• Tidak ada hasil yang ditemukan

studi sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "studi sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBANGUNAN KOTA TERPADU MANDIRI BERDASARKAN

MATA PENCAHARIAN DI NAGARI LUBUK BUNTA KECAMATAN SILAUT KABUPATEN

PESISIR SELATAN Oleh:

Harni Eka Saputri*Erna Juita**Elvi Zuriyani**

Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*

Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**

ABSTRACT

Subdistrict Silaut is one of the sub-district in the South Coastal District. In this area has also been established transmigration and Integrated Urban Self (KTM) since 2008. This study aims to get the data, process and analyze and discuss the socio-economic studies before and after construction of the Integrated Independent City based livelihoods in Nagari Lubuk Bunta South Coastal District Subdistrict Silaut views of: 1) land use, 2) Livelihood, 3) income, 4) Social Interaction. This research is a descriptive study, the population in this study were all Head to Family in Kenagarian Lubuk Bunta. The sample in this study were taken by purposive sampling, the sample in this study is 123 respondents. The data was collected using a closed questionnaire, and the analysis is descriptive. The results of this study indicate: 1. Land use changes, before the construction of the KTM is a plantation (43.08%) and after the construction of the KTM is a residential (39.83%), the Basic Livelihood 2. Livelihood society did not change before and after construction KTM is a farmer (58.54%), and the public has a side livelihood development after KTM ie domestic industry (30.90), 3. Income society changes, before the construction of the KTM- Rp.2,000,000 Rp1.100.000 (32, 52%) and after the construction of the KTM Rp> 3,000,000 (46.34%), Social 4.

Social interaction did not change before and after the construction of the KTM is people never quarrel with a neighbor (66.66%).

Key words: social economy, before and after, development KTM PENDAHULUAN

Cita-cita pembangunan transmigrasi yang tercantum pada UU nomor 15 tahun 1997 tentang ketransmigrasian dan PP nomor 2 tahun 1999 tentang penyelenggaraan transmigrasi, yang menyebutkan bahwa "Peningkatan dan Pemerataan Pembangunan Daerah diwujudkan melalui Pembangunan Pusat Pertumbuhan Wilayah Baru", perlu semakin ditingkatkan. Oleh karena itu perlu adanya Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, agar tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, kawasan transmigrasi berkembang yang selanjutnya pusat pertumbuhan pun akan terbentuk. Kegiatan ekonomi di kawasan transmigrasi tersebut diharapkan terus meningkat sehingga mampu menumbuh kembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru yang disebut "Kota Terpadu Mandiri" (artikel.php.dot.html).

Kota Terpadu Mandiri (KTM) adalah kawasan transmigrasi di Kabupaten Pesisir Selatan Kecamatan Silaut, Provinsi Sumartera Barat yang pembangunannya dirancang secara terpadu agar menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Secara umum pembangunan KTM tentunya akan membawa perubahan, khususnya perubahan pada penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat setempat.Penggunaan lahan secara keseluruhan di kawasan Silaut adalah perkebunan, dan setelah pembangunan KTM tentu terjadi perubahan (pro-rakyat-6742-pembangunan-kota- terpadu-mandiri-ktm-lunang-silaut-pessel.html).

Berdasarkan observasi awal dari Kantor Wali Nagari Lubuk Bunta, maka diketahui mata pencaharian masyarakat adalah berkebun (pemilik perkebunan, karyawan perkebunan, dan buruh perkebunan). Selain di sektor perkebunan ada juga mata pencaharian penduduk di sektor lain, yaitu : industri kecil (montir, tukang batu, tukang

(2)

kayu,tukang sumur), kerajinan rumah tangga (tukang jahit, tukang kue), dan sektor jasa (pemilik usaha jasa transportasi dan perhubungan, buruh usaha jasa transportasi dan perhubungan, pemilik usaha warung, dan guru swasta). Selain dari mata pencaharian, dapat juga diketahui pendapatan masyarakat secara umum untuk sektor perkebunan pendapatan perkapita untuk setiap rumah tangga perkebunan adalah Rp1.500.000/bulan, dan untuk pendapatan selain dari sektor perkebunan tidak diketahui secara pasti, namun dapat dilahat dari rata-rata pendapatan peranggota keluarga adalah Rp.50000/hari ( Kantor Wali Nagari Lubuk Bunta).

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi serta menganalisis tentang:1) Penggunaan Lahan Sebelum Dan Sesudah Pembangunan Kota Terpadu Mandiri Berdasarkam Mata Pencaharian Di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan, 2) Mata Pencaharian Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Pembangunan Kota Terpadu Mandiri Berdasarkan Mata Pencaharian Di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan, 3) Pendapatan Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Pembangunan Kota Terpadu Mandiri Berdasarkan Mata Pencaharian Di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan,4) Interaksi Sosial Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Pembangunan Kota Terpadu Mandiri Berdarsarkan Mata Pencaharian Di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan latar belakang dari uraian tersebut mengenai pembangunan Kota Terpadu Mandiri, maka penulis tertarik untuk meneliti dan ingin mengetahui lebih jauh tentang “ Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelun Dan Sesudah Pembangunan Kota Terpadu Mandiri Berdasarkan Mata Pencaharian Di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan “.

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah ini, jenis penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan (Sudjana, 2010).

Penelitian ini dilakukan di Nagari Lubuk BuntaKecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan

dengan objek penelitian yaitu Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesudah Pembangunan Kota Terpadu Mandiri Berdasarkan Mata Pencaharian Di Nagai Lubuk Bunta Kecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan.

Sampel Responden Penelitian

Sumber: Pengolahan Data Sekunder, 2014

Teknik pengumpul data melalui observasi awal dan menggunakan angket atau kuisioner yang berhubungan dengan topik diberikan kepada kelompok individu dengan maksud memperoleh data dengan angket diharapkan dapat menyempurnakan informasi yang dibutuhkan.Dalam penelitian ini angke digunakan untuk memperoleh data primer tentang penggunaan lahan, mata pencaharian, pendapatan dan interaksi sosial dengan menggunakan rumus : P = x 100%

Keterangan :

P = Persentase hasil yang diperoleh f = Frekuensi jawaban responden n = Jumlah responden

(Sudijono, 2010)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam mendeskripsikan data hasil penelitain perlu melihat satu persatu indikator yang saling mendukung data untuk menpyelesaikan permasalahan yang telah diajukan dan dirumuskan dalam penelitian ini. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah diungkapkan, maka dalam hasil penelitian ini akan diungkapkan tentang:

1) penggunaan lahan sebelum dan sesudah pembangunan KTM, 2) mata pencaharian sebelum dan sesudah pembanguna KTM, 3) pendapatan sebelum dan sesudah pembanguna KTM, 4) interaksi sosial sebelum dan sesudah pembangunan KTM, yaitu sebagai berikut:

Pertama : Penggunaan lahan sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta

No

Mata Pencaharian

Populasi

KK Proporsi

Sampel Responden

1 Petani 289 25% 72

2 Pedagang 19 25% 5

3 Berternak 20 25% 5

4 Pegawai 29 25% 7

5 Karyawan 10 25% 2

6 Buruh 126 25% 32

Jumlah 493 123

(3)

Kecamatan Silaut adalah perkebunan sedangkan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut adanya perubahan yaitu menjadi lahan perumahan, sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut kurang ada perubahan penggunaan lahan sedangkan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut cukup perubahan penggunaan lahan, sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut lahan digunakan untuk pembangunan jalan sedangkan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut digunakan untuk pembangunan pasar, sebelum pembanguan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut tanggapan masyarakat kurang setuju terhadap perubahan tersebut, sedangkan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut tanggapan masyarakat sangat setuju, sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut kurang ada pengaruhnyanya terhadap kehidupan masyarakat, sedangkan sesudah pembanguan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut sangat ada pengaruhnya terhadap masyarakat.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Trias (2013), juga mengemukakan bahwa terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian yang cukup luas di Kecamatan Paciran yaitu 1.490.150,75 M² atau sebesar 14,09 Km² dengan rincian lahan pertanian yang mengalami perubahan menjadi lahan untuk perindustrian dengan luas 1.280.243,76 M² atau sebesar 12.20 Km², fasilitas umum dengan luas 200.263,13 M² atau sebesar 2 Km², sedangkan untuk lahan perumahan dengan luas 125.042,93 M² atu sebesar 1,25 Km².

Serta terjadi pengelompokan dalam penggunaan lahannya dimana untuk penggunaan lahan industri mempunyai pola mengelompok, untuk penggunaan lahan perumahan mempunyai pola acak dan untuk fasilitas umum mempunyai pola acak.

Kedua : Mata pencaharian masyarakat sebelum dan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut tidak ada perubahan, mata pencaharian masyarakat masih bertani. Selain mata pencaharian pokok masyarakat juga mempunyai mata pencaharian sampingan, sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut masyarakat tidak mempunyai mata pencaharian sampingan, sedangkan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut masyarakat mempunyai mata pencaharian sampingan yaitu industri rumah tangga. Sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut tidak ada anggota keluarga yang bekerja, sedangkan sesudah

pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut ada anggota keluarga yang bekerja yaitu sebagai industri rumah tangga.

Berdasarkan penelitian Maulana (2012), Di Kecamatan Jati Agung dengan basis lahan petanian, maka usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat juga dilakukan dengan daya dukung lahan pertanian yang ada. Dalam jangka pendek, upaya pembangunan Kota Baru Lampung yang akan dilakukan itu diperkirakan berdampak negatif penting pada hilangnya kesempatan kerja, peluang berusaha dan pendapatan masyarakat. Sebagai turunan dari perubahan lapangan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor jasa dan industri pengolahan, maka pertumbuhan ekonomi di wilayah Jati Agung diharapkan bergerak dengan cepat. Industri rumah tangga juga diharapkan akan berkembang misalnya industri tempe dan tahu serta akan berkembang perdagangan kebutuhan sehari-hari juga berkembang karena Kota Baru juga memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan perdagangan hasil pertanian secara modern.

Ketiga : Pendapatan masyarakat mengalami perubahan, sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut pendapatan masyarakat yaitu Rp1.100.000-Rp2.000.000, sedangkan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut pendapatan masyarakat meningkat menjadi Rp>3.000.000. dari pendapatan tersebut sebelum dan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut masyarakat merasa cukup. Dan masyarakat juga mempunyai pendapatan sampingan sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut Rp50.000-Rp75.000, sedangkan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Buta Kecamatan Silaut meningkat menjadi Rp76.000- Rp100.000/ perhari dan masyarakat mempergunakan untuk pendidikan.

Dalam Penelitian Yanti (2001) yaitu penyempitan suatu lahan pertanian akan berpengaruh terhadap sumber pekerjaan, sedangkan jenis pekerjaan tidak lepas dari pendapatan seseorang sehingga kalau jenis pekerjaaan mengalami perubahan maka pendapatan pun akan mengalami perubahan.

Berdasarkan penelitian Trias (2013), Tingkat pendapatan, pengeluaran dan jenis pekerjaan masyarakat Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagian besar mengalami perubahan akibat dari adanya alih fungsi lahan ini dimana masyarakat yang dulunya banyak bekerja sebagai

(4)

petani namun setelah lahan pertaniannya dijual mereka berganti pekerjaan. Dengan adanya perubahan jenis pekerjaan maka tingkat pengeluaran dan pendapatan pun akan mengalami perubahan sesuai dengan jenis pekerjaaan masing-masing.

Keempat : Interaksi sosial masyarakat sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut jumlah jam berkumpul dengan keluarga > 8 jam sehari, sedangkan sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut jumlah jam berkumpul dengan keluarga 5-8 jam sehari. Dan masyarakat selalu pergi menjenguk tetangga yang sakit, meninggal dunia atau (terkena musibah) dan masyarakat memberikan bantuan kepeda tetangga berupa tenaga dan berupa uang, serta masyarakat tidak pernah berselisih dengan tetangga baik sebelum maupun sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Maulana (2012), bahwa masyarakat Kecamatan Jati Agung, makna pola hubungan sosial ditemukan hubungan kekeluargaan dan pertemanan. Hubungan ini dapat dirasakan bila berada ditengah-tengah warga komunitas atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial dikomunitasnya (arisan,pengajian). Ada rasa kekeluargaan terutama warga komunitas dengan lingkugan permukiman berdekatan dan terpelihara di Kecamatan ini. Meskipun terpisah oleh sarana jalan tatapi interaksi sosial antar warga tetap terjalin dengan baik. Ternyata rasa memiliki dan kebersamaan antar warga menunjukan modal sosial yang kuat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarakan pembahasan variabel yang terdiri dari 4 (empat) variabel yaitu : penggunaan lahan, mata pencaharian, pendapatan, dan interaksi sosial. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan lahan sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut adalah untuk lahan perkebunan, dan sesudah pembangunan KTM penggunaan lahan beralih menjadi perumahan dan untuk pembangunan lainnya

2. Mata pencaharian masyarakat sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut adalah petani dan sesudah pambangunan KTM mata pencaharian juga petani atau berkebun

3. Pendapatan masyarakat sebelum pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut adalah Rp1.100.000-Rp2.000.000 dan setelah pembangunan KTM mengalami perubahan menjadi Rp>3.000.000

4. Interaksi sosial dengan keluarga inti mengalami perubahan, tetapi interaksi dengan tetangga tidak begitu mengalami perubahan baik sebelum pembangunan KTM maupun sesudah pembangunan KTM di Nagari Lubuk Bunta Kecamatan Silaut .

Bedasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) ini diharapkan bisa memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan.

2. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih peduli terhadap pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sehingga tidak ada kendala untuk mengembangkan segala potensi yang ada di daerah tersebut

3. Bagi penulis yang berminat melanjutkan penelitian ini, penulis sarankan untuk membahas lebih dalam lagi mengenai pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta

http:///F:/KTM%20SILAUT/ktm.htm. 21 Januari 2014

Ibrahim dan Sudjana, Nana. 2010. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Ilianda,Trias Febri. 2013. Studi Tentang Alih Fungsi Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan, Pengeluaran dan Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. UNESA

Muklis, Maulana dan Drajat, Denden Kurnia. 2012.

Dampak Kebijakan Pembangunan Kota baru Lampung Terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat. Universitas Lampung

Paket Informasi Kawasan KTM Lunang Silaut.2013 Syahmuddin. 2010. Pengembangan Kawasan

Perumahan Dan Permukiman Pada Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mahalona Kabupaten Luwu.Tesis (Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilyah Dan Kota UNDIP Semarang)

(5)

Sudjana, Nana dan Ibrahim.2007.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sudijono, Anas. 2010.Pengantar Statistik Pendidika.

Jakarta: Rajawali Pers

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan yang signifikan pada arah perencanaan karir siswa sebelum dan sesudah diberi layanan informasi”..