU

PERTUMBUHA N PENDUDUK

PERKOTAAN

KAWASAN PINGGIRAN  SUBURBANISA

SI

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

(52)

KOTA BARU DI INDONESIA:

JAKARTA, BANDUNG DAN SURABAYA

JAKARTA: TIMUR, BARAT DAN SELATAN

BANDUNG : TIMUR, BARAT, SELATAN

SURABAYA KE ARAH BARAT

PENGEMBANG PIONER:

CIPUTRA: 40 TAHUN BISNIS PROPERTY  KOTA BARU  IND. VIETNAM, KAMBOJA, INDIA, CHINA

VISI: CIPUTRA: BETTER CITY, BETTER LIFE

SETIAP KOTA UNIK DAN INOVATIF, ADA CIRI LOKAL  Kota besar di Indonesia

KOTA BARU DI INDONESIA:

JAKARTA, BANDUNG DAN SURABAYA

JAKARTA: TIMUR, BARAT DAN SELATAN

BANDUNG : TIMUR, BARAT, SELATAN

SURABAYA KE ARAH BARAT

PENGEMBANG PIONER:

CIPUTRA: 40 TAHUN BISNIS PROPERTY  KOTA BARU  IND. VIETNAM, KAMBOJA, INDIA, CHINA

VISI: CIPUTRA: BETTER CITY, BETTER LIFE

SETIAP KOTA UNIK DAN INOVATIF, ADA CIRI LOKAL  Kota besar di Indonesia

VISI SWASTA

MEMBANGUN KOTA BARU VISI SWASTA

MEMBANGUN KOTA BARU

(53)

“Mengembangkan konsep integrated

development, konsep sukses Ciputra Grup di Indonesia dan mancanegara dimana

dalam satu kawasan, di kota baru, terdapat seluruh disiplin properti, residensial,

komersial, fasilitas dan pendukungnya.

Saat ini dirinya beserta tim sedang membuat bio-climate study untuk

mendukung lingkungan hidup di kota baru yang tengah dibangunnya. (Budiarsa,

Managing Director, Ciputra).

“Mengembangkan konsep integrated

development, konsep sukses Ciputra Grup di Indonesia dan mancanegara dimana

dalam satu kawasan, di kota baru, terdapat seluruh disiplin properti, residensial,

komersial, fasilitas dan pendukungnya.

Saat ini dirinya beserta tim sedang membuat bio-climate study untuk

mendukung lingkungan hidup di kota baru yang tengah dibangunnya. (Budiarsa,

Managing Director, Ciputra).

KONSEP KOTA BARU CIPUTRA

KONSEP KOTA BARU

CIPUTRA

(54)

SWASTA DAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN: Kota Baru

SWASTA DAN PEMBANGUNAN

PERKOTAAN: Kota Baru

(55)

DALAM PERSPEKTIF ANCAMAN &

PELAYANAN YG DIBERIKAN

(56)

SWASTA: ANCAMAN PELUANG

SWASTA: ANCAMAN PELUANG

(57)

Peran swasta dlm pemb. Perumahan:

sejak PELITA IV (1984-1989)

SWASTA terus memperbaharui

kondisi lingkungan yang disesuaikan demi memenuhi keinginan dan

kebutuhan masyarakat

◦Contoh : menyediakan lingkungan yang tertata, persediaan ruang hijau yang

luas, kualitas jalan yang terawat, serta service center.

Peran swasta dlm pemb. Perumahan:

sejak PELITA IV (1984-1989)

SWASTA terus memperbaharui

kondisi lingkungan yang disesuaikan demi memenuhi keinginan dan

kebutuhan masyarakat

◦Contoh : menyediakan lingkungan yang tertata, persediaan ruang hijau yang

luas, kualitas jalan yang terawat, serta service center.

PERAN SWASTA:

PELAYANAN

PERAN SWASTA:

PELAYANAN

(58)

EKONOMI

◦ Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

◦ Mendorong lebih dari 100 macam kegiatan industri

◦ merupakan barang modal (capital goods),

SOSIAL BUDAYA

- Kota Baru mengacu pada RTRW : mewujudkan green city

- Swasta kecil dan baru ‘property’ : menimbulkan masalah

- 54,26% penduduk kota di Indonesia : merasa nyaman tinggal di kotanya.

EKONOMI

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

Mendorong lebih dari 100 macam kegiatan industri

merupakan barang modal (capital goods),

SOSIAL BUDAYA

- Kota Baru mengacu pada RTRW : mewujudkan green city

- Swasta kecil dan baru ‘property’ : menimbulkan masalah

- 54,26% penduduk kota di Indonesia : merasa nyaman tinggal di kotanya.

Swasta : Driver Factor

Swasta : Driver Factor

(59)

Peluang : UU No 4/1992 ttg Perumahan &

Pemukiman.

Hambatan /Tantangan: pembiayaan , pengadaan tanah, pembangunan

infrastruktur, biaya & prosedur perijinan, konsistensi/ penegakan hukum tata ruang, dan daya beli masyarakat yang rendah.

Harapan : penyediaan infrastruktur makro, koordinasi, pengendalian pemerintah,

konsistensi/penegakan hukum tata ruang, insentif

Peluang : UU No 4/1992 ttg Perumahan &

Pemukiman.

Hambatan /Tantangan: pembiayaan , pengadaan tanah, pembangunan

infrastruktur, biaya & prosedur perijinan, konsistensi/ penegakan hukum tata ruang, dan daya beli masyarakat yang rendah.

Harapan : penyediaan infrastruktur makro, koordinasi, pengendalian pemerintah,

konsistensi/penegakan hukum tata ruang, insentif

Peluang, Tantangan, dan Harapan

Peluang, Tantangan, dan Harapan

(60)

 

Pelaku

Kekuat an

Organi sasi

Kekuat an

Modal

Kelengka pan

Informasi

Motiva

si Konsist ensi

Kecepat an

Tindaka n

Pemerin

tah ** **** ***** * ** ***

Dunia

Usaha ***** ***** **** *** **** ****

Organisa si

Masyara kat

*** *** ***** ***** ***** ***

Individu

al - - ** *** ** ***

Tabel 1: Karakteristik para pelaku (stakeholder)

Keterangan : ***** = Sangat Baik **** = Baik*** = Cukup ** = Kurang *

= Buruk

Sumber: Haeruman, H., 2011

Karakteristik Sektor Swasta Dalam Pembangunan

Perkotaan

Karakteristik Sektor Swasta Dalam Pembangunan

Perkotaan

(61)

TIMUR (BEKASI)

1. LIPPO CIKARANG

2. KOTA BARU CIKARANG

3. KOTA LEGENDA

4. BUKIT INDAH CITY SELATAN (BOGOR)

5. BUKIT SENTUL

6. BUKIT JONGGOL CITY

7. CITRA INDAH

8. KOTA WISATA

9. TELAGA KAHURIPAN

10. SENTUL CITY

11. TAMAN METROPOLITAN

KOTA BARU DI JABODETABEK

BARAT (TANGERANG) 1. BINTARO JAYA

2. CITRA RAYA

3. LIPPO KARAWACI

4. KOTA BARU TIGARAKSA 5. BUMI SERPONG DAMAI 6. KOTA MODERN

7. ALAM SUTRA

8. GADING SERPONG 9. TELUK NAGA

UTARA

JAKARTA WATERFRONT CITY INDUSTRI :

ADA 3 KAWASAN INDUSTRI:

JABABEKA; LIPPO CKRG

SUMBER: PROCON, KOMPAS, 2011

(62)
(63)

Sampai 2011 ada 25 proyek KOTA BARU (PERMUKIMAN SKALA BESAR DAN KOTA INDUSTRI): 4000 PABRIK :

“ZONA INTERNASIONAL”  MNC

Berkembang ke poros Barat, Timur, Selatan Sesuai Master Plan Jabotabek

Pengembang : Ciputra Group: Lippo Group; Sinar Mas Group; Tga Raksa, Lymann Group

Sampai 2011 ada 25 proyek KOTA BARU (PERMUKIMAN SKALA BESAR DAN KOTA INDUSTRI): 4000 PABRIK :

“ZONA INTERNASIONAL”  MNC

Berkembang ke poros Barat, Timur, Selatan Sesuai Master Plan Jabotabek

Pengembang : Ciputra Group: Lippo Group; Sinar Mas Group; Tga Raksa, Lymann Group

SWASTA DALAM PENGEMBANGAN KOTA BARU

SWASTA DALAM PENGEMBANGAN

KOTA BARU

(64)

1. Lokasi/akses proyek tdk hanya arteri Memiliki sarana dan prasarana transp yg mandiri : regional shuttle bus, feeder

transp. dan local transp. (BSD dll).

Pengembang bangun toll jakarta - Serpong

1. Lokasi/akses proyek  tdk hanya arteri Memiliki sarana dan prasarana transp yg mandiri : regional shuttle bus, feeder

transp. dan local transp. (BSD dll).

Pengembang bangun toll jakarta - Serpong

KESUKSESAN SWASTA:

Perilaku Persaingan dlm Pelayanan;

tdk hanya kualitas desain tapi juga kemasan produk

KESUKSESAN SWASTA:

Perilaku Persaingan dlm Pelayanan;

tdk hanya kualitas desain tapi

juga kemasan produk

(65)

2. Penguasaan ”landbank”  luas utk antisipasi mahalnya harga lahan

3. Tersedianya faslitas kota yang lengkap  pendidikan, perbelanjaan, kesehatan,dan rekreasi.

80-an : ruko & lap. Golf

90-an : pendidikan unggulan (SD-SMA) dan plaza 2000 : mall, rumah sakit, theme park, universitas

unggulan atau internasional

4. Kualitas infrastruktur mikro maupun makro Air, listrik, standar di atas PLN, sistem

pembaungan sampah 3 R, taman kota yg luas atau hutan kota eco-city

5. Kehandalan tim pengelola kota (town management) stlh kerusuhan 1998

2. Penguasaan ”landbank”  luas utk antisipasi mahalnya harga lahan

3. Tersedianya faslitas kota yang lengkap  pendidikan, perbelanjaan, kesehatan,dan rekreasi.

80-an : ruko & lap. Golf

90-an : pendidikan unggulan (SD-SMA) dan plaza 2000 : mall, rumah sakit, theme park, universitas

unggulan atau internasional

4. Kualitas infrastruktur mikro maupun makro Air, listrik, standar di atas PLN, sistem

pembaungan sampah 3 R, taman kota yg luas atau hutan kota eco-city

5. Kehandalan tim pengelola kota (town management) stlh kerusuhan 1998

(66)

ANALISIS INDUSTRI KOTA

BARU

(67)

Relatif rendah karena:

Perlu modal besar krn harus bangun

prasarana dan sarana kota  AS >< Inggris

PP no 11 tahun 2010  Pendayagunaan dan Penertiban Tanah Terlantar  3 tahun stlh ijin lokasi belum dibangun  disita negara

OTDA : ijin lokasi, ijin tapak, IMB, pajak  PAD

Kredit konstruksi, real estate, KPR dari perbankan nasional makin sulit  modal sendiri

Relatif rendah karena:

Perlu modal besar krn harus bangun

prasarana dan sarana kota  AS >< Inggris

PP no 11 tahun 2010  Pendayagunaan dan Penertiban Tanah Terlantar  3 tahun stlh ijin lokasi belum dibangun  disita negara

OTDA : ijin lokasi, ijin tapak, IMB, pajak  PAD

Kredit konstruksi, real estate, KPR dari perbankan nasional makin sulit  modal sendiri

1. Ancaman Pendatang Baru

1. Ancaman Pendatang

Baru

(68)

Bact to city  apartement

free riders (pengembang < 20 ha) memanfaatkan fasilitas yg dibangun pengembang besar  town house

2. Ancaman Produk Substitusi 2. Ancaman Produk Substitusi

3. Kuatnya dawa Tawar Pemasok 3. Kuatnya dawa Tawar Pemasok

Lahan terbatas  posisi tawar pengembang lemah

Ada campur tangan spekulan besar

(69)

Calon pembeli cerdas dan hati-hati

Menengah ke atas  rumah adl property utk investasi

4. Daya Tawar Pembeli Tinggi 4. Daya Tawar Pembeli Tinggi

5. Pergeseran Kelompok Sasaran 5. Pergeseran Kelompok Sasaran

80 % pasar rumah masyarakat

berpenghasilan rendah; sisanya 20 % utk kota baru

Daya beli menurun  kelompok menengah yg biasa dengan KPR bank swasta beralih ke KPR BTN

6. Persaingan Ketat antar pengembang

6. Persaingan Ketat antar

pengembang

(70)

Kota Baru mampu mengalihkan arus urbanisasi ke pusat kota besar spt JKT

Swasta mampu mampu merubah ancaman:

kekumuhan, kemacetan, polusi menjadi peluang

Swasta mampu menyediakan prasarana, sarana dan utilitas kota secara terpadu

Swasta dituntut meningkatkan daya tarik dan kualitas lingkungan untuk menarik ‘target

pasar’

Sebagai stakeholders, swasta paling memiliki banyak keunggulan dalam implementasi

rencana tata ruang

Kota Baru mampu mengalihkan arus urbanisasi ke pusat kota besar spt JKT

Swasta mampu mampu merubah ancaman:

kekumuhan, kemacetan, polusi menjadi peluang

Swasta mampu menyediakan prasarana, sarana dan utilitas kota secara terpadu

Swasta dituntut meningkatkan daya tarik dan kualitas lingkungan untuk menarik ‘target

pasar’

Sebagai stakeholders, swasta paling memiliki banyak keunggulan dalam implementasi

rencana tata ruang

KESIMPULAN

KESIMPULAN

(71)

SARAN SARAN

- Dukungan di bidang pertanahan,

perijinan dan penyediaan infrastruktur makro kota

- Swasta butuh kepastian hukum  penegakan RTRW untuk menjamin bisnis di bidang tata ruang

- Pemberian insentif : perijinan, keringan pajak/retribusi (IMB) serta dukungan

pengadaan infrastruktur makro bagi yg taat tata ruang

- Dukungan di bidang pertanahan,

perijinan dan penyediaan infrastruktur makro kota

- Swasta butuh kepastian hukum  penegakan RTRW untuk menjamin bisnis di bidang tata ruang

- Pemberian insentif : perijinan, keringan pajak/retribusi (IMB) serta dukungan

pengadaan infrastruktur makro bagi yg

taat tata ruang

(72)

SEKIAN DAN TERIMA

KASIH

Gambar

Tabel 1: Karakteristik para pelaku (stakeholder)

Referensi

Dokumen terkait