• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOAL UTS MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH

N/A
N/A
Halim Ahmad

Academic year: 2024

Membagikan "SOAL UTS MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SOAL UTS

MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH

1. Akuntansi syariah dianggap penting untuk menjamin harta kita terbebas dari setiap unsur yang mengandung MAGRIB (Maisir, Gharar Dan Riba), bagaimana cara unsur MAGRIB ini mampu di cegah oleh sebuah instrument yang Bernama Akuntansi syariah?

2. Buatkan alur runtutan sejarah akuntansi syariah didunia sampai memasuki Priode 2010 dengan dibentuknya DSAS (Dewan Standar Akuntansi Syariah) pengganti KAS di indonesia

3. Unsur laporan akuntansi pada entitas syariah berbeda dengan konvensional.

Dalam entitas syariah terdapat lap. keuangan dana Zakat dan laporan dana kebajikan, berikan contoh kedua laporan tersebut.

4. Buatkan skema akad dalam lembaga keungan syariah dibawah ini serta deskripsikan.

a. Akad Mudharabah b. Akad Musyarakah

JAWABAN:

1.Cara akuntansi syariah menangani unsur – unsur MAGRIB

Peransurasian syariah terdiri dari 2 akad yaitu tabarru’ dan tijaroh. Adapun akad tabarru’ adalah akad tolong menolong dalam sesama yang membutuhkan.

agar tidak mengandung unsur MAGRIB didalam akad ini maka diperlukan unsur transparan dalam pembagian dana yang ada dalam peransuransian syariah dan disitu harus jelas, bahkan dalam asuransi syariah premi yang masuk dalam perusahaan bukan milik perusahaan tersebut melainkan tetap masih milik nasabah asuransi syariah yang nantinya juga akan digunakan untuk nasabah asuransi syariah. Dan yang kedua adalah akad tijaroh untuk menghilangkan unsur MAGRIB dalam akad ini harus adanya transparansi dalam pengelolaan dananya, bahkan informasi yang jelas kepada para nasabah yang telah mengikuti akad tersebut. Dan harus berdasarkan prinsip atau aturan syariat islam sesuai dengan label asuransi yakni asuransi syariah.

(2)

2.Alur perkembangan akuntansi syariah di dunia

Nabi Muhammad lahir 571 M yang kemudian Hijrah pada 622, kemudian pada 622 -632 perdagangan arab mulai ekspansi ke eropa dan india dan melahirkan permintaan barang dari eropa yang besar, serta kemitraan.

Bangsa arab pun mulai menghimpun dana untuk modal memenuhi pasar eropa lalu turunlah surat albaqarah 286 ayat pada masa pertama kali hijrah termasuk ayat 282, dan zakat yang mulai diwajibkan pada 2 H, pun mulai di lakukan pencatatan akuntansi, dari pendapatan dagang, pada masa itu seorang akuntan disebut sebagai katibul amwaal atau penanggung jawab keuangan. Dan Nabi pun memilih 42 pejabat yang digaji yang memiliki spesialisasi peran dalam bidangnya. Karena hal ini adalah permulaan, maka harta kekayaan yang diperoleh negara langsung didistribusikan kepada orang-orang yang berhak. Oleh sebab itu, tidak diperlukan pelaporan atas penerimaan dan pengeluaran baitul mal, dan hal yang sama berlanjut sampai pada masa kekhalifahan Abu Bakar

Dizaman khalifah Abu Bakar Assidiq, pengelolaan baitul maal sangat sederhana dimana penerimaan serta pendistribusian dilakukan secara seimbang atau (balance). sehinggal baitul maal selalu dalam keadaan tidak tersisa, pencatatan penjurnalan dan pembukuan menjadi bukti serta informasi yang dapat dilakukan pemerintahan. Abu bakar menunjuk Zaid Bin Tsabit menjadi bendahara pemerintah, untuk melakukan segala pencatatan pada saat itu.

Pada 633-644 M Pengenalan konsep akuntansi pada masa khalifah Umar.

Setelah 633 H pemerintahan Islam semakin meluas yakni seluruh timur tengah, Afrika Utara, Asia, menyebabkan bertambahnya pemasukan negara. Al-Walid bin Hisyam al- Mughirah merekomendasikan pencatatan sebagai bentuk tanggung jawab penerimaan dan pengeluaran negara. Umar membentuk unit khusus yang diberi nama Diwan (asal kata dawwana yang artinya tulisan) di Baitul mal. Dan Amr Bin Al Jarrah menemukan selisih deficit 1 dirham yang meudain di laporkan pada umar penemuan biaya yang tidak tercatat sehingga menimbulkan deficit 1.300 Dinar dan dan diganti oleh akuntan karena tidak mencatat transaksinya

Di masa kekhalifahan Utsman bin Affan (644-656 M), beliau masih melanjutkan pola pencatatan masa Umar, Utsman Bin Affan beliau mengenalkan, istilah khittabat al-Rasull wa sirry yang artinya penjagaan penyimpanan catatan rahasia oleh mukhtasib, muhtasib ini bertugas untuk penanggung jawab atas lemabaga amal Al-Hisbah, dimana meliputi hal yang berhubungan dengan

(3)

penipuan jual beli, kegagalan penjualan, perhitungan timbangan dan lain sebagainya, untuk membuat keadilan bagi semua

Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (656-661 M), baitul mal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini ditandai dengan: pertama, sistem administrasi baitul mal berjalan dengan baik dari tingkat pusat dan local, dan kedua baitulmaal mengalami surplus. Surplus ini tentu merupakan konsekuensi logis dari proses pencatatan dan pelaporan yang transparan dan akuntabel

Pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik (705-715 M) di era Umayyah mulai diperkenalkan catatan atau register yang terjilid. Dan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (681-720 M). pembukuan menggunakan model Jaridah (journal), Daftar al-Yawmiah (daily book), Daftar Attawjihat (book of directions), dan Daftar Attahwilat (book of tranfer)

Puncak perkembangan Akuntansi terjadi pada masa Daulah Abbasiyah (750- 847 M). Pengklasifikasian catatan dalam rangka pelaporan (Accounting for Livestock), Construction Accounting, Rice- Farm Accounting, (Treasury Accounting). Selain itu di masa bani Abbasiyah telah menerapkan sistem Auditing yang di pilih oleh diwan. Dan M. Khalid bin Burmuk pada tahun 750 M terpilih menjadi kepala Diwan Kharaj dan Diwan tentara. Khalid melakukan reformasi sistem kedua diwan dan mengembangkan akuntansi masa dinasti Abbasiyah yang kedua, Abu Ja’far al Mansur yang memerintah tahun 754-775 M, dikenal adanya Khitabat al-Rasul was-Sir, yaitu pencatatan rahasia, dan Untuk menjamin itu maka dibentuk lah shahib al-shutra fokus tugasnya melakukan pengawasan agama dan moral, misalnya timbangan, kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak bayar hutang dll. Ibnu Khaldun (1332-1406) Ibnu Khaldun mencatat bahwa seorang akuntan harus memakai buku-buku akuntansi yang sesuai dan mencatat namanya di akhir buku, serta menstempelnya dengan stempel sultan

Pada dekade 1955 sampai dengan 1979 gelar akuntan mulai diberikan.

Berdasarkan UU No. 34 Tahun 1954, diawali dengan pembukaan jurusan akuntansi di UI Tahun 1955 lulusan akuntansi pertama pada Tahun 1957. Pada dekade 1980 sampai dengan 2000 pintu bagi lulusan PTS untuk memperoleh sebutan akuntan mulai dibuka melalui mekanisme Ujian Negara Akuntansi (UNA). Pada tahun 1997 izin praktik akuntan hanya diberikan bagi yang telah menempuh USAP setelah itu baru bisa mendapatkan BAP. SK Mendiknas.

(4)

179/U/2001 mahasiswa S1 jurusan akuntansi PTN harus menempuh pendidikan di PPA paling lama 2 tahun barulah bisa menghasilkan gelar dan register akuntan

Akuntansi syariah mulai berkembang di Indonesia tidak lepas dari munculnya Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia pada tahun 1991 yang secara resmi beroperasi pada tahun 1992.

Sebelum tahun 2002 BUS dan LKS, DSAK belum mengeluarkan PSAKS dan sementara masih menggunankan PSAK no 31 tentang Perbankan. Tahun 1999 Gubernur BI membuat SK tentang poenyusunan PSAK bank syariah. Tahun 2000 terbit exposure draft kerangka dasar penyusunan laporan keungan LKS. Tahun 2002 sd 2007 akuntansi syariah lahirnya PSAK 59 untuk BUS, BPRS dan BS cabang konvensional. PSAK 59 blum mengcover LKS non bank sehingga DSAK membentuk KAS yang terdiri dari : DSAK, DSN, Regulator, Industri keuangan dan Akademisi/praktisi

PSAK Syariah Hasil KAS (Komite Akuntansi Syariah) disahkan tahun 2007 dan mulai beroprasi 2008

1. PSAK 101 = Penyajian Penyususnan laporan LKS 2. PSAK 102 = Akuntansi Murabahah

3. PSAK 103 = Akuntansi Salam 4. PSAK 104 = Akuntansi Istisna

5. PSAK 105 = Akuntansi Mudharabah 6. PSAK 106 = Akuntansi Musyarakah

Periode setelah tahun 2008 acuan akuntansi mulai di pisahkan PSAK Syariah dan PSAK non Syariah, serta melahirkan PSAK syariah baru

PSAK Syariah Hasil KAS disahkan tahun 2008 dan mulai beroprasi 2009 1. PSAK 107 = Akuntansi Ijarah

2. PSAK 108 = Akuntansi Asuransi Syariah 3. PSAK 109 = Akuntansi ZIS

4. PSAK 110 = Akuntansi Sukuk 5. PSAK 111 = Akuntansi Wa’ad 6. PSAK 112 = Akuntansi Wakaf

Priode 2010 dibentuk lah DSAS(Dewan Standar Akuntansi Syariah) pengganti KAS

(5)

3.Contoh lap. Keuangan dana zakat dan Contoh lap. Dana kebajikan Laporan keuangan dana zakat terdiri dari 5 laporan:

a.Laporan posisi keuangan

Laporan Posisi Keuangan OPZ terdiri dari tiga unsur yaitu Aset, Liabilitas dan Saldo Dana. Saldo Dana menggambarkan posisi dana yang dikelola yang terdiri dari dana zakat, dana infak atau sedekah, dana Amil dan dana sosial keagamaan lainnya.

(6)

b.Laporan perubahan dana

Laporan Perubahan Dana menggambarkan kinerja dana yang dikelola yaitu penerimaan dan penyaluran dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana lainnya seperti dana sosial keagamaan lainnya dan dana APBN/D jika ada.

c.Laporan perubahan aset kelolaan

Laporan Perubahan Aset Kelolaan menggambarkan perubahaan aset zakat dan aset infak/sedekah yang dikelola oleh lembaga zakat. Aset kelolaan ada yang bersifat aset lancar seperti surat berharga syariah dan piutang bergulir. Ada juga yang bersifat aset tidak lancar, seperti bangunana, kendaraan, dan aset tetap lainnya.

(7)

d.Laporan arus kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas lembaga selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

(8)

e.Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan deskripsi atau pemisahan pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan tersebut.

(9)

4. a.Akad mudharabah

Dari gambar diatas menjelaskan bahwa skema mudharabah bisa bergulir sehingga menghasilkan sebuah usaha, jika dilihat dari skema diatas, bahwa si pemilik dana dan pengelola dana sama sama mempunyai suatu hubungan dengan tujuan utama dari akad mudharabah yakni proyek usaha.

b.Akad Musyarakah

(10)

Pertama, lembaga keuangan syariah dan nasabah menjalin suatu kerja sama untuk mendirikan proyek atau usaha. Di sini, lembaga keuangan menyediakan modal berupa uang tunai. Sementara, nasabah menyediakan modal dalam bentuk keterampilan dan juga uang.

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan kerja sama dengan akad musyarakah.

Selanjutnya, lembaga keuangan syariah yang bertindak sebagai investor menanamkan modal kepada nasabah. Di sini, nasabah juga bertindak sebagai penanam sekaligus pengelola modal.

Jumlah dana yang diberikan lembaga keuangan syariah bisa mencapai 100 persen dari seluruh biaya modal usaha.

Pembagian keuntungan dari hasil usaha dituangkan dalam perjanjian bagi hasil yang sudah disepakati bersama. Pun begitu dengan jangka waktu

pembiayaan dan tenor pengembalian dana. Semua ditentukan berdasarkan keputusan bersama.

Pembagian keuntungan dilakukan sesuai dengan laporan hasil usaha menggunakan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

Bila terjadi kerugian, kedua belah pihak harus menanggungnya sesuai dengan jumlah modal yang diberikan.

Referensi

Dokumen terkait