1 STRATEGI PRODUSER DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI PROGRAM
TAYANGAN ANAK DI TELEVISI LOKAL
(Studi Deskriptif pada Program Dodo dan Nisa di Manajemen Qolbu Televisi) THE PRODUCER STRATEGY IN MAINTAINING THE EXISTENCES OF THE
CHILDREN PROGRAM SHOW AT LOCAL TELEVISION
(Descriptif Study On Dodo dan Nisa Program at Manajemen Qolbu Televisi)
Vinna Miranda Putri
Universitas BSI Bandung, [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana produser melakukan strategi pada perencanaan program, produksi program, eksekusi program, pengawasan dan evaluasi program. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekologi media. Teknik pengumpulan dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan literatur. Informan yang dipilih berjumlah satu orang yang merupakan Produser Program Dodo dan Nisa, dan dua orang sebagai informan pendukung, yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti telah memperoleh hasil yaitu, pada strategi produser yang dilakukan dalam perencanaan program Dodo dan Nisa sudah terbilang baik. Berdasarkan konsep yang diciptakan, memberikan tayangan yang berkualitas, informatif, edukatif, dan menghibur merupakan tayangan yang dibutuhkan oleh anak-anak saat ini. Pada Produksi dan Eksekusi program yang dilakukan produser memberikan konten dan tayangan yang tepat pada sasaran khalayak namun terdapat kekurangan yaitu pada ketersediaan audiens pada jam tayang yang ditetapkan. Dan, pada tahap pengawasan dan evaluasi program Dodo dan Nisa mematuhi segala peraturan P3SPS dan ketentua yang ada di MQTV sehingga didapatkan hasil yang cukup memuaskan, dapat merebut audiens serta mendapatkan pemasang iklan yang tentunya hal tersebut merupakan keberhasilan produser dalam menentukan strateginya mempertahankan eksistensi program tayangan anak yang berkualitas di televisi lokal.
Kata Kunci : Strategi Produser, Eksistensi, Program Tayangan Anak
ABSTRACT
The purpose of this research is for knowing how the producer does a strategy on program planning, program production, program execute, program controlling and evaluation. This research is using a qualitative method with a case study. The theory using an Media Ecology Theory. With an observation, interview, and a literature for collecting data. The key informant is the Producer of the Dodo & Nisa Program itself, and another two as the supported informant, which is choosen by purposive sampling technique. Based on that research, the researcher had the result that is, strategy that the producer does in program planning could called the best. Based on the concept, given the good quality, informative, educate, and entertained show are the children needed now. At Production and program execute, the producer was gave the rights audience target a good content, so at controlling and evaluation
2 step had a great result, got a lot of audience and got a sponsorship which is it means a successful of the producer strategy for maintained the existences of great the children program show at local television.
Key Word : The Producer Strategy, Existences, The Children Program Show
PENDAHULUAN
Pada era modern seperti sekarang ini, media televisi masih memiliki peran yang cukup penting dalam memberikan informasi dan masih merupakan andalan bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi dan hiburan hingga kini. Setelah undang-undang penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan,khususnya di daerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televsi publik, swasta, berlangganan dan komunitas. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi.
Di Indonesia, perindustrian televisi baik nasional maupun lokal kini saling berlomba untuk mengembangkan dan mempertahankan keberadaannya di era modernisasi ini. Teknologi modern saat ini berkembang dengan pesat memberikan dampak lain terhadap perindustrian televisi yang tentunya hal tersebut menjadikan perusahaan televisi terus berupaya untuk mengembangkan dan menyesuaikan program-programnya dengan era saat ini.
Persaingan media penyiaran pada dasarnya adalah persaingan merebut perhatian audiens dan untuk dapat merebut perhatian audiens, maka pengelola stasiun penyiaran harus memahami siapa audiens mereka dan apa kebutuhan mereka. Dalam era persaingan dewasa ini setiap media penyiaran harus memiliki strategi yang jelas dalam merebut audiens. Audiens adalah pasar dan program yang disajikan adalah produk yang ditawarkan.
Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yang makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia.
Televisi merupakan salah satu media bagi para pemasang iklan di Indonesia. Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat sumber daya manusia. Namun sayangnya kemunculan berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Pada umumnya, televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar saja.
Dalam pembuatan program televisi, produser membuat susunan rancangan dan perencanaan program yang akan dijalankan, menentukan tema dan konten yang akan disajikan, menempatkan setiap kru yang tepat di bidangnya masing-masing untuk melaksanakan produksi program tersebut dan melakukan evaluasi. Dalam perancangan yang dibuat, pastinya seorang produser akan mengeluarkan ide-ide kreatif dan rencana-rencana yang menjadi strategi atau taktik khusus yang akan menjadi komponen unggulan dalam program tersebut. Program yang disajikan di televisi memiliki berbagai jenis kategori program dan berbagai segmentasi khalayak.
3 Program acara untuk anak-anak
umumnya atau sebagian besar masih dibeli dari distributor acara televisi luar negeri atau pun perusahaan pembuatan film lainnya. Terdapat kecenderungan saat ini bahwa audiens anak-anak sangat perlu diperhitungkan para pnegelola program khusunya televisi dalam memberikan tayangan kepada anak-anak.
Program yang berisikan tayangan untuk anak-anak pada saat ini sangat dibutuhkan, terlebih lagi yang tidak hanya informatif dan menghibur namun mendidik secara moral dan lebih baik lagi secara religi. Mengingat pada saat ini sudah terlalu banyak tayangan berupa sinetron ataupun ftv (film televisi) yang lebih menarik perhatian anak-anak dan memberikan contoh yang belum selayaknya untuk di ketahui dan di tiru oleh anak-anak.
Salah satu program tayangan yang menarik, informatif, serta mendidik untuk anak-anak adalah Dodo dan Nisa yang disiarkan melalui stasiun televisi lokal yang berada di Bandung, yaitu MQTV. Dodo dan Nisa merupakan program anak yang berupa cerita atau dongeng dipadukan dengan dakwah islami yang ringan dan diperagakan menggunakan boneka-boneka dengan karakter yang berbeda-beda.
Namun, ketertarikan sebagian masyarakat terhadap televisi lokal juga belum tentu sebaik terhadap televisi nasional. Masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui tentang stasiun televisi lokal yang ada di daerahnya, kemungkinan di karenakan kurangnya kualitas jangkauan siaran atau pun kurangnya pengenalan terhadap masyarakat. Tayangan yang mampu diterima oleh khalayak dengan penyajian konten yang tepat serta mendidik tentu akan menjadi program andalan yang akan di saksikan oleh pemirsa. Semakin banyak dan semakin sering program tersebut di saksikan, akan meningkatkan rating atau persentase keberhasilan program tersebut dan tentu juga akan membuat program dapat terus berjalan dan disaksikan di televisi.
Dengan demikian peneliti ingin membahas mengenai bagaimana produser program Dodo dan Nisa di MQTV melakukan strategi program dalam mempertahankan eksistensi program tayangan anak di televisi khusunya televisi lokal dengan judul “Strategi Produser Dalam Mempertahankan Eksistensi Program Tayangan Anak di Televisi Lokal” (Studi Deskriptif pada Program Dodo dan Nisa di Manajemen Qolbu Televisi).
KAJIAN LITERATUR
Tinjauan Tentang Komunikasi
Menurut Deddy Mulyana (2015:46), kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yag berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.
Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses yang memungkinkan seorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).
Sementara itu, Everett M. Rogers, menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2015:68-69)
Sedangkan Harold D. Lasswell menjelaskan, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya (Who? Says what? In wich channel? To whom? With what effect?)”.
(Hafied, 2012:21)
4 Berdasarkan penjelasan diatas,
maka komunikasi diartikan sebagai proses pertukaran pesan atau informasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu kesamaan atau tujuan tertentu.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi ini (West dan Turner, 2013:41)
Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Pengertian lain komunikasi massa menurut Bittner (Ardianto, 2004:3), mass communication is messages commucicated through a mass medium to a large number of people (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).
Konsep komunikasi massa pada sisi mengandung pengertian suatu proses di mana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses di mana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audien. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media.
Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.
Menurut Mulyana (2015:83) komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio dan televisi) yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah nesar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen.
Menurut Wright (1959), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam definisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri (Severin dan Tankard, 2007:4), yaitu :
1. Komunikasi massa yang diarahkan kepada audien yang relatif besar, heterogen dan anonim
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audien secara serempak dan sifatnya sementara
Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Media Penyiaran Televisi
Setelah undang-undang penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan,khususnya di daerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televsi publik, swasta, berlangganan dan komunitas. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi.
Televisi merupakan salah satu media bagi para pemasang iklan di Indonesia. Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat sumber daya manusia. Namun sayangnya kemunculan berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Pada umumnya, televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal.
Media televisi sebagai media massa yang semakin digandrungi oleh masyarakat mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Tetapi televisi memiliki karakter yang
5 sangat berbeda dengan media-media massa
lainnya.
Televisi Lokal
Televisi lokal menurut Sudibyo (2004:105) merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. Definisi oleh Sudibyo diperkuat oleh Undang-Undang Penyiaran yang menyatakan bahwa “Staisun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah Negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut” (Pasal 31 ayat 5 UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002).
Sebagaimana media lainnya, televisi lokal juga memiliki fungsi, tidak jauh berbeda dengan media massa lainnya, fungsi media televisi lokal adalah untuk memberi informasi, mendidik, mempersuasi, menyenangkan, memuaskan, dan sebagai hiburan (McQuail, 1991:70- 73).
Kekuatan televisi lokal sebenarnya terletak pada bagaimana melalui segmentasi dan programnya, televisi lokal dapat mencipatkan identitas lokal bagi pemirsanya, menciptakan tayangan- tayangan acara yang menjadi kebutuhan minat masyarakat setempat (Haryati, 2013:14).
Manajemen Qolbu Televisi (MQTV) MQTV merupakan televisi lokal islami yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Saat pertama kali didirikan, perusahaan ini dikenal sebagai rumah produksi yang di khususkan untuk mendokumentasikan kegiatan dakwah Aa Gym yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah Perseroan Terbatas (PT) dalam dunia broadcasting. Dan kini menjadi stasiun televisi lokal berlandaskan islami yang memiliki beberapa program tayangan dengan konten yang disesuaikan pada kebutuhan pendekatan islami bagi masayarakat.
Program Televisi
Pengertian program televisi yaitu kata “program” itu sendiri berasal dari Bahasa Inggris programme atu program yang berarti acara atau rencana. Undang- undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program acara, tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunaia penyiaran di Indonesia daripada kita
“siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya.
Dengan demikian disimpulkan bahwa pengertian program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya.
Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audiencenya tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program menjadi ujung tombak stasiun televisi karena pemirsa secara langsung melihat dari program-program yang disajikan setiap hari dan program mempunyai arti yang snagat penting dalam menginterpretasikan identitas sebuah stasiun televisi.
Seperti diketahui yang menjadi audiens tentu saja dari berbagai kalangan serta segmen yang berbeda-beda, karena itu progam acaranya pun disesuaikan berdasarkan tujuan atau target audiens dari progam yang akan ditayangkan, maka pengelola program televisi harus mengetahui siapa audiens yang menonton televisi pada waktu-waktu tertentu.
Semakin banyak audiens menonton suatu program acara televisi maka pemasang iklan akan berlomba-berlomba untuk beriklan sebelum dan sesudah program itu ditayangkan.
Program Dodo dan Nisa
Program Dodo dan Nisa merupakan Salah satu program tayangan yang menarik, informatif, serta mendidik untuk anak-anak
6 yang disiarkan melalui stasiun televisi lokal
yang berada di Bandung, yaitu MQTV.
Program Dodo dan Nisa diproduksi di studio milik sendiri oleh MQTV dan Dodo dan Nisa merupakan program anak yang berupa cerita atau dongeng dipadukan dengan dakwah islami yang ringan dan diperagakan menggunakan boneka-boneka dengan karakter yang berbeda-beda. Cerita yang dibawakan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh anak-anak, isi konten merupakan permasalahan atau kisah yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, serta terdapat pesan yang mengandung nilai-nilai moral dan islami, tentunya tayangan ini sangat menghibur dan mendidik bagi anak-anak.
Produser
Seorang produser televisi berperan untuk mengkoordinasikan dan mengontrol semua aspek produksi, dimulai dari pembuatan dan pengembangan ide, mengawasi pemain yang akan melakukan casting dan melakukan segala pengecekan saat pra-produksi, produksi, dan pasca- produksi. Seorang produser harus memiliki kemampuan berpikir dan menuangkan ide ke dalam tulisan proposal. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para sponsor untuk dapat membiayai program acara siaran televisi.
Selain itu, memiliki kemampuan untuk memimpin dan bekerja sama dengan seluruh unit produksi. Sudah menjadi hal yang wajar jika seorang produser bertanggungjawab secara general pada kualitas dan diminati atau tidaknya suatu acara, meski peranan tersebut tidak menjadi suatu keharusan atau tergantung pada kondisi. Berikut adalah tugas pokok dari seorang produser :
1. Menciptakan dan mengembangkan ide untuk produksi acara siaran televisi. Ide yang diciptakan dan dikembangkan adalah hasil dari konsep program acara siara televisi.
Sehingga program acara siaran televisi menghasilkan acara yang
menarik sesuai dengan konsep yang telah dibuat.
2. Membuat desain produksi, seorang produser dapat merancang setting lokasi tempat membuat program acara siaran televisi
3. Memiliki kemampuan dalam memilih tim kreatif dalam program acara saiaran televisi. Karena produser akan bekerja sama dengan tim kreatif dalam pelaksanaan dari ide yang diciptakan dan dikembangkan.
4. Menentukan satuan kerja produksi.
Seorang produser menentukan satuan kerja yang akan melaksanakan program acara siaran televisi. Karena produser harus mampu memimpin satuan kerja agar mendapatkan hasil yang baik.
5. Memilih pengisi acara bersama pengarah acara. Pemilihan pengisi acara dilakukan agar sesuai dengan konsep dan ide program acara siaran televisi yang telah dibuat. Apabila pengisi acara tidak sesuai dengan konsep dan ide program acara siaran televisi. Maka program acara siaran televisi yang telah diproduksi akan kurang menarik dilihat hasilnya 6. Menyusun anggaran. Anggaran
yang telah diperkirakan oleh executive producer disusun oleh produser. Agar setiap biaya yang dibutuhkan untuk suatu program acara siaran televisi dapat dihitung 7. Melakukan koordinasi, promosi dan
publikasi. Seorang produser harus melakukan koordinasi dengan seluruh unit yang terlibat dalam produksi program acara siaran televisi. Selain itu seorang produser melakukan promosi dan publikasi untuk sebuah program acara siaran televisi. Agar program acara siaran televisi yang telah diproduksi dapat diketahui dan ditonton oleh masyarakat.
7 Melakukan evaluasi. Seorang
produser melakukan evaluasi dari program acara siaran televisi yang telah diproduksi.
Evaluasi produksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dari kinerja selama produksi.
Eksistensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia eksistensi adalah hal berada, keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Istilah eksistensi berasal dari kata existere (eks=keluar, sister=ada atau berada). Dengan demikian, eksistensi memiliki arti sebagai sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya atau sesuatu yang mempu melampaui dirinya sendiri.
Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.
Eksistensi ini perlu diberikan orang lain, karena dengan adanya respon dari orang disekeliling membuktikan bahwa keberadaan seseorang itu diakui. Tentu akan terasa sangat terasa tidak nyaman ketika seseorang ada namun tidak satupun yang menganggap ada. Oleh karena itu, pembuktian akan keberadaan dapat dinilai dari beberapa orang yang menanyakan atau setidaknya merasa sangat membutuhkan jika seseorang itu tidak ada.
Strategi Program
Strategi merupakan perencanaan untuk mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan taktik operasionalnya.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (Management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
(Uchjana, 1986: 97)
Dalam industri penyiaran, strategi digunakan dalam berkompetisi dengan stasiun penyiaran lain dalam rangka memperebutkan audien. Stasiun penyiaran selalu merencanakan programnya secara strategis, yaitu merancang acara sebaik mungkin, sehingga tetap menarik dan menjaga ketertarikan pemirsanya. (Djamal, 2011: 135). Salah satunya dengan cara membuat program yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari dan sesuai dengan keinginan mereka.
Departemen program dan produksi stasiun penyiaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam menunjang keberhasilan stasiun penyiaran. Morissan dalam bukunya “Manajenemen Media Penyiaran”, mengungkapkan bahwa strategi program ditinjau dari aspek manajemen atau yang sering disebut manajemen strategis (management strategic) terdiri dari (Morissan, 2011) : Perencanaan Program
Perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Pada stasiun televisi, perencanaan program diarahkan pada produksi program yaitu program apa yang akan diproduksi, pemilihan program yang akan dibeli (akuisisi), dan penjadwalan program untuk menarik sebanyak mungkin audiens yang tersedia pada waktu tertentu. Bagian program stasiun televisi harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam merencanakan program yang akan disiarkannya.
Produksi dan Pembelian Program Program bisa diperoleh dengan cara membeli atau memproduksinya sendiri. Suatu program yang dibuat sendiri oleh media penyiaran disebut dengan instilah in-house production atau produksi sendiri. Jika program dibuat pihak lain, berarti stasiun penyiaran membeli program itu. Dengan demikian, dilihat dari siapa yang memproduksi program, maka terdapat dua tipe program yaitu program yang di
8 produksi sendiri dan yang di produksi oleh
pihak lain.
Suatu program hiburan dihasilkan melalui proses produksi yang memerlukan banyak peralatan, dana, dan tenaga dari berbagai profesi kreatif. Proses produksi itu sendiri terdiri atas tiga bagian utama yaitu, tahap pra-produksi, tahap produksi, tahap pasca-produksi.
Eksekusi Program
Eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
Manajer program melakukan koordinasi dengan bagian traffic dalam menentukan jadwal penayangan dan berkonsultasi dengan manajer promosi dalam mempersiapkan promo bagi program bersangkutan. Manajer program juga perlu berkoordinasi dengan bagian redaksi berita (news) dalam hal program itu memerlukan liputan wartawan seperti peristiwa khusus atau berita penting (breaking news).
Pengawasan dan Evaluasi Program Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran, departemen, dan karyawan. Kegiatan evaluasi secara periodik terhadap masing- masing individu dan departemen memungkinkan manajer umum membandingkan kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. Jika kinerja keduanya tidak sama, maka diperlukan langkah-langkah perbaikan.
Pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efektif.
Kajian Teori
Teori Ekologi Media
Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas oikos atau tempat tinggal dan logos yang berarti ilmu, yang diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dari pengertian ekologi
tersebut kemudian diperluas oleh Hawley dalam Sills sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara makhluk hidup atau suatu organisme hidup dalam suatu lingkungan hidup dalam lingkungan tertentu. Dari dua pengertian sebelumnya disimpulkan bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara makhluk hidup mempertahankan hidupnya di lingkungan dimana mereka tinggal (Prasetiya, 2011: 29).
Ekologi kemudian berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemudian muncullah ekologi media yang memiliki inti yang sama yakni bagaimana hubungan timbal balik antara media dan lingkungannya agar mampu mempertahankan hidupnya. Sumber alam menurut Dimmick dan Rohtenbuhler (1984) diartikan sebagai : “... the elements of the environments that are required forindustries in our society, a minimal set of resources would include content, audience, capital” yaitu elemen-elemen yang berasal dari lingkungan sekitar yang dibutuhkan oleh industri sebagai penunjang hidupnya, sumbernya antara lain isi, audien, modal (Prasetiya, 2011: 5).
Ekologi juga dapat digunakan untuk menjelaskan adanya ketertarikan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Dimanapun berada suatu makhluk hidup tidak akan dapat hidup mandiri, karena memiliki ketergantungan dengan makhluk hidup lain. Begitu juga dengan media, yang didalamnya terdapat tiga penunjang hidup, dimana ketiganya memiliki hubungan dan saling terkait untuk saling melengkapi (Sari, 2011:10).
Teori ekologi media (bahasa Inggris: Media Ecology Theory) adalah studi tentang bagaimana media dan proses komunikasi mempengaruhi persepsi manusia, perasaan, emosi, dan nilai teknologi yang mempengaruhi komunikasi melalui teknologi baru. Media Teori Ekologi berpusat pada prinsip-prinsip bahwa masyarakat tidak bisa lepas dari pengaruh teknologi dan teknologi yang
9 akan tetap menjadi pusat untuk hampir
semua lapisan masyarakat.
Konsep dasar teori ini pertama kali dikemukakan oleh Marshall McLuhan 1964. McLuhan terkenal untuk coining kalimat, "Medium adalah Pesan" (Medium Is The Message), yang merupakan frase yang sering diperdebatkan diyakini berarti bahwa media yang dipilih untuk menyampaikan pesan adalah sama pentingnya (jika tidak lebih) dari pesan itu sendiri. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh mentornya, ekonom berkebangsaan Canada, Harold Adams Innis (1951).
Dalam prespektif teori ini, bukan pesan yang mempengaruhi kesadaran kita tetapi medium. Mediumlah yang lebih besar mempengaruhi bawah sadar kita.
Medium membentuk pesan, bukan sebaliknya. Artinya, media elektronik telah mengubah masyarakat secara radikal.
Masyarakat sangat bergantung pada teknologi yang menggunakan media dan bahwa ketertiban sosial suatu masyarakat didasarkan pada kemampuannya untuk menghadapi teknologi tersebut.
Dimmick dan Rohtenbuhler (1984) mencoba menganalogikan fenomena kompetisi antarindustri media sebagai suatu proses ekologis. Dalam pandangannya kompetisi media dapat digambarkan seperti makhluk-makhluk hidup yang harus mempertahankan hidupannya dalam suatu lingkungan (pasar). Bagaimana ia bertahan adalah bagaimana makhluk media tersebut mampu mencari-mendapatkan dan merebut sumber makanan yang tersedia dalam lingkungan tersebut. Persoalannya adalah jika sumber makanan yang ada di lingkungan tersebut terbtas-sementara makhluk hidup yang menggantungkan dirinya kepada sumber tersebut semakin banyak maka faktor kompetisi tidak terelakkan (Prasetiya, 2011:5).
Dimmick dan Rohtenbuhler mengungkapkan bahwa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya media memerlukan sumber penunjang hidup. Pada dasarnya, ada tiga sumber penunjang hidup media yang utama yaitu:
types of content (jenis isi media), types of audience (jenis khalayak sasaran), dan capital (modal) dalam (Kriyantono, 2007:272).
Dimmick dan Rohtenbuhler dalam (Haryati, 2013:4) mengungkapkan bahwa ketiga sumber penghidupan media tersebut, pertama adalah types of content, yang menunjukkan aspek program dan atau jenis isi media, variasi program, jenis program, dan banyaknya program. Content merupakan deksripsi isi dari media yang bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai rubrikasi atauprogram acara yang ada.
Alan B. Albarran dalam Handbook of Media Studies (2004:299) mengatakan bahwa konten media adalah produk-produk yang diciptakan oleh perusahaan media, konten media berbetuk program televisi (dalam media televisi), film, suara dana rekaman video, dan cetak (misalnya, buku, majalah, koran). Konten media secara luas diklasifikasikan ke dalam kategori informasi (terkait konten berita) dan hiburan (drama, komedi, action, musik, games, dan lain-lain). Konten media merupakan produk yang dapat secara berulang digunakan dan dipasarkan kepada audien dan pengiklan.
Kedua, type of audience, yang menunjukkan jenis khalayak sasaran atau target audien, jenis pendengar (dari segmentasi geografis, demografis, psikografis). Ketiga, capital, yang meliputi struktur permodalan dan pemasukaniklan.
Faktor capital (modal), yang mencakup modal finansial, dana pemasukan iklan, sumber daya manusia, sarana teknologi dan fasilitas lainnya.
Ketiga sumber penunjang tersebut merupakan tiga tiang utama yang menjadi penyangga sekaligus sumber “makanan”
bagi media agar dapat survive dan mengembangkan dirinya dalam situasi kompetisi yang ketat. Dan ketiga sumber ini yang berusaha untuk diperebutkan oleh berbagai media agar bertahan (Kriyantono, 2007:272).
10 METODE PENELITIAN
Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu, menggunakan penelitian kualitatif dengan studi deskriptif. Dimana peneliti bermaksud untuk mengetahui dan memahami permasalahan secara mendalam dan mencari informasi sebanyak mungkin dengan metode pengumpulan data yang terdapat dalam penelitian kualitatif.
Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2017:4)
Paradigma Konstruktivis
Paradigma konstruktivis adalah paradigma penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini. Paradigma dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. Paradigma konstruktivis memandang bahwa suatu kenyataan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia itu sendiri.
Studi Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Cooper, H.M (2007) peneltian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik suatu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Dr. Sudaryo, 2017:82).
Sedangkan menurut Cresswell (2004), penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambar dan menginterpretasikan objek apa adanya (Dr.
Sudaryo, 2017:82).
Subjek dan Objek Penelitian
Istilah lain dari subjek penelitian disebut informan, yaitu orang yang memberi respon atau informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menarik tiga orang untuk dijadikan informan, jumlah informan diambil berdasarkan wawancara dan berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, dan dari ketiga informan tersebut, satu diantaranya dijadikan sebagai informan utama yaitu produser program Dodo dan Nisa yang terlibat secara langsung dalam segala kegiatan program Dodo dan Nisa.
Dan, dua orang lainnya yang dijadikan sebagai informan pendukung.
Pemilihan informan berdasarkan kegiatan informan yang paham mengenai permasalahan yang diteliti sehingga data diperoleh dari penelitian ini sangat kredibel.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah strategi yang dilakukan produser program Dodo dan Nisa. Dimana aspek yang akan dibahas yaitu perihal 1) perencanaan program Dodo dan Nisa, 2) produksi program Dodo dan Nisa, 3) eksekusi program Dodo dan Nisa, 4) pengawasan dan evaluasi program Dodo dan Nisa.
Teknik Pengambilan Data
Menurut Satori (2009:103), fase terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Metode pengumpulan data adalah teknik-teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Kriyantono, 2007:95).
Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
11 menggunakan pancaindra mata sebagai alat
bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.
Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan pancaindra peneliti (Ardianto, 2010:165).
Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Satori mengungkapkan (2009:130), wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung, melalui percakapan, atau tanya jawab.
Studi Literatur
Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan buku atau referensi sebagai penunjang penelitian, dengan melengkapi dan mencari data-data yang dibutuhkan dari literatur, referensi, makalah dan yang lainnya, sehingga peneliti memperoleh data-data yang tertulis melalui telaah bacaan yang ada kaitannya.
Teknik Analisis Data
Proses analisis melibatkan pengorganisasian data, pembacaan pendahuluan pada database, pengodean dan pengorganisasian tema, penyajian data dan penyusunan penafsiran data. Langkah- langkah ini saling terkait dan membentuk spiral aktivitas yang semuanya terkait dengan analisis dan penyajian data (Creswell, 2014:250).
Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
Penyajian Data
Penyajian data, peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data dilakukan dengan alasan bahwa data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.
Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Kegiatan analisis ketiga yang terpenting adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Disini peneliti mangangkat kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari narasumber yaitu produser program Dodo dan Nisa. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan cara membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut.
Uji Kredibilitas Data
Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan. Moleong (2005), memaparkan tujuan uji (credibility) kredibilitas data yaitu untuk menilai kebenaran dari temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai pengalaman dirinya sendiri.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi merupakan komponen yang juga sama penting dengan data, karena lokasi adalah tempat dimana peneliti dapat menmukan data penelitian yang dicari dan akan dianalisis menjadi sebuah temuan penelitian. Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di studio MQTV beralamatkan di Jl. Gegerkalong Girang Baru No.11, Kota Bandung, Jawa Barat.
12 Waktu yang digunakan peneliti
untuk peneliti dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkan izin penelitian. Peneliti membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan untuk penyajian dalam bentuk skripsi, proses bimbingan dan pembuatan karya.
PEMBAHASAN
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu tentang Strategi Produser dalam Mempertahankan Eksistensi Program Tayangan Anak di Televisi Lokal, dimana peneliti memfokuskan pada bagaimana perencanaan program, produksi program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi program . pengumpulan data yang dikumpulkan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi literatur, dimana peneliti hanya fokus bertanya kepada informan mengenai permasalahan yang menjadi pertanyaan penelitian.
Analisa dalam penelitian ini adalah analisis pada data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan informan.
Berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti mengaitkan hasil temuan penelitian dengan teori ekologi media. Sebagaimana, Dimmick dan Rohtenbuhler (1984) mencoba menganalogikan fenomena kompetisi antar industry media sebagai suatu proses ekologis. Dalam pandangannya kompetisi media dapat digambarkan seperti makhluk- makhluk hidup yang harus mempertahankan hidupnya dalam suatu lingkungan (pasar). Bagaimana ia bertahan adalah bagaimana makhluk media tersebut mampu mencari-mendapatkan dan merebut sumber makanan yang tersedia dalam lingkungan tersebut.
Yang mana pada pengelolaan program terdiri dari empat bagian yaitu, perencanaan program, produksi program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi program.
Peneliti menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan para informan yaitu, pada perencanaan program produser mengkonsepkan program semenarik mungkin bagi anak-anak, dengan mengikuti kebutuhan pasar produser membuat konsep yang inovatif dari bulan ke bulan demi memenuhi kebutuhan informasi, edukasi dan hiburan bagi khalayak.
Selain itu, untuk mempertahankan eksistensi sebuah program, produser program Dodo dan Nisa juga mencari tahu mengenai kekuatan dan kelemahan pesaing, dengan tujuan hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pembuatan konsep program. Yang mana, konsep yang berbeda tentu akan memberikan kesan yang menarik bagi khalayak. Hal tersebut juga tentu dapat menarik perhatian audiens dan menyaksikan program Dodo dan Nisa, dikarenakan program ini dirasa telah memberikan tayangan yang sesuai dengan kebutuhan audiens dan sesuai dengan kategori usia yang ditargetkan.
Dengan begitu, ketersediaan audiens dapat diketahui dan proudser dapat mengetahui bagaimana untuk mendapatkan audiens lebih baik lagi. Bahkan produser memiliki cara tersendiri untuk menarik perhatian audiens agar menonton tayangan Dodo dan Nisa.
Produksi yang dilakukan produser sudah sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan perushaan dan standar produksi.
Olehkarenanya, hasil produksi yang didapat selalu memuaskan dan sesuai dengan apa yang direncanakan pada saat pra-produksi.
Hingga pada proses editing pun tidak mengalami kendala yang cukup riskan jika program Dodo dan Nisa ditayangkan.
Penayangan yang dilakukan memang kurang nyaman untuk disaksikan oleh anak-anak yang sudah bersekolah namun, pada jadwal jam tayang tersebut masih memungkinkan program Dodo dan Nisa mendapatkan audiens. Dikarenakan, dengan segmentasi anak-anak cakupannya cukup luas, meski sebagian anak-anak sudah berangkat sekolah namun, anak-anak yang masih pra-sekolah pun masih dapat
13 menyaksikannya sebelum berangkat
sekolah.
Pengawasan dan evaluasi program Dodo dan Nisa dilakukan dengan tahapan yang sesuai dengan P3SPS, dan program yang dikelola oleh informan sebagai produser ini selalu mentaati ketentuan- ketentuan perusahaan. Konsep yang dibuat meski berinovasi namun tetap mengandung nilai-nilai dakwah islami, yang mana hal tersebut menjadi hal unggulan program Dodo dan Nisa ini.
Menurut apa yang ada pada teori ekologi media bahwa, sebagai institusi bisnis, media massa sangat membutuhkan sarana penunjang kehidupannya.
Kebutuhan dapat dipenuhi melalui penjualan produk periklanan dan berbagai pemasukan ekonomis lainnya. Disi lain, media massa menjalin hubungan dengan khalayak yang menguntungkan dikedua belah pihak. Jalinan hubungan ekologis tersebut media massa senantiasa terus berbuat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan khalayak, sehingga khalayak juga mengkonsumsi produk media massa, mengakibatkan eksistensi media massa terpelihara.
Mengingat, MQTV sendiri merupakan televisi lokal berlandaskan Islami, maka hal tersebut menjadi suatu tantangan yang tidak mudah bagi media massa itu sendiri dalam membuat masyarakat tertarik untuk menyaksikan program-program tayangan yang disajikan oleh MQTV. Oleh karenanya, bagi peneliti, strategi yang digunakan oleh produser program Dodo dan Nisa dimulai dari perencanaan program, produksi program, eksekusi program hingga pengawasan dan evaluasi program sejauh ini berhasil membuat audiens tertarik dan menyaksikan tayangan Dodo dan Nisa.
Selain itu juga program ini cukup mampu menarik minat para pemasang iklan, yang mana hal tersebut dapat membantu dalam memberikan pendapatan lebih pada program tersebut sehingga program Dodo dan Nisa hingga kini masih di produksi dan terus berjalan. Tentunya,
program Dodo dan Nisa juga hingga saat ini masih dapat disaksikan di televisi pada stasiun MQTV yang merupakan televisi lokal di Bandung.
Oleh karenanya, berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah peneliti paparkan sebelumnya di atas, dapat di simpulkan bahwa produser program Dodo dan Nisa dapat mempertahankan eksistensi program tayangan anak tersebut dengan menggunakan strategi-strategi yang produser tersebut lakukan. Sejauh strategi tersebut dapat memberikan hasil yang baik, maka eksistensi program tayangan anak yang berkualitas ini akan tetap dapat ditemukan pada televisi lokal tersebut.
PENUTUP Kesimpulan
Mengingat, MQTV sendiri merupakan televisi lokal berlandaskan Islami, maka hal tersebut menjadi suatu tantangan yang tidak mudah bagi media massa itu sendiri dalam membuat masyarakat tertarik untuk menyaksikan program-program tayangan yang disajikan oleh MQTV.
Oleh karenanya, bagi peneliti, strategi yang digunakan oleh produser program Dodo dan Nisa dimulai dari perencanaan program, produksi program, eksekusi program hingga pengawasan dan evaluasi program sejauh ini berhasil membuat audiens tertarik dan menyaksikan tayangan Dodo dan Nisa.
Selain itu juga program ini cukup mampu menarik minat para pemasang iklan, yang mana hal tersebut dapat membantu dalam memberikan pendapatan lebih pada program tersebut sehingga program Dodo dan Nisa hingga kini masih di produksi dan terus berjalan. Tentunya, program Dodo dan Nisa juga hingga saat ini masih dapat disaksikan di televisi pada stasiun MQTV yang merupakan televisi lokal di Bandung.
Oleh karenanya, berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah peneliti paparkan sebelumnya di atas, dapat di simpulkan bahwa produser program Dodo
14 dan Nisa dapat mempertahankan eksistensi
program tayangan anak tersebut dengan menggunakan strategi-strategi yang produser tersebut lakukan. Sejauh strategi tersebut dapat memberikan hasil yang baik, maka eksistensi program tayangan anak yang berkualitas ini akan tetap dapat ditemukan pada televisi lokal tersebut.
Saran
Dalam penelitian ini, peneliti juga memberikan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
a. Produser program Dodo dan Nisa diharapkan agar terus berupaya untuk mempertahankan eksistensi program tayangan anak di televisi.
Dikarenakan saat ini sangat krisis tayangan anak di televisi yang berkualitas sesuai dengan usia anak- anak, maka diharapkan produser dapat mengembangkan program Dodo dan Nisa menjadi semakin lebih baik lagi. Menampilkan konten yang kreatif dan inovatif agar khalayak semakin lebih tertarik menyaksikan program Dodo dan Nisa.
b. Saran kepada pihak media MQTV, bahwa program tayangan anak Dodo dan Nisa agar lebih di perhatikan lagi dan didukung dalam pengembangannya. Dikarenakan, program Dodo dan Nisa dapat menjadi program unggulan yang baik tidak hanya bagi perusahaan sendiri namun juga bermanfaat bagi masyarakat luas. Akan lebih baik lagi jika program Dodo dan Nisa dapat di saksikan tidak hanya oleh masyarakat Bandung ataupun Jawa Barat saja.
c. Peneliti menyarankan agar MQTV semakin menggencarkan promosi program-programnya terlebih lagi khususnya terhadap program Dodo dan Nisa. Dengan melakukan promosi yang bersifat on air maupun off air melalui new media
(media baru : internet), untuk menjaring penonton dan memerikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai tersedianya program tayangan anak yang baik dan mengedukasi.
Saran terhadap media lainnya, bahwa tayangan untuk anak-anak dengan konten yang tepat dan sesuai saat ini sangat dibutuhkan. Mengingat sudah banyak anak- anak yang salah menonton tayangan televisi sehingga mengubah kepribadian dan sifatnya yang mencontoh tayangan yang tidak sesuai dengan usianya. Diharapkan, kepada media lainnya dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menikmati program tayangan di televisi yang sehat, demi menciptakan generasi yang lebih baik lagi kedepannya.
REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 2016. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Cresswell, J.W. 2014. Research Design:
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Dr. Elvinaro Ardianto. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kualitatif dan Kuantitatif. edited by Nunik Siti Nurbaya. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi (Disertai cntoh Riset Praktis Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran). Jakarta : Kencana Media Group
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa, Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
______________. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
15 ______________. 2017. Metodologi
Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi. Jakarta : Prenadamedia Group.
Morissan. 2011. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta : Prenada Media Group.
Mulyana, Deddy. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
______________. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Severin, Warner dan James Tankard. 2007.
Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terpaan di Dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media Group
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sudaryono, Dr. 2017. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
West, R & Turner, Lynn H. 2013. Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Huamnika.
Herawati, F. Anita and Budi Hh. n.d.
“Ekologi Media Radio Siaran Di Yogyakarta : Kajian Teori Niche Terhadap Program Acara Radio Siaran Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.” 107–30.
Komunikasi, Jurnal, Program Studi,
Magister Ilmu, Program Pascasarjana, and Universitas Mercu. 2017.
“STRATEGI PROGRAM SIARAN RADIO DANGDUT DI JAKARTA ( STUDI KASUS PADA KENAIKAN RATING RADIO MERSI FM TAHUN 2014 ).”
VIII(September):103–11.
Mudjiyanto, Bambang. 2017. “Metode Penelitian Kuantitatif; Ekologi Media Massa Quantitative Research
Methods; Mass Media Ecology.”
(1):98–126.
Studi, Program, Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu, Sosial Dan, Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen, and Satya Wacana. 2017. “STRATEGI KOMUNIKASI TIM KREATIF DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI PROGRAM THE COMMENT NET TV.”
Haryati. 2013. Televisi Lokal Dalam Representasi Identitas Budaya.
Observasi Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung. SSN.
1412-5900 Vol.11, Nomor 1, Tahun 2013
Prasetiya, L. 2011. Kompetisi Surat Kabar Lokal Yogyakarta Berdasarkan Tingkat Kepuasan Biro Iklan Pada Layanan Jasa Media Surat Kabar.
FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Sholihat, Febrianti. n.d. “MASS COMMUNICATION.” Komunikasi Massa.
Dewi, Debi Sintia, Anggar Erdhina Adi, Fakutas Industri Kreatif, and Produksi Feature. 2016. “PERANCANGAN PROGRAM TELEVISI FEATURE TENTANG PRODUK RAMAH LINGKUNGAN DI BANDUNG DESIGNING OF TELEVISION FEATURE PROGRAM ABOUT ENVIROMENTALLY FRIENDLY PRODUCTS IN BANDUNG.”
3(3):415–22.
Prima, Radix, Dewi Sya, Siti Nur, and Hidayah Sya. n.d. “TUGAS AKHIR SEMESTER ” STUDI KASUS ” METODE PENELITIAN
KUALITATIF Oleh : JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SORONG.”
BIODATA PENULIS
Penelitian ini ditulis oleh Vinna Miranda Putri. Peneliti lahir di Metro, Lampung pada tanggal 30 April 1997.
Peneliti sudah menempuh pendidikan tingkat SD di SDN 1 Banjaran, SMP di
16 SMP Handayani 2 Pameungpeuk Kab.
Bandung, SMA di SMKN 1 Soreang dan sekarang sedang menempuh pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi di Universitas BSI Bandung.
Organisasi yang sudah peneliti ikuti sewaktu sekolah dasar dan menengah yaitu Pramuka, Marching Band, KPA Pakubara dan OSIS.