Ruang lingkup gaya bahasa meliputi diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat (sintaksis), kiasan dan kiasan, pola rima, bahasa yang digunakan seorang pengarang atau terkandung dalam suatu karya sastra.10. Karya sastra yang mempunyai corak kebahasaan tersendiri antara lain Diwan al-Imam esh-Syafi'i yang berisi kumpulan puisi karya seorang imam madzhab fiqh yaitu Imam al-Syafi'i yang dikenal sebagian besar umat Islam di Indonesia.
Fenomena Bahasa
Stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra. aspek makna), dengan melihat penggunaan kata, struktur bahasa dan unsur lainnya 32.
STILISTIKA
Pengertian
Stilistika dapat diartikan sebagai sesuatu yang digunakan dalam kajian bahasa dalam karya sastra. 38 Stilistika erat kaitannya dengan bentuk dan cara penyajian gaya bahasa seseorang dengan mempelajari potensi bahasa yang digunakan untuk tujuan tertentu, 39 dan memperhatikan. kepribadian pengguna bahasa, baik melalui pilihan kata maupun penyimpangan kata sebagai wujud gaya bahasa tersebut.40. Stilistika merupakan suatu orientasi terhadap gaya bahasa yang mempunyai ekspresi kebahasaan yang dibingkai oleh nilai-nilai estetis. 41 Gaya bahasa akan memberikan dorongan yang lebih efektif, baik lisan maupun tulisan.
Sejarah Stilistika Dalam Tradisi Barat dan Arab
Kedua, gaya bahasa sesuai dengan jumlah situasi dan keadaan, bidang makanan, dan kemampuan pribadi dalam menyusun tuturan. Keempat, al-Baqillani pada pertengahan abad ke-4 H mengatakan bahwa gaya bahasa erat kaitannya dengan penuturnya.
Stilistika/ ‘Ilm al-Uslub dengan Ilmu Lain
Stilistika berkaitan dengan kritik sastra karena mempunyai obyek materiil yang sama, yaitu karya sastra. Stilistika dan estetika berbicara tentang keindahan yang mengandung nilai seni. 80 Selain persamaan, terdapat juga perbedaan.
Kajian Stilistika
Untuk menganalisis keseluruhan makna, dalam bidang ini merangkumi semua kajian linguistik (fonologi, leksikal, morfologi dan sintaksis). Dalam hal ini termasuk at-taswir bi at-tasybih, al-taswir bi al-majaz, al-taswir bi al-isti'arah, al-taswir bi al-kinayah, al-tanasuq al-fanni fi as-surah. . 104 Analisis dalam bidang ini bertujuan untuk mencari unsur keindahan yang digunakan oleh penyair dalam puisinya.
DIWAN AL-IMAM ASY-SYAFI’I
Imam Syafii
Ia menguasai kosa kata dengan baik namun ia tidak bermain-main dengan kalimat melainkan merangkainya dengan kedalaman fiqh sehingga menghasilkan pesan yang mudah diingat dan diucapkan serta tidak menimbulkan kebosanan karena puisinya yang seperti itu. dikenal sebagai ijaz atau ringkas.
Pembukuan Syair Imam Syafii
Berikutnya yang paling akurat dan dapat menjamin keabsahannya bagi para pemerhati penelitian adalah berbagai puisi terbitan Dar al-S|akafah, di bawah pimpinan Zuhdiy Jakaun. Syair-syair Imam Siafi disajikan dengan bahasa yang sederhana, indah, mudah dipahami, jelas dan ringkas.
BIOGRAFI AL-IMAM ASY-SYAFI’I
- Garis Keturunan
- Tempat Kelahiran
- Riwayat Pendidikan
- Kepribadian Imam Syafi’i
- Guru-gurunya
- Murid-muridnya
- Karya-karyanya
Silsilah Imam Syafi'i dan Nabi SAW bertemu dengan kakeknya yaitu Abdi Manaf bin al-Qusyayyi.113. 113 Juwariyah, Pendidikan Akhlak dalam Puisi Imam Syafi'i dan Ahmad Syauqi (Yogyakarta: Akademik UIN SUKA, 2008), hal.
ANALISIS STILISTIKA DALAM DIWAN AL IMAM AS SYAFI’I
Kemudian 'ilm al-aswat as-sam'iy (pendengaran), kajiannya terhadap seluruh aspek bunyi yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran. Pada tahap ini yang menjadi fokus penelitian adalah penggunaan ‘ilm al-aswat an-nutqiy, karena penerapannya sesuai dengan kajian bahasa, bukan ilm al-aswat fizayaiy dan ‘ilm al-aswat as-sam’iy.
Bunyi hamzah dalam fonologi bahasa Arab termasuk dalam kategori aqsal halaq (farfaringeal), yaitu konsonan yang terdapat pada krikoid, karena bunyi dan pengucapan huruf hamzah muncul dari organ mulut yang paling dalam.
ءاضقلا
Huruf ba' dalam fonologi bahasa Arab merupakan huruf konsonan yang terdapat pada kedua bibir. Cara pengucapannya adalah dengan menempelkan bibir atas bersamaan dengan bibir bawah. Proses ini disebut safawiyyah (bilabial). 149 Akhiran huruf ba' dalam puisi Imam Syafi'i seperti pada ayat: 150.
ناك امو نوكي ام نأ ًالماع ٌبجاو نميهلما نم ٌءاضق
مه نم يسفن ُتْحرأ ٍدـحأ ىلع ْدِقحأ ملو ُتوفع امل
تاوادعلا
Dalam fonologi Arab, huruf ha' termasuk dalam kategori bunyi aswat al-halaq (faring), yaitu konsonan yang terdapat pada kelenjar tiroid.155 Qafiah ha' dalam ayat Imam Syafi'i berbunyi sebagai berikut:156.
حَصْنأ كاَّيإ
يضقنت لا ٌةريثك ِنامزلا ُنَحِم كيتأي هُرورسو
داــيعلأاك
Huruf ra' termasuk dalam kategori bunyi konsonan zalakiyah (Apicopalatalal), yaitu konsonan yang timbul karena ujung lidah ditekan pada langit-langit keras 159 Qafiyah ra' seperti pada syair Imam Siyafi berikut ini: 160.
رـِباكُت
سنأ وذ مـهللا كـتمحرـب يِبلق رهجلاو رسلا يف
سلغلاو ِحابصلإاو
ـخأو ٌّقـح ُصَل
اضْرَع
Huruf fa' termasuk dalam fonologi bahasa Arab dalam kategori asnaniyyah syafawiyyah (Labiodental), yaitu konsonan yang terdapat pada gigi bawah dan bibir atas, gigi bawah berdekatan dengan bibir atas.
اــفُّسأتلا
يقلاـخ للها ىلع يقزر يف ُتْلكوت للها نأ ُتـْنقيأو
لا
يقِزار َّكش
ــًلـهاج وها
Dalam fonologi Arab, huruf ya' sebagai bunyi jim termasuk wast al-hanak (Mediapalatal), iaitu konsonan yang muncul kerana bahagian tengah lidah dekat dengan lelangit keras.183 Dalam syair Imam Syafii. huruf itu muncul sebagai rima dalam bait-baitnya, termasuk dalam ayat berikut: 184.
سْأت لا ٍتِئاف يلع ايندلا يف
هَيفاعو ُملاسلإا كدنعو –
اـهُباــهِش َءاَضَأ
هُبِباَسُم
نم ُنَوْهأ ِضْعب
هِّمأ
Kafi jenis ini banyak digunakan oleh penyair, seperti ayat syi'ir bahr tawil dan bahr rajaz berikut:187. Pantun yang mempunyai sifat malu seperti ini tidak jarang dilakukan oleh penyair lain, seperti rangkap berikut: 190.
ىِراّسلا اهب
Pada kedua bait puisi tersebut terlihat jelas adanya rima yang berulang-ulang serta mempunyai kata dan makna yang sama, yaitu kata عَمَط dan عَمَّطلا.
ىِراّسلا هِحابْصم
ءاـــشت اـم لعفت مايلأا عد
مكح اذإ اسفن بطو
اهسنؤي للها لوسر ملح ناك دق–
يبأ شطب ءاجف
صفحاهيشخي
Dalam gubahan syair di atas jelas terdapat perbezaan 'arud dan darb, yang dapat dilihat pada lafaz حوخأ dan اض رَع, daripada kedua lafaz tersebut terdapat perbezaan bunyi dalam periwayatan. Dalam tradisi syair Arab, gaya ayat musmat ini juga banyak muncul, seperti pada ayat berikut: 197.
ةعانقلا نأ – ةلهاج تنك نإ يملعاو يبهذا لاق اهيساك سفن ينغت
Menurut terminologinya, bahr adalah pengulangan beberapa taf’ilah yang mengarah pada tujuan melakukan syi’r. Bahasa Arab diawali dengan satuan bunyi kemudian menjadi taf'ilah, dari taf'ila inilah terbentuk bahr (lagu).200.
نُتَلَعافُم
يلاـيللا ةثداــحِل ْعَزْجت لاو
اـيندلا ِثداوحل امف
ءاــقَب
تلاوعفم نلعفتسم نلعفتسم
نلعفتسم نلعفتسم
تلاوعفم
نتلاعاف ،نل عفتسم ،نتلاعاف -- ،نل عفتسم ،نتلاعاف نتلاعاف
نليعافم نلوعف نليعافم نلوعف
نلوعف نليعافم نلوعف
نليعافم
امـلاع دلوي ءرلما سيلف مَّلعت وه نمك م لع وخأ س يلو
لـهاج
نلوعف نلوعف نلوعف نلوعف
ىولها ّنإف كاو ه فِلاخف باــعي اـم لىإ س فنلا دوقي
نلعاف نلعفتسم نلعاف نلعفتسم
نلعاف نلعفتسم
دـحأ ىلع دِقحأ لمو توفع الم ِّمه نم يسفن ت حرأ
نلعافتم نلعافتم نلعافتم
عافتم نلعافتم نل
نلعافتم
هتمذب تقلع وأ ، نيم لان نم
هــتَّنم رـكاش لله هـتأربأ
نتلاعاف نتلاعاف نتلاعاف
نتلاعاف نتلاعافنتلاعاف
نلعفتسم تلاوعفم نلعفتسم
تلاوعفم نلعفتسم
نلعفتسم
يد ك ن
Dalam puisi Imam Syafi'i terjadi gaya bahasa seperti ini, yang terdapat pada bait puisi berikut ini: 225. Pada puisi di atas terlihat gaya bahasa anaforis kata ين وَأَر نإو yang mengalami proses pengulangan sebanyak dua kali. , hal ini jelas digunakan untuk menekankan makna yang diharapkan oleh penyair.
هِلعفب هيقفلا وه هيقفلا نإ هلاق مو هِق طنب هيقفلا سيل –
Epanalepsis adalah pengulangan kata terakhir suatu kalimat atau baris kalimat dengan mengulang kata pertama. Simploke merupakan pengulangan yang diletakkan pada awal dan akhir kalimat secara tidak berurutan. tujuan dan niat penyair akan terlihat.
Dalam puisi ini terdapat gaya bahasa sederhana yang terdapat pada kata اًم لع dan اًم لع (ilmu), melalui gaya bahasa seperti ini menunjukkan pengaruh terhadap makna yang muncul, yaitu dalam mempertegas makna kata yang ada. berarti pengetahuan. Gaya pengulangan ini merupakan salah satu gaya bahasa yang digunakan Imam Syafi’i dalam puisinya.
باــعي اـم لىإ س فنلا دوقي -- ىولها ّنإف كاو ه فِلاخف
Bait puisi ini mengalami pengulangan kata pada salah satu bagian Sadr secara ringkas dan ringkas, terbukti dari kata ىوه (kecenderungan nafsu) yang diulangi oleh Imam Syafi’i sebanyak dua kali. Gaya bahasa seperti ini disampaikan dengan maksud untuk menegaskan makna kata kepada pembacanya, yaitu agar selalu sadar akan kecenderungan pribadi terhadap sesuatu yang buruk.
دـــِساــح
Dalam puisi ini terdapat gaya bahasa asonansi, hal ini terlihat pada keseluruhan bait yang mempunyai vokal yang sama dan seimbang dari awal hingga akhir bait. Dengan demikian kesan yang muncul menjadi terlihat, yaitu keindahan bunyi dan penekanan makna yang terkandung dalam syair puisi tersebut.
اــه ملعت تنأ اًبونذ تيتأ دقو اـهيف يحِضاف نـكت لمو
Aku belum pernah melihat saat aku dalam masalah mereka bahagia - Dan saat aku bahagia mereka iri.
يس م ِلعفب
Pengakuan tersebut secara jelas disampaikan Imam Syafi'i melalui puisinya yang bernuansa dan intonasi sedih. Imam Syafi'i dalam menyusun puisinya tidak lupa menggunakan kata-kata yang bunyinya seperti ini, seperti ayat berikut: 237.
Analisis tahap kedua dalam penerapan stilistika adalah al-Tahlil es-Sarfiy (Analisis Morfologi); Artinya, mencari perubahan suatu kata pada tingkatannya, termasuk perubahan makna yang terjadi. Penggunaan gaya bahasa jenis ini oleh Imam Syafi'i terlihat pada bait sya'rnya yaitu pada Qafiyah Ha' yang bertemakan ةملاس توكسلا, bait pertama adalah sebagai berikut242:.
اولاق تلق ت مِصو خ دقو َّتكس
رشلا بابل باولا نإ
حاتفم
اهتمعط نيإف ايندلا قذي نمو #
ابهاذعو ابهذع انيلإ قيسو
ابهاذعو انيلإ ابهذع قيسو اهتمعط نيإف ايندلا قذي نمو
Dua kata yang digaris bawahi pada ayat di atas yaitu “بذع dan باذع” secara harafiah berarti demikian. Pada contoh terjemahan literal di atas tentu akan memberikan makna yang jauh dari konteksnya, mengingat penulis ayat tersebut terlebih dahulu menyebutkan bagaimana perasaan atau cita rasa (dunia) seseorang.
اهتمعط نيإف ايندلا قذي نمو
انيلإ قيسواهرمو اهولح
لاو ينلحاصلا ركذب يلع ننماف نيدلا في اًذإ ّيلع لعتج #
الا ذ ُّطق يِداعلأل ِر ت لاو ةتاشم نإف #
ةتاشم نإف يداعلأل طق لاذ رت لاوءادعلأا
ءلاب
Di kawasan ini terdapat penyelewengan sintaksis dalam penggunaan kaidah.249 Seperti dalam usbulul fi'il (bentuk kata kerja).250 Kemudian dalam usbulul ism (bentuk kata nama) yang mempunyai unsur ikhtiyar (keutamaan), yang merangkumi bahasa. . gaya ma'rifat t (pasti), dan nakirah (tidak tentu).251 Dalam bidang ini juga kita membincangkan gaya bahasa tarkib al-rabti (polysyndeton), nida' (seruan),252 dan tadamih dan ta'khir, juga tentang hadf. atau penyingkiran sesuatu perkataan.253 Madi bi ma'na mudari' (masa lampau bermaksud sekarang) Secara umumnya kata kerja madi digunakan untuk menunjukkan masa lalu 255 Dan dalam penggunaannya ia akan membawa maksud yang lain apabila terdapat makna dan tujuan tertentu dalam ucapan.
هـِباذـ ـع
Ism ialah kata nama yang fungsinya membina bahasa.258 Ism berbentuk ma'rifat (pasti), dan nakirah (tidak tentu). Dalam hal ini, Imam Syafiu telah menggunakan gaya bahasa untuk mendendangkan syair berikut: 262.
Selanjutnya pada kata ُالل kata ini mempunyai bentuk kata benda yang jelas karena merupakan bagian dari ism ma'rifat karena terdapat tanda alif lam (لا) pada kata tersebut. Nakirah adalah kata benda yang menunjuk pada sesuatu yang tidak jelas dan masih umum.263 Nakirah sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang masih umum dan tanpa memerlukan spesifikasi yang pasti.264.
Ini dinamakan tarkib al-rabti 266 dalam istilah Arab atau boleh juga disebut wasl. 267 Gaya bahasa ini padat, berturut-turut dan saling berkaitan, dalam bentuk ayat atau klausa. Gaya bahasa Tarkib al-rabti adalah salah satu gaya bahasa yang digunakan oleh Imam Syafi'i ketika melantunkan ayat-ayat berikut: 271.
نكف ايفوصو اهيقف يل
ادحاو س حصنأ كايإ للها ِّقحو نيإف
كحصنأ نيإ للها ِّقحو /
ادحاو سيلف ايفوصو اهيقف نك ،كايإ
Keempat, jika khabar dirumuskan berdasarkan mubtadanya.277 Jika ditelusuri asal usul pembentukan ayat yang bergaris di atas, ayat tersebut terdiri daripada kana, ism dan khabarnya. Sehingga sebab pengenalan khabar atas kana dan ismnya dalam contoh di atas mungkin dianalogikan dengan kes yang terdapat dalam susunan mubtada'-khabar.
نليعافم نلوعف نليعافم نلوعف #
نليعافم,
ادحاو سيل ايفوصو اهيقف نك
حصنأ كايإ للها قحو نيإف
ابرص جرفلا برقأ ام لايجم
انج روملأا في للها بقار نم لايجم ابرص جرفلا برقأ ام
Jika kedudukan masdar yang menjadi maful mutlaq berfungsi sebagai pengganti (penyebutan) 'amilnya, maka wajib dihilangkan. Teks di atas menunjukkan bahwa masdar, yang merupakan maful mutlaq, menempati posisi komando; dengan kata lain, masdar berperan sebagai pengganti pengucapan fi'il.
رق راصف هِرانه لوط ِّم لها ني
Dalam istilah Arab, antonim mempunyai arti yang sama dengan tadad,286 yaitu dua kata atau lebih yang mempunyai makna yang berlawanan.287 Bentuk mengacu pada hubungan makna yang berlawanan tanpa membedakan pertentangan yang ada. Penggunaan gaya bahasa antonim dalam penyusunan puisi merupakan salah satu gaya bahasa yang digunakan oleh para penyair Arab terdahulu, termasuk Imam Syafi’i dalam pembacaan puisi berikut: 289.
Gaya bahasa Taltif yang digunakan untuk keperluan tersebut oleh Imam Syafi'i dalam menyanyikan puisi-puisinya, salah satunya adalah sebagai berikut: 293. Contoh gaya bahasa tersebut dapat dilihat pada gubahan puisi Imam Syafi'i sebagai berikut: 295 .