• Tidak ada hasil yang ditemukan

Station Rotation Blended Learning

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Station Rotation Blended Learning"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

INTERNATIONAL JOURNAL OF PUBLIC DEVOTION

e-ISSN: 2614-6762 dan p-ISSN: 2614-6746 This work is licensed under

a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License .

Station Rotation Blended Learning Sebagai Restrukturisasi Jam Tatap Muka Di Kelas Virtual Sekolah Dasar

Annisa Muthmainnah1, Meidawati Suswandari 2

Universitas Veteran Bangun Nusantara 1,2

[email protected]1, [email protected]2 , Kata Kunci

station rotation blended learning, Elemenatry School

ABSTRACT

The purpose of this study is to describe the rotation of mixed learning stations as a restructuring of face-to-face hours in elementary school virtual classrooms. The research method uses literature study by collecting a number of books, papers, journals, left and magazines.

The technique of studying data is by identifying discourse from books, articles, magazines, journals, newspapers, the internet (web), or other information related to virtual education. The data analysis technique used descriptive analysis, content analysis, and critical analysis. The results showed that the rotation of the integrated learning station is suitable to be applied in elementary school virtual classes which are the basis for the development of attitudes, character and intelligence.

In addition, through station rotation, blended learning can create intelligent and character human resources, creating students who are capable of utilizing educational technology in the face of the 4.0 industrial revolution which will usher in a golden age.

Kata Kunci

station rotation blended learning, sekolah dasar

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan station rotation blended learning sebagai restrukturisasi jam tatap muka di kelas virtual sekolah dasar. Metode penelitian menggunakan studi pustaka dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, makalah, jurnal, lefleat, dan majalah. Teknik pengumpulan data dengan cara mengidentifikasi wacana dari buku-buku, artikel, majalah, jurnal, koran, internet (web), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan pendidikan yang bersifat virtual. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis isi, dan analsisis kritis. Hasil penelitian menunjukan bahwa station rotation blended learning cocok diterapkan di kelas vitual SD yang menjadi dasar pembangunan sikap, karakter dan kecerdasan.

Selain itu melalui station rotation blended learning dapat menciptakan SDM yang cerdas dan berkarakter, menciptakan siswa yang cakap memanfaatkan teknologi pendidikan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang akan mengantarkannya pada masa keemasan.

PENDAHULUAN

(2)

Guru dalam aktivitas pembelajaran secara tatap muka/kehadiran merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan, karena guru merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran. Guru memiliki banyak peran dalam pembelajaran tatap muka, termasuk diantaranya guru sebagai informatory harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara jelas dan mudah diterima oleh siswa. Akan tetapi dengan kondisi saat ini masa Pandemi Corona sekaligus visi misi menuju revolusi indutri 4.0 diharapkan guru senantiasa menginovasikan dirinya pada pembelajaran daring dengan memanfaatkan perkembangan teknologi (Suswandari, 2017, 2018).

Peran guru tersebut merujuk visi bangsa Indonesia pada visi perkembangan teknologi untuk mencapai puncak keemasannya pada tahun 2045. Kondisi yang saat ini sedang diwacanakan salah satunya bahwa Indonesia sedang menghadapi tantangan baru, yaitu revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 adalah perubahan besar-besaran yang menggunakan Cyber Physical System, gabungan antara domain digital, fisik, dan biologi sebagai dasar perubahannya (Klaus Schwab, 2017). Revolusi industri 4.0, dimana 75%

pekerjaan melibatkan kemampuan sains, teknologi, teknik dan matematika, internet of things, dan pembelajaran sepanjang hayat (Zimmerman, 2018). Tentu saja hal itu merupakan tantangan bagi tenaga pendidik untuk memperbaiki sumber daya manusia di Indonesia dengan cara baru yang mengikuti perkembangan zaman tetapi juga efektif sehingga mampu membawa Indonesia melalui revolusi industri 4.0 dan terwujudnya visi Indonesia emas 2045.

Demi bersaing di era revolusi industri 4.0, Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan sumber daya manusia dengan teknologi digital (Ristekdikti) (Parray, ILO, 2017). Perwujudan hal tersebut, tentu tidak luput dari pendidikan formal dari pemerintah, karena pemerintah berkewajiban menyelenggarakan proses pendidikan bagi warganya.

Seperti yang telah tercantum pada UUSPN Pasal 11 butir (1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi (Idrus, 2012: 1-2).

Praktik pendidikan sekarang ini, setiap siswa akan diberikan materi yang sama dalam waktu yang sama, sedangkan daya tangkap setiap siswa berbeda-beda. Karena itulah terjadi sebuah kesenjangan diantara siswa.

Dengan demikian, pendidikan diyakini memiliki kemampuan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) (Idrus, 2012: 1). Definisi Hendriana dan Jacobus, yang mengacu pada UU RI No. 20 tahun 2003 bahwa pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar

(3)

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Kemdiknas, 2003).

Hal ini juga dipertegas dari Kemendikbud yang menyampaikan bahwa kualitas karakter merupakan salah satu aspek untuk membangun generasi emas 2045, yang disertai kemampuan dalam aspek literasi dasar dan kompetensi abad 21 (http://cerdasberkarakter.kemendikbud.go.id). Adapun karakter yang saat ini sedang menjadi nilai dalam pembiasaan pada siswa di sekolah yaitu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Nilai karakter PPK (penguatan pendidikan karakter) yang menjadi target dalam program pemerintah tersebut adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas (http://cerdasberkarakter.kemendikbud.go.id). Seperti yang telah disampaikan juga oleh Al Munawar dalam definisi Yetri, bahwa pendidikan karakter menjadi kunci utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Yetri, 2017: 270). terutama di tingkat SD sebagai dasar dari jenjang pendidikan.

Pentingnya pendidikan karakter tersebut, tidak terlepas dari beberapa kasus yang muncul saat ini dengan menurunkan karakter anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan 24 kasus di sektor pendidikan dengan korban dan pelaku anak pada bulan Januari sampai dengan 13 Februari 2019. Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti memaparkan mayoritas dari 24 kasus itu terkait dengan kekerasan dengan korban atau pelaku anak. Tercatat jumlahnya sebanyak 17 kasus yang terkait kekerasan (www.kpai.go.id).

Selain adanya degradasi karakter pada anak, juga munculnya masalah kesenjangan antar siswa yaitu pendidikan yang belum merata di wilayah Indonesia. Menjawab permasalahan tersebut, sebenarnya mulai perluasan akses pendidikan dan peningkatan pemerataan pendidikan (Hakim, 2016: 61). Hal ini dilakukan melalui pemerataan jumlah tenaga pendidik. Indonesia membutuhkan tenaga pendidik yang profesional untuk mencerdaskan siswa di seluruh daerah Indonesia, terutama yang berada di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal supaya pendidikan merata antara siswa di daerah perkotaan dengan siswa yang berada di daerah terpencil. Tidak seperti pendidikan, internet hampir menjangkau seluruh daerah di Indonesia melalui program pemerintah palapa ring dan desa boardband (Wahab, 2016: 202). Hampir semua orang bisa menggunakan internet. Namun, saat ini internet tidak digunakan secara efektif dan produktif (Nugraha, A.S, Laksono, B, Anarsih, R

(4)

& Suswandari, 2019). Karena itulah, antara pendidikan yang ada di Indonesia dengan penggunaan teknologi internet menjadi tidak seimbang. Sehingga sumber daya manusia kita masih belum mampu bersaing dalam revolusi industri 4.0.

Oleh sebab itu, melalui penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan station rotation blended learning sebagai restrukturisasi jam tatap muka di kelas virtual sekolah dasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dengan mengumpulkan sejumlah buku- buku, makalah, jurnal, lefleat, majalah yang berkaitan dengan masalah pendidikan yang bersifat virtual. Data yang diperoleh berasal dari dokumen pribadi yang berupa bahan-bahan orang yang diucapkan dengan kata-kata mereka sendiri (Arief Furqon, 1992: 23). Sehingga pengumpulan datanya dengan cara mengidentifikasi wacana dari buku-buku, artikel, majalah, jurnal, koran, internet (web), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan pendidikan yang bersifat virtual. Adapun analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis isi, dan analsisis kritis. Analisis deskriptif yaitu mengumpulkan dan menyusun data kemudian dianalisis. Analisis isi yaitu memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan dari sebuah dokumen yang telah diperoleh. Sementara itu analisis kritis yaitu penafsiran pada teks dan menyikapi makna dibalik suatu peristiwa secara ilmiah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Station Rotation Blended Learning adalah metode pembelajaran yang dapat menjangkau seluruh daerah di Indonesia yang bersifat fleksibel, kreatif, dan inovatif yang berbasis internet sehingga mampu bersaing dalam era revolusi industri 4.0 dan mengikuti perkembangan teknologi global namun tetap menjunjung tinggi pendidikan karakter.

Blended learning sendiri adalah proses pembelajaran yang menggabungkan antara metode pembelajaran tradisional (tatap muka) dan online (Prayitno,2015:3).

Watson menjelaskan blended learning sebagai konvergensi antara komponen terbaik pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online (Watson, 2008: 4). Hal serupa juga diungkapkan oleh Graham yang mendefinisikan blended learning sebagai kombinasi pembelajaran dari dua model proses belajar-mengajar yang secara sejarah berbeda, yaitu antara sistem pembelajaran tradisional (tatap muka) dan sistem pembelajaran terdistribusi (distributed learing system) (Bonk & Graham, 2006: 5). Sistem pembelajaran terdistribusi terjadi karena adanya pemanfaatan potensi yang luar biasa dari teknologi elektronik,

(5)

khususnya komputer dan internet sehingga memungkinkan siapapun dapat belajar dimanapun dan kapanpun. Lebih dalam Bonk dan Graham menyatakan bahwa blended learning pada dasarnya mengkombinasikan aspek positif dari dua jenis lingkungan belajar yaitu pembelajaran di kelas dan pembelajaran berbasis internet (Bonk & Graham, 2006: 16).

Jadi, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa dengan blended learning kelemahan pada pembelajaran tatap muka dapat diatasi dengan kelebihan pembelajaran online. Begitu pula sebaliknya, kelemahan pembelajaran online dapat diatasi dengan kelebihan pembelajaran tatap muka. Akan terjadi kesinambungan antara cara tradisional dengan cara modern (Chaeruman, 2013: 5-6).

Metode pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka secara intens, akan menjadikan kontak pribadi (personal contact) antara komunikator (pendidik) dan komunikan (siswa).

Ketika pendidik menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (Nur, 2017: 164).

Disinilah kelemahan blended learning. Karena dalam prakteknya, metode pebelajaran tatap muka dalam blended learning lebih sedikit daripada pembelajaran online. Hal itu menyebabkan pendidik kurang memahami karakteristik siswa dan siswa juga akan merasa sungkan untuk bertanya secara langsung karena tidak terbiasa bertemu.

Blended learning dirasa kurang cocok dikembangkan dengan kurikulum pendidikan karakter untuk SD. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pohan dari Universitas Terbuka, Peran komputer dan internet memunculkan perilaku individualisme diantara siswa SD yang ditelitinya, artinya menunjukan bahwa perlakuan tertentu akan berlaku untuk orang tertentu pula, (Pohan, 2016: 236). Apabila tidak dibarengi dengan pendekatan yang tepat oleh pendidik, blended learning justru menyebabkan individualisme berkembang di Indonesia. Maka dari itu, penulis ingin mengenalkan suatu metode yang dirasa cocok diterapkan dalam era revolusi industri 4.0 tapi masih mempertimbangkan pendidikan karakter.

Station rotation blended learning adalah gubahan metode blended learning yang menggabungkan tiga komponen pembelajaran dalam satu jam tatap muka. Ketiga komponen pembelajaran tersebut adalah online instruction, teacher lead instruction, dan station.

Berbeda dengan blended learning, station rotation blended learning mendukung pembelajaran karakter karena menggabungkan seluruh pengalaman belajar (Govindaraj, 2017: 5) dan menerapkan 5 nilai karakter pada siswanya.

(6)

Teacher lead instruction diharapkan pendidik menyampaikan konsep dasar suatu materi dan langkah-langkah penyelesaiannya (http://maglearning.wordpress.com). Siswa dapat bertanya tentang materi yang belum mereka pahami secara langsung. Hal ini bertujuan supaya siswa paham dengan materi yang sedang diajarkan dan mendekatkan antara siswa dengan pendidik. Selanjutnya online instructure, siswa diarahkan untuk belajar secara individu dengan mengakses materi secara online serta mencari sumber-sumber lain dari internet (http://www.kompasiana.com). Tujuan online instruction adalah supaya siswa mampu berpikir kritis dan mandiri dalam pemecahan masalah. Lalu pembelajaran yang ketiga yaitu station, siswa melengkapi dan memperbaiki pemahaman materi pembelajaran mereka dengan berdiskusi secara kelompok tentang mengaplikasikan materi tersebut dalam masalah dan kehidupan sehari-hari.

Pengaplikasian Station rotation blended learning di Sekolah Dasar diimbangi dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Anggraeni, Soedjono, 2018: 37). Berikut peran Station rotation blended learning kepada pengembangan 5 nilai karakter siswa SD;

1. Religius, adalah nilai yang mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (http://www.kemendikbud.go.id). Dengan station rotation blended learning, siswa SD menjadi selalu bersyukur terhadap Tuhan karena manusia diberi akal untuk selalu berinovasi dalam pendidikan, contohnya inovasi dalam pembelajaran online.

2. Nasionalisme, siswa SD menjunjung tinggi ciri khas budaya, kearifan lokal lewat metode pembelajaran station yang digunakan oleh pendidik untuk menyisipkan nilai budaya Indonesia.

3. Mandiri, wujud nilai kemandirian berupa semangat kerja keras, tangguh, memiliki daya berjuang tinggi, professional, kreatif, pemberani (Anshori, 2017: 14). Karena siswa dituntut belajar sendiri dalam metode pembelajaran online learning, nilai mandiri akan tumbuh dalam karakter siswa SD.

4. Gotong royong, melalui metode pembelajaran station yang ada dalam Station rotation blended learning membuat nilai gotong royong siswa meningkat karena diskusi dan kerja kelompok yang ada di dalamnya.

5. Integritas adalah nilai utama yang melandasi pola pikir, sikap dan perilaku amanah, setia pada nilai-nilai sosial dan moral (Anshori, 2017: 15). Melalui station rotation blended learning, siswa akan memiliki kesadaran untuk saling bertanggung jawab sebagai pribadi yang tangguh atas tugas dan kewajibannya dalam pembelajaran di kelas.

(7)

Upaya untuk menerapkan metode Station rotation blended learning, setiap pendidik juga memiliki tanggungjawab untuk bisa menanamkan 5 nilai karakter terhadap semua siswa, melalui proses pendidikan di dalam kelas maupun di luar kelas (Anshori, 2017: 15). Oleh karenanya, diperlukan pendidik yang telah tersertifikasi oleh lembaga pelatihan program station rotation blended learning. Pelatihan tersebut dilakukan secara bertahap sampai tenaga pendidik memiliki kecakapan dalam menggunakan komputer dan internet. Pendidik juga diajarkan metode pembelajaran tatap muka yang aktif dan aplikatif. Pelatihan tersebut akan menghasilkan pendidik yang mumpuni, kreatif, inovatif, dan tentunya siap menerapkan station rotation blended learning secara professional.

KESIMPULAN

Station rotation blended learning cocok diterapkan di kelas vitual SD yang menjadi dasar pembangunan sikap, karakter dan kecerdasan. Selain itu, juga berdampak pada pengembangan sumber daya manusia. Station rotation blended learning juga dapat mengatasi masalah pemerataan pendidikan, melalui pembelajaran berbasis internet yang notabene hampir seluruh masyarakat dapat menggunakan dan mengaksesnya, dipadukan dengan stasiun pembelajaran teacher lead instruction, dan station. Selain menciptakan SDM yang cerdas dan berkarakter, station rotation blended learning juga menciptakan siswa yang cakap memanfaatkan teknologi pendidikan, lewat praktik pembelajaran online setiap harinya. Sehingga Indonesia bisa optimis dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang akan mengantarkannya pada masa keemasan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara yang telah menaungi dalam pelaksanaan penelitian ini..

REFERENCES

Anggraeni, R.A dan Soedjono. 2018. Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Di Sdn Mangkang Wetan 02 Kota Semarang. Jurnal Manajemen dan Kebijakan Publik.

Anshori, I. 2017. Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah. Halaqa: Islamic Education Journal 1 (2), Desember 2017, 11-22.

(8)

Bonk, C.J. & Graham, C.R. 2006. The Hand book of Blended Learning: Global Perspective, Local Design. San Fransisco, California, USA: John Wiley and Sons, Inc.

Chaeruman, U.A. 2013. Merancang Blended Learning yang Membelajarkan. Jurnal Seminar Nasional Dan Kongres Alumni Dengan Tema ”Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Penggunaan Sumber-Sumber Dan Teknologi Yang Tepat”, Universitas Negeri Sebelas Maret.

Govindaraj, A. 2017. Blending Flipped Classroom and Station Rotation Models in Enhancing Students’ Learning of Physics. Sunway College.

Hakim, M. 2016. Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan Amanat Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal EduTech Vol. 2 No. 1 Maret 2016.

Hendriana, E.C dan Jacobus, A. 2016. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia Volum 1 Nomor 2 bulan September 2016. Page 25 – 29.

Mahalli, Nurkamto J, Mujiyanto J, dan Yuliasri S. 2019. The Implementation of Station Rotation and Flipped Classroom Models of Blended Learning in EFL Learning. English Language Teaching; Vol. 12, No. 12; 2019.

Nur, E. 2017. Perilaku Komunikasi Antara Guru Dengan Siswa Broken Home. Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 20 No. 2, Desember 2017: 161-174.

Nugraha, A.S, Laksono, B, Anarsih, R & Suswandari, M. (2019). Persepsi Siswa dalam Studi Pengaruh Daring Learning terhadap Minat Belajar IPA. Scaffolding, 1(2), 30–38.

Pohan, S.S, 2016. Blended Learning Sebagai Strategi Pembelajaran Di Era Digital. Jurnal Prosiding Temu Ilmiah Nasional Guru (Ting) Viii.

Sobron, A.N, Bayu, Rani, dan Meidawati, S. 2019. Pengaruh Daring Learning terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. Seminar Nasional Sains Dan Enterpreneurship VI Tahun 2019. 21, Agustus 2019, Semarang, Indonesia. 1-5.

Sulistyorini S. 2018. Infusing Active Learning Strategies into Station Rotation Model in English Classroom. 10th International Conference on Language, Education, and Innovation 14th – 15th April, 2018.XSuswandari, M. (2017). Keterampilan guru sekolah dasar dalam mengembangkan bahan ajar IPS. Edudikara: Jurnal Pendidikan Dan

Pembelajaran, 2(4), 354–363.

Suswandari, M. (2018). Membangun budaya literasi bagi suplemen pendidikan di indonesia.

1(January), 20–32.

Yetri dan Firdaos, R. 2017. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (Smpn) Di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.

Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8,No. II 2017.

(9)

http://cerdasberkarakter.kemendikbud.go.id (diunduh pada tanggal 28 September 2019).

http://www.kemendikbud.go.id (diunduh pada tanggal 28 September 2019).

http://www.kpai.go.id (diunduh pada tanggal 27 September 2019).

Referensi

Dokumen terkait

The research findings show that (1) there are nineteen types teacher talk which uttered by teacher in English teaching and learning process in EFL classroom at SMAN 1 Majene in

Understanding the stages of Crisis management Benefits of ICT Enabled Learning 2.1 Cost effectiveness:Not only cost of data by telecom companies are getting cheaper day by day but