KELAHIRAN MNC MELALUI INTEGRASI REGIONAL:
STUDI KASUS BEROPERASINYA ASKY DI AFRIKA BARAT
Devita Prinanda, S.IP., M. Hub. Int.1
Abstrak
Integrasi regional di Afrika Barat merupakan salah satu contoh konkrit bahwa kerjasama ekonomi dapat dilakukan untuk mendukung perdamaian dan stabililtas kawasan melalui institusi supranasional. Melalui Economic Community of West African States (ECOWAS), sebuah industri transportasi udara dibangun untuk menyelesaikan permasalahan transportasi di kawasan tersebut. ASKY merupakan perusahan transportasi udara yang digagas oleh pemerintah-pemerintah yang tergabung di dalam ECOWAS. ASKY menjadi perusahaan yang dikelola pihak swasta dengan kepemilikan dominan investor asing sehingga menjadi perusahaan multinasional. Sekalipun Multinational Corporations (MNC) dibentuk oleh kesepakatan negara, MNC tetaplah MNC yang memiliki keterbatasan operasional di bawah negara dan tunduk pada norma masyarakat internasional di bawah pemerintahan regional dan global. Dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan neo-functionalism untuk melihat pola kerjasama di dalam ECOWAS dan konsep regulatory regime untuk menjelaskan pola tawar menawar antara perusahaan dan pemerintah. Hasil dari penelitian ini mengemukakan adanya spill over di dalam kerjasama ECOWAS dan ASKY yang harus tetap patuh pada regulasi domestik dan internasional.
Kata kunci: ECOWAS, ASKY, Integrasi Regional, Neo-functionalism, dan Regulatory Regime
1 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.
Email: [email protected] / [email protected]
Latar Belakang
Atmosfer dalam hubungan internasional mengalami transformasi sejak dicetuskannya negara bangsa dalam Perjanjian Westphalia. Sistem internasional memiliki pergeseran tipe aktor dan rezim yang mengikutinya. Jika pada awalnya negara merupakan aktor utama penggerak sistem internasional, seiring dengan liberalisasi perdagangan aktor ekonomi mulai memiliki peran signifikan dalam lingkup internasional. Multinational Corporation (MNC) merupakan salah satu penantang atau bahkan pelengkap negara yang berperan di sektor investasi, finansial, dan perdagangan.
Regime Market Liberalization menerapkan kegiatan seperti reduksi biaya perdagangan, menghilangkan hambatan dagang, dan kerjasama ekonomi di tingkat regional dan internasional. Rezim ini mendukung upaya persebaran MNC menjadi semakin luas.
Disamping itu, rezim ini semakin mengesampingkan peran primer negara akibat meluasnya fungsi MNC. Selain itu, kerjasama internasional dibidang ekonomi baik secara regional ataupun global yang merupakan hasil dari rezim ini, memfasilitasi pergerakan MNC dengan mudah (David L. Levy dan Aseem Prakash, 2003).
Pada kenyataannya, pergerakan MNC tidaklah bergerak tanpa hambatan. Negara masih memiliki peran untuk mengkontrol MNC untuk beroperasi. Tidak banyak negara yang memanfaatkan MNC sebagai pelengkap kepentingan nasional. Seiring isu yang berkembang seperti isu sosial, kesehatan, dan lingkungan menimbulkan aktor baru berasal dari masyarakat internasional. International Non Governmental Organization (INGO) kemudian memiliki tekanan khusus bagi MNC untuk beroperasi. Sehingga pemerintahan global melalui serangkaian norma dan regulasi dapat memfasilitasi MNC sekaligus membatasi pergerakannya. Aktor yang beragam akan menjadi nilai khusus bagi ekspansi sebuah MNC.
Rumitnya proses negosiasi seperti yang digambarkan oleh Levy dan Prakash menempatkan MNC sebagai aktor terpisah dari negara dan integrasi ekonomi di level regional atau internasional. Bagaimana jika sebuah MNC didirikan atas kesepakan antar negara di tingkat regional? Apakah akan memiliki kerumitan negosiasi dengan multi aktor?
Penulisan ini akan menjelaskan MNC yang digagas oleh kesepakatan sejumlah negara bernama ASKY.
ASKY merupakan perusahan transportasi udara yang didirikan atas inisasi petinggi negara di wilayah Afrika Barat yang tergabung dalam integrasi regional bernama Economic Community of West African States (ECOWAS). Perusahaan ini adalah gabungan dari upaya pemerintah negara anggota dan investor asing dengan tujuan membangun perekonomian di wilayah Afrika Barat. Harapan dari dibentuknya ASKY adalah kelancaran dalam transportasi dan perdagangan antar wilayah nasional dan regional.
Penelitian ini membahas mengenai dua sub bahasan di dalam studi kasus yang diangkat. Pertama adalah terbentuknya ASKY melalui pemikiran neo-fuctionalism. Kedua adalah pola hubungan ASKY dengan pemerintah regional dan global melalui konsep regulatory regime.
Metode Penelitian
Penulisan ini menggunakan pendekatan neo-functionalism untuk menjelaskan kerjasama regional secara fungsional sehingga menghasilkan pelebaran aspek kerjasama dalam kordinasinya. Kedua, penulisan ini menggunakan konsep regulatory regime yang ditawarkan oleh Levy untuk menjelaskan pola negosiasi perusahaan multinasional dan pemerintah regional sekalipun perusahaan tersebut terbentuk oleh institusi supranasional.
Penelitian ini menjelaskan secara deskriptif dengan metode deduktif dengan menggunakan teori dan konsep yang ada untuk menemukan hipotesa serta verifikasi melalui fakta yang ada.
Fakta-fakta didapat melalui studi literatur yang didapat dari buku, jurnal, laporan, dan website.
Pendekatan utama dalam menganalisa fenomena ini adalah perspektif neo- functionalism. Perspektif ini dikemukakan oleh Ernst. B. Haas yang menjelaskan bagaimana peran institusi supranasional dalam meningkatkan integrasi antar aktor di dalam sebuah kawasan Peningkatan kerjasama yang terjadi tidak terlepas dari aktor politik yang
memberikan ekspektasi dan eksekusi di tingkat regional. Neo-functionalist berargumen bahwa adanya spill over dalam kerjasama yang dibangun dalam kawasan. Selain konsentrasi pada satu sektor yang sudah terintegrasi (deepening sector), tetapi juga terdapat expanding sector dimana kerjasama merambat pada satu sektor ke setor lainnya. Dalam gagasan spill over dijelaskan juga bagaimana permasalahan yang terdapat di dalam organisasi regional akan dapat diselesaikan melalui kerjasama lebih lanjut (Nuraeni, dkk, 2010).
Seperti halnya bagaimana integrasi yang terjadi di Uni Eropa, neo-functionalist berpendapat bahwa kerjasama yang terjadi di Eropa mengalami spill over dengan perkembangan sektor kerjasama yang awalnya hanya batu baru dan baja hingga ke sektor lain seperti transportasi, perdagangan di sektor lain, hingga penyatuan mata uang. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari peran negara yang terlibat dalam kerjasama tersebut (Dolan, 2014).
David L. Levy dan Aseem Prakash merumuskan fenomena diatas menjadi market enabling regime dan regulatory regime. Market Enabling Regime menjelaskan peran MNC dalam keputusan-keputusan di organisasi regional dan internasional. MNC termudahkan oleh kehadiran institusi seperti World Trade Organization (WTO) dan North American Free Trade Area (NAFTA). Integrasi ekonomi di skala regional ataupun internasional memenangkan MNC diatas kedaulatan negara dan meminimalisir pergerakan INGO (David L. Levy dan Aseem Prakash, 2003).
Sebaliknya, regulatory regime digagas sebagai pelengkap fenomena internasional terkait bagaimana MNC beroperasi. Tidak hanya ada yang mendukung, namun regulasi berdasarkan isu baru terutama lingkungan menjadi penentu ekspansi dari sebuah MNC.
INGO kemudian menjadi penggerak faktor non ekonomi yang memiliki kekuatan untuk mengatur MNC.
Multiaktor yang mewarnai pergerakan MNC baik mendukung atau menghambat menjadi faktor penting bagi negosiasi antara MNC dan eksternal aktornya. MNC dengan host countries government secara tradisional memiliki hubungan bilateral untuk menentukan sejumlah kesepakatan. Namun pada perkembangannya, aktor yang terlibat dalam negosiasi
ini menjadi beragam dengan masuknya INGO. Walaupun ekonomi internasional mendukung pergerakan MNC, namun ekskusi tetap berada pada domestik suatu negara. Sedangkan pemerintah tidak hanya mewakili kepentingan nasional saja namun juga ada kepentingan yang dibangun di level internasional melalui norma-norma seperti yang dibangun oleh regulatory regime. Norma dan nilai baru mengenai lingkungan, pekerja, dan sebagainya menjadi perhatian pemerintah yang menjadikan INGO memiliki nilai tawar yang kuat bagi keputusan pemerintah (David L. Levy dan Aseem Prakash, 2003).
Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan dibagi menjadi tiga sub bahasan untuk menjawab rumusan masalah. Sub bahasan pertama adalah ECOWAS dalam Pendekatan Neo- fuctionalism untuk menjawab pertanyaan bagaimana pembentukan ASKY melalui ECOWAS. Sub bahasan kedua adalah ASKY dan Pemerintah Regional. Sedangkan Sub bahasan ketiga adalah ASKY dan pemerintah global. Sub bahasan kedua dan ketiga digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana relasi MNC dengan pemerintah dalam konteks tawar menawar yang dilakukan multi-aktor.
ECOWAS dalam Pendekatan Neo-Functionalism
ECOWAS adalah integrasi regional dikawasan Afrika Barat dengan negara anggota meliputi Benin, Burkina Faso, Cabo Verde, Pantai Gading, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Niger, Nigeria, Senegal, Cote D’Ivoire, Sierra Leone, dan Togo.
Organisasi ini didirikan pada 1975 dengan tujuan utama adalah kerjasama ekonomi. Selain kerjasama membuka pasar, akses, dan kemudahan untuk penduduk melakukan perjalanan di dalam kawasan, ECOWAS juga memiliki fokus dalam kerjasama energi, sosial, infrastruktur, perdagangan, teknologi informasi dan komunikasi, pertanian, kerjasama politik, keamanan, dan lainnya (ECOWAS, 2016). Integrasi didukung dengan kebijakan-kebijakan ekonomi yang dirumuskan dalam ECOWAS Comission dan The ECOWAS Bank for Investment and Development (EBID). Prinsip utama ECOWAS dalam menjalankan kerjasama adalah
mengutamakan saling ketergantungan antar negara anggota, solidaritas dan aksi kolektif, harmonisasi dan integrasi program, perdamaian dan kerjasama antar negara tetangga, promosi hak asasi manusia, akuntabilitas, ekonomi, dan keadilan sosial, serta mengutamakan keuntungan dalam kerjasama dan integrasi ekonomi (ECOWAS, ECOWAS Comission, 2016).
ECOWAS sebuah integrasi ekonomi di regional Afrika Barat mencetuskan untuk membangun perusahaan swasta di bidang penerbangan. Keputusan ini dimunculkan pada konferensi di Niger pada awal 2004 akibat krisis transportasi di regional tersebut yang disebabkan oleh bangkrutnya Air Afrique. Sehingga ASKY resmi berdiri pada 2007. Tujuan didirikannya ASKY adalah sebagai alat koneksi antar negara di Afrika dan negara-negara di luar Afrika (ASKY, Reasons to Be, n.d.). ASKY beroperasi di 20 negara dengan jumlah penerbangan 210 setiap minggunya. Rute utama adalah menghubungkan antar negara di Afrika Barat dan menghubungkan Afrika Barat dengan Afrika Tengah (ASKY, 2018).
Pemimpin negara dalam ECOWAS mendirikan Regional Airline Promotion Company (SPCAR) yang terdiri dari berbagai pihak pemegang saham. Para pemegang saham terdiri dari The Ecobank Group and Private Sector Representatives, EBID, dan The West Africa Development Bank. SPCAR diririkan pada 15 September 2005 yang kemudian menggagas terbentuknya perusahaan ASKY. Dengan berdirinya ASKY, selain terdapat ketiga pemilik saham di atas juga terdapat modal dari Ethiopian Airlines dengan kepemilikan saham di tahun 2013 sebesar 40%. Kepemilikan ASKY juga sebagian besar dimiliki oleh investor asing dengan pembagian 80% investasi asing dan 20% dari institusi finansial di tingkat regional (CAPA, 2013).
MNC yang berpusat di Togo ini merupakan sebuah inisasi dari pemerintah regional sebagai penunjang integrasi regional. Dengan bangkitnya ASKY sebagai transportasi utama di regional tersebut, ASKY dapat dikatakan memonopoli rute terutama penerbangan Afrika Barat. Walaupun banyak pesaing penerbangan swasta lainnya sperti Air France, Air Burkina, Brussels Airlines, dan sebagainya, namun ASKY tetap mendominasi penerbangan akibat kapasitasnya yang besar. Kepemilikan saham Ethiopian Airlines dalam ASKY membawa
ASKY menjadi konektor penerbangan dari Afrika Barat menuju Timur Tengah, Brazil, hingga Eropa melalui Ethiopian Airlines (CAPA, 2013).
Logika integrasi dalam neo-functionalism adalah ketika negara-negara sepakat untuk bekerjasama dalam satu sektor maka akan berlanjut ke sektor lainnya. Spillover fungsional menjelaskan bagaimana permasalahan di dalam integrasi dapat diselesaikan melalui kerjasama lainnya. ECOWAS memiliki permasalahan transportasi dengan minimnya industri penerbangan yang ada di kawasan Afika Barat. Sedangkan kerjasama ekonomi yang sudah dilakukan di berbagai sektor membutuhkan trasportasi untuk meingkatkan perdagangan dan kemudahan perpindahan penduduk untuk mendukung perdagangan lintas batas. Sehingga terbentuklah ASKY atas kesepakatan petinggi negara tersebut.
Di dalam proses integrasi ECOWAS memiliki koherensi pada eksektasi badan supranasional dan tuntutan pada politik domestik negara anggota. Hal tersebut sesuai dengan proses integrasi regional yang ditawarkan oleh neo-functionalist dimana terdapat transfer ekspektasi dari supranasional dan dari politik domestik dengan menyamakan kebijakan sehingga terbentuklah ASKY (Ghering, 1996).
ASKY dan Pemerintah Regional
Walaupun perusahaan multinasional penerbangan ini merupakan perusahaan swasta, berdirinya merupakan hasil kesepakan pemimpin negara. Integrasi ekonomi di Afrika Barat mendukung adanya kerjasama ekonomi, dengan didirikannya ASKY maka diharapkan semua pemerintah negara setuju untuk mendukung perkembangannya. Terlebih dukungan dari lembaga finansial yang kuat dari regional yang membuat ASKY seharusnya mudah beroperasi. Berdirinya ASKY meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional, karena sebelumnya untuk bepergian ke negara lain di wilayah Afrika harus menuju Eropa terlebih dahulu yang sangat memakan waktu dan biaya. Implementasi impian ECOWAS tidaklah mudah bagi ASKY. Walaupun perjanjian diratifikasi seluruh pemerintah negara yang terlibat namun eksekusi di tingkat domestik tidaklah mudah. Operasi ASKY masih dibatasi oleh adanya pajak mendarat, pajak terbang, dan sebagainya dalam melintasi negara lain. Apa yang
dikatakan sebagai “open skies” bagi pemerintah negara Afrika ternyata tidak semudah itu di buka. Pada realitanya pajak di banyak aspek tetap menghadang operasi ASKY.
ASKY sendiri menyatakan sebagai institusi swasta yang terlepas dari negara. Tapi kenyataannya operasinya membutuhkan persetujuan negara. Untuk meningkatkan kapasitas penerbangan bagi suatu negara harus tetap meminta restu dari negara tersebut (NBF News, 2011). ECOWAS merupakan market enabling regime melalui integrasi dan kerjasama ekonomi yang diselenggarakan. ECOWAS kemudian menggagas adanya sebuah MNC yang dioperasikan diregional tersebut. ECOWAS membuat kesepakatan yang ditandatangani pemimpin negara regional tersebut untuk bersama-sama memajukan perkembangan ASKY melalui kemudahan penyediaan akses.
Kesepakatan di level institusi regional merupakan kesepakatan awal terbentuknya ASKY. Dalam prakteknya, eksekusi masuknya ASKY tetap pada wilayah domestik. Negara untuk menjaga kedaulatan dan pertumbuhan ekonomi nasional menerapkan pajak dan kesepakatan lain. Karena ASKY secara operasional dipegang oleh swasta sebagai MNC maka juga harus tunduk pada pemerintah regional. Seperti di Nigeria, ASKY tetap harus bernegosiasi dengan pemerintah untuk menambahan kapasitas. Hingga muncul permintaan direksi ASKY kepada seluruh pemerintah negara di Afrika Barat untuk tidak memberikan pajak kepada perusahaan penerbangan sama dengan pajak bagi alcohol dan tembakau.
Karena ASKY merupakan gagasan dari kesepakatan regional dan keberadaannya merupakan kebutuhan bersama dan meningkatkan ekonomi regional (Andoh, 2015)
Namun, disamping itu ASKY memberikan banyak keuntungan bagi negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. ASKY menjadi gerbang utama untuk memasuki wilayah Afrika Barat. Dengan adanya ASKY maka mendorong adanya pembangunan infrastruktur bandara yang lebih baik di wilayah tersebut. Dengan kemudahan transportasi, perkembangan di Togo dan negara lainnya meningkat karena investor asing berani mengambil keputusan untuk berinvestasi di kawasan tersebut (Sharma, 2017).
ASKY dan Pemerintahan Global
Munculnya standar internasional terkait dengan perusahaan di berbagai macam bidang, membuat banyak perusahaan berlomba-lomba untuk mencapai standar tersebut.
Organisasi penggagas standar internasional dapat dikatakan sebagai organisasi internasional yang bukan dinaungi oleh pemerintah. Keberadaan aktor baru tersebut membuat MNC menjadi tunduk akan standar tersebut.
Asosiasi internasional terkait penerbangan bernama International Air Transport Association (IATA) mengeluarkan sertifikat keselamatan bernama IATA Operational Safety Audit (IOSA). Pada oktober 2015, ASKY berhasil mendapatkan sertifikat tersebut. Sebagai maskapai penerbangan internasional, ASKY memiliki kebanggaan karena terdaftar sebagai maskapai yang tersertifikasi oleh standar internasional. Dengan soft power, IATA sebagai private authority mampu memberikan pengaruh bagi MNC di jasa penerbangan untuk mengikuti regulasi terkait standar-standar keselamatan (ASKY, ASKY suspends flights to &
From Monrovia and Freetown, n.d.). Dengan pemaparan tersebut, maka IATA dapat dikategorikan sebagai regulatory regime.
Isu terakhir di wilayah Afrika Barat khususnya Siera Leone, Liberia, dan sebagian Nigeria mengenai virus Ebola menjadi isu kesehatan yang paling diperhatikan sejak 2014.
World Health Organization (WHO) memberikan instruksi agar penyakit ini dapat berhenti penyebarannya melalui pergerakan masyarakat. Instruksi ini ditangkap oleh IATA yang kemudian di konfirmasi oleh ASKY sebagai eksekutor. ASKY akhirnya memberhentikan penerbangan dari dan ke wilayah yang terjangkit Ebola yaitu di wilayah Freetown dan Monrovia (ASKY, ASKY suspends flights to & From Monrovia and Freetown, n.d.). Fakta tersebut membuktikan bahwa, ASKY dalam beroperasi masih harus mematuhi rambu dan peringatan internasional.
Kesimpulan
ECOWAS adalah bentuk regionalisme yang memiliki kompleksitas dalam operasinya. Selain mampu memberikan stabilitas keamanan di kawasannya, ECOWAS juga mampu bekerja secara fungsional dalam menyelesaikan permasalahan melalui kerjasama.
Tata kelola internasional memiliki multi aktor yang berperan di dalamnya (negara, organisasi pemerintah, organisasi non pemerintah, dan MNC). MNC sebagai aktor ekonomi berfungsi sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi tetap harus mengikuti aturan internasional maupun domestik. Sekalipun MNC tersebut didirikan oleh persetujuan beberapa kepala negara, namun di wilayah domestik, MNC tersebut harus bernegosiasi kembali dengan negara untuk dapat beroperasi. Di lingkup internasional, MNC harus mengikuti perkembangan standar internasional dan isu yang ada. ASKY sebagai contoh bagaimana perusahaan yang dibentuk oleh integrasi regional ECOWAS, namun operasionalnya dipegang sepenuhnya oleh pihak swasta. ASKY kemudian memiliki tantangan dalam berhadapan dengan domestik dan juga internasional.
Referensi
Andoh, D. (2015). Stop taxing aviation like tobacco. Retrieved from BTF Online:
http://thebftonline.com/business/aviation/15119/Stop-taxing-aviation-like-tobacco- Asky-Boss.html
ASKY. (2018). A dense network with a hub. Retrieved from ASKY The Pan African Airline: http://www.flyasky.com/asky/en/Corporate/Company/Network/A-dense- network-with-a-hub-96.aspx
ASKY. (n.d.). ASKY suspends flights to & From Monrovia and Freetown. Retrieved from ASKY: http://www.flyasky.com/asky/en/Corporate/Company/Press/ASKY- suspends-flights-to-From-Monrovia-and-Freetown-176.aspx
ASKY. (n.d.). Reasons to Be. Retrieved from ASKY The Pan African Airline:
http://www.flyasky.com/asky/en/Corporate/Company/Company/Reasons-to-be- 81.aspx
CAPA. (2013, Juni 2). ASKYAirlines Eyes Expansion to Sourthern Africa and Europe as It Celebrates Its Third Birthday. Retrieved from Centre for Aviation:
http://centreforaviation.com/analysis/asky-airlines-eyes-expansion-to-southern- africa-and-europe-as-it-celebrates-its-third-birthday-112143
David L. Levy dan Aseem Prakash. (2003). Bargains Old and New: Multinational Corporations in Global Governance. Business and Politics, Vol 5, No 2.
Dolan, M. B. (2014). The Study of Regional Integration A Quantitative Analysis of The Neo-Functionalist and Systemic Approach. WIley on Behalf on The International Studies Association, Vol. 19, No. 3 pp. 285-315.
ECOWAS. (2016). Basic Information. Retrieved Oktober 3, 2018, from Basic Information:
http://www.ecowas.int/about-ecowas/basic-information/
ECOWAS. (2016). ECOWAS Comission. Retrieved Oktober 2, 2018, from ECOWAS:
http://www.ecowas.int/institutions/ecowas-commission/
Ghering, T. (1996). Integrating Integration Theory: Neo-functionalism and International Regimes. Global Society, Vol. 10, No. 3.
NBF News. (2011). ASKY is a Bridge Builder Aimed at Forstering Economic Cooperation.
Retrieved from The Nigerian Voice:
http://www.thenigerianvoice.com/news/78559/asky-is-a-bridge-builder-aimed-at- fostering-economic-coopera.html
Nuraeni, dkk. (2010). Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sharma, N. (2017). Togo - A Land of Opportunities. New Delhi: Embassy of The Republic of Togo in India.