• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIALISASI NILAI BUDAYA DALAM KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SOSIALISASI NILAI BUDAYA DALAM KELUARGA "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIALISASI NILAI BUDAYA DALAM KELUARGA

( STUDI KASUS: PADA KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANAK BERPERILAKU MENYIMPANG DARI NILAI BUDAYA DI DESA CIMPUNGAN, KECAMATAN

SIBERUT TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI)

JURNAL

OLEH

Faleria Lempe NPM .09070050

PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2014

(2)

SOSIALISASI NILAI BUDAYA DALAM KELUARGA (KASUS: PADA KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANAK BERPERILAKU MENYIMPANG DARI NILAI BUDAYA

DI DESA CIMPUNGAN , KECAMATAN SIBERUT TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI)

Faleria Lempe

1

, Dra, Fachrina M.Si

2

, Yenni Melia , M.Pd

3

Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

In Desa Cimpungan Kecamatan Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai, the cultural values were socialized hereditarily from older generation (punuteteu) to the young generations. Based on the research findings, it was figured out that the socialization process ideally occurred when the children were between 0-10 years old. When they were teenagers, in order to help the children able to do adaptation with their environment, parents told t heir children about what should and should not be done. The parents advised them in a leisure time or when they sat together with their family. Unfortunately, the parents were busy with their works and had less communication with their children so that they had lack of understanding on cultural values. This then made the children had deviant behaviors. The parents should control their attitudes and forbid them from uttering bad words. This research was intended to describe: (1) the family background of the children with deviant behaviors in Desa Cimpungan, (2) the socialization of cultural values in families in Desa Cimpungan.

This was a case study which applied qualitative approach. The informants of the research were chosen by using purposive sampling technique. The data was collected through observation and interview. The data gotten then was analyzed, reduced, presented and conclusions were drawn. To conduct this research, the socialization theory for children written by George Herbert Mead was applied.

The result of the research indicated that there were four families in Desa Cimpungan having children with deviant behaviors. The deviances were: the first family had a child getting married with a person from similar clan, the second family had a child rapping young child, the third family had a child with stealing case, and the fourth family had a child getting pregnant without marriage. There were two kinds of socialization of cultural values in a family covering:

1. The socialization of non-materials cultures in which parents teach children about traditional rules, worship ordinances and building friendship.

2. The socialization of materials cultures including technology of communication, household tools, hunting equipments, and fishing equipments.

The ones who mainly had a duty to introduce cultural values to the children were parents and people from father’s family. The facts, however, showed that the children had deviant behaviors. They then were fined based on the rules and norms applied in Desa Cimpungan.

Keyword : socialized, value cultural

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009

2Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(3)

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan kelompok primer seoranganak, dari disitulah perkembangan kepribadian bermula. Ketika anak sudah cukup umur memasuki kelompok lain di luar keluarga, pondasi dasar kepribadiannya sudah ditanamkan secara kuat.

Jenis kepribadianya sudah diarahkan dan terbentuk (Horton, 1984: 276).

Anak-anak dalam usia dini (0-10 tahun) proses kebiasaan nilai-nilai yang baik sangat tepat dilakukan pada usia dini. Setelah mereka menginjak dewasa usia remaja (11 Tahun ke atas) anak mulai kritis sama orang tua. Memperoleh pengalaman terus menerus untuk mengatasinya, orang tua memberi kedisiplinan (Waruhu, 2010:81-82).

Dasar pertama membentuk pribadi anak keluarga, orang tua memberikan kepada anak, kedisiplinan, sopan santun membentuk latihan-latihan tanggung jawab, anak dapat menyesuaikan diri baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat luas.

Sosialisasi orang tua sangat besar kepada anak, anak akan meniru segala yang dilihat dan dipelajari dari orang tuanya. Apabila orang tuanya tidak menjalankan fungsi problem yang muncul pada anak (Suhendi, 2001:46).

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan latar belakang keluarga yang anaknya berperilaku menyimpang dari nilai budaya di Desa Cimpungan.

2. Mendeskripsikan sosialisasi nilai budaya dalam keluarga yang anaknya berperilaku menyimpang di Desa Cimpungan

TINJAUAN PUSTAKA

Teori yang digunakan teori sosialisasi menurut Herbert Mead. Menurut George Herbert Mead bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap meniru (Play Stage)

Merupakan suatu tahap dimana seorang anak mulai belajar mengambil peran orang- orang yang berada di sekitarnya. Ia menirukan peranan yang di jalankan orang tuanya atau orang dewasa lain dengan siapa ia sering berinteraksi. Dengan demikian sering dijumpai ketika anak kecil sedang bermain sering meniru peran yang dijalankan pada ayah ibu, kakak-kakaknya dan sebagainya

2. Tahap siap bertindak (Game Stage)

Pada tahapan ini peniruan yang dilakukan secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain, sehingga adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temanya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungan semakin komplek. Individu mulai berhubungan dengan teman sebaya diluar rumah dan peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap mulai dipahaminya.

3. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized other)

Pada tahapan ini dimana seorang individu telah dianggap sudah dewasa sudah mampu menempatkan diri dalam masyarakat karena telah memahami dengan siapa dia berinteraksi. Menurut mead anggota keluarga terutama ayah, ibu merupakan agen penting agar individu dapat diterima dalam masyarakat (Bachtiar, 2006:247-248) Adapun yang berkaitan penelitian ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh:

Melia pada tahun 2011 dengan judul peran orang tua menjalankan fungsi sosialisasi terhadap anak.

Diperoleh hasil penelitian ini, peran orang tua yang bekerja sebagai pedagang kaki lima, di malam hari, menjelaskan fungsi sosialisasi terhadap anak.

(4)

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian kulitatif sering disebut naturalistik, karena penilaianya dilakukan pada kondisi yang alamiah disebut metode kulitatif data yang dikumpulkan dan analisanya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2005:1). Adapun tipe penelitian ini digunakan adalah studi kasus, karena peneliti ingin mendeskripsikan beberapa fenomena yang berperilaku menyimpang, dari nilai budaya di Desa Cimpungan.

Pemilihan informan, peneliti dilakukan secara purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi non partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yanag dilakukan peneliti mengunakan kata-kata. Data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan menginterprestasikan dikembangkan oleh Miles dan Huberman.

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Keluarga Yang MempunyaAnak Berperilaku Menyimpang Dari Nilai Budaya Di Desa Cimpungan

Hasil penelitian di lapangan memperoleh latar belakang keluarga bervariasi, terdapat 4 keluarga yang mempunyai anak berperilaku menyimpang dari nilai budaya

1. Keluarga 1 (Kasus Perkawinan Sesama Suku)

Anak yang kawin sesama suku memiliki satu anak, anaknya tidak cacat namun kebahagiaan dalam rumah tangganya relatif tidak ada. Ketidak bahagiaan mereka karena melanggar aturan nilai budaya. Perkawinan sesama suku ini pihak keluarga laki-laki kenak denda sesuai aturan adat dendanya berupa satu bidang ladang 1 hektar

2. Keluarga 2 ( Kasus Pemerkosaan Anak) Orang tua mensosialisasikan nilai budaya mana yang pantas mana yang tidak, namun anak sendiri yang melakukan penyimpangan yang tidak baik, yang melanggar aturan nilai budaya diberi sanksi adat dikenai denda berupa:

1). Satu ekor babi jantan 2) Satu ekor induk babi (3) Satu batang kelapa (4) Satu bidang ladang 1 hektar.

3. Keluarga 3 ( Kasus Mencuri)

Keluarga informan ini di kenakan sanksi atau denda dua kalilipat sesuai aturan nilai budaya di cimpungan. Barang yang diambil bukan miliknya, diberi denda satu ekor babi jantan dan apa yang diambil diganti kembali.

4. Keluarga 4 ( Kasus Anak Hamil Diluar Nikah)

Anak yang hamil diluar nikah, orang yang mengamilinya dengan denda 1), Satu ekor babi jantan 2),Satu ekor induk babi 3), Satu batang kelapa 4), Satu bidang ladang 1 hektar.

Dari ke-4 informan ini, orang tua mendidik anak dalam keluarga ditemukan memiliki sikap berbeda mendidik anak dalam keluarga, ada yang cara terlalu menekan atau bersifat memaksa, jarang memberikan pujian, memberikan kebebasan pada anak tanpa kontol, disebabkan oleh pendidikan orang tua, pekerjaan, kondisi keluarga. Namun demikian orang tua memberikan yang terbaik buat anak dalam keluarga. Hannya anak sendiri yang tidak dapat menyesuaikan dari nilai budaya yang ada.

B. Sosialisasi Nilai Budaya Dalam Keluarga Yang Anaknya Berperilaku Menyimpang Di Desa Cimpungan.

Sebagai orang tua memberikan atau mengajarkan anak tentang nilai budaya dalam keluarga baik dalam bentuk nilai budaya non materi dan materi.

1. Sosialisasi Nilai Budaya Non Materi

Cara orang tua mensosialisasikan nilai budaya non materi adalah sebagai berikut:

a. Anak Diajarkan Dalam Keluarga Secara Umum.

Semenjak anak umur 0-10 orang tua selalu menjarkan dalam hah-hal bersifat dalam kebiasaan di dalam keluarga seperti cara berbicara sopan, cara makan, serta anak disuruh menyapu rumah dan mencuci piring setelah anak memasuki remaja orang tua memberikan peraturan bagi sianak larangan atau

(5)

pantangan agar anak dapat menyesuaikan diri dimana anak berada orang tua juga memsosialisasikan pada sianak nilai budaya baik materi dan non materi.

Namun apa bila anak tidak mendengarkan nasehat orang tua sehingga orang tua memarahi anaknya dengan bahasa kasar ataupun suara keras.

b. Kapan Anak Diajarkan

Orang tua dari ke-4 informan ini sebagai petani dan sebelum orang tua mereka beranagkat di ladang, memberikan nasehat pada anak terlebih dahulu.

Anak harus belajar dirumah, kalau tinggal dirumah tidak boleh keluyuran malam-malam, jangan berkelahi, jangan berbahasa kotor, rumah dibersikan, orang tua memberikan nasehat ini pada waktu santai dan sedang berkumpul dalam keluarga.

c. Orang Yang Terlibat Mengajarkan Anak Dalam Keluarga

Keluarga merupakan satuan unit sosial kecil yang memberikan pondasi bagi pengembagan anak terutama dalam kepribadiannya (Suhendi, 2000:61).

Keluarga merupakan satu kesatuan sosial kecil terdiri ayah, ibu dan anak-anaknya (keluarga inti atau batin) keluarga kerabat lainnya seperti nenek, paman kamaman, meinan bibi disebut keluarga besar. Lebih idealnya orang tua mendidik anak-anaknya dirumah pada waktu santai, namun orang tua sibuk bekerja, komunikasi pada anakpun kurang, sehinngga keluarga besarnya ikut terlibat mendidik

d. Sangsi Didapatkan Anak Yang Melanggar Nasehat Orang Tuanya.

Anak yang melanggar hasehat orang tuanya di dapatkan sangsi dari orang tuanya, memarahi anak- anaknya, bahkan timbul emosi kadang main tagan, agar anak tidak mengulangi melanggar nasehat orang tuanya. Orang tua mengajar anak dalam keluarga seperti

1. Aturan adat istiadat

Orang Mentawai secara umum adalah menganut prinsip patrilineal atau garis keturunan laki-laki (Tarida,2007:50). Pada anak usia 0-10 tahun orang

tua mensosilalisasikan kepada anak kebiasaan dalam keluarga serta orang tuanya memperkenalkan kepada anaknya saudara luasnya, setelah anak memasuki remaja

sampai dewasa, orang tuanya memberikan peraturan bagi sianak larangan atau pantangan agar

anak dapat menyesuaikan diri dimana anak berada.

2. Tata cara ibadah

Semenjak anak berusia 2- 6 tahun diharuskan sekolah minggu setiap hari minggu dan orang tua wajib mengigatkan anak-anaknya dalam mengikuti sekolah minggu dalam gereja anak diajarkan bernyanyi dan berdoa. Anak usia 7 tahun ke atas samapai dewasa anak beribadah di gereja secara umum (tidak sekolah minggu lagi namanya) dalam kenyataanya sebagian anak, lebih memili tidak pergi kegereja atau lebih memilih untuk duduk disimpang bahkan mendengarkan musik bersama teman sebayanya

3. Tata cara pergaulan

Anak usia 6 tahun, orang tua memberikan pemahaman kepada anak dalam tata cara pergaulan setelah anak dewasa anak bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Namun dengan realita sekarang tingkah laku anak tidak sesuai harapan orang tua. Sementara orang tua mensosialisasikan kepada anak tata cara pergaulan seperti (a) tata cara bersalam (b) tata cara bertegur sapa (c)Tata cara bertamu.

2.

Sosialisasi Nilai Budaya Materi.

Orang tua mensosialisasikan nilai budaya materi pada anak, hasil karya nenek moyang atau punuteteu diwariskan secara turun temurun sehingga anak dapat memahami nilai budaya materi. Namun kenyataannya anak sekarang tidak tahu membuat benda-benda tradisional, ada yang bisa hanya beberapa orang yang memiliki keahlian seperti membuat:

(6)

1. Teknologi Komonikasi Tradisional Tuddukat.

Berfungsi sebagai alat menyampaikan pesan, dan pesan yang disampaikan ada dua arti kemataian dan hasail buruan. Ditempat penelitian tunddukat ini ada berfungsi namun tidak seperti dulu lagi, disaat dibunyikan pada waktu kematian kepala suku.

2. Peralatan Rumah Tangga

(a)

Keranjang atau sopa, manfatnya sebagai tempat misalnya untuk membawak bambu atau hasil dari ladang (b)Taraktak, berfungsi sebagai tempat sampah dan lai-lain.

3.

Peralatan berburu

(1).Tototoi, alat yang digunakan menangkap kelelawar dan burung dibuat dari bambu panjang tototoi ini terbuat dari getah nangkah. Getah tersebut bisa disimpan dalam tempurung kelapa lakupat.2) Silogui, alat panah terdiri dari anak panah, jenis jenis anak panah yag digunakan sesuai dengan binadang yang hendak diburu. 1. Bukbuk yaitu tempat penyimpanan anak panah dibuat dari bambu dilapiskan dari kulit sagu agar tidak muda pecah atau rusak. 2. Rou-rou, yaitu busur panah yang dibuat dari batang enau.

4. Peralatan Menangkap Ikan

(1) Lenggeu, alat yang biasanya dipakai kaum perempuan untuk menangkap ikan di sungai atau dirawa-rawa. Dibuat dari lidi enau atau ligei poula. Ikan yang sering didapatkan dari alat ini yaitu leleh, udang. (2) Rambak, alat ini dipakai oleh kaum perempuan juga dalam menangkap ikan udang di sungai.

Kebiasaan merayakan pesta atau upacara semua keluarga atau satu suku harus ikut merayakan pesta atau upacara tersebut seperti: (1), Upacara kelahiran anak dalam keagamaan, untuk memohon berkat kesehatan bagi anaknya dan anak dibabtis di gereja (2), Upacara atau pesta perkawinan, orang tua dari pihak perempuan menuntut mas kawin pada pihak keluarga laki-laki yang berlaku di Desa Cimpungan, terdapat lima macam bentuk akat nika

(alak toga/ mahar),1 buah kampak, 1 buah kuali no 20,1 buah kelambu grim no 16, 1 buah parang, satu buah priuk no 14. (3) Upacara kematian, diadakan acara keagamaan (punen), (4) Pengobatan, di Desa Cimpungan, ada dua bentuk, secara tradisional dan secara medis, . Pengobatan ritual memberikan ramuan tradisional, kedua pengobatan ritual seorang sikerei mengusir roh jahat. Pada saat sekarang ini, sikerei mulai tidak ada berkembang di Cimpungan

hannya ada beberapa orang. (5), Perdamaian suku, (maksunya perdamain suku ini apabila terjadi perkelahian atar individu maupun antar suku, maka agar persoalan tersebut tidak berlarut-larut akan diadakan perdamaian dalam arti paabat).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat keluarga yang anaknya berperilaku menyimpang sebagai berikut: Keluarga 1 (Kasus perkawinan sesama suku), Keluarga 2 (kasus pemerkosaan anak), Keluarga 3 (kasus mencuri), Keluarga 4 (kasus anak hamil diluar nikah). Kesimpulan dari ke-4 informan ini, orang tua mendidik anak dalam keluarga ditemukan memiliki sikap berbeda mendidik anak, ada yang cara terlalu menekan atau bersifat memaksa, jarang memberikan pujian, memberikan kebebasan pada anak tanpa kontol, disebabkan oleh pendidikan orang tua, pekerjaan, kondisi keluarga.

Namun demikian orang tua memberikan yang terbaik buat anak dalam keluarga

.

Hanya anak sendiri yang tidak dapat menyesuaikan dari nilai budaya yang ada.

Sosialisasi Nilai Budaya Dalam Keluarga Yang Anaknya Berperilaku

Menyimpang Di Desa Cimpungan 1. Sosialisasi Budaya Non Materi

Cara orang tua mensosialisasikan nilai budaya non materi, anak umur 0-10 orang tua mengajarkan hal-hal bersifat kebiasaan dalam keluarga seperti, mengajarkan anak berbicara sopan,cara makan, disuruh mencuci piring setelah anak memasuki remaja samapai dewasa orang tua memberikan peraturan bagi sianak laranag atau pantang agar anak dapat menyesuaikan diri dimana anak berada.

(7)

Namun kenyataanya sebagian generasi berperilaku menyimpang aturan nilai budaya bagi yang melanggar dikenakan denda sesuai aturan yag berlaku di desa cimpungan.

2. Sosialisasi Nilai budaya Materi

Orang tua mensosialaisasikan kepada anak dalam membuat peralatan dalam bentuk benda-benda hasil karya manusia diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang punuteteu. Namun anak sekarang hannya beberapa orang yang bisa membuat peralatan tersebut dalam membuat benda-benda seperti (1) Alat teknologi komunikasi tradisional tuddukat (2) Peralatan rumah tangga (3) Peralatan berburu (4) Peralatan menangkap ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Horton, Paul B.1984. Sosiologi: PT Gelora Aksara Pratama

Suhendi, Hendi. 2001. Pengantar Studi

Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia Sugiono, 2005. Memahami Kenelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Waruhu. Fidelis E. 2010. Membangun Budaya Berbasis Nilai: Yogyakarta Kani

Hermawati S, Tarida. 2007. Uma

Fenomena Keterkaitan Manusia Dengan Alam: Yayasan Citra Mandiri

Sumber Kkripsi

Melia (2011) Peran Orang Tua Menjalankan Fungsi Sosialisasi Terhadap Anak.

Padang : Universitas Andalas.

Referensi

Dokumen terkait

Focus: Personal safety and wellbeing cont Outcomes: LS.5, LS.11, LS.17 Students learn about: Students learn to: Integrated learning experiences, instruction and assessment

It would depend on other factors that influenced students in learning process Conclusion According to the research findings that mentioned on the previous, the researcher conclude