• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia Pada Kawasan Wisata Batu Kuda, Jawa barat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia Pada Kawasan Wisata Batu Kuda, Jawa barat "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia Pada Kawasan Wisata Batu Kuda, Jawa barat

Fandi Ahmad, Reka Sulistya Ningrum, Adiva Fristasya

Politeknik STIA LAN Bandung, Manajemen Sumberdaya Manusia Aparatur, Jl. Hayam Wuruk No.34-38, Citarum, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115.

Email: ahmad_fandi@rocketmail.com

Abstract

Keterbatasan yang terjadi akibat adanya pandemi COVID-19, mematikan hampir seluruh sektor atau bidang penghidupan bagi masyarakat, termasuk dan tidak dapat dipungkiri adalah sektor pariwisata yang selama ini menjadi sektor ‘primadona’ di Indonesia. Namun, akhir-akhir ini tren angka penularan seakan mulai melandai, oleh karena itu diperlukan SDM yang berkompetensi dan dapat beradaptasi dengan cepat sesuai dengan perubahan lingkungan. Pengelola pariwisata juga diarahkan untuk memanfaatkan momentum penutupan kawasan wisata akibat Pandemi COVID-19 untuk dapat mengevaluasi dan menata ulang tempat wisatanya. Penelitian ini mencoba menyusun strategi pengembangan SDM terutama dalam hal pengelolaan objek Wisata Batu Kuda dengan SDM yang dimaksud yaitu mencangkup organisasi masyarakat, masyarakat sekitar objek wisata, serta pengelola objek wisata menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang datanya didapatkan melalui observasi lapangan dengan mewawancarai narasumber kemudian dibantu dengan studi literasi dari beberapa objek wisata yang berada di Kabupaten dalam Provinsi Jawa Barat, kemudian dari data dan informasi yang diperoleh selanjutnya diolah kembali dengan analisis SWOT, dari hasil analisis diketahui terdapat sumber daya yang cukup dan kerjasama yang baik antara Perhutani, LPI dan masyarakat setempat dalam mengelola objek wisata. Namun tak dipungkiri masih terdapat beberapa aspek yang secara keseluruhan perlu diperbaiki dimulai dari penguatan modal, pengelolaan SDM berkelanjutan, serta penambahan arena untuk pelajar.

Keyword: Peningkatan Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Pariwisata, Pandemi.

PENDAHULUAN

Pariwisata telah lama menjadi sektor ‘primadona’ di Indonesia, negara dengan banyaknya kebudayaan, flora dan fauna cukup menjadi modal yang potensial untuk membuka suatu objek wisata. Pariwisata di indonesia seakan menjadi sektor yang menjanjikan, mengingat dalam pengelolaan pariwisata banyak sektor yang kemudian data dikembangkan sehingga menghidupkan perekonomian daerah, hal ini juga selaras dengan angka pertumbuhan ekonomi di daerah wisata, karena melalui keberadaan objek wisata di daerah secara langsung ataupun tidak dapat menimbulkan terciptanya peluang kerja bagi masyarakat setempat sehingga dapat membantu pergerakan ekonomi daerah tersebut. Dalam pengelolaan tempat wisata, optimalnya haruslah dapat direncanakan dengan baik agar dapat menimbulkan sensasi yang berbeda apabila dibandingkan dengan tempat wisata lainnya, sehingga dapat berimplikasi pada minat kedatangan pengunjung yang semakin tinggi, upaya dalam menciptakan dan mendukung daya tarik tempat wisata agar dapat diperhitungkan salah satu cara di antaranya adalah dengan penataan lokasi wisata dan pembangunan infrastruktur pendukung yang baik, sehingga dapat menciptakan kemudahan menuju tempat wisata dan kondisi masyarakat sekitar wilayah wisata menjadi lebih berkembang karena alur logistik yang lebih cepat.

(2)

Gambar 1. Salah Satu Spot Pemandangan Batu Kuda Sumber: Dokumen Pribadi

Bandung sebagai kota yang mengunggulkan sektor pariwisata juga terus berbenah, karena proporsi ekonomi kawasan Bandung lebih banyak bergantung pada sektor pariwisata, keindahan alam dimiliki. Letak geografis yang diapit oleh pegunungan dan perbukitan menjadikan udara di daerah Bandung menjadi lebih sejuk dan menjadi salah satu alasan bagi warga kota lain, khususnya Jakarta sebagai destinasi tujuan wisata favorit, Salah satu objek pariwisata yang terdapat di wilayah adalah kawasan Batu Kuda yang berlokasi di kabupaten Bandung tepatnya di daerah Ujungberung, Desa Cibiru Wetan sekitar lereng Gunung Manglayang. Batu Kuda sebagai salah satu objek wisata dengan status wana wisata, yang pada dasarnya adalah hutan lindung dan hutan produksi yang ditata sedemikian rupa dan dimanfaatkan sebagai obyek wisata (Putri & Eviana, n.d.).

Namun, saat ini adanya penyebaran wabah pandemi COVID-19 membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat dalam upaya mencegah dan meminimalisir penyebaran wabah COVID-19. Tentunya hal ini sangat berisiko bagi masyarakat apabila sampai terpapar COVID-19 dimana hal ini sangat berpengaruh kepada berbagai hal yang ada pada kehidupan (Samadipour et al., 2020). Pergerakan ekonomi daerah-daerah di indonesia yang lebih banyak bertumpu pada sektor pariwisata yang tersebar hampir di seluruh provinsi seakan harus menanggung pil pahit akan keadaan saat ini, karena adanya peningkatan kasus masyarakat yang terkonfirmasi positif sehingga memaksa hampir seluruh tempat wisata ditutup, dan ketergantungan pemasukan atas kunjungan turis asing seakan sirna karena beberapa negara memilih untuk memulangkan warga negaranya dari indonesia, terlebih indonesia sempat menduduki peringkat teratas dalam penyebaran virus di indonesia, dan mau tak mau saat ini pengelola pariwisata seakan hanya berharap atau mengandalkan pada kunjungan wisatawan domestik saja.

Gambar 2. Perbandingan Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2010-2020 Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2020)

Dari gambar grafik di atas dari tahun ke tahun kunjungan wisatawan mancanegara mengalami pertumbuhan dan keadaan tersebut seakan berbalik pada tahun 2020, di mana terdapat penurunan yang amat signifikan yaitu hampir mencapai 75% dari tahun sebelumnya, oleh karena itu optimasi kunjungan wisatawan domestik diharapkan dapat menjadi alternatif jalan keluar dalam upaya

(3)

membantu pemulihan sektor pariwisata dari keadaan ini seakan mencerminkan bahwa sektor pariwisata seakan menjadi pihak yang paling merasakan imbasnya dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar serta usaha yang tidak mudah untuk bisa kembali seperti keadaan sebelum pandemi, oleh karena itu perlu adanya strategi stimulus kebijakan serta usaha dalam penataan ulang dan penguatan potensi wisata dalam menghadapi kondisi pascapandemi, karena pengembangan pasti tidak dapat diseparasi dengan langkah strategi (Bagus Sanjaya, 2018).

Gambar 3. Dampak Pandemi pada Sektor Pariwisata Sumber: (Tempo 2021)

Sebagai salah satu contoh menurut data PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia yang dirangkum oleh Tempo 2021 diketahui bahwa, terdapat 1500 hotel yang berhenti beroperasi dengan batas waktu yang masih belum jelas dan ini memberikan efek domino terhadap beberapa usaha yang tergantung di dalamnya, kemudian dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa terdapat kondisi yang sangat mengkhawatirkan yang dihadapi oleh sektor pariwisata indonesia saat ini.

Namun hal ini bukan sebuah akhir, masih dapat beberapa upaya yang dapat dijalankan pemerintah dan pengelola objek wisata dalam meningkatkan tercapainya tujuan atau efektivitas kerja yaitu dengan mengembangkan SDM yang kompeten sehingga dapat meningkatkan nilai serta potensi yang ada pada kawasan pariwisata tersebut. Kompetensi SDM terhadap efektivitas kerja organisasi adalah kompetensi yang meliputi: komitmen atas pembelajaran yang sustainable, berorientasi terhadap pelayanan masyarakat, atensi terhadap detil dan ketepatan, kerangka berpikir kreatif dan inovatif, fleksibilitas, high-standard professionalism, perencanaan, koordinasi dan pengorganisasian, problem solving, serta kerja sama tim dan keseragaman (Rukmini &

Murniyanti, 2015). Selain itu keberhasilan implementasi strategis harus dikembangkan dengan jelas, menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang lebih tinggi dari keterlibatan dari pemangku kepentingan (Afandi et al., 2018). Upaya ini dapat diwujudkan dengan cara mencoba mendorong perbaikan dan memperkuat keterkaitan antara sektor yang saling terhubung mulai dari hulu hingga hilir.

Jika suatu organisasi memiliki SDM yang berkompeten maka organisasi akan lebih mudah dalam melihat peluang dan tantangan seperti pada penelitian (Aulia et al., 2021) yang menyebutkan peran penting dari SDM yang berkualitas dalam mendukung organisasi, karena mampu berpikir kreatif dan inovatif, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu mengembangkan diri yang berorientasi pada kemajuan organisasi. Kemudian dalam Dakhi (2016) disebutkan bahwa salah satu langkah yang dapat dilakukan secara cepat utuk memajukan organisasi, salah satunya dengan cara mencoba mengakselerasi peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdapat pada daerah wisata. SDM yang unggul merupakan salah satu kunci keberhasilan pada organisasi (Garavan, 2007), dan hal ini juga berlaku pada organisasi daerah wisata. Salah satu langkah yang dapat dilakukan secara cepat untuk memajukan organisasi adalah dengan melakukan akselerasi peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia (Becker & Huselid, 2006) yang juga terdapat pada daerah wisata. Keunggulan SDM yang dimiliki dapat dijadikan sebagai salah satu kunci strategis dari keberhasilan organisasi (Allen & Wright, 2007), dan hal ini penting

(4)

bagi pengelola daerah wisata untuk keluar dari keadaan yang menyulitkan. Ruhana (2012) menyatakan peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: 1) Melalui pendidikan formal. Hal ini bertujuan untuk membekali SDM dengan pengetahuan dasar, pengetahuan umum, logika dan teori, analytical thinking, serta penmubuhkembangan kepribadian dan karakter. 2) Melalui pelatihan kerja. Dalam hal ini bertujuan meningkatkan keterampilan atau skill profesional dan berbasis pada praktik lapangan. 3) Melalui alur pengalaman kerja. Artinya peningkatan pengetahuan teknis dan keterampilan kerja SDM adalah melalui dari mengamati orang lain, meniru, dan melakukan tugas pekerjaannya sendiri sehingga seseorang akan mahir dalam melakukan pekerjaannya hingga akhirnya dapat mengeksplorasi metodenya yang lebih praktis, efektif, efisien, dan lebih berkompeten dalam pekerjaan mereka.

Keadaan pandemi yang saat ini berlangsung menuntut setiap SDM yang terkait dengan pariwisata dapat lebih berfokus pada perbaikan serta peningkatan kompetensi sehingga apabila pandemi ini telah selesai akan memberikan peluang yang lebih besar bagi tempat wisata karena telah siap dalam menghadapi lonjakan pengunjung kembali dengan pengelolaan yang sesuai dengan adaptasi kebiasaan baru. Untuk mengetahui keadaan dari suatu organisasi dalam hal ini tempat wisata, organisasi dapat memanfaatkan pendekatan SWOT yang dapat menghasilkan analisis strategi (Shamadiyah, 2017).

SWOT merupakan akronim dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats merupakan pendekatan untuk mengetahui suatu rancangan identifikasi yang menghasilkan strategi sistematis dalam sebuah pengambilan keputusan (Rangkuti, 2013). Pendekatan SWOT dalam hal ini dilakukan untuk mengembangkan SDM pengelola wisata dengan memaksimalkan potensi dari strengths (kekuatan) dan opportunities (peluang) serta menekan weaknesses (kelemahan) dan threats (ancaman). Rahmi Setyawati (2019) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah alat strategis untuk perencanaan untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari eksternal organisasi. Pemanfaatan pendekatan SWOT dalam penelitian kami juga tidak terlepas dari beberapa pertimbangan di antaranya yaitu ketersediaan dan kemudahan akses teori-teori SWOT yang diperlukan, hasil yang akan sistematis, penjelasan strategi yang logis dan deskriptif. Sedangkan menurut (Putri & Eviana, n.d.) fungsi dari dilakukannya analisis SWOT itu sendiri adalah untuk melakukan perbandingan faktor eksternal (ancaman dan peluang) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), sehingga dari hasil analisisnya dapat diambil suatu keputusan strategis bagi pengelola organisasi.

Dalam beberapa penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa perkembangan dan efektivitas kerja organisasi erat kaitannya dengan kualitas SDM yang dimiliki dan peneliti masih belum menemukan penelitian yang terkait dengan pengembangan SDM di Komplek Wisata Batu Kuda.

Oleh karena itu, penelitian kami mencoba untuk menajamkan konsentrasi pada pengembangan SDM pariwisata dengan fokus di Batu Kuda, Kabupaten Bandung, Jawa Barat sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi organisasi dalam rangka upaya peningkatan kualitas pariwisata khususnya yang ada di Jawa Barat. Karena merupakan suatu hal yang penting SDM di suatu wilayah untuk terus dikelola secara berkelanjutan agar masyarakat kemudian dapat berdaya saing sehingga lebih siap menyambut kondisi persaingan pascapandemi.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan berfokus pada kawasan wisata Batu Kuda yang terdapat di kabupaten bandung, dimana peneliti mencoba turun untuk melakukan observasi di lapangan dengan sampel pada pegawai perhutani, LSM, Pedagang, pengunjung dan masyarakat sekitar yang berada di sekitar lokasi tersebut untuk mendapatkan data serta fenomena riil yang ada di lapangan kemudian ditambah dengan studi literasi dan analisis data, karena pada saat observasi dan pengumpulan data penelitian terdapat kebijakan PPKM sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk turun kelapangan dan berinteraksi secara langsung kepada narasumber, selanjutnya berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti mencoba mengolah data dengan menggunakan pendekatan SWOT dalam rangka untuk mengetahui kelemahan hingga kepada ancaman yang ada pada kawasan Batu Kuda saat ini, sehingga

(5)

organisasi juga dapat mengetahui kondisi yang ada dan dapat lebih optimal dalam menentukan strategi yang akan dilakukan, selanjutnya berangkat dari strategi SWOT tersebut peneliti kembali menggunakan pendekatan POAC dengan harapan strategi yang akan diambil nantinya dapat dapat lebih terukur dan terarah sehingga organisasi terus bergerak secara konsisten, Terlebih dalam upaya peningkatan SDM pada kawasan pariwisata batu templek dan akan menimbulkan budaya perbaikan keberlanjutan dalam perbaikan organisasi kedepan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti mencoba turun kelapangan untuk melakukan observasi dalam upaya mencari informasi lebih lanjut mengenai keadaan riil yang ada ada di batu muda yang pertama peneliti mencoba mewawancarai Bapak Aan Basuni selaku petugas Perhutani yang ada di Kawasan Wisata Batu Kuda, dari sana diketahui bahwa terdapat beberapa Informasi penting seperti Perhutani bekerja sama dengan masyarakat untuk saling bersinergi menjaga kawasan pariwisata meski pada awalnya terdapat kesulitan resistensi dari masyarakat terhadap program-program yang ditawarkan oleh Perhutani, akan tetapi dengan pendekatan-pendekatan perlahan-lahan masyarakat menerima dan mendukung program-program Perhutani. Perhutani juga memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk menggunakan lahan sebaik-baiknya, namun dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga saat ini masyarakat banyak yang memanfaatkan lahan Perhutani selain untuk objek wisata digunakan juga untuk menanam tanaman untuk pakan Ternak sapi.

Selain itu Perhutani juga bekerjasama dengan LSM dalam rangka menjaga lingkungan dengan cara memberikan edukasi terhadap LSM sehingga menjaga pariwisata atau pengelolaan pariwisata LSM tersebut saling mengawasi terutama terhadap sampah yang dibuang pengunjung, kemudian LSM juga diberikan informasi mengenai bagaimana caranya untuk mengolah sampah jadi pupuk.

Jika dilihat dari banyaknya pengunjung, pihak Perhutani juga melihat adanya penurunan wisatawan yang berkunjung di Batu Kuda, Hal ini dikarenakan adanya larangan untuk berkemah di masa pandemi, sehingga secara langsung maupun tidak, sangat berpengaruh pada turunnya minat masyarakat yang ingin berkunjung, namun ke depan masih terdapat peluang wisatawan, yaitu itu dengan cara bekerja sama dengan komunitas pecinta sepeda, karena jalur akses wisata menuju Batu Kuda merupakan salah satu jalur favorit dari komunitas sepeda, dan masyarakat sekitar juga dapat memperkenalkan produk olahan susu dan kopi yang dimiliki kepada wisatawan sehingga dapat menggerakkan kembali denyut ekonomi pada kawasan pariwisata Batu Kuda ini.

Kemudian selanjutnya peneliti mencoba untuk mengobservasi lebih dalam terhadap masyarakat yang bekerja di dalam kawasan Wisata Batu Kuda. Dari sana diketahui bahwa omset ataupun pendapatan yang yang diterima turun drastis hingga mencapai lebih dari 50%, para masyarakat dan pedagang berharap Setelah pandemi ini pemerintah dapat membantu di dalam memberi sponsor akan lebih menarik pengunjung akan datang ke Batu Kuda. Selanjutnya dalam proses observasi lapangan peneliti mendapatkan kendala yaitu adanya kebijakan pemerintah tentang PPKM sehingga peneliti tidak bisa untuk turun ke lapangan secara langsung di dalam mencari data dan karena juga objek wisata Batu Kuda ditutup hingga pada waktu yang belum ditentukan, oleh karena itu peneliti mencoba mencari data gunakan data statistik untuk mengetahui seberapa jauh efek dari pandemi ini kondisi pariwisata isinya di Indonesia.

Dari data (BPS 2021) diketahui bahwa Dampak COVID-19 terhadap peningkatan jumlah pengangguran sudah terbukti Berdasarkan data Sakernas pada bulan Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) laki-laki lebih tinggi dari perempuan (7,46% dibandingkan 6,46%).

Selanjutnya BPS juga merilis beberapa sektor yang berhubungan dengan pariwisata yang mengalami keterpurukan pada masa pandemi seperti: 1) Sektor akomodasi dan penyediaan makan minum mengalami penyusutan karena bayak dari wisatawan mancanegara, membatalkan berbagai kegiatan di neegara luar dan adanya larangan penyelenggaraan acara seperti rapat di hotel dari instansi pemerintah dan bisnis. 2) Sektor Industri Makanan dan Minuman juga mengalami pelemahan perekonomian karena menurunnya permintaan dari luar negeri, hal ini dapat diketahui dari berkontraksinya nilai ekspor komoditas makanan dan minuman apabila dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. 3) Angkutan umum seperti kereta dan pesawat terbang yang

(6)

mengalami turbulensi dikarenakan turunnya minat penumpang akibat dari pembatalan perjalanan dalam rangka menekan penyebaran COVID-19.

Dari sejumlah sektor tersebut, sektor akomodasi dan penyediaan makan minum paling banyak mempekerjakan perempuan (hampir 60%). Kontribusi Sektor Akomodasi dan Makan Minum dalam penyerapan tenaga kerja pada Agustus 2020 adalah 6,65%. Sedangkan dalam PDB, sektor ini menyumbang 2,78%.

Berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil wawancara yang didapatkan di kawasan Wisata Batu Kuda, kemudian peneliti mencoba mengolah kembali dengan menggunakan analisis SWOT dalam rangka mengetahui apa saja kelebihan kekurangan kan yang ada di dalam kawasan Wisata Batu Kuda. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran strategi terkait hal apa yang perlu ditingkatkan dalam pengelolaan kawasan Wisata Batu Kuda, seperti yang terdapat pada tabel 1

Tabel 1. Matriks TOWS INTERNAL

EKSTERNAL

S (Strengths)

1. Adanya simbiosis mutualisme dalam rangka pemanfaatan lahan

2. Dalam pengelolaan pariwisata berbasis pada masyarakat

3. Etos kerja

masyarakat yang cukup tinggi

4. Keterbukaan

perhutani dalam pengelolaan lahan 5. Masyarakat daerah

yang memiliki tenggang rasa yang tinggi

W (Weaknesses)

1. Kurangnya campur tangan penduduk dalam memperkenalkan budaya dan produk lokal.

2. Masih kurangnya jumlah personil terutama di hari lonjakan pengunjung.

3. Tingkat pendidikan yang masih rendah membuat sosialisasi program berjalan lambat

4. Masih lemahnya kolaborasi dan sinergi antara pihak pemerintah, LSM, dan masyarakat sekitar

5. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan sektor wisata

O (Opportunities)

1. Masyarakat dapat diberdayakan dalam pengelolaan pariwisata 2. Adanya kerja sama dari pihak

akademisi, perusahaan, pemerintah, dan komunitas masyarakat

3. Program berkelanjutan untuk peningkatan skill

SO

1. Pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat (S1, S2, S3, O1, O2, O3) 2. Program optimalisasi

potensi yang dimiliki kawasan wisata (S3, O3)

WO

1. Adanya FGD/program training dari pihak

terkait dalam

pengelolaan pariwisata (W4, W5, O2, O4) 2. Adanya program

beasiswa dari eksternal pihak swasta kepada masyarakat pengelola (W3, O2, O3)

3. Adanya seleksi dari pemerintah untuk penyaluran hasil panen masyarakat sekitar kawasan wisata (W4, W5, O1, O2)

(7)

T (Threat)

1. Adanya ketidakselasaran antara kebijakan perhutani dan keinginan masyarakat

2. Keadaan pandemi yang belum menemui titik terang

3. Memerlukan waktu yang lama untuk meyakinkan dan membuat penduduk paham.

4. Hasil program yang tidak langsung dirasakan manfaatnya

5. Belum terbentuknya kepercayaan masyarakat terhadap program eksternal

ST

1. Keterlibatan

masyarakat dalam penyusunan program

yang akan

dilaksanakan (S1, S2, T1)

2. Adanya alokasi waktu yang jelas dalam pelaksanaan program (S2, T3) 3. Pembuatan forum

untuk saling

menguatkan mental dalam masa pandemi (S5, T2, T4)

WT

1. Adanya program sukarelawan untuk penambahan SDM (W1, W2, T3, T5)

Sumber: Data Diolah

Strategi SO

Strategi SO (Strengths - Opportunities) merupakan penggunaan kekuatan-kekuatan internal yang terdapat disuatu organisasi dalam hal ini adalah Wana Wisata Batu Kuda untuk mencapai peluang yang ada diluar organisasi dalam hal ini kaitannya adalah keikutsertaan pemerintah, masyarakat, LSM dan program-program pelatihan.

Pengelolaan ini bertumpu pada peran serta masyarakat dalam pengelolaan keberlangsungan objek wisata. Partisipasi masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengembangan potensi yang ada pada destinasi wisata. Semua tindakan atau kegiatan wisata yang dimiliki, dikelola dan dijalankan oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi melalui terbukanya peluang mata pencarian yang terdapat pada objek wisata. Contoh konkrit pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat disini ialah dengan cara memberdayakan dan melibatkan masyarakat baik dari segi pengelolaan objek wisata misalnya dengan pelibatan pemuda untuk dijadikan pemandu atau juru parkir, hingga pada pembuatan produk khas Batu Kuda oleh masyarakat setempat

Adanya etos kerja yang dimiliki masyarakat dengan adanya peluang untuk pengadaan program berkelanjutan untuk meningkatkan skill dapat menghasilkan formulasi strategi berupa optimalisasi potensi baik yang dimiliki SDM ataupun wilayah objek wisata. Contoh implementasi yang dapat diterapkan adalah dengan pemberdayaan profesi masyarakat sekitar yaitu petani kopi dan peternak sapi yang kemudian dapat diberikan tambahan kompetensi sehingga menjadi sumber objek wisata baru yang potensial untuk objek wisata dan pengunjung dan menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat

Strategi WO

Strategi WO (Weaknesses - Opportunities) adalah strategi yang ditujukan untuk mengurangi segala bentuk kelemahan internal objek wisata menggunakan peluang-peluang yang tersedia.

Dalam usaha strategi peningkatan SDM objek wisata tentu tak terlepas dari pengadan program pelatihan untuk meningkatan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki agar dapat mengelola objek wisata dengan lebih baik ataupun Forum diskusi terbuka untuk memungkinkan pihak baik dari akademisi, perusahaan, pemerintah, dan komunitas masyarakat dapat berkerjasama dengan baik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penjadwalan rutin terkait sharing mengenai kontribusi apa saja yang dapat dilakukan semua pihak untuk keberlangsungan area wisata.

Tingkat pendidikan masyarakat setempat yang rendah membuat sosialisasi program berjalan lambat (W3), untuk mengatasi kelemahan itu, maka menghasilkan strategi untuk mengadakan program beasiswa kepada masyarakat setempat sebagai bentuk kerja sama dari pihak eksternal baik dari akademisi, perusahaan swasta, komunitas masyarakat, maupun dari pemerintah (O2). Hal

(8)

ini pun dapat menjadi program yang berkelanjutan dalam rangka peningkatan keterampilan SDM (O3) untuk pengelolaan pariwisata yang lebih baik dalam rangka persiapan era pascapandemi.

Ketepatan dalam penyaluran hasil tani penduduk setempat akan dirasa sangat penting mengingat hal tersebut akan membantu perekonomian masyarakat sekitar. Tidak semua petani dapat mencari tengkulak yang tepat, dan tidak semua tengkulak dapatt adil dan memikirkan imbalan yang pantas untuk petani. Sehingga disini diperlukan peran serta pemerintah dalam mencari stakeholder yang tepat dan secara keuntungan dapat menghasilkan simbiosis mutualisme yang baik.

Strategi ST

Strategi ST (Strengths-Threats) merupakan strategi yang ditujukan untuk menghindari ancaman pariwisata menggunakan kekuatan yang ada di SDM pariwisata. Strategi yang pertama adalah melibatkan masyarakat sebagai SDM dalam penyusunan program yang akan dilaksanakan dengan memanfaatkan simbiosis mutualisme dalam rangka pemanfaatan pengelolaan lahan berbasis masyarakat (S1, S2) sekaligus untuk menghindari ancaman ketidakselarasan kebijakan perhutani dengan keinginan masyarakat. Dengan adanya strategi ini membuat masyarakat dapat memberikan insight maupun saran dan masukan terkait kebijakan maupun program yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.

Dengan pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat (S2) dapat membantu meningkatkan efisiensi waktu untuk membuat penduduk paham (T3) dengan strategi alokasi waktu yang jelas dalam pelaksanaan program berkelanjutan untuk meningkatkan pariwisata. Strategi ini dapat dikembangkan contohnya dengan cara membuat susunan agenda kegiatan atau rundown program yang dapat disosialisasikan kepada penduduk agar SDM berbasis masyarakat dapat lebih bersiap untuk melakukan eksekusi program tersebut.

Masyarakat daerah di kawasan wisata dikenal memiliki tenggang rasa yang tinggi dengan sesama penduduk daerahnya (S1). Seperti yang telah diketahui bahwa keadaan pandemi saat ini belum menemui titik terang yang pasti (T2) sehingga keadaan psikologis masyarakat pun ikut terdampak, maka strategi selanjutnya adalah dengan mengadakan program forum di kalangan masyarakat untuk saling menguatkan mental untuk meningkatkan semangat bertahan masyarakat di tengah pandemi yang melanda. Forum ini dapat dilakukan melalui sistem online dengan anggotanya adalah masyarakat setempat maupun masyarakat daerah lain yang memiliki masalah serupa untuk saling memberi dukungan secara psikologis dan peningkatan harapan bahwa pandemi ini akan berakhir. Program ini pun dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program eksternal (T5) dengan harapan pikiran masyarakat dapat lebih terbuka terhadap peluang-peluang di depan mata yang menunggu untuk digali potensinya.

Strategi WT

Strategi WT (Weaknesses-Threats) merupakan perencanaan strategi untuk meminimalisir kelemahan dan menghindari ancaman pariwisata. Pada perencanaan strategi ini menghasilkan adanya program sukarelawan dari masyarakat agar mengatasi kurangnya partisipasi penduduk dalam memperkenalkan budaya dan penduduk lokal (W1) dan untuk menambah personil yang memiliki kekurangan (W2) serta meningkatkan efisiensi waktu untuk meyakinkan penduduk (T3) sekaligus membentuk kepercayaan masyarakat terhadap program-program eksternal (T5).

Sukarelawan ini dapat dimanfaatkan untuk membantu baik dari perancangan program pemberdayaan hingga dalam pelaksanaannya.

KESIMPULAN

Efek dari pandemi COVID -19 terutama pada sektor pariwisata memberikan dampak yang signifikan dari mulai pengelola pariwisata dan masyarakat yang bergantung di sekitarnya, kondisi PPKM membuat diharapkan tetap Survive dengan keadaan ini, seperti diketahui sektor Pariwisata merupakan sektor yang turut menyumbang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia oleh karena itu itu fokus kepada pemulihan pariwisata merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan, karena dapat membantu Indonesia agar dapat keluar dari jurang Resesi, meskipun

(9)

dalam pembukaan pariwisata tidak bisa dilakukan seperti sebelum pandemi, karena perlu adanya sumber daya yang kompeten di dalam pengelolaan kawasan pariwisata yang sesuai konsep kebiasaan baru.

Dari penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwasannya sektor pariwisata adalah sektor yang paling besar terdampak akibat dari adanya pandemi COVID-19 ini, hal tersebut dapat tercerminkan dari penurunan yang sangat signifikan pada jumlah pengunjung setiap tahunnya, tepatnya hamper 75% mengalami penurunan. Terkait hal tersebut maka dilakukan metode analisis SWOT untuk mengetahui secara rinci kelemahan apa yang sebenarnya terdapat pada objek wisata Batu Kuda. Secara keseluruhan kelemahan objek wisata ini yaitu masih kurangnya campur tangan penduduk setempat dalam melakukan pengelolaan serta promosi daerah wisata, kurangnya jumlah pengelola wisata, hingga pada pendidikan penduduk setempat yang tergolong rendah. Kelemahan tersebut menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan objek wisata, maka terkait hal tersebut akan dirasa perlu untuk dilakukan strategi peningkatan SDM. Pemilihan SDM dipilih karena manusia itu sendiri merupakan modal krusial bagi organisasi dalam melakukan pengelolaan/ manajemen, SDM yang berkualitas akan mampu menjaga dan mengembangkan eksistensi objek wisata. Dalam merumuskan formulasi strategi peningkatan SDM diharapkan kedepannya semua SDM yang tersedia baik dari perhutani, LSM dan masyarakat dapat meningkatkan kemungkinan kolaborasi pada setiap step pengelolaan objek wisata, baik dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pada pengawasan yang semuanya dapat harmonis dikelola bersama terutama dengan masyarakat setempat, hingga kemungkinan yang paling optimal adalah menjadikan objek wisata Batu Kuda menjadi objek pariwisata berbasis masyarakat. selanjut nya untuk penelitian ke depan ada baiknya memanfaatkan penvariabel apa saja yang memiliki pengaruh

REFERENSI

Afandi, M. N., Anwar, S., & Ahmad, F. (2018). Mediating Role of Managerial and Stakeholder Involvement in the Effect of Formal Strategic Planning on Strategic Implementation Success: Case of Municipal Government in Cirebon, West Java. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 8(3), 654–667.

https://doi.org/10.6007/ijarbss/v8-i3/3955

Allen, M. R., & Wright, P. (2007). Strategic Management and HRM. In J. Boxall P. Purcell & P.

Wright (Eds.), The Oxford Handbook of Human Resource Management. Oxford University Press.

Aulia, S., Pathony, T., Henri, I., Ade, K., & Sri, N. (2021). Human Resource Development Of Tourism Driving Group ( Indonesian : KOMPEPAR ) In Supporting Tourist Visits In Ciater Area Subang ( Case Study : Kompepar Motekar Jaya Ciater Subang ). 591–610.

Badan Pusat Statistik. (2020). Indeks Pembangunan Manusia 2020. In INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2020 (Issue Badan Pusat Statistik).

Bagus Sanjaya, R. (2018). Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Di Desa Kemetul, Kabupaten Semarang. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 05, 91.

https://doi.org/10.24843/jumpa.2018.v05.i01.p05

Becker, B. E., & Huselid, M. A. (2006). Strategic human resource management: where do we go from here? Journal of Management, 32, 898–925.

Dakhi, Y. (2016). Implementasi POAC terhadap Kegiatan Organisasi dalam Mencapai Tujuan Tertentu. Jurnal Warta, 53(9), 1679–1699.

Garavan, T. N. (2007). A Strategic Perspective on Human Resource Development. Advances in Developing Human Resources, 9(1), 11–30. https://doi.org/10.1177/1523422306294492 Putri, M. E., & Eviana, N. (n.d.). POTENSI WANA WISATA ALAM BATU KUDA

UJUNGBERUNG BANDUNG.

Rahmi Setyawati, K. A. S. (2019). Pengembangan Wisata Di Kabupaten Buru Menggunakan Analisis Swot. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(2), 4–8.

https://doi.org/10.7454/jsht.v1i2.56

Ruhana, I. (2012). Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia Vs Daya Saing Global.

PROFIT : Jurnal Administrasi Bisnis, 6(1), 50–56.

Rukmini, R., & Murniyanti, S. (2015). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap

(10)

Efektivitas Kerja Karyawan Pada Pt. Kawasan Wisata Pantai Cermin Theme Park Dan Resort Hotel. Ekonomikawan : Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 14(1), 69.

Samadipour, E., Ghardashi, F., & Aghaei, N. (2020). Evaluation of Risk Perception of Covid-19 Disease: A Community-based Participatory Study. Disaster Medicine and Public Health Preparedness, 1–8. https://doi.org/10.1017/dmp.2020.311

Shamadiyah, N. (2017). Analisis Swot Strategi Pemberdayaan Masyarakat Program Penataan Lingkungan Permukiman Komunitas Di Kelurahan Suryatmajan, Kota Yogyakarta. Agrifo : Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh, 2(1), 28. https://doi.org/10.29103/ag.v2i1.506

Referensi

Dokumen terkait

Miller (2014) dan Mathews (2016) menyatakan bahwa modal sosial berpotensi untuk dikembangkan oleh kelompok orang yang beraktivitas di perpustakaan karena: 1) di dalam

iii Proceeding of International Seminar on Science Education Yogyakarta State University, October 31st 2015 Science Process Skill Approach for Acquiring Science And Technology