UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP NAMA : AHMAD SOLIKHAN NIM : 221010950018 KELAS : 03TKME001
STRUKTUR DAN SIFAT KERAMIK
A. Hubungan antara Sifat, Struktur, dan Prosses Keramik
Struktur Keramik
Struktur kristal keramik (terdiri dari berbagai ukuran atom atau minimal 2 jenis unsur) merupakan salah satu struktur material yang paling kompleks. Ikatan antar atom pada umumnya adalah ikatan kovalen (berbagi elektron sehingga ikatan tersebut kuat) atau ionik (terutama ikatan antar ion bermuatan sehingga ikatan tersebut kuat). Ikatan ini jauh lebih kuat dibandingkan ikatan logam. Akibatnya, sifat-sifat seperti kekerasan, panas, dan hambatan listrik jauh lebih tinggi pada keramik dibandingkan logam. Keramik dapat diikat menjadi kristal tunggal atau dalam bentuk polikristalin. Ukuran butir mempunyai pengaruh besar terhadap kekuatan dan sifat
keramik; Semakin halus ukuran butirannya (sehingga dikatakan keramik halus), maka semakin tinggi pula kekuatan dan
ketangguhannya.
Sebagian besar bahan pembentuk keramik mempunyai ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan antara. Misalnya, bagian ikatan ionik dalam sistem Mg-O, Al-O, Zn-O dan Si-O masing- masing dapat dikatakan sebesar 70%, 60%, 60% dan 50%. Yang benar-benar menarik adalah itu
ReO3, V2O3 dan TiO, yang merupakan oksida dan tidak pernah menunjukkan sifat ulet atau dapat berubah bentuk, tetapi memiliki konduktivitas listrik yang relatif sebanding dengan logam biasa.
Dalam kristal kompleks, banyak atom berbeda yang
berperan dan dalam banyak kasus ikatannya merupakan ikatan campuran. Struktur kristal seperti itu dapat dipahami jika kita ingat bahwa kristal tersusun dari kombinasi polihedron
koordinasi, di mana unit-unit kecil kation dikelilingi oleh beberapa anion. Salah satu contohnya adalah silikat yang merupakan bahan baku penting keramik.
Sifat Keramik
Secara umum keramik merupakan paduan logam dan nonlogam, senyawa paduan tersebut mempunyai ikatan ionik dan ikatan kovalen. Untuk lebih jelasnya mengenai sifat-sifat keramik, berikut akan dijelaskan lebih detail.
A. Peralatan mekanis
Keramik merupakan bahan yang kuat, keras dan tahan korosi. Selain itu, keramik memiliki massa jenis yang rendah dan juga titik leleh yang tinggi. Keterbatasan
utama keramik adalah kerapuhannya, yaitu
kecenderungannya untuk pecah secara tiba-tiba dengan deformasi plastis sekecil apa pun. Pada keramik, karena kombinasi ikatan ionik dan kovalen, partikelnya tidak mudah bergeser.
Faktor getas terjadi ketika pembentukan dan penyebaran retakan berlangsung cepat. Pada padatan kristal, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan sepanjang bidang pembelahan (retak) pada kristal.
Permukaan pecah yang dihasilkan mungkin memiliki
tekstur berbutir atau kasar. Bahan amorf tidak memiliki butiran dan bidang kristal yang teratur, sehingga
kemungkinan besar terjadi kerusakan permukaan.
Kekuatan tekan penting untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan. Kuat tekan keramik biasanya lebih besar dibandingkan kuat tariknya. Untuk meningkatkan sifat ini, keramik biasanya dipres terlebih dahulu di bawah tekanan
B. Sifat Termal
Sifat termal bahan keramik adalah kapasitas panas, koefisien muai panas, dan konduktivitas termal. Kapasitas panas suatu bahan merupakan kemampuan bahan
tersebut dalam menyerap panas dari lingkungan. Panas yang diserap disimpan oleh padatan antara lain dalam bentuk getaran (vibrasi) atom/ion penyusun padatan tersebut.
Keramik biasanya memiliki ikatan yang kuat dan atom yang ringan. Jadi getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena ikatannya kuat maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan terlalu banyak gangguan pada kisi kristal.
Kebanyakan keramik memiliki titik leleh yang tinggi, artinya bahkan pada suhu tinggi bahan ini dapat menahan deformasi dan menahan tekanan tinggi. Namun
perubahan suhu yang besar dan tiba-tiba dapat
melemahkan keramik. Kontraksi dan pemuaian akibat perubahan suhu dapat menyebabkan keramik pecah.
C. Sifat listrik
Sifat kelistrikan bahan keramik sangat bervariasi.
Keramik dikenal sangat baik sebagai solator. Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO 3) dapat dipolarisasi dan digunakan sebagai kapasitor. Keramik lain menghantarkan elektron ketika energi ambangnya tercapai, dan oleh
karena itu disebut semikonduktor. Pada tahun 1986
ditemukan jenis keramik baru yaitu superkonduktor suhu kritis tinggi. Bahan jenis ini di bawah suhu kritisnya
mempunyai hambatan = 0. Terakhir, keramik yang disebut dengan piezoelektrik dapat menghasilkan respon listrik akibat tekanan mekanis atau sebaliknya.
Elektron valensi pada keramik tidak berada pada pita konduksi, sehingga sebagian besar keramik bersifat
isolator. Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan dengan memasukkan pengotor. Energi panas juga akan mendorong elektron ke pita konduksi, sehingga pada keramik, konduktivitas meningkat (resistansi menurun) dengan meningkatnya suhu.
Beberapa keramik memiliki sifat piezoelektrik, atau listrik tekan. Properti ini merupakan bagian dari material
“canggih” yang sering digunakan sebagai sensor. Pada bahan piezoelektrik, penerapan gaya atau tekanan pada permukaan akan menimbulkan polarisasi dan akan terjadi medan listrik, sehingga bahan tersebut mengubah
tekanan mekanik menjadi tegangan listrik. Bahan
piezoelektrik digunakan untuk transduser, yang terdapat pada mikrofon, dan sebagainya.
Pada bahan keramik, muatan listrik juga dapat dibawa oleh ion. Sifat-sifat ini dapat diubah dengan mengubah komposisi, dan merupakan dasar dari banyak aplikasi komersial, mulai dari sensor kimia hingga
generator tenaga listrik skala besar. Salah satu teknologi yang paling menonjol adalah sel bahan bakar.
D. Properti Optik
Ketika cahaya mengenai suatu benda, cahaya dapat ditransmisikan, diserap, atau dipantulkan. Bahan
bervariasi dalam kemampuannya mentransmisikan cahaya, dan biasanya digambarkan sebagai transparan, tembus cahaya, atau buram. Bahan yang transparan, seperti kaca, memancarkan cahaya secara menyebar, seperti kaca buram, disebut bahan tembus cahaya. Batuan buram tidak memancarkan cahaya. Dua mekanisme
penting interaksi cahaya dengan partikel padatan adalah polarisasi elektronik dan transisi elektron antar tingkat energi. Polarisasi adalah distorsi awan elektron suatu atom oleh medan listrik cahaya. Akibat polarisasi,
sebagian energi diubah menjadi deformasi elastis (fonon), dan kemudian panas.
e. Sifat kimia
Salah satu ciri khas keramik adalah stabilitas kimianya. Sifat kimia permukaan keramik dapat
dimanfaatkan secara positif. Karbon aktif, silika gel, zeolit, dll, memiliki luas permukaan yang besar dan digunakan sebagai bahan penyerap. Jika oksida logam dipanaskan hingga suhu sekitar 500 C, permukaannya menjadi asam atau basa. Alumina, zeolit, tanah liat asam atau S 2O 2 – TiO 2 serta berbagai oksida biner digunakan sebagai katalis, yang memanfaatkan aksi katalitik titik asam dan basa di permukaan.
F. Sifat fisik
Kebanyakan keramik merupakan ikatan karbon, oksigen atau nitrogen dengan bahan lain seperti logam ringan dan semimetal. Hal ini menyebabkan keramik biasanya memiliki kepadatan yang kecil. Kebanyakan keramik ringan bisa sekeras logam berat. Keramik keras juga tahan terhadap api. Senyawa keramik yang paling keras adalah intan, diikuti oleh boron nitrida di urutan kedua dalam bentuk kristal kubiknya. Aluminium oksida dan silikon karbida biasanya digunakan untuk memotong, menggiling, menggiling dan memoles bahan keras lainnya.
Teknik pengolahan keramik a. Pembubukan
Bahan dasar keramik umumnya berbentuk bubuk.
Bahan dasar tersebut dapat diperoleh dengan cara konvensional maupun non konvensional. Metode konvensional meliputi kalsinasi; yaitu memecah suatu bahan padat menjadi beberapa bagian yang lebih sederhana; Penggilingan adalah penggilingan atau penghalusan bahan; Mixing adalah mencampurkan
beberapa bahan menjadi satu bahan. Sedangkan metode nonkonvensional meliputi teknik larutan seperti metode sol-gel, metode fase uap, atau dekomposisi garam. Dalam proses pembuatan serbuk seringkali harus ditambahkan zat penstabil agar suhu dapat diturunkan atau bahan organik yang berfungsi sebagai pengikat atau pelembut serbuk agar mudah dibentuk.
b. Pembentukan
Ada berbagai metode pembentukan, misalnya
metode pengepresan isostatik dan aksial; cara cetak lepas, yaitu dicetak sampai kering kemudian dikeluarkan;
Metode band moulding artinya bahan dibiarkan tetap berada di dalam cetakan atau injection moulding, yaitu bahan dimasukkan ke dalam cetakan dengan cara
diinjeksikan ke dalamnya.
c. Tekanan
Pengepresan atau disebut juga pemadatan dilakukan untuk membentuk serbuk keramik menjadi padatan
berbentuk pelet mentah. Pelet mentah merupakan bubuk yang sudah menjadi bentuk padat namun belum disinter.
Prosedur dasar pengepresan terbagi menjadi 3 yaitu:
Uniaksial
Serbuk dibentuk dalam cetakan logam dengan pengepresan satu arah. Pengepresan ini dapat
menghasilkan pelet yang banyak dan lebih murah
dibandingkan metode lainnya. Berdasarkan cara kerjanya, mesin press ini dibedakan menjadi 3 yaitu: pengepresan uniaksial aksi tunggal, pengepresan uniaksial aksi ganda, dan pengepresan uniaksial dengan cetakan atau cetakan mengambang.
Isostatik: Pengepresan serbuk dilakukan dengan menggunakan cairan.
Pengepresan panas: Pengepresan dilakukan bersamaan dengan perlakuan panas terhadap bubuk.
d. Sintering
Sintering adalah suatu metode pemanasan suatu bahan (biasanya dalam bentuk bubuk) pada suhu di bawah titik lelehnya sehingga menjadi padat. Serbuk tersebut berubah menjadi padat karena pada suhu tersebut partikel-partikelnya akan saling menempel.
Setelah dilakukan sintering, bentuk porositas berubah cenderung menjadi bulat. Selain itu, semakin lama
dipanaskan maka bentuk pori-porinya akan semakin kecil.
Oleh karena itu, ukuran sampel yang telah disinter juga akan semakin kecil.
Sintering terbagi menjadi 2 jenis yaitu berdasarkan ada tidaknya fasa cair pada saat proses sintering. Sintering yang terjadi dengan adanya fasa cair disebut sintering fasa cair, dan sintering yang terjadi tanpa fasa cair disebut sintering padat.
Tahap sintering dilakukan untuk memadatkan bahan yang telah dicetak dan dikeringkan pada suhu tinggi.
e. Anneling dan Penuaan
Annealing merupakan proses pemanasan yang lebih rendah dari sebelumnya. Dengan tujuan agar parameter dan properti yang diinginkan mencapai optimal.
Sedangkan penuaan merupakan suatu proses pendinginan dalam jangka waktu tertentu.
F. Tahap akhir
Pada tahap ini material keramik mengalami berbagai perlakuan akhir agar menjadi finishing sesuai dengan sifat
material yang diinginkan. Perawatan tersebut antara lain mengasah, memoles, memberi lapisan logam, memberi lapisan untuk perlindungan dan lain sebagainya.
B. Tingkatan Struktur Keramik
Struktur keramik dapat dibagi ke dalam beberapa tingkatan berdasarkan kompleksitas dan organisasi material tersebut.
Berikut adalah beberapa tingkatan struktur keramik yang umum dikenal:
1. Tingkat Atom
Ini adalah tingkat paling dasar dari struktur keramik, di mana atom-atom dari berbagai elemen terorganisir untuk
membentuk molekul dan ion-ion yang membentuk kerangka dasar material. Atom-atom ini dapat membentuk ikatan ionik, ikatan kovalen, atau campuran keduanya tergantung pada jenis keramiknya.
2. Tingkat Kristal
Pada tingkat ini, atom-atom tersebut tersusun dalam pola teratur yang disebut struktur kristal. Struktur kristal keramik dapat berbeda-beda, seperti kubik, heksagonal, atau trigonal, tergantung pada jenis dan komposisi kimia dari keramik
tersebut. Ukuran dan orientasi butir kristal juga penting di tingkat ini.
3. Tingkat Butir
Keramik sering kali terdiri dari banyak kristal kecil yang disebut butir. Ukuran dan distribusi butir ini mempengaruhi sifat-sifat mekanik dan termal keramik secara keseluruhan. Ukuran butir
yang lebih kecil umumnya menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dan resistensi terhadap retakan.
4. Tingkat Mikrostruktur
Ini mencakup tata letak dan sifat-sifat butir serta hubungan antarbutir dalam keramik. Mikrostruktur juga mencakup fitur- fitur seperti takik (notch) dan batas butir yang dapat
mempengaruhi perilaku keramik terhadap beban mekanis dan keausan.
5. Tingkat Porositas
Beberapa keramik dapat memiliki porositas di antara butir- butir atau di dalam struktur butir sendiri. Porositas ini dapat berpengaruh signifikan terhadap sifat-sifat keramik seperti kekuatan, kekerasan, dan resistensi terhadap korosi.
6. Tingkat Makrostruktur
Ini mencakup struktur besar dan bentuk dari benda keramik secara keseluruhan. Contohnya adalah bentuk geometris dari barang keramik, seperti piring, piala, atau bagian-bagian mesin keramik.
Pemahaman tentang tingkatan struktur keramik penting untuk pengembangan material yang optimal untuk aplikasi tertentu, serta untuk pemahaman fundamental tentang sifat-sifat dan perilaku keramik dalam berbagai kondisi lingkungan dan pemrosesan.
Struktur kristal Ikatan atom : ion
- atom bermuatan positif (atom logam) : kation - atom bermuatan negatif (non logam) : anion Contoh : calcium fluoride (CaF2)
kation :Ca+
anion : F-
Struktur kristal keramik dipengaruhi oleh karakteristik ion- ionnya seperti: besar muatanlistrik pada setiap ion, dan besar relatif antara ion (gb 13.1)Kristal keramik akan stabil jika anion yang mengelilingi kation jika semuanyabersinggungan dengan kation.
Struktur tipe rocksalt
Struktur tipe AmXp
Struktur AnBxp
C. Ikatan Kimia Keramik
Dalam bab ini, kita membahas struktur kristal, struktur kristal kubik yang berpusat pada benda, dan kemampuan suatu logam untuk mengalami perubahan struktur kristalnya (polimorfisme).
Pengetahuan tentang konsep-konsep ini membantu kita
memahami transformasi besi BCC ke martensit (yang memiliki struktur kristal lain).Hubungan ini adalah diwakili oleh peta konsep berikut:
Ikatan kimia pada keramik umumnya terjadi melalui ikatan ionik atau ikatan kovalen. Keramik adalah material non-logam yang umumnya terdiri dari oksida, nitrida, karbida, atau silikat logam. Berikut adalah penjelasan singkat tentang dua jenis ikatan kimia yang umum terjadi pada keramik:
1. Ikatan Ionik
Ini adalah jenis ikatan yang dominan pada banyak keramik.
Ikatan ionik terbentuk antara ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Contohnya adalah pada natrium klorida (NaCl), di mana ion natrium (Na+) dan ion klorida (Cl-) saling tarik menarik membentuk struktur kristal yang stabil. Pada keramik seperti oksida logam (seperti Al2O3 atau SiO2), atom logam berdonor elektron kepada oksigen, membentuk ion logam positif dan ion oksigen negatif yang saling berikatan kuat.
2. Ikatan Kovalen
Beberapa keramik, terutama yang mengandung atom karbon atau nitrogen, dapat membentuk ikatan kovalen. Ikatan ini terjadi ketika dua atom non-logam berbagi pasangan elektron untuk mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil.
Contohnya adalah pada keramik seperti silikon karbida (SiC), di mana atom silikon dan karbon berbagi elektron untuk
membentuk struktur kristal yang kuat dan keras.
Kombinasi ikatan ionik dan kovalen memberikan keramik sifat-sifat unik seperti kekerasan yang tinggi, tahan terhadap panas dan korosi, serta isolasi listrik yang baik. Struktur kristal yang teratur dari ikatan ini juga menjadikan keramik bahan yang sangat kuat secara mekanis dan tahan terhadap deformasi plastis.
Energi ikatan di keramik dapat bervariasi tergantung pada jenis keramiknya dan jenis ikatan kimia yang dominan dalam struktur material tersebut. Dua jenis ikatan utama yang umum ditemukan dalam keramik adalah ikatan ionik dan ikatan kovalen, yang masing- masing memiliki karakteristik energi ikatan yang berbeda.
1. Ikatan Ionik
Pada keramik dengan ikatan ionik, energi ikatan berasal dari tarikan elektrostatis antara ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Energi ikatan ionik umumnya cukup tinggi, karena tarikan elektrostatis yang kuat antara ion-ion berlawanan muatan. Contohnya adalah dalam natrium klorida (NaCl), di mana ion Na+ dan Cl- saling tarik menarik membentuk ikatan ionik yang kuat.
2. Ikatan Kovalen
Beberapa keramik, seperti silikon karbida (SiC), memiliki ikatan kovalen antara atom-atom non-logam seperti karbon dan silikon.
Ikatan kovalen terbentuk ketika dua atom non-logam berbagi
pasangan elektron untuk mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Energi ikatan kovalen dapat bervariasi tergantung pada jumlah pasangan elektron yang dibagi dan jarak antara atom-atom dalam struktur.
Karakteristik energi ikatan ini mempengaruhi sifat-sifat material keramik, seperti kekerasan, kekuatan, titik leleh, dan ketahanan terhadap korosi. Secara umum, keramik dengan ikatan ionik
cenderung memiliki titik leleh yang tinggi dan kekerasan yang baik karena energi ikatan yang kuat antara ion-ion. Di sisi lain, keramik dengan ikatan kovalen mungkin memiliki sifat-sifat seperti
konduktivitas termal yang tinggi dan tahan terhadap suhu tinggi, tetapi dapat lebih rapuh dibandingkan dengan yang memiliki ikatan ionik.
Pemahaman tentang energi ikatan dalam keramik penting untuk pengembangan dan pemilihan bahan yang tepat sesuai dengan aplikasi yang diinginkan, baik dalam industri teknik, elektronik, maupun aplikasi lainnya.
Mikro Struktur Keramik
Mikrostruktur merujuk pada struktur atau susunan mikroskopis dari suatu bahan atau material. Ini mencakup organisasi partikel atau kristal, distribusi fasa, dan karakteristik lainnya yang dapat diamati atau dianalisis di bawah mikroskop atau dengan teknik analisis mikroskopis lainnya.
Mikrostruktur sangat penting karena dapat mempengaruhi sifat mekanik, termal, elektrik, dan kimia dari bahan tersebut. Studi tentang mikrostruktur membantu dalam memahami perilaku
material dalam berbagai kondisi penggunaan dan proses manufaktur.
Mikrostruktur dalam keramik merujuk pada tata letak dan sifat-sifat material pada skala mikroskopis, yang sangat mempengaruhi sifat mekanik, termal, dan kimia dari bahan tersebut. Beberapa fitur mikrostruktur yang penting dalam keramik termasuk:
1. Butir Kristal
Keramik umumnya memiliki struktur kristal yang teratur di mana atom-atom tersusun dalam pola teratur. Ukuran butir kristal ini dapat bervariasi dari beberapa mikrometer hingga beberapa milimeter tergantung pada proses pembentukan dan pengolahan keramik tersebut. Ukuran butir kristal ini mempengaruhi sifat-sifat mekanis seperti kekuatan, kekerasan, dan ketahanan terhadap retak.
2. Takik dan Batas Butir
Batas butir adalah interface antara butir kristal yang berbeda. Takik merupakan celah atau celah kecil pada batas butir yang berfungsi sebagai titik awal dari retakan saat keramik terkena beban mekanis.
Sifat-sifat batas butir, seperti energi takik, sangat penting untuk menentukan ketahanan keramik terhadap retakan dan kelelahan.
3. Porositas
Mikrostruktur keramik juga dapat mencakup porositas, yaitu ruang kosong di antara butir-butir atau di dalam butir kristal itu sendiri.
Porositas ini dapat terbentuk selama proses pembuatan keramik atau sebagai hasil dari penyusutan atau pengikisan. Tingkat porositas mempengaruhi sifat-sifat seperti kekuatan, kekerasan, dan ketahanan terhadap korosi.
4. Fasa
Beberapa keramik dapat mengandung lebih dari satu fasa kristal atau fasa amorf. Fasa-fasa ini dapat memiliki properti kimia dan fisik yang berbeda, yang mempengaruhi sifat-sifat global dari keramik tersebut.
Misalnya, keramik yang mengandung fasa-fasa yang berbeda dapat menunjukkan sifat-sifat seperti konduktivitas termal yang tinggi atau ketahanan yang lebih baik terhadap perubahan suhu.
5. Struktur Amorf
Beberapa keramik dapat memiliki struktur amorf atau semi-amorf, di mana atom-atomnya tidak tersusun dalam pola kristal yang teratur.
Struktur ini sering kali ditemukan dalam keramik yang dihasilkan dengan proses cepat atau dalam keramik yang mengandung unsur- unsur non-kristal seperti silikon dioksida (SiO2) amorf.
Memahami mikrostruktur keramik sangat penting karena dapat memberikan wawasan mendalam tentang sifat-sifat bahan tersebut dan memungkinkan pengembangan material dengan performa yang ditingkatkan sesuai dengan aplikasi tertentu, seperti bahan
struktural, pemanas, atau isolator listrik.
Energi Ikat
Energi ikat adalah energi yang diperlukan untuk memisahkan atom- atom dalam suatu molekul atau ion. Ini mencerminkan kekuatan ikatan kimia antara atom-atom yang membentuk molekul atau ion tersebut. Ketika atom-atom bergabung untuk membentuk molekul, mereka saling terikat oleh ikatan kimia, yang memerlukan energi untuk dipecahkan jika molekul ini ingin diuraikan menjadi atom-atom penyusunnya.
Energi ikat penting karena mempengaruhi sifat-sifat kimia dari senyawa-senyawa kimia. Semakin kuat ikatan antar atom dalam molekul, semakin tinggi energi ikatnya. Misalnya, senyawa dengan ikatan ionik atau kovalen yang kuat akan memiliki energi ikat yang tinggi, sementara senyawa dengan ikatan lemah seperti van der Waals akan memiliki energi ikat yang lebih rendah.
Secara umum, energi ikat berperan dalam menentukan stabilitas, kekuatan, dan sifat reaktif dari suatu senyawa kimia.
Dalam konteks keramik, energi ikat mengacu pada kekuatan ikatan kimia antara atom-atom yang membentuk struktur keramik tersebut.
Keramik umumnya terdiri dari atom-atom logam dan non-logam yang membentuk jaringan kristal yang kuat. Ikatan kimia dalam keramik sering kali bersifat ionik atau kovalen.
1. Ikatan Ionik, Banyak keramik mengandung ikatan ionik, di mana atom logam (yang cenderung memberikan elektron) berikatan dengan atom non-logam (yang cenderung menerima elektron), membentuk ion positif dan negatif yang saling tertarik secara elektrostatis. Contoh keramik yang memiliki ikatan ionik adalah
oksida logam seperti oksida aluminium (Al2O3), silikat seperti silikon
dioksida (SiO2), dan nitrida seperti nitrida aluminium (AlN). Energi ikat dalam keramik jenis ini tinggi karena kekuatan tarikan antara ion- ion yang berlawanan.
2. Ikatan Kovalen, Beberapa keramik juga dapat memiliki ikatan kovalen yang kuat, di mana atom non-logam berbagi pasangan elektron dengan atom tetangganya. Contoh keramik dengan ikatan kovalen yang dominan adalah borida seperti boron nitrida (BN) dan karbida seperti karbida silikon (SiC). Energi ikat dalam keramik jenis ini juga relatif tinggi karena kekuatan ikatan kovalen yang solid.
Energi ikat yang tinggi dalam keramik membuatnya memiliki sifat- sifat seperti kekerasan, kestabilan kimia, dan tahan terhadap suhu tinggi. Sifat-sifat ini sangat bergantung pada struktur mikroskopis keramik dan energi ikat yang mempertahankannya.
Referensi
fiqrotul. (2011). Keramik. Karakteristik struktur , sifat keramik dan Teknik pemerosesan keramik.
william, callister. (2003). matrial science and enginering. willey.