PEMERINTAH KABUPATEN PASER DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG
Jl. Kusuma Bangsa KM. 05 Komplek Perkantoran Gedung A Lantai 1 Kavling 1 & 2 Kabupaten Paser - Kalimantan Timur - Kode Pos 76211
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN IPA KAPASITAS 1,5 LITER/DETIK DESA TUNES KELADEN KECAMATAN TANJUNG HARAPAN
I. Pendahuluan a. Umum
Air bersih merupakan kebutuhan pokok dan hak hidup bagi seluruh masyarakat di Indonesia khususnya masyarakat di Kabupaten Paser, salah satunya adalah masyarakat Transmigrasi di desa Keladen RT. 04.
b. Latar Belakang
Sebagai upaya pemerintah daerah Kabupaten Paser melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang akan melaksanakan pekerjaan Pembangunan Ipa Kapasitas 1,5 Liter/Detik Desa Tunes Keladen Kecamatan Tanjung Harapan
c. Maksud dan Tujuan Maksud
Maksud diadakan Pekerjaan Pembangunan Ipa Kapasitas 1,5 Liter/Detik Desa Tunes Keladen Kecamatan Tanjung Harapan melaui Dana Alokasi Khusus (DAK) TA. 2022 ini adalah untuk melaksanakan pembangunan penyediaan sarana air bersih di desa Keladen kecamatan Tanjung Harapan.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi masyarakat di RT. 04 desa Keladen.
d. Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini adalah terbangunnya Instalasi Pengolahan Air Bersih, pemasangan jaringan perpipaan dan pemasangan sambungan rumah.
e. Nama OPD dan PA/KPA/PPK
K/L/PD : Pemerintah Kabupaten Paser
OPD : Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Nama PA/KPA/PPK : Ir. Hasanuddin, MM
NIP : NIP. 19670306 199603 1002
II. Sumber Dana, Kegiatan, Pagu Anggaran, dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Sumber Dana : Dana Alokasi Khusus (DAK)
Tahun Anggaran : 2022
Program : Program Pengelolaan Dab Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Kegiatan : Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air minum (SPAM) di daerah Kabupaten/Kota.
Sub Kegiatan : Pembangunan SPAM Jaringan Perpipaan di Kawasan Perdesaan.
Pekerjaan : Pembangunan Ipa Kapasitas 1,5 Liter/Detik Desa Tunes Keladen Kecamatan Tanjung Harapan
Mata Anggaran Kegiatan (MAK) : MAS RISKI
Pagu Anggaran : Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)
HPS : Rp. 1.499.800.000,00 (Satu Milyar Empat Ratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah)
Kode RUP : mas RISKI
III. Lokasi Pekerjaan
Desa Keladen Kecamatan Tanjung Harapan IV. Metode Pemilihan Pengadaan
Jenis Pengadaan : Pekerjaan Konstruksi
Metode Pemilihan : Tender
Pelaksana Pemilihan : Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan
Jenis Kontrak : Harga Satuan Bentuk Kontrak : Surat Perjanjian V. Waktu Pelaksanaan
150 (Seratus Lima Puluh) Hari Kalender VI. Lingkup Tugas Pelaksanaan Pekerjaan
Melaksanakan pembangunan Instalasi Pengolahan Air, pemasangan jaringan perpipaan dan pemasangan sambungan rumah, sehingga pekerjaan ini berfungsi air bersih sampai ke warga dan layak memenuhi standart air bersih.
VII. Tanggung Jawab Pelaksana Pekerjaan a. Tanggung Jawab Pelaksana Pekerjaan
Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak memenuhi kriteria tepat mutu, tepat waktu dan berfungsi dengan baik
b. Persyaratan Kualifikasi
1. Memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang masih berlaku
2. Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang masih berlaku dengan klasifikasi :
a. SBU Ketentuan Peraturan Menteri PU Nomer 19 Tahun 2014 : SBU dengan klasifikasi Bangunan Sipil dengan subklasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Instalasi Pengolahan Air Minum dan Air Limbah Serta Bangunan Pengolahan Sampah (SI002).
b. SBU Ketentuan Peraturan Menteri PU Nomor 6 Tahun 2021 : SBU Konstruksi Bangunan Sipil Pengolahan Air Bersih (BS005).
3. Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban pelaporan perpajakan (SPT Tahunan) Tahun pajak 2020/2021.
4. Memiliki akta pendirian perusahaan dan akta perubahan perusahaan (apabila ada perubahan).
5. Tidak masuk dalam Daftar Hitam; keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan kepentingan pihak yang terkait, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau yang bertindak untuk dan atas nama Badan Usaha tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, dan pengurus/pegawai tidak berstatus Aparatur Sipil Negara, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan Negara.
6. Memiliki pengalaman paling kurang 1 (satu) pekerjaan konstruksi dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak
7. Untuk kualifikasi Usaha Kecil yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun :
a. Dikecualikan dari ketentuan angka 6 untuk pengadaan dengan nilai paket sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar dua ratus lima puluh juta rupiah)
b. Harus mempunyai 1 (satu) pengalaman pada bidang yang sama, untuk pengadaan dengan nilai paket pekerjaan paling sedikit Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) 8. Menyampaikan program mutu terkait analisis Resiko K3 Konstruksi (RK3K) dan rencana
penerapan manajemen K3 Konstruksi (SMK3)
9. Memiliki personil yang akan ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dalam LDP.
c. Persyaratan Personil Manajerial Lembar Data Pemilihan (LDP) (Jabatan, Sertifikat Kompetensi, Jumlah, dan Pengalaman)
1. Pelaksana Lapangan: 1 (satu) orang, tingkat pendidikan minimal Diploma/(D3) Teknik Sipil, yang mempunyai pengalaman pekerjaan 2 (dua)tahun, Memiliki SKT Pelaksana Plambing/Pekerjaan Plambing (TT 001) , yang masih berlaku;
2. Petugas K3, 1 (Satu) Orang dengan tingkat Pendidikan D4/D3 Teknik Sipil Pengalaman 0 (nol) tahun, Memiliki Sertifikat K3 Konstruksi :
Keterangan :
Untuk Personil Manajerial melampirkan softcopy hasil pindai / scaner: Ijazah asli/copy yang di legalisir, Riwayat Pekerjaan/(CV), NPWP, KTP, SKA/Sertifikat Keahlian yang masih berlaku.
d. Persyaratan Personil Manajerial (Jabatan, Sertifikat Kompetensi, Jumlah, dan Pengalaman) Tenaga terampil yang dipersyaratkan untuk pengadaan pekerjaan konstruksi :
1. Tukang Las Konstruksi Plat dan Pipa : 1 (satu) orang, tingkat pendidikan SMA/SMK sederajat, yang mempunyai pengalaman pekerjaan 2 (dua) tahun, Memiliki SKT Tukang Las/Welder/Gas dan elektrik Welder (TM 028), yang masih berlaku;
2. Tukang pasang pipa, 1 (satu) orang, Min. SMU/SMK, SKT Tukang Pasang Pipa (TM 038), yang mempunyai pengalaman pekerjaan 2 (dua) tahun;
Keterangan :
Untuk Personil Tenaga Terampil melampirkan soft copy hasil pindai / scaner : Ijazah asli/copy yang di legalisir, NPWP, KTP, dan SKT/Sertifikat Keterampilan Teknik yang masih berlaku.
e. Persyaratan Peralatan (Jumlah, Kapasitas, dan Jenis)
No Nama Peralatan Kapasitas Jumlah
1. Mobil Pick Up Minimal 2500 CC 1 (satu) Unit
2. Genset 10 KVA 1 (satu) set
3. Alat Test Tekan Air 10 BAR 1 (satu) Set
4. Alat Las Listrik 120 Ampere 1 (satu) Set
5. Jack Hammer Daya pukul 45 Joule 1 (satu) Unit
6. Pompa air Output Ø 3 “ 1 (satu) Unit
Keterangan : Untuk peralatan utama yang di gunakan penyedia harus mengisi dengan jelas status kepemilikan alat (milik / Sewa) dengan melampirkan bukti (soft copy hasil pindai/scanner) faktur nota / kwitansi pembelian / Surat Perjanjian Sewa (bukan Surat dukungan)
f. Fasilitas Laboratorium
Hasil pengolahan air agar dilaksanakan pengetesan di laboratorium sesuai standart air bersih g. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Penyedia menyiapkan penjelasan resiko serta penjelasan manajemen resiko serta menjelaskan rencana tindakan sesuai tabel jenis pekerjaan dan identifikasi resiko dibawah ini :
No.
Uraian Pekerjaa
n
Identifikasi bahaya
Dampa k
Penilaian resiko
Skala prioritas
Penetapan pengendalia
n Keker
apan
Kepar ahan
Tingka t resiko I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengirim an bak IPA ke lokasi
1. Kecelakaa n lalu lintas 2. Barang
terjatuh/ter guling karena jalan yang bergelomb ang
Luka berat
1 2 Renda
h
2 Pembersi han Lokasi
1. Patukan binatang liar (misal : ular) 2. Terkena
alat tebas 3. Kejatuhan
ranting/da han pohon
Luka ringan
1 1 Renda
h
II. PEKERJAAN DUDUKAN IPA DAN SALURAN 1 Galian
tanah
1. kecelakaa n terkena alat gali.
2. Terjatuh ke lobang galian
Luka ringan
1 1 Renda
h
2 Pekerjaa n
Pembesia
1. Luka gores 2. Tertusuk
Luka berat
1 1 rendah
n kawat/besi 3. kepalaTer
bentur 4. tangan
terjepit besi
III. PEKERJAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR / IPA 1 Pengelas
an plat dan pipa GIP
1. Radiasi sinar las 2. Tertimpa
plat atau pipa 3. Tersengat
listrik 4. Terkena
panas elektroda 5. Mata Iritasi
Luka berat
2 2 sedan
g
2 Pengecat an
1. Gangguan pernapasa akibat minyak cat 2. Mata
terkena serbuk baja saat pengampla san
Luka ringan
1 1 Renda
h
IV. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN PIPA 1 Galian
pipa
1.kecelakaan terkena alat gali.
2.Terjatuh ke lobang galian 3.Tertimpa
longsoran galian
Luka ringan
1 1 Renda
h
2 Pemasan
gan Pipa dan Aksesoris
1. Tangan/
kaki terjepit pipa 2. Tangan/
kaki terjepit pada saat pasang baut
Luka ringan
1 1 Renda
h
h. Tingkat Resiko Keselamatan Konstruksi
Bahwa tingkat Penilaian dari pekerjaan ini memiliki risiko rendah VIII. Spesifikasi Teknis
a. Spesifikasi Barang/Bahan/Material/Peralatan SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
1. JENIS PEKERJAAN
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pembangunan IPA SPAM Embung Kapasitas 1,5 Liter/Detik Desa Tunes Keladen Kecamatan Tanjung Harapan Kabupaten Paser
2. LINGKUP PEKERJAAN
a) Pekerjaan persiapan
b) Pekerjaan pembuatan IPA Kapasitas 1,5 liter/detik c) Pekerjaan Jaringan Pipa Distribusi
d) Pekerjaan Sambungan Rumah
3. PENGGUNAAN SYARAT-SYARAT DAN TEKNIS Penggunaan Syarat-syarat dan Teknis ini adalah :
a) Jika terdapat perbedaan antara Rencana Kerja dan Syarat -syarat dengan Gambar Kerja, maka yang berlaku adalah ketentuan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat -syarat (RKS) dengan persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
b) Jika ada perbedaan pada gambar -gambar atau ukuran-ukuran maka gambar dalam skala besar yang harus diikuti, atau ada kemungkinan lain suatu pengecualian dengan Persetujuan Direksi.
c) Gambar Detail dan gambar penjelasan lainnya yang memungkinkan diperlukan pada pelaksanaan pekerjaan ini harus dibuat oleh Kontraktor.
d) Untuk hal-hal yang menyangkut masalah Teknis yang belum jelas, Kontraktor diwajibkan berkonsultasi dengan pihak Direksi dan tidak diperkenangkan mengambil keputusan tanpa persetujuan Direksi.
4. SYARAT-SYARAT UMUM
a) Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku dalam pekerjaan ini adalah :
Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB) tahun 1956
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971
Peraturan Konstruksi Baja Indonesia
BSN No. 8 Tahun 2000
SNI 19-6774-2002, Tata cara perencanaan paket unit instalasi pengolahan airSNI 06-0084-2002, Pipa PVC untuk saluran air minum
Peraturan-peraturan Pemerintah setempat menyangkut pekerjaan ini.
b) Jika terdapat ketidak cocokan antara peraturan -peraturan tersebut dalam pasal “4 point a” dengan Rencana Kerja dan Syarat serta tidak terdapat dalam Penawaran, maka harus di konsultasikan dengan Direksi untuk mengambil Keputusan.
5. PENETAPAN SITE UKURAN-UKURAN DAN PERSIAPAN
a) Kontraktor harus menyiapkan kotak pertolongan kecelakaan P3K di kantor Direksi
b) Kontraktor harus menyediakan Konsumsi Direksi Pengawas selama masa pelaksanaan Kegiatan, dan sewaktu-waktu Pejabat Pembuat Komitmen maupun Kuasa Pengguna Anggaran meninjau pekerjaan atau tamu yang berkepentingan atas pelaks anaan pekerjaan.
c) Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan, bentuk, ukuran – ukuran dan mutu yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat - syarat (RKS) pekerjaan.
d) Kontraktor berkewajiban mencocokkan ukuran – ukuran satu sama lain dan segera memberitahukan / berkonsultasi dengan Direksi bilamana terdapat perbedaan ukuran – ukuran satu sama lainnya.
e) Peil nol (0,00) ditetapkan sesuai gambar dilapangan serta kondisi dan keinginan pada waktu rencana awal pelaksanaan dan dicantumkan dalam Berita Acara Peninjauan Lapangan.
f) Kontraktor diwajibkan membuat tetap untuk ukuran peil nol diatas patok yang kuat dan pemeliharaannya selama waktu pekerjaan berlangsung dan patok tersebut telah diset uji oleh direksi.
g) Kontraktor diwajibkan menyediakan air bersih yang memenuhi syarat untuk kontruksi hingga selesainya pekerjaan dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
6. PEKERJAAN PEMBUATAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA)
6.1 Bahan Pelat Baja yang digunakan adalah bahan baja yang diguanakan untuk konstruksi umum, yang memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a) Semua permukaan plat baja Mild SS-440 harus dibersihkan dengan pasir bertekanan (sand blasting) sesuai ketentuan yang berlaku dengan disaksikan oleh pejabat yang berwenang.
b) Permukaan yang telah dibersihkan harus segera ditutup dengan pelapisan (pengecatan), pelapisan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pelapisan bagian dalam
Pelapisan ini menggunakan jenis epoxy yang diperuntukkan untuk air minum (food grad) dengan ketebalan lapisan epoxy, minimal 100 mikron.
2) Pelapisan bagian luar
(a) Pelapisan yang digunakan adalah car dasar Zincromate dengan ketebalan 50 mikron.
(b) Pelapisan akhir (Finished coat) menggunakan email coat dengan ketebalan 50 mikron dan diwarnai biru.
6.2 Perpipaan dan Perlengkapan pada IPA :
a) Pipa PVC, harus sesuai SNI 06-0084-2002 tentang PVC untuk saluran air minum, SNI 06-0162-1987 tentang PVC untuk saluran air buangan di dalam dan di luar bangunan;
b) Pipa baja saluran air, arus sesuai SNI 07-225-1991 dan harus difinished print.
c) Katub terdiri dari : 1) Butterfy valve
Butterfly valve harus digunakan untuk mengatur debit, ukuran sesuai dengan gambar rencan/BQ dan perubahannya apabila ada;
2) Katub pintu (Gate Valve)
Gate valve sebagai katub isolasi , harus sesuai dengan SNI 05-0166-1998 3) Katub saluran horizontal (Ceck valve)
Katub searah horizontal sesuai dengan SNI 05-0168-1998 6.3 Peralatan Pelengkap
a) Pompa air baku / intake menggunakan pompa submersible kapasitas 13 m3/jam 1 phase. Perlengkapan pompa air baku adalah :
1) Energy sinar matahari / surya cell dan kelengkapannya;
2) Kabel khsusus sesuai dengan daya pompa terpasang.
b) Pompa Transfer menggunakan pompa centrifugal kapasitas 8,9 m3 / jam 1 phase, lengkap dengan panel surya cell dan kelengkapannya;
c) Dosing
Pembubuh larutan kimia harus memenuhi syarat : 1) Stroke dapat diatur;
2) Pengaturan sesuai dengan kebutuhan di lapangan;
d) Tangga
Tangga terbuat dari bahan pipa GIP sambungan las dan finished coating
6.1. Bahan Pelat Baja harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 7. PEKERJAAN PIPA
7.1 Lingkup Pekerjaan :
a) Pengadaan Pipa Dan Aksesoris
1) Pipa PVC RRJ tipe pipa air bersih Ø 90 mm, tekanan nominal 10 bar atau S 12,5
2) Pipa PVC RRJ tipe pipa air bersih Ø 63 mm, tekanan nominal 10 bar atau S 12,5
3) Aksesories
b) Pemasangan Pipa Dan Aksesoris
Pemasangan Pipa dan aksesoris harus memenuhi kaidah pemasangan dan letak pemasangan sesuai dengan gambar kerja dan perubahannya.
7.2 Bahan
a) Pipa Polyvinil Chloride (PVC) RRJ , untuk pipa air bersih - Pipa PVC SNI RRJ tekanan nominal 10 bar atau S 12,5
- Nominal Diameter : 2 inch, 3 inch, menggunakan sambungan Rubber Ring Joint tipe karet Z – joint atau rubber ring z joint
- Bahan : PVC, standard SNI b) Aksesoris
Fitting
Fitting sambungan harus sesuai dengan standard SNI 06-0135-1987 dan bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka system sambungan menggunakan system socket. Semua Fitting direncanakan mempunyai tekanan kerja 10 kg/cm2 atau 10 bar sesuai dengan tekanan pipa
yang akan dipasang accessories. Kecuali ditentukan lain, semua fitting harus dari jenis injection molded atau heat process (pencetakan atau proses panas) dan didesain dengan karakteristik dan kekuatan yang sama dengan pipa yang disambung.
8. PEKERJAAN SIPIL
8.1 Lingkup Pekerjaan :
Pembuatan baseplat / pondasi dudukan IPA, dari beton bertulang.
8.2 Bahan a) Semen
Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, semen yang digunakan adalah semen Type I sesuai ASTM C 150, dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam SNI 03-2847-2002 dan/atau P.B.I. 71. Semen yang digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik yang telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
b) Air kerja / Air adukan
Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau). Kadar Silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maximum yang diperkenan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum 1.5 % atau 15 gr/lt.
c) Agregat Halus (Pasir)
(1) Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam; pasir hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh material lain.
(2) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis, bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5 %.
(3) Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan persyaratan pada SNI 03-2847-2002 dan/atau P.B.I.'71.
d) Agregat Kasar (Koral/Batu Pecah)
Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak porous, dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral harus dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehendaki, dan material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus disingkirkan.
e) Baja Tulangan
(1) Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-2847-2002 dan/atau Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (P.B.I. '71), dengan mutu U- 39 (tegangan leleh karakteristik = 3900 kg/cm2) untuk diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm; sedangkan untuk diameter yang lebih kecil digunakan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik = 2400 kg/cm2) kecuali bila disebut lain dalam gambar. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan sertifikat dan hasil test dari pabrik kepada Konsultan Pengawas, untuk setiap pengiriman. Berat besi dapat diperhitungkan dengan menggunakan nominal diameter. Bila menggunakan wire-mesh, maka harus digunakan type dengan electrically welded wire-mesh, dan memenuhi ketentuan-ketentuan dalam ASTM A 185.
(2) Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.
Untuk mutu U-39 harus digunakan profil baja tulangan ulir (deformed-bar).
9. PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL 9.1 Lingkup Pekerjaan
a) Pengadaan dan Pemasangan pompa Intake kapasitas 13 m3/h lengkap dengan aksesoris panel tenaga surya sampai berfungsi;
b) Pengadaan dan Pemasangan pompa Transfer kapasitas 9 m3/h lengkap dengan aksesoris panel tenaga surya sampai berfungsi;
9.2 Bahan / Material :
a) Pump cable NYYHY 4X2.5 mm;
b) Modul surya panel spesifikasi sebagai berikut :
Jenis modul : Polycristaline
Type : WP 100
Jumlah cell : 24 cell
Max. Power (Pmax) : 100 W
Max. Power Voltage (Vmp) : 17.5 V
Max. Power Current (Imp) : 5.71 A
Open Circuit Voltage (Voc) : 21 V
Short Circuit Current (Isc) : 6.4 A
Max. System Voltage : 1000 V
c) Penyangga/Rangka modul surya cell :
Penyangga solar modul dibuat dari besi siku/besi plat yang di hot deep galvanis.
Sudut kemiringan dudukan solar modul dibuat antara 10 - 15° (derajat) supaya air hujan tidak tergenang di permukaan solar modul dan kotoran atau debu bisa hilang dengan adanya sudut kemiringan tersebut (self cleaning). Sudut kemiringan tidak boleh lebih dari 20˚ agar output yang dihasilkan maksimum.
Ketinggian minimum antara modul dan atap tidak kurang dari 20 cm di atas atap, dan maksimum ketinggian tidak lebih dari 50 cm. Penyangga modul surya mempunyai diameter 1 inchi dan panjang 150 cm
a. Metode Pelaksanan
1. Pekerjaan Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1.1 Pekerjaan Pabrikasi :
1) Pekerjaan pemasangan peralatan harus sesuai dengan gambar dari pihak konsultan atau perubahannya yang disepakati direksi.
2) Bagi pekerjaan pemasangan struktur yang memerlukan penggunaan scaffolding, harus menggunakan perlengkapan scaffolding yang memenuhi syarat untuk keselamatan kerja.
3) Penggunaan alat angka (Crane, Mobil Crane, Winches dan lain-lain) sebelumnya harus dilakukan pengujian sesuai dengan kapasitas angkat sebelum dipergunakan.
4) Pekerjaan pemotongan dan perlubangan harus dikerjakan dengan mesin pemotong dan bor, serta digrenda pada bekas potongannya.
5) Pemasangan pipa antara satu dan lainnya harus lurus (level).
6) Penyambungan pipa yang menggunakan flange harus menggunakan seal/gasket yang sesuai.
7) Pemasangan support pipa harus sesuai dengan referensi dari pihak konsultan.
8) Untuk menjamin kelurusan, ketepatan ukuran dan bentuk dari hasil pekerjaan, diharuskan memakai temporary Jig & Fixture sewaktu melakukan pekerjaan penyambungan dengan las.
1.2 Pekerjaan Pengelasan
1) Sebelum dilakukan pengelasan, Plat harus betul-betul lurus (alignment) dan pada setiap ujung yang akan dalas dibersihkan dahulu dengan sikat kawat atau gerinda.
2) Ukuran electode las yang dipakai harus sesuai dengan ketebalan material yang dilas.
3) Penetrasi las harus tembus kedalam dan setelah selesai harus dibersihkan dengan sikat kawat atau gerinda kemudiaan dilanjutkan pengelasan berikutnya.
4) Pengelasan harus dilakukan hati-hati agar didapatkan permukaan las yang
halus dan tidak dapat cacat dalam pengelasan serta tidak terjadi pengelasan ulang.
Cacat pengelasan yang dimaksud : Scatter, Porousity, Cracking, Slag inclusion dll.
1.3 Pekerjaan Pengecatan
1) Sebelum pengecatan dilakukan, material harus dibersihkan dengan sand Blasting dan dapat persetujuan pihak owner.
2) Pekerjaan pengecatan dilakukan dengan memakai cat untuk lapisan akhir, kecuali ditempat yang cat dasarnya rusak atau terkelupas karena pengerjaan las dsb. Harus dilakukan perbaikan dengan pengecatan dasar terlebih dahulu sebelum pengecatan lapisan akhir.
3) Sebelum dilakukan pengecatan permukaan besi harus bersih dan bebas dari segala bentuk karat, minyak (grease) dan kotoran lainnya.
4) Warna cat sesuai dengan rekomendasi owner.
5) Pengecatan lapisan akhir harus dilakukan 2 kali sampai rata.
6) Setelah pekerjaan pemasangan selesai pihak kontraktor harus membersihkan tempat lokasi kerja tersebut.
1.4 Pengetesan
1) Setiap peralatan/komponen yang ada mekanismenya (pompa, valve, pintu air elektrik dan transmisi) perlu dilakukan pengetesan, untuk menjamin bahwa peralatan tersebut bisa dioperasikan sesuai dengan desain.
2) Pemasangan sambungan pipa, valve perlu diuji kebocorannya.
3) Setiap hasil test/pengujian harus mendapat persetujuan dari pihak konsultan.
4) Setiap ada ketidak sesuaian antara pengetesan dengan desain, 1.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Pekerja harus menggunakan helm/kedok las yang sesuai (shade 10-11).
2) Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
3) Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
4) Gantilah kaca filter jika sudah rusak.
5) Ikuti langkah kerja secara benar
6) Hati-hati dengan benda panas hasil pengelasan.
7) Tanyakan hal-hal yang belum difahami kepada pembimbing sebelum melakukan pekerjaan.
2. Pekerjaan Pipa
2.1 Pekerjaan Galian Tanah :
i. Pembersihan dan Pengupasan
1) Jalur pipa harus dibersihkan dan dikupas sebelum melakukan penggalian atau melakukan pengurugan;
2) pembersihan dan pengupasan berupa pembersihan akar-akar, tonggak, tumbuhan, perkerasan, jalur pejalan kaki dan hambatan apapun di permukaan yang perlu disingkirkan secara permanen atau untuk sementara waktu yang terdapat pada daerah yang akan digali;
3) tidak boleh ada pohon yang ditebang, dirusak atau diganggu tanpa ijin pihak yang berwenang;
4) semua kotoran, buangan, tumbuhan dan bahan bongkaran seluruhnya harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang oleh penyedia jasa pelaksanaan konstruksi dengan cara yang baik, kecuali bagi bahan atau bangunan yang akan disingkirkan untuk sementara waktu dan nantinya akan diperbaiki kembali seperti semula;
5) bahan maupun bangunan yang disingkirkan untuk sementara waktu dan nantinya harus dipasang dan diperbaiki kembali, harus disimpan dan dijaga dengan baik sebagai berikut:
(a) pada daerah pertamanan/lansekap yang ada, pohon kecil, pagar tanaman, semak belukar atau bagian lansekap yang mungkin dapat rusak selama pemasangan jalur pipa;
(b) pohon besar sebaiknya jangan sampai ditebang selama pemasangan pipa dan bila keadaan menuntut penebangan pohon untuk pemasangan pipa maka harus mendapatkan ijin penebangan pohon dari pemilik atau instansi terkait yang memeliharanya;
(c) pada daerah berumput, lapisan atas atau lempung, bila ditemukan harus
ditimbun secara terpisah dari bahan galiannya, dan nanti harus dikembalikan lagi ke tempat semula pada kedalaman terpadatkan yang sama dengan kondisi semula;
(d) lempeng rumput di daerah berumput yang akan terkena galian, atau yang akan rusak karena terkena peralatan, harus disingkirkan, dijaga/dipelihara selama berlangsungnya pekerjaan konstruksi dan diletakkan kembali setelah penyelesaian urugan;
(e) pada daerah yang berbatu, peralatan yang sesuai untuk penggaliannya harus disediakan dan bila tidak memungkinkan dilakukan penggalian, sedangkan dalam gambar rencana ada pipa yang ditanam di bawah batu, maka harus diperoleh ijin untuk melanjutkan pemasangan pipa baja yang diletakkan di atas tanah berbatu tersebut;
(f) untuk pemasangan pipa di daerah persawahan atau perkebunan, maka harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dan bila melewati saluran irigasi, harus diusahakan tidak menggangu pengairan persawahan dan tidak merusak saluran irigasi;
(g) perbaikan kembali permukaan jalan batu ataupun bahu jalan pada jalan yang diperkeras harus dikembalikan seperti kondisi semula;
(h) perbaikan kembali permukaan jalan yang diperkeras harus dikembalikan seperti kondisi semula;
(i) jalur pejalan kaki harus diganti dan harus dikembalikan seperti kondisi semula;
(j) bingkai trotoar dan saluran tepi jalan harus diganti dengan bahan yang sama, demikian pula permukaannya harus dikembalikan seperti keadaan semula dan semua pemotongan beton harus pada garis potongan yang terdekat, bila tidak, perlu digunakan alat pemotongan;
ii. Penggalian Lapisan Bawah Permukaan (Subsurface) Dan Lobang Pengujian (Test Pit)
1) sebelum penggalian jalur pipa pada daerah milik jalan, perlu dilakukan pengalian lapisan bawah permukaan (subsurface) dan lubang pengujian (test pit) untuk mengetahui infrastruktur yang sudah ada di dalam tanah;
2) lokasi infrastruktur bawah tanah yang sudah diketahui diberi tanda dan bila infrastruktur tersebut pecah atau rusak karena kelalaian, maka harus diganti/diperbaiki.
iii. Penggalian
1) pekerjaan penggalian ini berlaku untuk semua jenis pipa, mencakup: penyingkiran semua bahan dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan sesuai jalur dan kemiringan yang diperlihatkan dalam gambar rencana;
2) dalam pekerjaan penggalian yang perlu dilakukan sebagai berikut:
(a) penurapan/penopangan atau pembuatan sudut galian yang aman, atau cara lainnya yang diperlukan untuk menstabilkan dinding galian;
(b) pemompaan atau cara pengeringan air lainnya yang disetujui untuk pengeringan genangan air yang sudah ada atau dapat masuk dalam galian;
3) hal-hal yang harus dilakukan sewaktu penggalian:
(a) tidak diperkenankan menggali diluar jalur dan ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar. Penggalian tanpa izin harus diurug kembali dengan bahan yang sesuai;
(b) perlindungan terhadap bangunan yang sudah ada:
(1) bila diperlukan, dapat dipakai cara penggalian yang sesuai guna melindungi bangunan, utilitas, tiang listrik, pepohonan, perkerasan ataupun hambatan yang ada;
(2) di daerah yang berdekatan dengan fasilitas atau jalur pipa gas dan bahan bakar, perlu dilakukan tindakan pencegahan guna menghindari kemungkinan pecah, gangguan, atau menyebabkan kerusakan pada fasilitas dan jalur tersebut;
(c) galian terbuka:
(1) galian terbuka harus digali sehingga pipa dapat diletakkan pada trase dan kedalaman yang diminta, dan galian tersebut dilakukan sampai di dasar perletakan pipa;
(2) galian terbuka harus dikeringkan dan dipelihara selama pekerjaan
berlangsung agar pekerja dapat bekerja secara aman dan efisien;
(d) lebar galian terbuka:
(1) lebar galian harus cukup agar pipa dapat diletakkan dan disambung dengan baik, dan pengurugan serta pemadatan dapat dilakukan sebagaimana yang telah ditetapkan;
(2) lebar galian harus dapat juga memberikan kemudahan dalam penempatan turap, penopang atau penanganan khusus lainnya;
(e) panjang galian terbuka:
(1) galian terbuka bagi suatu pemasangan pipa tidak boleh melebihi panjang yang diijinkan dan galian harus diselesaikan paling sedikit 10 (sepuluh) meter di depan perletakkan pipa terakhir;
(2) bila diperlukan, penggalian dan pengurugan harus dilakukan dalam 24 jam, atau galian harus diurug penuh di akhir kerja setiap hari atau ditutupi dengan pelat baja yang ditopang dengan cukup aman serta mampu menahan beban arus lalu lintas kendaraan;
(f) kedalaman galian terbuka:
(1) galian harus digali sampai kedalaman yang ditentukan sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar kerja agar memberikan dukungan yang menerus dan
(2) seragam dan menopang pipa pada tanah yang padat dan tak terganggu pada setiap titik di antara lubang galian sambungan;
(3) bagian dasar tanah yang digali melampaui kedalaman yang ditetapkan harus diurug kembali secara merata, sampai pada kedalaman yang ditetapkan dengan pasir atau bahan lain yang telah disetujui, serta dipadatkan;
(4) muka akhir lapisan ini harus dilakukan dengan tepat dengan memakai peralatan tangan (secara manual);
(5) bila terdapat bongkahan batu dan batu besar, maka harus disingkirkan agar memberikan jarak bebas paling sedikit 150 mm di bawah dari setiap sisi pipa dan fitting untuk pipa diameter 600 mm atau lebih kecil, dan jarak 200 mm untuk pipa dan fitting dengan diameter lebih besar dari 600 mm;
(g) penggalian di tanah yang kondisinya buruk:
(1) bila muka akhir dasar galian tidak stabil atau terdiri dari bahan yang kurang baik seperti abu, bahan sampah dan lain-lain, maka bahan tersebut harus digali dan disingkirkan;
(2) bila diperlukan pondasi khusus, harus dilakukan penggantian tanah, atau pengurugan dengan bahan yang memadai;
(h) penopangan dan penurapan pada galian terbuka dilakukan pada:
(1) kedalaman galian dengan dinding tegak Iebih dari 1 m harus ditopang dan diturap sehingga galian tidak runtuh, agar pekerja dapat bekerja secara aman dan dapat menjaga permukaan jalan dan bangunan lainnya;
(2) galian terbuka di perkerasan sepanjang jalan utama dan atau jalan strategis harus dipasang penurapan dan penopangan;
(3) terjadinya rongga di luar turap harus dihindari dan dicegah, dan bila terjadi juga rongga maka perlu segera diisi dan dipadatkan;
(4) semua rongga yang timbul akibat pencabutan turap harus segera diisi kembali dengan pasir dan dipadatkan dengan cara penumbukan menggunakan alat yang sesuai dengan membasahinya atau cara lain yang diperintahkan;
1. semua penopang dan turap yang tidak digunakan harus dipindahkan secara hati- hati tanpa membahayakan pemasangan yang baru pada utilitas yang ada, atau kepemilikan yang berada di dekatnya;
2. (semua turap, penopang dan lain-lain boleh tidak dicabut, asalkan ditimbun pada saat pengurugan untuk mencegah kerusakan pada bangunan, utilitas dan kepemilikan;
(i) galian dan urugan (cut and fill):
(1) apabila permukaan tanah asal ada di atas grade line (garis hidrolis), maka tanah itu harus dipotong (cut), sedangkan kalau tanah berada di bawah garis hidrolis, maka harus ditimbun (fill) dan dipadatkan sampai mencapai ketinggian yang dikehendaki menurut grade line tersebut;
(2) usahakan untuk suatu panjang trase tertentu, volume jumlah galian yang diperlukan sama dengan jumlah volume urugan yang diperlukan.
iv. Ukuran Kedalaman Dan Lebar Galian
(1) kedalaman pipa untuk PVC sebagai berikut:
Kedalaman galian disesuaikan dengan perencanaan dan atau memnuhi table berikut :
Diameter pipa (mm) Lebar / W (mm) Dalam / H (mm)
80 – 100 400 700
150 – 200 450 800
250 – 300 500 900
350 - 450 750 1000
500 – 600 850 1200
(2) Lebar galian untuk jalur pipa harus mempunyai lebar galian (w) lebih besar dari 200 mm ditambah diameter pipa atau sesuai dengan Tabel agar pipa dapat diletakkan dan disambung dengan baik;
(3) galian untuk tanah stabil harus mempunyai dinding saluran yang tidak mudah runtuh, dilakukan sesuai Gambar 1.
Gambar 1 Galian pipa pada tanah stabil
(4) pada area terbuka yang luas, galian pipa pada tanah yang tidak stabil dengan memperlihatkan adanya runtuhan dinding saluran, dapat diatasi dengan lebar galian di bagian atas yang lebih luas dan dasar galian yang lebih sempit.
Maksimum lebar galian berdasarkan diameter sesuai dengan Tabel 1 dan Gambar 2.
Tabel 1 Maksimul lebar galian
W
maks W
maks
Pipa Pipa
W maks100
mm
Pipa
Diameter pipa (mm)
Maksimum lebar galian W (mm)
50—100 750
Gambar 2 Galian pipa pada tanah tidak stabil 3. Pekerjaan Sipil
3.1 Perbandingan Adukan :
1) Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya, dan harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai yang diminta dalam Spesifikasi.
2) Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa konstruksi membuat job mix formula sebagai pedoman pekerjaan di lapangan;
3) Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten, harus diterapkan agar tercapai hal-hal sbb :
a) Kekuatan beton rencana.
b) Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.
c) Pengaruh Kembang Susut yang kecil.
Beton yang digunakan harus mengikuti ketentuan dalam klas-klas yang ditentukan sebagai berikut :
Klas Beton
Mutu
Beton Karakteristik pada 28 hari (kg/cm2
)
Ukuran agregat Maximum
(mm)
Slump (mm)
A 300 20 70
B 125 30 120
3.2 Pengecoran
1) Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
2) Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan methode lain yang disetujui Konsultan Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
3) Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicorkan, kondisi permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setelah diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas, maka pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui; terkecuali dengan seijin Konsultan Pengawas.
4) Pada tiap pengecoran, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan menempatkan seorang tenaga pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksana ini harus hadir, mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran. Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga- tenaga pekerja yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
5) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian daripekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Konsultan Pengawas.
6) Penyedia Jasa Konstruksi harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
7) Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak diperkenankan.
Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan, harus segera dibuang.
8) Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum adukan
betonnya mulai mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus segera dilakukan terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras.
9) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, Penyedia Jasa Konstruksi harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang di tentukan oleh pihak Konsultan Pengawas.
10) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Konsultan Pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton; hal ini bisa dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
3.3 Pemadatan Adukan
1) Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maximum sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antara celah- celah koral, gelembung udara; dan adukan tadi harus benar-benar memenuhi ruang yang dicor dan menyeliputi seluruh benda yang seharusnya tertanam dalam beton.
Selama proses pengecoran, adukan beton harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses pemadatan harus diatur sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari rongga, pemisahan unsur-unsur pembentuk beton.
2) Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai pengecoran dengan sedikitnya selama 2 (dua) hari. Pembasahan harus dilakukan dengan menutup permukaan beton dengan kain atau material lain yang basah agar tetap lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus sama mutunya dengan air untuk bahan adukan beton.
3.4 Perbaikan Beton
1) Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa Konsultan Pengawas.
Bila dianggap oleh Konsultan Pengawas perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan atau pembongkaran, maka langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas beban biaya Penyedia Jasa Konstruksi .
2) Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar akhli. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal- hal yang kurang baik pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan finishing. Kecuali dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam semenjak pembukaan bekisting. Tonjolan- tonjolan pada permukaan beton harus dihilangkan.
3) Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan dan permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah dibongkarnya beton tadi untuk kemudian dilakukan pembersihan dan pengecoran ulang. Batas-batas daerah yang harus dibongkar tadi akan ditentukan oleh pihak Konsultan Pengawas, begitu juga langkah pengecoran dan material yang akan digunakan.
3.5 Bekisting/Cetakan
1) Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang ter- kandung dalam adukan beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mecegah terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian bekisting harus menggunakan alat- alat yang memadai agar didapat bentuk dan kekakuan yang baik.Pengikatan bagian
bekisting harus dilakukan horizontal dan vertikal. Semua bekisting harus direncanakan agar dalam proses pembu- kaan tanpa memukul atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan batang besi dan murnya.
2) Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan dengan teliti sebelum digunakan kembali; dan bekisting yang telah digunakan berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima Engineer, harus segera disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi atau bilamana mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
3) Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar harus ditakik 25 mm.
4) Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-staining mineral oil dengan sepengetahuan Konsultan Pengawas. Pelumasan tadi harus dilakukan dengan hati-hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga pembesian.
5) Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.
6) Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai umur sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton mengeras untuk menahan gaya-gaya yang akan ditahannya. Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan pada beton.Bilamana timbul kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting, maka langkah perbaikannya harus sesegera mungkin dilakukan.
7) Untuk kondisi-kondisi di mana plat dan balok yang masih ada sistim lantai di atasnya, maka pembukaan bekisting dan penyangganya harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas, di mana dalam hal ini segala kemungkinan beban yang akan bekerja serta umur beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.
3.6 Pekerjaan Pembesian
1) Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat, kotoran, lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses pengecoran beton.
2) Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dan disetujui Konsultan Pengawas. Semua proses pembengkokkan harus dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 dan/atau P.B.I.'71. Pembengkokkan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila telah mendapat ijin dari Konsultan Pengawas.
3) Besi tulangan tidak boleh dibengkokkan dengan cara yang dapat menyebabkan kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.
4) Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana, dan harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan didudukkan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran. Pengikat dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting dalam hal beton yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan didudukkan pada blok beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan beton rencana dan bentuknya harus menjamin didapatnya permukaan beton yang baik. Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar tidak berubah bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian tadi.Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan tidak diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton, Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus mengawasi dan memperbaiki pembesian dari kemung- kinan tergeser atau berubah bentuk karena hal-hal yang mung- kin timbul; dan hal-hal tadi harus cepat diperbaiki sebelum pengecoran mencapai daerah tersebut. Pemasangan besi beton harus mengingat syarat jarak bersih antar tulangan, atau antar tulangan dan angkur, atau antara benda-benda metal tertanam, dengan tidak boleh kurang dari 25 mm atau sebagaimana yang ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 dan/atau P.B.I. '71.
5) Besi beton harus dipasang dengan minimum selimut beton (concrete cover)
sebagaimana pada gambar rencana atau sebagaimana ditentukan Konsultan Pengawas. Dalam segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 25 mm.
6) Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana, instruksi Engineer, atau minimal mengikuti ketentuan dalam SNI 03-2847-2002 dan/atau P.B.I. '71.
7) Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi tegangan yang maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered). Bilamana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari batang tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 dan/atau P.B.I.'71; terkecuali ditentukan lain.
IX. Program Kerja
Penyedia jasa konstruksi harus segera menyusun program kerja minimal meliputi : a. Jadwal kegiatan secara detail.
b. Alokasi tenaga yang lengkap (disiplin dan keahliannya).
c. Metodologi pelaksanaan pekerjaan.
X. Penutup
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dibuat untuk dijadikan acuan dan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang sesuai dengan rencana.
Tana Paser, Maret 2022
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Paser
Selaku Pengguna Anggaran
Ir. HASANUDDIN, MM NIP. 19670306 199603 1002