Tidaklah mengherankan bahwa empat belas abad yang lalu Nabi melarang 'pemuliaan' di masjid-masjid melalui perkataannya. Pembahasan syarah dan kritik (naqd) melalui metode takhrij hadis dengan tema “memuliakan masjid”. Sedangkan dalam Sunan al-Tirmidzi, al-Tirmidzi tidak menemukan hadits tentang menyombongkan diri terhadap masjid.
Selanjutnya berdasarkan metode pengecekan dan revisi dilakukan dengan menggunakan pedoman al-Maktabah al-Syamilah versi 2014 yang bersumber dari file al-Kutub al-Tis`ah. 8 Untuk mengetahui letak suatu hadits di Mashadir al-Eshliyyah melalui program ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan mengetahui lafal hadis tersebut, seperti pengucapan سَنْلَا ﻰ بد بطبل dalam hadis tersebut. 8CD Pol al-Tis`ah yaitu 9 kitab hadits (Sahih Bukhari dan Sahih Muslim/shahihain, 1 musnad dan 6 kitab sunnah).. f) Musnad Ahmad bin Hanbal g) Sunan Kubra li al-Nasa'i h) Sunan Kubra li al-Baihaki i) Musnad Bazzar. Dari tabel di atas dapat disimpulkan dengan sistem verifikasi bahwa rangkuman seluruh hadits tentang membanggakan bangunan masjid dapat diperoleh dari sumber aslinya (al-mashadir al-ashliyyah) yaitu: (1) Sunan Abu Dawud, (2) Sunan al-Nasa'i, (3) Sunan Ibnu Majha, (4) Musnad Ahmad bin Hanbal, (5) Sahih Ibnu Khuzaimah, (6) Sahih Ibnu Hibban, (7).
10 أحمد بن شعيب أبو عبد الرحمن النسائي، المجتبى من السنن لسنن النسائي (حلب: مكتب المخطوطات الإسلامية، 1986) ج. بارك الله فيك يا دمشق، بارك الله فيك. لقلاس وهيلا الله سارق الله لوسيرنا صنعاء بالقة نبويا: دغشلاما في سا دعني لا أتركك وحدك لبعض الوقت. 5) تردبات دلام كتاب شاه ابن خزيمة.
ﺪِﺟﺎ َﺴَﻤْﻟِ ُسﺎﱠﻨﻟا
ﺔَﻋﺎﱠﺴﻟا ُمﻮُﻘَـﺗ َﻻ
لﺎﻗ ﻲﻔﻘﺜﻟا قﺎﺤﺳإ ﻦﺑ ﷴ ﱪﺧأ
ﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﷴ ﲕﳛ ﻮﺑأ ﺎﻨﺛﺪﺣ
لﺎﻗ ﻢﻴﺣﺮﻟا
لﺎﻗ نﺎﻔﻋ ﺎﻨﺛﺪﺣ
لﺎﻗ ﺔﻤﻠﺳ ﻦﺑ دﺎﲪ ﱪﺧأ
ﺎﻨﺛﺪﺣ
ﺔﺑﻼﻗ ﰊأ ﻦﻋ بﻮﻳأ لﺎﻗ ﻚﻟﺎﻣ ﻦﺑ ﺲﻧأ ﻦﻋ
ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر ﻰ
ا ﰲ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ نأ ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﺪﺟﺎﺴﳌ
لﺎﻗ ﻰﻠﻌﻳ ﻮﺑأ ﱪﺧأ
لﺎﻗ ﻲﺤﻤﳉا ﺔﻳوﺎﻌﻣ ﻦﺑ ﷲ ﺪﺒﻋ ﺎﻨﺛﺪﺣ
لﺎﻗ ﺲﻧأ ﻦﻋ ﺔﺑﻼﻗ ﰊأ ﻦﻋ بﻮﻳأ ﻦﻋ ﺔﻤﻠﺳ ﻦﺑ دﺎﲪ ﺎﻨﺛﺪﺣ
لﺎﻗ
ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر )
ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻ
ﺪﺟﺎﺴﳌا ﰲ سﺎﻨﻟا.15
لﺎﻗ ﺔﻳوﺎﻌﻣ ﻦﺑ ﷲ ﺪﺒﻋ ﺎﻨﺛﺪﺣ
دﺎﲪ ﺎﻨﺛﺪﺣ
ﺔﺑﻼﻗ ﰊأ ﻦﻋ بﻮﻳأ ﻦﻋ ﺔﻤﻠﺳ ﻦﺑ
لﺎﻗ ﻚﻟﺎﻣ ﻦﺑ ﺲﻧأ ﻦﻋ
ﺪﺟﺎﺴﳌا ﰲ سﺎﻨﻟا.16
ﺪﺟﺎﺴﳌا.17
ﺎﻨﺛ ﺔﺑﻼﻗ ﻮﺑأ ﺎﻨﺛ يذ آ ﺪﻤﶈا ﺮﻫﺎﻃ ﻮﺑأ ﺄﺒﻧأ ﻪﻴﻘﻔﻟا ﺮﻫﺎﻃ ﻮﺑأ ﺄﺒﻧأو ﻦﻋ ﺔﺑﻼﻗ ﰊأ ﻦﻋ بﻮﻳأ ﺎﻨﺛ دﺎﲪ ﺎﻨﺛ نﺎﻔﻋ
ﺪﺟﺎﺴﳌ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻ ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ.18
ﺔﻤﻠﺳ ﻦﺑ دﺎﲪ ﺎﻨﺛﱠﺪ َﺣ ، ﻲﺤﻤﳉا ﺔﻳوﺎﻌﻣ ﻦﺑ ﷲ ﺪﺒﻋ ﺎﻨﺛﱠﺪ َﺣ ,
ﻦﻋ
ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر لﺎﻗ
ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ
ﺪﺟﺎﺴﳌ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻ
لﺎَﻗ ، ﷺ ﱯﻨﻟا نأ
ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ َﻻ
ﺪﺟﺎﺴﳌ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ
ﻦﺑ ﺲﻧأ ﻦﻋ ﺔﺑﻼﻗ ﰊأ ﻦﻋ بﻮﻳأ ﺎﻨﺛ ﺔﻤﻠﺳ ﻦﺑ دﺎﲪ ﺎﻨﺛ نﺎﻔﻋ ﱪﺧأ لﺎﻗ ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟا ﻦﻋ ﻚﻟﺎﻣ
ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻ )
ﺪﺟﺎﺴﳌا ﰲ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ(
ﺪﺟﺎﺴﳌا ﰲ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻ
طا َﺮْﺷَأ ْﻦِﻣ ﱠنِإ
ﺪ ِﺟﺎ َﺴَﻤْﻟا ِﰲ ُسﺎﱠﻨﻟا
و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر ﻰﻢﻠﺳ
ﰲ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ نأ
ﺪﺟﺎﺴﳌا
نﺎﺒﺣ ﻦﺑا ﺢﻴﺤﺻ 6 -
ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻﻰﻫﺎﺒﺘﻳ
ﺪﺟﺎﺴﳌا ﰲ سﺎﻨﻟا
ﺪﺟﺎﺴﳌا ﰲ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻ ﻂﺳوﻷا ﻢﺠﻌﳌا
ﺪﺟﺎﺴﳌ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻ ىﱪﻜﻟا ﻦﻨﺴﻟا ﻲﻘﻬﻴﺒﻠﻟ 8
سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻﺪﺟﺎﺴﳌ
راﺰﺒﻟا ﺪﻨﺴﻣ 9 -
ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ َﻻسﺎﻨﻟا
ﺪﺟﺎﺴﳌ
ﺪﺟﺎﺴﳌا ﰲ سﺎﻨﻟا ﻰﻫﺎﺒﺘﻳ ﱴﺣ ﺔﻋﺎﺴﻟا مﻮﻘﺗ ﻻ ﻰﻣراﺪﻟا ﻦﻨﺳ 10
Kehujjahan Hadits
ءادﻻا ﻎﻴﺻ ﻦﻣ ﺔﻐﻴﺼﺑ ﻩاداو ﺖﻳﺪﳊا ﻖﻠﺗ ﻦﻣ ىواﺮﻟا
Matan
Taqrir ialah hasil penetapan peraturan dan ajaran dari negeri di mana dia berdiam diri, tanpa membantah atau menerima apa yang telah dilakukan atau dikatakan oleh para sahabat sebelumnya. Sifat adalah ciri-ciri yang digambarkan oleh para sahabat dan ahli sejarah, seperti bentuk fizikal Rasulullah.
ﲑﻐﻟا ﻦﻋ اﺪﺣاو ﺚﻳﺪﳊااﻮﻠﻘﻧ ﻦﻳﺬﻟا ةاوﺮﻟا ﺔﻠﻠﺴﻠﺳ ﻮﻫ ﺪﻨﺴﻟا اﻮﻐﻠﺒﻳ ﱴﺣ
ﻪﻟءﺎﻘﯩﻟا
ﱃا ﻰﻬﺘﻨﻳ ﱴﺣ ﻪﻗﻮﻓ ﻦﳑ ﻪﺗاور ﻦﻣ ﺪﺣاو ﻞﻛ ﻪﻌﲰ ىﺬﻟا ﻮﻫ ﻞﺼﺘﳌا ﺚﻳﺪﳊا ﺎﻓﻮﻗﻮﻣ وا ﺎﻋﻮﻓﺮﻣ نﺎﻛ ءاﻮﺳ ﻩﺎﻬﺘﻨﻣ
Dilihat dari jumlah perawinya, hadis ini termasuk hadis hari Minggu karena per-thabaqahnya terdiri dari satu sampai dua perawi atau lebih. Hanya ada satu sahabat di tabaka sahabat yang meriwayatkan hadis ini, yaitu Anas` bin Malik. Diriwayatkan dalam thabaqah tabi'in (T) hanya oleh dua orang perawi yaitu Abu Qilabah dan Qatadah.
Sedangkan pada tabaqah (TT) ketiga hadits ini hanya ada satu orang yaitu Ayyub, kemudian pada tabaqah keempat hanya ada Hammad bin Salmah. Berdasarkan analisis kuantitatif perawi hadis, hadis ini termasuk dalam kategori hadis hari Minggu kategori hadis Ahad gharib. Dari segi istilah, para ulama hadis memberikan definisi bahwa hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi pada tingkat (thabaqat) dan sanad.
Dengan demikian, meskipun sebuah hadis mempunyai banyak perawi pada tingkatan lain, namun hanya mempunyai satu perawi pada tingkat pertama atau kedua, maka hadis tersebut tetap tergolong hadis samar. Ditelaah dari wujud atau wujudnya, hadis ini dapat dikategorikan sebagai hadis aqwal yang bersifat firasah. Sedangkan jika ditinjau dari terjemahannya, hadis ini termasuk hadis marfu' karena langsung dikaitkan dengan Nabi SAW.
ﱄﺎﻌﻟا دﺎﻨﺳﻹا
ﺮﺧآ ﺪﻨﺳ ﱃإ ﺔﺒﺴﻨﻟ ﻪﻟﺎﺟر دﺪﻋ ﱠﻞَﻗ يﺬﻟا ﻮﻫ ﻚﻟذ ﻪﺑ ُدﺮَ ﻳ
ﺮﺜﻛأ دﺪﻌﺑ ﺚﻳﺪﳊا
Hujjiyat (Kehujjahan) al-Hadits: Tash-hih al-Hadits Sebagai sumber hukum setelah Alquran hadits berfungsi
Tashhih
ﻂﺑﺎﻀﻟا لﺪﻌﻟا ﻦﻋ ﻂﺑﺎﻀﻟا لﺪﻌﻟا ﻞﻘﻨﺑ ﻩﺪﻨﺳ ﻞﺼﺗا ىﺬﻟا ﺖﻳﺪﳊا ﻮﻫ ﺢﻴﺤﺼﻟا ﺖﻳﺪﳊا ﻼﻠﻌﻣ ﻻو اذﺎﺳ نﻮﻜﻳ ﻻو ﻩﺎﻬﺘﻨﻣ ﱃا
I’tibar
I'tibar adalah bertujuan untuk mendapatkan maklumat dan petunjuk daripada kitab asli/sastera diwan (mashadir al-Asliyah), kitab syrah atau kitab kipas yang mengandungi dalil hadis.24 Oleh itu, i`tibar merangkumi 3 perkara iaitu i `tibar diwan, i`tibar syarh dan i`tibar fan. Hadis-hadis dalam kitab Sunan boleh sahih, hasan atau dhoif, tetapi tidak sampai matruk, mungkar atau maudhu`. Berdasarkan panduan kitab diwan (al-mashadir al-Asliyah), hadis tersebut termasuk dalam kategori hadis sahih.
Dilihat daripada mashadir al-asliyyah kepada hadis mudawwin, maka hadis ini terdapat dan terdapat dalam (dua) kitab Sahih dan (lima) kitab Sunan, dua musnad dan satu mu'jam.
Tathbiq al-Hadits
Ditelaah dari tathbiq, hadits tentang larangan bangga terhadap bangunan masjid yang indah dan mewah termasuk dalam kategori hadits muhkam. Karena tidak ada satu pun hadis ini yang tanaqudl atau bertentangan dengan hadis yang sama tentang hal yang sama. Dari segi hadis muhkam merupakan hadis yang tidak ada persaingan dengan hadis lain sehingga mempengaruhi kualitasnya.
Tegasnya disebut hadis muhkam karena hadis ini dapat dijadikan hukum, karena dapat dilaksanakan dengan pasti, tanpa tercampur dengan hal-hal yang samar-samar dan meragukan.
Kandungan Hadits a. Makna Mufradat
Tegasnya disebut hadis muhkam karena hadis ini dapat dijadikan hukum karena dapat dilaksanakan dengan pasti, tanpa tercampur dengan hal-hal yang samar-samar dan meragukan. Qiamat adalah “minum khomer, perjudian yang tidak terkendali, terkesan perzinahan.”26. Sebagaimana disebutkan di atas, jika kata ini digunakan untuk menyebut hari qiyamat, maka lebih khusus lagi merujuk pada kedekatan waktu dengan prosesi qiyamat itu sendiri. Dalam Al-Quran sendiri kata ini digunakan untuk menunjukkan hal di atas sebagaimana tercantum dalam QS.
Perkataan ini sepadan dengan ﺮ َﺧﺎَﻔَـﺘَ ـﻳ yang bermaksud bangga atau jumawa yang disertai dengan rasa takbur. Sedangkan yatabaha dalam hadis ini, dari segi istilah, ialah gambaran orang Islam saling menghias masjid, duduk di dalamnya, menunjuk-nunjuk (riya') dan bermegah-megah antara satu sama lain (sum'ah), yang kemudiannya lupa. untuk mengingati Allah SWT. Sebaliknya, dengan masjid-masjid yang begitu megah, umat Islam bimbang akan kelalaian. 29 Manakala makna “bangga” yang kedua dalam hadis ini ialah kebanggaan terhadap aspek binaan (fizikal) dan bukan fizikal. 30 Kerana tidak jarang dalam hati yang "bangga".
Sebagaimana diketahui, salah satu ibadah paling mulia dan agung kepada Allah SWT adalah memakmurkan Masjid Allah. Secara internal yaitu mensejahterakan masjid dengan cara shalat berjamaah, membaca dan memahami Al-Qur'an, berdzikir, majlis ta'lim yaitu belajar dan mengajar ilmu-ilmu agama, kajian ilmiah dan berbagai bentuk ibadah lainnya yang telah diilustrasikan oleh Nabi SAW. . Sedangkan pembenihan bagian luar masjid berarti menjaga struktur dan struktur fisik masjid agar terlindung dari kotoran dan gangguan lainnya.
Jika dicermati, hadis ini sangat menganjurkan umat Islam untuk selalu mensejahterakan masjid sebagai tempat ibadah dan tempat kegiatan ilmu pengetahuan. Namun menurut pendapat penulis, hadis di atas tidak menunjukkan haramnya membangun masjid yang besar dan megah. Singkatnya, bisa dikatakan apa manfaatnya jika masjidnya megah, namun tidak ada yang beraktivitas di dalamnya.
Masjid yang megah bukanlah sesuatu yang menjadi simbol kemakmuran umatnya, namun masjid yang penuh dengan nuansa religi adalah masjid yang dapat menjadi oase di tengah gurun tandus kehidupan bermasyarakat yang dipenuhi dengan pencemaran modernisasi.
لﺎﻗ ﺔﺑﻼﻗ ﰊأ ﻦﻋ ﻩﺪﻨﺴﺑ ﺔﻨﺴﻟا حﺮﺷ ﰲ ىورو
ﺔﻳواﺰﻟا ﱃإ ﻚﻟﺎﻣ ﻦﺑ ﺲﻧأ ﻊﻣ وﺪﻏ
ﺲﻧأ لﺎﻘﻓ ﺪﺠﺴﲟ رﺮﻤﻓ ﺢﺒﺼﻟا ةﻼﺻ تﺮﻀﺤﻓ
ﺪﺠﺴﻣ
ﺲﻧأ لﺎﻘﻓ نﻵا ثﺪﺣأ )
لﺎﻗ ﷲ لﻮﺳر نإ
نﺎﻣز سﺎﻨﻟا ﻰﻠﻋ ﰐﺄﻴﺳ ﰲ نﻮﻫﺎﺒﺘﻳ
ﻼﻴﻠﻗ ﻻإ ﺎ وﺮﻤﻌﻳ ﻻ ﰒ ﺪﺟﺎﺴﳌا(
Fungsinya tidak hanya sebagai tempat beribadah kepada Allah, tetapi juga sebagai pusat transformasi keilmuan dan basis dakwah agama Islam (dakwah). Tak heran jika dalam setiap aktivitas Rasulullah, masjid menjadi pusat peradaban yang tidak bisa dipungkiri. Masjid baik pada era awal tumbuhnya Islam maupun proses penyebaran dakwah Islam memegang peranan penting.
Hadis tentang larangan bermegah-megah tentang kemewahan bangunan dan hiasan masjid adalah hadis yang mempunyai korelasi dan keserasian yang kuat dengan perintah tentang kemakmuran masjid. Masjid hanya berfungsi sebagai tempat ziarah yang tiada tujuan dan tidak lain hanyalah hiasan. Maka keberkatan masjid adalah ibadah yang dijamin kemuliaan dan pahala serta pahala yang besar di sisi Allah.
لﺎَﻗ
ﻔﻟوﺔﳝﺰﺧ ﻦﺑا ﻆ
ﻻإ ﺎ وﺮﻤﻌﻳ ﻻ ﰒ ﺪﺟﺎﺴﳌ نﻮﻫﺎﺒﺘﻳ نﺎﻣز سﺎﻨﻟا ﻰﻠﻋ ﰐ
ﻼﻴﻠﻗ.(
Istinbath al-Ahkam dan Hikmah
Jika dikaji lebih dalam, isi hadis membanggakan masjid, hadis ini berisi tentang pembangunan fisik masjid.
ﱠـﻨﻟا ِّ
Problematika Dalam Memahami al-Hadits
Setiap mukmin berhak menggunakannya dimanapun dia berada dan sesungguhnya hanya mukminlah yang membuat masjid tumbuh subur (meremajakan) sedangkan orang musyrik tidak layak masuk ke masjid Allah. Sesungguhnya yang meramaikan (memakmurkan) masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, serta tetap shalat, menunaikan zakat dan tidak bertakwa kepada selain Allah. Jika mereka tidak memperhatikan, maka menjauhlah dan jangan bergabung dengan mereka, karena Allah tidak membutuhkan orang-orang seperti itu.
Jika anda tidak yakin dengan maklumat di atas, sila renungi sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alayhi wassalam. Akan datang kepada manusia suatu zaman yang mereka suka duduk di masjid, tetapi tidak ada yang menjadi perhatian dan cita-cita mereka melainkan duniawi. Apa yang dilarang oleh Nabi Muhammad SAW ialah kehadiran patung dan gambar di dalam masjid, walaupun dalam bentuk ulama, wali atau orang soleh yang lain.
Kemudian mereka berdua menceritakan hal tersebut kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, mendengar hal tersebut beliau pun mengucapkan Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Membangun masjid, betapapun kecilnya, pasti merupakan suatu hal yang baik di sisi Allah dan patut mendapat pahala sesuai niat dan keikhlasan orang yang membangunnya. Kita semua harus ingat, kita tidak diperintahkan untuk bermegah dalam membangun masjid, namun membangun masjid sesuai dengan kemungkinan dan kondisi masyarakat sekitar.
Kita benar-benar hidup di zaman manusia yang sentiasa berbangga dengan bangunan masjid tetapi apabila diseru untuk menjayakannya, mereka menolak dan berbalah dengan pelbagai alasan, benarlah sabda Rasulullah SAW:. Tidak akan ada hari kiamat sehingga manusia berbangga dengan bangunan masjidnya” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’I dan Ibnu Khuzaimah). Jika kita perhatikan dengan teliti, terdapat ramai orang yang berlebih-lebihan menghiasi masjid, yang tujuannya tidak lain hanyalah kecantikan, paparan dan kebanggaan terhadap diri, keluarga, kumpulan dan bangsa.
Janganlah kita termasuk orang-orang yang rusak amalnya, yang berkeinginan membangun dan mendekorasi masjid, namun enggan beribadah di dalamnya.
Kesimpulan
Disebutkan oleh Abu Nu'aim di dalam kitab Hilyatul Aulia, "Seandainya rosak amal sesuatu kaum, mulalah mereka menghiasi masjid-masjidnya". Dilihat dari pemahaman hadis bahawa hukumnya adalah makruh (karahiyyah) kerana Allah tidak suka membina masjid yang tersergam indah tanpa disertai dengan kemakmuran masjid. Abd al-Ra'uf al-Munawiy, al-Khathib Muhammad ', Faydh al-Qadir Syarh al-Jâmi' al-Shaghîr, (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1972, Cet.