• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi untuk Pengembangan Standar Teknis dan Standar Kompetensi Ketenagalistrikan di Indonesia

N/A
N/A
Ardie Sojie

Academic year: 2023

Membagikan "Studi untuk Pengembangan Standar Teknis dan Standar Kompetensi Ketenagalistrikan di Indonesia"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

Produksi di wilayah Jamali..2-8 Gambar 2.4-3 Perkembangan margin cadangan di sistem Jawa-Bali..2-9 Gambar 3.1-1 Garis besar struktur aspek teknis terkait usaha ketenagalistrikan pada. Listrik..3-45 Gambar 3.7-2 Standar yang berkaitan dengan instalasi saat ini..3-47 Gambar 3.7-3 Gambaran umum penguatan kerangka hukum dalam perekonomian.

Gambar 5.2-1 Hubungan antara EM dan NSR .........................................................5-12  Gambar 6.1-1 Lingkup NSR .......................................................................................6-4  Gambar 6.2-1 Struktur NSR...........
Gambar 5.2-1 Hubungan antara EM dan NSR .........................................................5-12 Gambar 6.1-1 Lingkup NSR .......................................................................................6-4 Gambar 6.2-1 Struktur NSR...........

Pendahuluan

  • Latar Belakang Studi
  • Tujuan Studi
  • Target Wilayah Studi
  • Ruang Lingkup Studi
  • Proses Studi
  • Seminar
  • Struktur Tim
  • Counterpart dan Instansi Terkait

Dengan latar belakang di atas, pemerintah Indonesia meminta kami untuk meninjau kembali standar kompetensi di bidang ketenagalistrikan, mengembangkan standar kompetensi yang sejalan dengan standar internasional, dan mengembangkan sistem sertifikasi berdasarkan standar kompetensi tersebut. Untuk sistem kualifikasi berdasarkan standar kompetensi, standar kompetensi yang sama, serta standar teknis yang rencananya akan dikembangkan kali ini, kami berharap pemerintah Indonesia berupaya untuk melegitimasinya setelah mengajukan usulan dari Tim Kajian, sehingga pada tahun Dalam proses penyelidikan ini diperlukan keterlibatan upaya legitimasi berdasarkan pendapat pihak Indonesia.

Gambar 1.4-1 Konsep Studi secara keseluruhan
Gambar 1.4-1 Konsep Studi secara keseluruhan

Situasi Sektor Ketenagalistrikan di Indonesia

  • Kondisi Ekonomi di Indonesia
  • Kerangka Sektor Ketenagalistrikan
  • Garis Besar Instansi Terkait Utama
    • Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM)
    • PT. Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero)
  • Penyediaan Listrik
    • Penyediaan listrik di Jawa-Bali-Madua (Jamali)
    • Neraca daya

Soal divisi pembangkitan, selain PT Indonesia Power yang merupakan anak perusahaan PLN divisi pembangkitan wilayah Jawa-Bali dan PLN pembangkit Jawa-Bali, ada juga pemasok listrik melalui IPP yang sudah mendapat persetujuan sejak tahun 1992. Dengan demikian, jika ada adalah kecelakaan generator dll. Di luar dugaan, di Jawa-Bali sebagai pusat kegiatan perekonomian, pasokan listrik bisa berada di bawah kebutuhan sehingga terkadang terjadi pemadaman listrik.

Gambar 2.2-1 Kerangka Sektor Ketenagalistrikan di Indonesia
Gambar 2.2-1 Kerangka Sektor Ketenagalistrikan di Indonesia

Kondisi Keselamatan Instalasi Ketenagalistrik

Perundang-undangan dan Sistem terkait keselamatan instalasi ketenagalistrikan

  • Penerbitan UU Ketenagalistrikan baru dan penyusunan perundang-undangan terkait
  • Aturan dan sistem berdasarkan dengan UU Ketenagalistrikan yang lama
  • Aturan dibawah Departemen lain (Departemen PU dan Depnakertrans)

28 ・ Kewajiban pelaku usaha penyedia tenaga listrik (ketaatan terhadap kualitas dan keandalan, kepatuhan terhadap peraturan keselamatan, pengutamaan produk rumah tangga, dll). 3) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:. A. pemenuhan standarisasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik b) keamanan instalasi tenaga listrik; Dan. “Perencanaan, pemasangan, pengamanan, pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik diatur lebih lanjut oleh Menteri (Pasal 23).”

Undang-undang yang lama mengatur hal-hal untuk dapat menyelenggarakan perusahaan ketenagalistrikan yang sehat, sedangkan penjelasan mengenai cara mengatur perusahaan tersebut terdapat dalam Peraturan Nasional tentang Penyediaan dan Penggunaan Tenaga Listrik. PP tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Listrik (PP No. 10 Tahun 1989 dan Revisinya No. 3 Tahun 2005) menetapkan konsep peraturan mengenai utilitas ketenagalistrikan yang memuat hal-hal yang harus dilaksanakan. Instalasi penyediaan dan penggunaan energi listrik wajib dilakukan oleh pelaku usaha lain.

Namun sepanjang izin usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana diatur dalam PP yang berkaitan dengan penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik, maka penerbitan izinnya dilimpahkan kepada daerah sesuai dengan tempat pemasangannya.

Tabel 3.1-1 Ketentuan pokok UU No.30/2009 tentang Ketenagalistrikan
Tabel 3.1-1 Ketentuan pokok UU No.30/2009 tentang Ketenagalistrikan

Standar Nasional Indonesia (SNI)

Seluruh peralatan ketenagalistrikan harus memenuhi standar nasional wajib Indonesia dan diberi tanda SNI. SNI bidang ketenagalistrikan pada dasarnya merupakan aturan mengenai bahan dan peralatan instalasi yang mengacu pada standar internasional yaitu IEC (International Electrotechnical Commission). PUIL 2000 sebagai persyaratan umum instalasi listrik adalah SNI instalasi distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik dengan mengacu pada SNI bahan dan peralatan tenaga listrik (atau IEC apabila SNI terkait belum ada).

PUIL 2000 yang menjadi dasar pemasangan instalasi distribusi dan penggunaan tenaga listrik erat kaitannya dengan SNI yaitu: -3885-1995:Pembumian jaringan tegangan rendah dan instalasi tegangan rendah SNI Kisaran Tegangan untuk instalasi listrik gedung. Seperti telah disampaikan sebelumnya, instalasi penyaluran dan penggunaan tenaga listrik telah diatur secara rinci dalam SNI, namun instalasi lainnya masih dalam tahap pengembangan.

Pada dasarnya SPLN (standar internal PLN yang akan dijelaskan nanti) yang dikembangkan oleh PLN sebagai pelaku usaha utama di bidang ketenagalistrikan menjadi dasar penyusunan SNI tersebut.

Gambar 3.2-2 adalah garis besar PUIL2000.
Gambar 3.2-2 adalah garis besar PUIL2000.

Penerapan Standar Teknis oleh Setiap Pelaku Usaha 1. Standar Internal PLN (SPLN)

  • Perkembangan di IPP

Menurut hemat kami, secara konseptual perlu diterapkan suatu platform bersama yang mengatur tentang instalasi yang benar, yang dipahami dan dipatuhi secara seragam oleh seluruh pelaku usaha guna mewujudkan penyelenggaraan instalasi ketenagalistrikan yang benar di Indonesia. Kemudian dibentuk Panitia Teknis Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) bidang teknik elektro yang terdiri dari panitia pengarah dan 11 kelompok kerja sebagai berikut. Terdapat 63 titik SPLN sektor pembangkit listrik yang ditetapkan pada tahun 1977 hingga tahun 1997, dan setelah tahun 2005 hanya ditambah 1 titik.

Untuk hal-hal yang tidak termasuk dalam SPLN, tetap mengacu pada standar seperti ISO, IEC atau manual pabrikan instalasi, dll, yang dapat dijadikan acuan pada setiap instalasi. Kelayakan setiap jenis instalasi diwajibkan berdasarkan Keputusan Instalasi Menteri Ketenagalistrikan (no.) dan didasarkan pada standar konstruksi instalasi distribusi tenaga listrik. Di Indonesia terdapat banyak IPP, namun karena kami tidak bisa menyelidiki semua IPP, maka kami memilih beberapa IPP yaitu: Cikarang Listrindo yang telah beroperasi sejak tahun 1993 sebagai IPP thermal power plant pertama di Indonesia, dan Paiton Energy sebagai pembangkit listrik berkapasitas terbesar. pembangkit listrik di Indonesia.

Keduanya merupakan pembangkit listrik termal yang dibangun dengan modal asing, dimana standar teknis yang menjadi acuan pengelolaan instalasinya berasal dari standar internasional seperti IEC, dll, atau manual pabrikan untuk instalasi, pengoperasian dan pemeliharaan.

Tabel 3.3-1 SPLN menurut Bidang
Tabel 3.3-1 SPLN menurut Bidang

Aturan yang berkaitan dengan operasi instalasi

Halaman Petunjuk pengoperasian trafo terendam oli 18 Petunjuk pengenalan pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan turbin air 8 Petunjuk pengenalan pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan mesin diesel 7 Manajemen pemeliharaan pusat ketenagalistrikan Bagian 1: Umum 15 Pemeliharaan pusat ketenagalistrikan manajemen Bagian 4 Manajemen.

Tabel 3.4-1 Contoh Aturan SPLN terkait Operasi Instalasi
Tabel 3.4-1 Contoh Aturan SPLN terkait Operasi Instalasi

Inspeksi

  • Instalasi penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik
  • Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik Konsumen Tegangan Rendah

1) Instalasi penyediaan tenaga listrik yang telah selesai dibangun dan dipasang, direnovasi, mengalami perubahan kapasitas, atau dipindahkan, wajib diperiksa dan diuji kesesuaiannya dengan ketentuan standar yang berlaku. Instalasi tenaga listrik terdiri dari instalasi yang menyuplai tenaga listrik yang meliputi instalasi pembangkitan, transmisi, gardu induk, dan distribusi sampai dengan titik penggunaan, serta instalasi pemanfaatan tenaga listrik yang terletak pada titik-titik setelah titik penggunaan. Pemeriksaan instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah dilakukan oleh lembaga independen nirlaba, sedangkan instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan menengah dan tinggi dilakukan oleh 18 lembaga inspeksi yang terdaftar di DJLPE (lihat Tabel 3.5 -4).

Sertifikat kelayakan operasional yang diterbitkan setelah lulus pemeriksaan berlaku paling lama 5 tahun untuk instalasi pembangkit, 10 tahun untuk instalasi transmisi dan distribusi (lihat Tabel 3.5-1) dan maksimal 15 tahun untuk instalasi yang menggunakan tenaga listrik untuk konsumen (lihat Tabel 3.5- 1). 3.5-2). Berdasarkan Pasal 11 Keputusan Menteri Nomor 0045 Tahun 2005 tersebut di atas, pemeriksaan dan pengujian instalasi yang menggunakan tenaga listrik konsumen tegangan rendah dilakukan oleh lembaga inspeksi independen yang kegiatannya bersifat nirlaba dan ditetapkan oleh Menteri. Selanjutnya berdasarkan keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1109K/30/MEM/2005, dibentuk Komisi Keselamatan Instalasi Listrik (KONSUIL) sebagai lembaga inspeksi instalasi yang menggunakan tenaga listrik konsumen tegangan rendah.

CONSUIL bertugas melakukan inspeksi dan menerbitkan sertifikat kelayakan pengoperasian untuk instalasi yang menggunakan listrik konsumen tegangan rendah dari 450kV hingga 197kVA.

Tabel 3.5-2 Permen ESDM No.0046/2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan(kutipan)
Tabel 3.5-2 Permen ESDM No.0046/2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan(kutipan)

Kondisi Instalasi yang sudah ada

  • Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Termal
  • Instalasi PLTA
  • Instalasi Distribusi

Pemeriksaan pasca pemeriksaan berkala dilakukan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi khusus terhadap bejana tekan, seperti pesawat uap, katup pengaman, elevator. Saat ini mengoperasikan pembangkit listrik termal, PLTP, PLTD dan PLTA (total unit 133, total kapasitas terpasang 8.888MW) melalui 8 unit usaha pembangkit. Unit usaha Pembangkit Listrik Saguling merupakan salah satu unit usaha pembangkit listrik eksisting yang mengelola dan mengoperasikan 8 pembangkit listrik tenaga air di Jawa Barat (29 unit, total kapasitas terpasang 797MW).

Inspeksi pasca konstruksi dilakukan oleh Jasa Sertifikasi PLN untuk setiap peralatannya, sedangkan oleh DESDM untuk sistem pembangkitan secara keseluruhan. Penyusunan standar dilakukan oleh bagian Litbang PLN, dimana P3B mengirimkan anggota ke kelompok kerja untuk penyusunan standar. Terkait pemasangan peralatan, desain pekerjaan baru dilakukan oleh PLN Jasa Teknik (Jakarta), sedangkan pembangunannya dilakukan oleh Unit Proyek Utama PLN (Semarang).

Instalasi Distribusi di Indonesia dibangun dan dioperasikan oleh unit distribusi regional di bawah PLN.

Gambar 3.6-1 Organisasi Pembangkit Muara Tawar
Gambar 3.6-1 Organisasi Pembangkit Muara Tawar

Permasalahan dan Tantangan

Mengenai keselamatan dalam penyediaan tenaga listrik sebagaimana diatur dalam Pasal 21 peraturan penyediaan dan penggunaan arus listrik :. Namun Keputusan Menteri ini mengatur tata cara pemeriksaan fasilitas penyediaan tenaga listrik, namun bukan merupakan pengaturan keselamatan dan keamanan fasilitas ketenagalistrikan. Jadi pasalnya mengharuskan para pihak mengacu pada SNI untuk spesifikasi instalasi listrik, namun tidak ada ketentuan lebih lanjut.

Oleh karena itu, tidak diatur mengapa pasokan listrik dijamin aman dengan mengacu pada SNI, atau hal-hal apa saja yang harus dimasukkan dalam SNI. Meski belum lengkap, namun spesifikasi instalasi listrik tercakup dalam SNI, namun belum ada kejelasan mengenai dasar yang ditetapkan dalam menentukan spesifikasi dan dasar pemikiran dibalik ketentuan tersebut. Ketentuan SNI (dan PUIL) yang ada saat ini ada untuk penggunaan listrik tegangan rendah dan perkabelan untuk instalasi yang menggunakan arus listrik serta beberapa mengenai instalasi instalasi distribusi dan transmisi untuk instalasi penyediaan tenaga listrik, namun masih banyak ketentuan mengenai pemasangan fasilitas produksi dll. tidak ditentukan.

Untuk menerapkan sistem inspeksi secara efektif terhadap instalasi listrik baru dan tambahan, pertimbangan harus diberikan pada penetapan "persyaratan teknis minimum".

Gambar 3.7-1 Penerapan Standar Pemasangan Instalasi (SNI dll) di Bidang Ketenagalistrikan
Gambar 3.7-1 Penerapan Standar Pemasangan Instalasi (SNI dll) di Bidang Ketenagalistrikan

Berdasarkan undang-undang ini, dikeluarkan keputusan departemen tentang penetapan standar teknis di bidang instalasi listrik sebagai dasar peraturan keselamatan. Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8-2, standar teknis (keputusan departemen) berisi standar yang mengikat secara hukum yang harus dipatuhi dalam desain, pengoperasian dan pemeliharaan instalasi dari sudut pandang keselamatan umum dan pasokan listrik yang stabil. Berdasarkan pertimbangan pihak-pihak yang berkepentingan, dapat juga dipasang perangkat yang tidak berdasarkan peraturan pabrikan, namun mempunyai dasar teknis yang menjamin tingkat keselamatan sebagaimana diatur dalam standar teknis.

Memastikan Keselamatan dalam penyediaan TL

3 pilar utama)Memastikan

Memastikan Keselamatan Keselamatan dalam

Uraian tentang standar dan standar teknis instalasi menjadi kriteria penilaian pada divisi tersebut. Secara hukum, instalasi listrik komersial (baik untuk utilitas listrik maupun untuk penggunaan pribadi) harus memiliki kepala teknisi listrik sebagai pengawas keselamatan. Jenis kualifikasi dan ruang lingkup pengawasan disajikan pada Tabel 3.8-1. Pedoman, surat edaran, dll. Hukum perusahaan ketenagalistrikan.

Misalnya instalasi pada pabrik atau gedung yang menerima arus listrik dengan tegangan tersebut di atas dari pelaku perusahaan listrik, dari generator yang berdaya kurang dari 5000 kilowatt. Aturan keselamatan adalah aturan independen yang memuat hal-hal mendasar yang berkaitan dengan operasional bisnis untuk menjamin keselamatan dan dilaporkan kepada pemerintah.

Gambar 3.8-2 Kedudukan Standar Teknis Instalasi Ketenagalistrikan
Gambar 3.8-2 Kedudukan Standar Teknis Instalasi Ketenagalistrikan

Berdasarkan undang-undang ini, standar teknis ditetapkan dalam keputusan (disetujui oleh perdana menteri setelah berkoordinasi dengan badan pemerintah terkait). Pemeriksaan instalasi listrik oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin: MIA) juga tidak dilakukan sesuai standar teknis sehingga menjadi permasalahan. Masih belum ada undang-undang yang mengatur usaha ketenagalistrikan dan standar teknis ketenagalistrikan yang diatur pemerintah.

Tidak ada peraturan yang setara dengan standar kelistrikan dan diterapkan berbagai standar dari negara lain. Sebagai acuan dalam mengembangkan standar teknis dalam rangka penyediaan listrik yang stabil dan memperkuat sistem keamanan dan keselamatan di Indonesia, kami telah mengembangkan standar teknis ketenagalistrikan di bidang-bidang utama (pembangkitan, transmisi, distribusi) di negara-negara ASEAN yang diteliti. Sedangkan Tabel 3.8-3 merupakan standar teknis terkait penyediaan tenaga listrik yang stabil dan penguatan sistem keselamatan di Jepang dan negara maju lainnya.

Sumber: Berdasarkan “Laporan Akhir Kebijakan Kerjasama Teknis dan Perbandingan Internasional Standar Teknis Ketenagalistrikan”.

Tabel 3.8-2 Daftar Perbandingan mengenai Pengembangan Standar Teknis dalam rangka Penyediaan Tenaga Listrik secara Stabil dan Penguatan Fungsi    Keselamatan di Negara ASEAN
Tabel 3.8-2 Daftar Perbandingan mengenai Pengembangan Standar Teknis dalam rangka Penyediaan Tenaga Listrik secara Stabil dan Penguatan Fungsi Keselamatan di Negara ASEAN

Gambar

Gambar 1.4-1 Konsep Studi secara keseluruhan
Gambar 1.5-1 Alur Kerja Studi
Tabel 1.7-1 Anggota Tim
Gambar 2.2-1 Kerangka Sektor Ketenagalistrikan di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait