• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI JUMLAH ANAK YANG DIINGINKAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI JUMLAH ANAK YANG DIINGINKAN "

Copied!
134
0
0

Teks penuh

PENANGANAN UNMET NEED FP DI DESA KB: STUDI KASUS DI DUA DESA KB DI KABUPATEN CIANJUR. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses penanganan unmet need KB di dua desa KB di Kabupaten Cianjur. ADDRESSING UNMET NEED FOR KB DI KAMPUNG KB: STUDI KASUS DI DUA KAMPUNG KB KABUPATEN CIANJUR.

This study aims to analyze the process of addressing the unmet need for family planning in two Kampung KB in Cianjur Regency.

JURNAL KEPENDUDUKAN INDONESIA

STUDI JUMLAH ANAK YANG DIINGINKAN

DALAM PERSPEKTIF MAKRO SOSIO-EKONOMI DI INDONESIA (STUDY OF DESIRED NUMBER OF CHILDREN

IN THE MACRO SOCIO-ECONOMIC CONTEXT IN INDONESIA)

Hasil analisis korelasi Pearson antara pendapatan per kapita dan rata-rata jumlah anak yang diinginkan. Hasil analisis korelasi Pearson antara pengeluaran per kapita dengan jumlah rata-rata anak yang diinginkan. Hasil analisis korelasi Pearson antara persen miskin dan rata-rata jumlah anak yang diinginkan.

Hasil analisis korelasi Pearson antara usia menikah pertama dan rata-rata jumlah anak yang diinginkan.

Gambar 2. Persentase pengguna kontrasepsi dan rata-rata jumlah anak yang diinginkan   menurut provinsi, Indonesia, 2017
Gambar 2. Persentase pengguna kontrasepsi dan rata-rata jumlah anak yang diinginkan menurut provinsi, Indonesia, 2017

PENGARUH KUALITAS HIDUP PEREMPUAN TERHADAP DINAMIKA ANGKA HARAPAN HIDUP DI JAWA BARAT

THE EFFECT OF WOMEN'S QUALITY OF LIFE ON THE DYNAMICS OF LIFE EXPECTANCY IN WEST JAVA)

Berdasarkan berbagai penelitian sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas hidup wanita terhadap AHH di Jawa Barat. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas hidup perempuan di Jawa Barat. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Gender dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diketahui bahwa kualitas hidup wanita berpengaruh signifikan terhadap angka harapan hidup di Jawa Barat.

Gambar 1. Hubungan antara kualitas hidup perempuan dan status kesehatan masyarakat
Gambar 1. Hubungan antara kualitas hidup perempuan dan status kesehatan masyarakat

PENANGANAN UNMET NEED KB DI KAMPUNG KB

STUDI KASUS DI DUA KAMPUNG KB DI KABUPATEN CIANJUR (HANDLING UNMET NEED FOR FAMILY PLANNING IN KAMPUNG KB

A CASE STUDY IN TWO KAMPUNG KB IN CIANJUR REGENCY)

Keberadaan Kampung KB sebagai strategi baru untuk mengatasi unmet need KB menarik dan penting untuk diteliti. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimana keseluruhan proses penanganan unmet need KB di desa KB. Lokasi pertama adalah Kampung KB RW 04 Desa Mulyasari Kecamatan Cilaku, dimana terdapat 133 PUS unmet need KB dari 377 PUS;

Kampung KB RW 05, Desa Kertasari, Kecamatan Haurwangi, dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki jumlah kebutuhan PUS untuk KB yang belum terpenuhi relatif sedikit (13 dari 144 PUS). Data jumlah kasus unmet need PUS KB berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2015 sebelum Kampung KB terbentuk. Perbedaan proporsi kasus kebutuhan PUS KB yang tidak terpenuhi di kedua desa di BC kemungkinan terkait dengan kondisi dan pelaksanaan program sebelumnya.

Keberadaan PKB/PLKB dan PPKBD di kedua desa KB tersebut mempengaruhi tingkat partisipasi PUS dengan KB, termasuk PUS yang tidak membutuhkan KB. Hasil pendataan keluarga tahun 2015 di Kampung KB RW 05, Desa Kertasari, tingkat unmet need KB (13 PUS dari 144 PUS) jauh lebih rendah dibandingkan di Kampung KB RW 04, Desa Mulyasari (133 PUS dari 144 PUS). 144 PUS) 377 PUS). Merujuk pada data tersebut, pada saat kedua desa KB terbentuk, masing-masing menghadapi tingkat unmet need KB yang berbeda.

Oleh karena itu, data PBB unmet need PUS yang dimiliki PKB/PLKB merupakan hasil registrasinya. Hasil kajian menunjukkan bahwa kedua desa di BC menyisakan tingkat unmet need yang berbeda untuk masalah KB.

Tabel 1. Cakupan data, informan, dan teknik pengumpulan data Tabel 1
Tabel 1. Cakupan data, informan, dan teknik pengumpulan data Tabel 1

DETERMINAN PERILAKU BERISIKO REMAJA TERKAIT SEKSUALITAS DI ERA GLOBALISASI: KASUS KOTA MEDAN

DETERMINANT OF ADOLESCENT RISKY BEHAVIORS RELATED TO SEXUALITY IN THE GLOBALIZATION ERA: CASE OF MEDAN CITY)

Remaja yang memiliki kakak laki-laki memiliki perilaku berisiko terkait seksualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki kakak laki-laki. Aspek teman sebaya merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap perilaku berisiko terkait seksualitas di kalangan remaja. Temuan ini konsisten dengan perkiraan sebelumnya bahwa perilaku berisiko terkait seksualitas di kalangan remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya.

Responden yang memiliki teman sebaya yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah cenderung memiliki perilaku berisiko tinggi terkait seksualitas dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki teman yang aktif secara seksual. Menarik untuk diketahui bahwa frekuensi akses internet selama seminggu terakhir tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko terkait seksualitas responden. Penelitian ini juga menguji pengaruh perilaku berisiko terkait kesehatan (nonseksualitas) terhadap perilaku berisiko terkait seksualitas.

Responden yang pernah menggunakan narkoba memiliki perilaku berisiko terkait seksualitas (32,4%) lebih tinggi dibandingkan responden yang mengatakan tidak pernah menggunakan narkoba (8,7%). Kajian determinan atau prediktor perilaku berisiko remaja terkait seksualitas menggunakan analisis statistik regresi multivariat. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa peran keluarga khususnya orang tua bukan merupakan faktor penentu perilaku berisiko terkait seksualitas.

Peran teman sebaya masih menjadi determinan dominan dalam memprediksi perilaku berisiko remaja terkait seksualitas. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa latar belakang keluarga, khususnya orang tua, bukanlah prediktor/determinan perilaku berisiko remaja terkait seksualitas.

Gambar  1  menunjukkan  kategori  responden  berdasarkan perilaku berisiko terkait seksualitas
Gambar 1 menunjukkan kategori responden berdasarkan perilaku berisiko terkait seksualitas

FERTILITAS REMAJA DI INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA MELAHIRKAN PADA USIA REMAJA DAN CAPAIAN PENDIDIKAN WANITA

ADOLESCENT FERTILITY IN INDONESIA: RELATION BETWEEN TEENAGE CHILDBEARING AND WOMEN EDUCATIONAL ATTAINMENT)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara melahirkan anak usia dini dengan lama pendidikan perempuan di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara usia subur remaja dengan tingkat pendidikan wanita. Pada penelitian ini terdapat dua variabel endogen yaitu awal lahir dan lama pendidikan.

Metode IV menunjukkan bahwa lahir di usia muda berpengaruh signifikan dan negatif terhadap lama pendidikan seorang wanita. Semakin tinggi usia pertama kali melakukan hubungan seksual, semakin rendah kecenderungan untuk melahirkan pada usia remaja. Pendugaan dengan menggunakan OLS juga memberikan pengaruh atau pengaruh yang signifikan antara variabel kelahiran di usia muda terhadap lama pendidikan seorang wanita.

Melahirkan pada usia remaja berpengaruh signifikan dan negatif terhadap lama pendidikan wanita, ceteris paribus. Pengaruh variabel melahirkan di usia muda terhadap tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh variasi variabel instrumen. Pada metode IV juga dilakukan uji Wu-Hausman untuk mengetahui endogenitas variabel kelahiran pada remaja.

Pada metode IV, lama pendidikan wanita yang pertama kali melahirkan di usia muda lebih rendah 3,5 tahun dibandingkan lama pendidikan wanita yang pertama kali melahirkan di usia 20 tahun ke atas. Perbedaan hasil ini disebabkan estimasi dengan metode OLS mengandung bias karena masalah endogenitas pada variabel kelahiran remaja.

Gambar 1.   Persentase wanita umur 15-19 tahun yang  melahirkan  dan  hamil  pertama  kali  pada  umur kurang dari 20 tahun (usia remaja)
Gambar 1. Persentase wanita umur 15-19 tahun yang melahirkan dan hamil pertama kali pada umur kurang dari 20 tahun (usia remaja)

PENTINGNYA PENANGANAN PASCABENCANA YANG BERFOKUS PADA PENDUDUK UNTUK MEWUJUDKAN BUILD BACK BETTER

PEMBELAJARAN DARI BENCANA PALU, SIGI, DAN DONGGALA

THE IMPORTANCE OF PEOPLE CENTER APPROACH IN THE POST DISASTER MANAGEMENT TO SUPPORT BUILD BACK BETTER: LESSON LEARNED FROM

DISASTER IN PALU, SIGI AND DONGGALA)

Para penyintas bencana juga dapat bekerja sama satu sama lain melalui bantuan keuangan yang mereka terima (Pribadi et al., 2014). Dalam manajemen pascabencana, partisipasi langsung para penyintas dapat membantu mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan. Ketiga, penyediaan shelter masih belum mencakup korban bencana dan belum ada informasi yang jelas tentang penyediaan shelter.

Namun temuan di lapangan menunjukkan bahwa penyintas bencana terdaftar di tempat pengungsian yang berbeda dengan RT tempat mereka tinggal sebelumnya. Sementara itu, para penyintas bencana yang mendapatkan huntara mengatakan, mereka melakukan beberapa upaya untuk mendapatkan huntara lebih cepat. Berbagai kegiatan rutin juga dilakukan agar penyintas bencana dapat melakukan kegiatan sebagai upaya pemulihan dari trauma menghadapi bencana.

Karena penyintas bencana tidak benar-benar diikutsertakan dalam proses perencanaan dan juga dalam proses pembangunan. Jika kerjasama dan inklusi penyintas bencana terjalin, upaya akan dilakukan untuk mewujudkan shelter sebagai pintu gerbang menuju pemulihan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan proposisi Better Recovery yang menekankan aspek rasa aman dan privasi bagi korban bencana.

Para penyintas bencana yang tinggal di shelter yang berbeda memiliki persepsi bahwa mereka diperlakukan berbeda—padahal mereka tahu bahwa pemberi bantuan shelter bukanlah pemerintah. Meski ditemukan para penyintas bencana lebih memilih tinggal bersama kerabatnya, mereka tetap berharap bisa menemukan huntara.

Gambar  1.  Gambaran  kondisi  tektonik  dan  potensi  kegempaan di Pulau Sulawesi
Gambar 1. Gambaran kondisi tektonik dan potensi kegempaan di Pulau Sulawesi

DIMENSI MOBILITAS PENDUDUK

BERPINDAH, BUKAN UNTUK MENETAP (DIMENSIONS OF POPULATION MOBILITY

TO MOVE, NOT TO STAY)

Di Indonesia, data tentang migran sirkular hanya tersedia pada data mobilitas penduduk internasional, khususnya pekerja migran berdasarkan peraturan pemerintah. Data mobilitas pekerja migran Indonesia yang dirilis oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menunjukkan bahwa jumlah pekerja migran Indonesia yang ditempatkan di luar negeri meningkat 1,55 juta orang dari waktu ke waktu, dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, terutama yang ditempatkan di Taiwan dan Hong Kong (Bank Indonesia, tt). Situasi yang sama juga ditemukan di kota Surabaya dengan pekerja migran sirkular yang berasal dari kabupaten dalam dan luar provinsi Jawa Timur.

Buruh migran sirkular tinggal di tempat tujuan (domestik atau luar negeri) dalam waktu yang cukup lama (misalnya, buruh migran Indonesia dengan kontrak 2 tahun, atau buruh migran sektor konstruksi dengan mobilitas internal yang hanya boleh pulang sekali atau dua kali setahun. asal) , tetapi mereka hanya melakukan mobilitas untuk bekerja, bukan untuk menetap selamanya di tempat atau negara tujuan. Keduanya adalah pekerja migran internasional, yaitu mereka yang melintasi batas negara dengan tujuan untuk bekerja. Merujuk pada kategori mobilitas sirkular, mobilitas pekerja migran Indonesia termasuk dalam kategori mobilitas sirkular yang diatur oleh program (Wickramasekara, 2011).

Salah satu ciri mobilitas sirkular yang dilakukan secara berulang-ulang oleh migran yang sama dapat dilihat pada pekerja migran Indonesia. Setelah tabungan yang mereka miliki akibat bekerja di luar negeri habis, para pekerja migran yang telah kembali ke tempat asalnya kembali bekerja di luar negeri untuk mencari uang. Selain itu, faktor keempat yang menyebabkan terjadinya mobilitas berulang datang dari eksternal, yaitu adanya jejaring sosial dengan pekerja migran di luar negeri.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi akhir-akhir ini mengakibatkan semakin banyaknya mobilitas sirkular yang dilakukan oleh pekerja migran internal. Migrasi Ulang Buruh Migran Internasional: Kasus Seorang Buruh Migran Asal Desa Sukorejo Wetan, Kabupaten Tulungagung.

PERAN PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA (PPI)

DALAM UPAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA

THE ROLE OF THE INDONESIAN STUDENT ASSOCIATION (PPI) IN THE EFFORT OF PROTECTION OF THE INDONESIAN LABOUR IN MALAYSIA)

BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) mencatat sebanyak 2,5 juta Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bekerja di luar negeri dalam kurun waktu beberapa tahun. Namun, cukup sulit mendapatkan data statistik resmi jumlah dan sebaran warga negara Indonesia yang belajar di luar negeri. Perhimpunan warga negara Indonesia di luar negeri, seperti mahasiswa Indonesia yang mengorganisir diri ke dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), diharapkan dapat menjadi “elemen lain yang mewakili negara Indonesia” di luar negeri.

Pelajar Indonesia di luar negeri memiliki sejarah penting dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan Indonesia (Elias, 2013). Selain jumlah tersebut, diperkirakan masih ada ribuan mahasiswa Indonesia yang tersebar di sejumlah negara. Hiruk pikuk kuliah di luar negeri tidak membuat mahasiswa Indonesia melupakan keadaan negaranya.

Motivasi para profesional yang telah belajar di luar negeri mengenai alasan mereka untuk kembali. Kegiatan PPI di berbagai negara, termasuk Malaysia, pada awalnya hanyalah tempat berkumpul dan sinergi ide politik seluruh mahasiswa Indonesia di luar negeri. Kegiatan ini dibuat untuk membantu para TKI meningkatkan kompetensinya agar layak tinggal di luar negeri.

Dalam sejarahnya, sejak awal berdirinya PPI hingga masa reformasi, mahasiswa Indonesia di luar negeri terlihat banyak menaruh perhatian pada berbagai isu dan permasalahan sosial politik. Namun, keterbatasan sumber daya manusia perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri (baik di kedutaan maupun konsuler) menjadi alasan klasik lambatnya perlindungan terhadap TKI.

Tabel 1. Periodisasi PPI
Tabel 1. Periodisasi PPI

Gambar

Gambar 2. Persentase pengguna kontrasepsi dan rata-rata jumlah anak yang diinginkan   menurut provinsi, Indonesia, 2017
Tabel 2.  Hasil  analisis  korelasi  Pearson  antara  pendapatan  per  kapita  dan  rata-rata  jumlah  anak yang diinginkan
Gambar 4. Pengeluaran per kapita per tahun dan rata-rata jumlah anak yang diinginkan  menurut provinsi, Indonesia, 2017
Gambar 5. IPM dan rata-rata jumlah anak yang diinginkan menurut provinsi, Indonesia, 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004 Jurnal Volume 3 No.2 Tahun 2023 1 Kondisi Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA Dalam Lingkungan Sosial Ekonomi dan Kesehatan Studi Kasus