• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi pemerintah dalam mengembalikan fungsi pasar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "strategi pemerintah dalam mengembalikan fungsi pasar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMERINTAH DALAM MENGEMBALIKAN FUNGSI PASAR (STUDI KASUS PASAR NAGARI BALAI GADANG KECAMATAN KOTO

TANGAH KOTA PADANG)

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

Muthia Rusida Rahayu NPM: 10070285

PRORAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

GOVERNMENT STRATEGIES IN RESTORING MARKET FUNCTIONING (CASE STUDY VILLAGE MARKET BALAI GADANG DISTRICTS KOTO TANGAH PADANG CITY)

Muthia Rusida Rahayu

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Background took this problem because once the village market Balai Gadang very crowded because it is the property market village. But since the times village market Balai Gadang be dropped and now becomes less functional. As for the purpose of this study was 1) to describe the factors causing the lack of a fungtioning village market Balai Gadang and 2) to describe the strategy of the government and the pubic to restore the functioning of the village market Balai Gadang. This research uses qualitative method with descriptive type.

Data collection is done by observation and interviews. Informants in this study amounted to as many as 13 people in the form of government KAN, office market, village market traders Balai Gadang and people who are in the village market Balai Gadang. Making informants done intentionally (purposive sampling) based on certain criteria. Namely the data analysis of the data used by the data collection phase data reduction data presentation and conclusion. Lack of a functioning factors village market Balai Gadang that is the internal factors are a) lack of supporting facilities such as parking clean water, toilets and place of player, b) the amount of the rent los on the village market Balai Gadang, c) the market only once a week namely on Friday. 2) external faktors is the existence of a market shock is not far away from the village market Balai Gadang districts Koto Tangah Padang City. Government strategy to restore the functioning village markets Balai Gadang namely a) renovating back in the village market Balai Gadang, b) moving the market to the morning village market Balai Gadang.

Keywords: Strategi, Pemerintah, Fungsi

(4)

PENDAHULUAN

Pasar merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang melakukan transaksi barang dan jasa. Penjual dan pembeli datang kepasar dengan tujuan mengadakan pertukaran untuk memenuhi kebutuhannya. Membahas masalah pasar merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan, karena dalam kehidupan manusia keberadaan pasar memegang peranan yang amat penting dalam menunjang pemenuhan kebutuhan manusia. Sesuai dengan kodratnya sejak dilahirkan dimuka bumi manusia telah memiliki kebutuhan. Pada awalnya kebutuhan itu masih bersifat sederhana namun lama kelamaan dengan semakin majunya teknlogi maka kebutuhan manusia atau masyarakat semakin banyak pula (Deliarnov,1995:1).

Pasar juga penting dalam mempercepat pembauran berkat berkumpulnya macam profesi dengan berbagai suku, agama dan kelompok masyarakat baik sebagai penjual maupun sebagai pembeli. Menurut Thomson (dalam Damsar, 2002:83) pasar mengatur kehidupan sosial, termasuk ekonomi, secara otomatis, karena pencapaian kepentingan pribadi kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik, tidak hanya mereka sebagai pribadi tetapi juga kepada masyarakat sebagai keseluruhan.

Dalam pasar terdapat tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan yaitu penjual, pembeli dan barang.

Pasar berfungsi sebagai pusat ekonomi, reaksi dan pertemuan sosial serta pertukaran informasi. Secara fungsional pasar adalah suatu tempat dimana terjadinya proses tukar menukar yang berlangsung jika sejumlah penjual dan pembeli berkomunikasi dan akhirnya keputusan untuk memindahtangankan barang yang diperjual belikan itu kepada masyarakat pembeli.

Dalam bentuk perencanaan kawasan perumahan kota (DEP.PU.1987) disebutkan bahwa pasar adalah sebagai pusat pembelanjaan kawasan yang fungsi utamanya sebagai pusat pembelanjaan lingkungan yang menjual keperluan sehari-hari (Irchaimi, 1988:21)

Pasar disamping tempat orang mencari barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, juga tempat berlangsungnya interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara inividu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok (Soekanto, 2009:55).

Pasar terbagi dua (2) yaitu pasar modern dan pasar tradisional, pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang / barcode, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri

/ swalayan atau dilayani oleh pramuniaga. Barang- barang yang dijual selain bahan makanan seperti:

buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.

Contoh dari pasar modern adalah swalayan, supermarket, dan minimarket (Slater dan Tonkiss, 2001:13-17).

Sedangkan Pasar Tradisional adalah pasar yang penjual dan pembelinya bertransaksi langsung.

Ciri-ciri dari pasar ini adalah: skala berdagang kecil, waktu terbatas, area perdagangan kecil, keuntungan dari berdagang kecil, tanaman yang bermusiman, barang yang di bawa banyak oleh perempuan, mereka selalu berjalan dengan skala kecil dalam berdagang, pasar di pedesaan memperlihatkan hubungan sosial yang fungsional antara pola ekonomi dan pola sosial yang ada pada masyarakat petani (Dewey, 1962:19).

Menurut Effendi (2005), fungsi pasar tradisional adalah: 1) Tempat atau arena dimana pembeli / permintaan/demand dan penjual / penawaran/supplay bertemu dan terlibat untuk tujuan tukar menukar secara langsung. Dalam fungsi ini diperlukan wilayah/ruang, pelaku, supplay-demand, transaksi, harga. 2) Mempertahankan mekanisme komersialisasi dalam konteks masyarakat lokal.

Mekanisme pasar bersifat swa-kelola / self-regulating dan intervensi / penetrated mechanisme.

Salah satu ciri khas dari masyarakat Minangkabau terletak pada pemerintahan nagari, dimana lembaga pemerintahan yang bersifat fungsional ini tersebar pada setiap nagari Minangkabau, yang masing-masing nagari diatur secara otonom. Nagari dalam menjalankan pemerintahannya didukung oleh sumber-sumber perekonomian tradisional yang termasuk didalamnya pasar nagari, yang berfungsi sebagai tempat bertemunya masyarakat nagari dengan segala kepentingan pada waktu-waktu tertentu. Situasi dan keberadaan Pasar Nagari ini menjadi ciri khas dalam masyarakat nagari (Petri, 2009:1).

Suatu nagari mensyaratkan delapan hal (Navis, 1985:91-94) (dalam Abbas, 2004) yaitu : balairung / ruang pertemuan, termasuk didalamnya masjid; penduduk berbagai suku, daerah pusat / Korong dan luar / hinterland; pos keamanan dan informasi, system pertanian dan hokum pewarisan;

pengaturan rukun keluarga, keramaian dan permainan;

pengaturan kematian dan lokasi makam; pasar, lalu lintas dan tempat mandi. Sebagai komponen nagari, pasar telah ada sejak adanya nagari. Pasar nagari yang ramai menjadi kebanggaan; biasanya ditentukan dari seberapa ekor sapi di potong pada hari pasar. Semakin banyak sapi dipotong berarti semakin besar pasar itu.

Di Minangkabau (Sumatera Barat) Peran Pasar Nagari penting dalam perekonomian dan

(5)

infrastruktur untuk sebuah nagari, dan itu tercermin sebagai wadah perekonomian masyarakat nagari.

Pada intinya pasar sebagai tempat untuk melakukan kegiatan jual beli yang berfungsi sebagai: 1) Tempat pertukaran barang dan jasa 2) Merupakan pusat pelayanan masyarakat 3) Tempat bertemunya masyarakat dan terjadinya interaksi social 4) Tempat rekreasi (Gilarso, 2004:109).

Salah satu pasar tradisional di Sumatera Barat yaitu Pasar Nagari Balai Gadang. Pada awalnya aktifitas perdagangan di pasar nagari Balai Gadang pada masa lalu berpusat di “Nagari Balai Gadang”.

Dalam kehidupan sehari-hari mereka tak terlepas dari pasar ini, bisa dikatakan pasar Balai Gadang adalah sentralisasi dari nagari Balai Gadang di masa lalu, banyak hal dilakukan di pasar Balai Gadang pada masa lalu dari kebutuhan pangan, sandang dan papan.

Kemajuan yang dialami nagari Balai Gadang sebagai hasil dari berbagai usaha anak negerinya (berdagang, pemborong, dan lain-lain) tercermin dari pembangunan-pembangunan yang dilakukan anak nagari pada waktu itu. Sebagai contoh, pada tahun 1836 los-pasar yang pertama dibangun di Pasar Balai Gadang dan sebelas tahun kemudian pada tahun 1841 disusul dengan pembangunan los-pasar yang kedua ditempat yang sama.

Pasar Balai Gadang ini berlangsung pada hari Jum’at dan hari-hari besar seperti ketika mau Maulud Nabi, sehari menjelang Ramadhan dan sehari menjelang lebaran. Banyak orang yang berdatangan dari berbagai daerah yang ada di Kecamatan Koto Tangah, seperti Simpang Tigo Lubuk Minturun, Sungai Lareh, Koto Panjang, Lubuk Buaya, Tabing, Sungai Bangek dan lain-lain. Pasar Nagari Balai Gadang merupakan pasar yang besar terletak yang sangat strategis dipersimpangan jalan Balai Gadang, dekat dengan pemukiman penduduk, mudah dijangkau masyarakat. Para pedagang yang berasal dari berbagai daerah tersebut mereka saling berhubungan dan berinteraksi dengan berbagai kepentingan.

Pada tahun 1990-an terjadi perubahan yang sangat besar pengaruhnya terhadap pasar nagari Balai Gadang. Dulunya pasar nagari Balai Gadang sangat ramai pedagang yang menempati pasar tersebut.

Jumlah pedagang yang berjualan di pasar nagari Balai Gadang berjumlah ± 50 pedagang. Tetapi pada saat sekarang ini jumlah pedagang hanya tinggal ± 6 pedagang. Berdasarkan observasi awal penulis, pada saat sekarang ini dapat dilihat fungsi pasar yang dijelaskan diatas tidak terlihat lagi dipasar Nagari Balai Gadang ini seperti berkurangnya aktifitas jual beli karena dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah pedagang yang berjualan di pasar tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya pasar-pasar kecil atau sering disebut dengan pasar kaget yang buka setiap hari sehingga menyebabkan pasar nagari Balai Gadang tidak berfungsi lagi seperti biasanya. Pasar kaget ini terletak di Kelurahan Balai Gadang yang

tidak jauh dari pasar nagari Balai Gadang. Pasar ini mulai buka pada tahun 2001 dan mulai ramai tahun 2007.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan faktor penyebab kurang berfungsinya Pasar Nagari Balai Gadang.

2. Mendeskripsikan strategi pemerintah dan masyarakat untuk mengembalikan fungsi Pasar Nagari Balai Gadang.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu fungsional struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Dalam teori ini menggunakan sistim AGIL.

Studi relevan dalam penelitian ini yaitu skripsi Mahdalena (2010) dengan judul

“Perkembangan Pasar Lubuk Buaya di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang 1984-2000”. Dan skripsi Selanjutnya Yuliastuti (2011), dengan judul

“Perkembangan Pasar Sasak Ranah Pasisie Pasaman Barat 1980-sekarang”.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini mulai dilakukan sejak Bulan Januari 2015- Bulan Februari 2015. Tempat penelitian ini, di Kota Padang Kecamatan Koto Tangah yaitu di Pasar Nagari Balai Gadang, Kantor KAN Kenagarian Koto Tangah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha mengungkapkan dan memahami relitas yang ada di lapangan sesuai dengan kondisi real di lapangan. Dengan tipe penelitian adalah deskriptif, yang menggambarkan secara mendalam, faktual dan akurat tentang latar pengamatan, tindakan dan pembicaraan.

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi non parisipant, wawancara mendalam dan studi dokumen, yang mencari data secara kompleks. Model analisis data penelitian ini adalah analisis interaktif dari Milles dan Huberman HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Pasar Balai Gadang

Pasar Balai Gadang ada sejak masa penjajahan dahulunya. Pasar yang ada sekarang adalah pasar yang kedua yang berstatus Pasar Nagari Balai Gadang.

Pasar inilah yang satu-satunya pusat perdagangan nagari Koto Tangah, makanya pasar ini sangat ramai karena pada waktu itu pulalah pasar yang ada. Pasar ini difungsikan setiap hari Jum’at (sekali dalam seminggu). Rupanya para Niniak Mamak dulu mensepakati kegiatan pasar ini pada hari Jum’at sekaligus untuk meramaikan shalat Jum’at pada Masjid Nagari Balai Gadang. Selain dari pada kegiatan pada hari Jum’at itu pasar ini di fungsikan untuk tempat melakukan pemotongan hewan yang dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam setahun yang disebut

(6)

dengan “membantai” menurut Adat. Artinya pada pemotongan hewan itu atau membantai di atur oleh Niniak Mamak. Pada waktu itu pemotongan hewan ini cukup banyak jumlahnya mencapai 40 ekor lembu atau kerbau yang pedagang-pedagangnya berasal dari Koto Tangah dan di Luar Koto Tangah. Selain itu pasar ini juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan kesenian perayaan alek Nagari yang boleh dikatakan hiburan masyarakat sekali dalam setahun.

Demikianlah fungsi pasar ini pada dahulunya.

Pasar Nagari Balai Gadang adalah pasar nagari yang kedua seperti yang disebutkan diatas yang mana dahulunya pasar yang pertama berjarak lebih kurang dari pasar yang sekarang 600 Meter. Pasar pertama yang dahulunya terletak ditepi sungai. Pada tahun 1914 terjadilah bencana alam yang berupa banjir besar yang menghanyutkan pasar tersebut dan Masjid Nagari Koto Tangah. Bahkan banjir itu meruntuhkan jembatan penghubung ke Muaro Penjalinan. Atas hasil musyawarah arah Niniak Mamak dan pemuka masyarakat Nagari Koto Tangah berpendapat bahwa tidak mungkin pasar itu dibangun kembali di tempat semula karena lokasinya sudah berada ditepi sungai.

Maka dapatlah kata sepakat dibangun kembali secara berangsur-angsur pasar yang sekarang dan sekaligus Masjid Nagari Koto Tangah yang sangat berdekatan kedua-duanya. Kalau kita lihat fungsi keduanya betul- betul sudah memperlihatkan adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah. Berdekatan dengan keduanya itu dibangun pula Balai-balai Adat yang sampai sekarang tetap berfungsi dengan baik.

Sejalan dengan kondisi pasar yang semakin baik, masyarakat Balai Gadang pun semakin meningkat, hal tersebut terlihat dengan adanya perbaikan los- pasar permanen yang dulunya hanya memiliki los pasar yang terbuat dari kayu dan sejumlah pedagang kaki lima. Pada tahun 1948 Pasar Nagari Balai Gadang sudah memiliki tiga bangunan los-pasar yang terdiri dari 18 kios. Hal tersebut juga di sebabkan karena dulunya belum begitu banyaknya keberadaan pasar di Kota Padang. Sehingga masyarakat dari berbagai daerah terutama masyarakat Koto tangah pergi berbelanja untuk membeli kebutuhan sehari-hari ke pasar Balai Gadang. Setiap hari Jum’at masyarakat dari berbagai daerah datang berbondong-bondong untuk membeli kebutuhan atau persediaan kebutuhan untuk satu minggu karena pasar Balai Gadang hanya buka sekali dalam seminggu yaitu hari Jum’at.

Setelah sekian tahun berjalan sesuai dengan pertumbuhan penduduk pada Tahun 2008 maka Pasar Balai Gadang menjadi terpuruk dan tertinggal. Hal tersebut terlihat dengan berkurangnya akifitas jual beli karena tidak begitu banyaknya pedagang yang berjualan disana. Sehingga pasar Balai Gadang sampai sekarang kurang berfungsi.

2. Faktor kurang berfungsinya Pasar Balai Gadang

i. Faktor Internal

1. Kurangnya Sarana Pendukung

Pasar Nagari Balai Gadang kurang berfungsi di akibatkan karena kurangnya sarana pendukung, seperti tempat parkir, air bersih, MCK, dan tempat shalat.

Dalam suatu pasar seharusnya mempunyai tempat parkir karena pada masa sekarang orang pada umumnya kalau bepergian memakai kendaraan bermotor. Apalagi kalau pergi kepasar masyarakat lebih suka membawa kendaraan sendiri karena lebih mudah membawa barang belanjaan dan lebih cepat untuk menjangkau suatu pasar. Apalagi Pasar Nagari Balai Gadang itu tidak memadai atau tidak mencukupi untuk pengunjung baik yang roda dua maupun roda empat dan lagipun tidak tersedianya area bongkar muat. Selama ini baik masyarakat maupun pengunjung Pasar Nagari Balai Gadang hanya memarkirkan kendaraan roda dua maupun roda empat di pinggir jalan dan di depan kantor lurah yang berada disamping pasar tersebut. Kalau kendaraan pengunjung parkir dipinggir jalan otomatis akan mengganggu ketertiban jalan umum serta tidak nyamannya pengunjung tersebut atas keberadaan motor atau mobil yang berada di pinggir jalan atau bukan pada tempatnya.

Selain itu dalam suatu pasar harus ada air bersih sehingga pedagang lebih mudah mengambil air bersih sesuai dengan kebutuhan pedagang masing-masing.

Contoh nya seorang pedagang makanan dan minuman akan lebih mudah untuk mendapatkan air bersih kalau tersedia. Selama ini para pedagang atau pengunjung kalau membutuhkan air pedagang tersebut akan mengambil air bersih ke Masjid Raya Balai Gadang atau ke Batang air. Jarak antara Pasar Nagari Balai Gadang ke Masjid Raya Balai Gadang sekitar ±100 Meter dan jarak Pasar Nagari Balai Gadang ke sungai sekitar ±120 Meter itupun dengan cara di angkat pakai ember berulang-ulang kali sesuai dengan kebutuhan para pedagang tersebut.

Begitu pula di Pasar Nagari Balai Gadang tidak mempunyai MCK. Dengan tidak adanya saran MCK tersebut maka pasar Nagari Balai Gadang tersebut kelihatan jorok dan kotor serta berbau amis. Contonya lantai nya tidak bersih, kencing sembarangan terutama sekali kaum bapak-bapak. Selama ini baik pengunjung maupun para pelaku pasar hanya mengandalkan MCK di Masjid Raya Balai Gadang dan sungai yang jarak nya sudah tercantum di atas.

2. Los Berubah Menjadi Sistim Kontrak Selain kurangnya sarana pendukung, ada lagi faktor penyebab kurang berfungsinya pasar nagari

(7)

Balai Gadang yaitu berupa sewa yang dibebankan kepada para pedagang yang berjualan di dalam pasar Nagari Balai Gadang dibandingkan dengan berjualan di pasar kaget. Sewa yang ditetapkan oleh Pemerintah KAN di Pasar Nagari Balai Gadang sebesar Rp.

2.000.000,00 per tahunnya. Dulunya ketika pasar Nagari Balai Gadang ini masih ramai pemerintah KAN hanya minta iuran ala kadarnya setiap hari jum’at itupun untuk orang yang membersihkan pasar tersebut. Apalagi kalau dilihat pasar ini masih sangat sederhana bentuknya dimana losnya masih rendah dan kecil. Sehingga kalau hujan pasar tersebut sangat becek apalagi kalau hujan lebat yang mengakibatkan air naik ke los-los yang mengakibatkan barang dagangan menjadi basah. Dengan keadaan seperti itu pemerintah mengambil tindakan untuk merenovasi kembali pasar tersebut. Tetapi dengan berjalannya tindakan tersebut pemerintah malah menetapkan sewa kios sebesar Rp. 2.000.000 per tahun. Itupun pemakaiannya hanya sekali dalam seminggu. Maka dari itu pedagang yang berjualan di Pasar Nagari Balai Gadang hilang satu per satu dan memilih pindah ke pasar kaget yang sekarang sudah menjadi pasar pagi karena pedagang merasa sewa nya sangat mahal apa lagi bukanya hanya satu kali dalam seminggu.

Pedagang merasa keberatan dan merasa tidak sanggup untuk membayarnya.

3. Pasar Hanya Sekali Dalam Seminggu Pasar Nagari Balai Gadang pada saat ini kurang berfungsi juga disebabkan pasar yang buka sekali dalam seminggu. Menurut ketua KAN, terjadinya pasar itu sekali dalam seminggu sudah merupakan kata mufakat Niniak Mamak dan tokoh-tokoh masyarakat pada dahulunya maka terjadilah pasar itu di buka sekali dalam seminggu yaitu hari Jum’at sesuai dengan penjelasan di atas. Semenjak zaman semakin modern maka kebutuhan juga semakin meningkat. Sehingga dengan belanja sekali dalam seminggu tidak bisa mencukupi kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Maka masyarakat lebih suka berbelanja setiap hari. Sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat maka kebiasaan lama itu tidak cocok lagi dengan perkembangan dan pertumbungan ekonomi pada masa sekarang.

Masyarakat pada umumnya lebih memilih berbelanja setiap hari didalam memenuhi kebutuhan harian.

ii. Faktor Eksternal 1. Adanya Pasar Pagi

Dulunya pasar Balai Gadang adalah pasar satu- satunya yang ada di daerah Balai Gadang. Pasar ini buka sekali dalam seminggu yaitu hari jum’at. Setiap hari jum’at pasar ini sangat ramai di kunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah baik pedagang maupun pembeli. Pasar Balai Gadang buka sekali dalam seminggu karena dulunya alat transportasi tidak

begitu ada. Sehingga masyarakat hanya sanggup kepasar sekali dalam seminggu dan berbelanja lebih tuk memenuhi kebutuhan untuk seminggu.

Tapi semenjak adanya pasar kaget yang berada tidak jauh dari pasar Balai Gadang, membuat pasar Balai Gadang menjadi kurang berfungsi. Pasar kaget adalah pasar sesaat yang terjadi karena ada keramaian.

Awalnya pasar ini terjadi karena masyarakat menjual hasil ladangnya sambil nyuci dan pada waktu itu cuma ada satu kios yang berjualan sabun, cabe dan kebutuhan lainnya. Dengan keadaan seperti itu orang banyak berbelanja ke sana dan dulunya pasar ini sebagai pasar kaget sekarang berubah menjadi pasar pagi yang buka setiap hari. Itu di akibatkan karena masyarakat lebih memilih untuk berjualan dan berbelanja disana karena pasar kaget atau sering di sebut pasar pagi bukanya setiap hari dari jam 06.00 sampai jam 15.00 WIB. Apalagi zaman sudah semakin modern dan transportasi sudah semakin banyak sehingga masyarakat lebih mudah untuk mengunjungi pasar pagi tersebut. Apalagi kalau berbelanja setiap hari lebih terjangkau oleh masyarakat dibandingkan belanja sekali seminggu.

2. Sudah Banyaknya Ruko atau Toko dan Warung yang Berdiri Disekitar Lingkungan Pasar

Pada dulunya masyarakat pergi berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka pergi ke Pasar Nagari Balai Gadang. Karena di Pasar Nagari Balai Gadang sudah begitu lengkap untuk kebutuhan sehari-hari sehingga masyarakat tidak perlu pergi jauh-jauh untuk membelinya. Tetapi dilihat pada saat sekarang ini sudah banyaknya ruko atau toko dan warung–warung yang berdiri disekitar lingkungan pasar Nagari Balai Gadang. Apalagi semua kebutuhan sudah begitu lengkap di sana. Sehingga masyarakat lebih memilh berbelanja ke toko atau ruko tersebut sehingga mengakibatkan pasar Nagari Balai Gadang berkurang pengunjungnya.

3. Strategi Pemerintah dalam Mengembalikan Fungsi Pasar Balai Gadang

i. Merenovasi kembali Pasar Nagari Balai Gadang

Dulunya pasar Balai Gadang belum begitu bagus apalagi tempatnya sangat rendah sehingga kalau hari hujan lebat bisa terjadi becek dan banjir. Makanya pada Tahun 2013 Pemerintah Nagari (KAN) merenovasi kembali pasar tersebut dan memperbesar lagi pasar Balai Gadang terebut. Seperti menyediakan lahan parkir, memperbaiki tempat shalat, menyediakan bak penampungan air serta tempat MCK, disamping itu pemerintah KAN juaga membangun los-los atau kios-kios untuk para pedagang dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Tetapi pada dasarnya renovasi tersebut belum berjalan dengan baik karena

(8)

anyaknya kendala. Salah satunya yaitu dana yang tidak mencukupi dan pembebasan lahan.

ii. Memindahkan Pasar Pagi Ke Pasar Balai Gadang

Selain merenovasi kembali pasar Nagari Balai Gadang, Pemerintah nagari (KAN) juga berupaya untuk memindahkan pasar kaget ke Pasar Balai Gadang. Dengan adanya pasar kaget yang terletak di tepi jalan umum sehingga menggangu pengguna jalan yang mengakibatkan kemacetan. Maka dari itu pasar kaget dipindahkan kepasar nagari Balai Gadang agar pasar nagari Balai Gadang ini bisa berfungsi seperti dulu lagi, dengan syarat membujuk para pedagang dengan cara kekeluargaan supaya para pedagang bisa memulai usahanya atau dagangannya ke Pasar Nagari Balai Gadang tersebut. Apabila syarat-syarat tersebut di atas sudah terpenuhi dan harga kios atau sewa terjangkau seca otomatis para pedagang akan kembali keasalnya yaitu Pasar Nagari Balai Gadang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang strategi pemerintah dalam mengembalikan fungsi pasar studi kasus pasar nagari Balai Gadang, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor kurang berfungsinya Pasar Nagari Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang adalah:

a. Karena adanya pasar kaget yang tidak begitu jauh dari pasar nagari Balai Gadang.

b. Karena kurangnya sarana pendukung seperti tempat parkir, air bersih, MCK dan tempat shalat.

c. Karena besarnya sewa kios sehingga pedagang tidak mampu membayarnya.

d. Karena pasar sekali dalam seminggu 2. Strategi pemerintah dalam mengembalikan

fungsi pasar nagari Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

a. Merenovasi kembali pasar nagari Balai Gadang

b. Memindahkan pasar kaget ke pasar nagari Balai Gadang tetapi upaya tersebut belum berjalan dengan baik.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, di usulkan beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dan masyarakat atau pihak-pihak yang terkait di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yaitu antara lain:

1. Untuk pemerintah KAN agar tetap melakukan berbagai usaha atau upaya agar

fungsi pasar nagari Balai Gadang bisa berjalan dan berfungsi seperti dulu lagi.

2. Diharapkan kepada pemerintah KAN agar bisa menjalin dan mendekati diri dengan masyarakat dan pedagang yang berada di sekitar Kelurahan Balai Gadang.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas,Ardi. 2004. ”Penetapan Persepsi Stakeholder pada Peremajaan Pasar Nagari Lubuk Alung; Working Paper Sosiologi Andalas”. Padang:

Laboratorium Sosiologi FISIP Unand.

Deliarnov. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal 1

Effendi, Nursyirwan. 2005. Minangkabau Rural Markets. Trade and Traders in West Sumatera Indonesia. Muenster. LIT

Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro.

Yogyakarta: Kanisius, hal 109

Petri, Saliosa. 2009. Sejarah Perkembangan Pasar Surian Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok (Tahun 1983-2007). Padang: Skipsi STKIP PGRI Padang Sumatera Barat, hal 1 Soekanto, Soerjono.2009. Sosiologi Suatu Pengantar.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Title: Robust Prediction Performance of Inner Quality Attributes ln Intact Cocoa Beans Using Near Infrared Spectroscopy And Multivariate Analysis..