• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TINGKAT BAHAYA LONGSOR PADA AREAL PENAMBANGAN BATU DI DESA BUKIT PULAI KECAMATAN BATANG KAPAS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI TINGKAT BAHAYA LONGSOR PADA AREAL PENAMBANGAN BATU DI DESA BUKIT PULAI KECAMATAN BATANG KAPAS "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

STUDI TINGKAT BAHAYA LONGSOR PADA AREAL PENAMBANGAN BATU DI DESA BUKIT PULAI KECAMATAN BATANG KAPAS

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh:

Nevi Novita*Helfia Edial**Farida**

Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*

Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**

ABSTRACT

The objectives of this study are to identify and analyze the land characteristics on the stone mining areas at the Bukit Pulai Village, Sub-district of Batang Kapas, Pesisir Selatan District. The type of this research is quantitative descriptive that leads to disclosure of the facts and analysis needed. The sample selection of this study using purposive sampling method so that be obtained 3 locations in the study area that not be mined, already be mined, and being be mined. those three samples were analyzed in the soil laboratory for soil texture, soil permeability and soil bulk density.

The data of field observations and the results of laboratory explained that land characteristics of the three samples for the solum depth denote O horizon, A and B from shallowest – depth with a range 27 - 91 cm, for the soil texture, including clay soil , dusty clay soil, with soil structure including solid soil, crusts soil for Bulk Density with ranged 1.11 - 1.18 g/cm3, with permeability ranged 0.57 - 1.29 cm/hour. For the tilt ranged 25 - 45%, with a slope length ranged 50 - 255m, and the shape of the slope are straight, concave, complex, with the height of the relief 2400 - 2600 m and for the location that not be mined the springs can not be found, for the location that already be mined there be found 2 springs and for the location that being be mined there be found seepage paths, with the land utilization for mixed farms, bush, and the averages of annual rainfall 2316,8 mm/year. Based on research of that three samples obtained the moderate level of landslide risk that be found in the location that not be mined, the high level of landslide risk that be found in the location that already be mined, and the very high level of landslide risk that be found in the location that being be mined.

PENDAHULUAN

Bencana alam longsor merupakan salah satu bencana alam yang banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda.

bahwa secara umum longsor lahan di pengaruhi oleh lima parameter yaitu; kondisi geologi, curah hujan dan intensitas hujan, vegetasi, dan gempa bumi, serta ekploitasi oleh manusia. Berdasarkan frekwensi kejadian, intensita, dan kondisi geologinya, daerah sumatera barat merupakan daerah waspada yang setidaknya sekali dalam setahun mengalami longsor (Elifas, 1989 dalam Hermon, 2009).

Sumatra barat merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gerakan tanah (longsor) karena sebagian besar daerahnya merupakan perbukitan dan diselimuti oleh material vulkanik muda (kuarter) yang mudah longsor. Sejak tahun 1990 hingga tahun 2005.

Tanah longsor ini sering terjadi bukan hanya karena kondisi geografis seperti terletak dijalur gempa atau dekat dengan pantai, bencana alam juga dapat dipicu oleh ulah manusia yang tidak rama lingkungan Bencana longsor salah satu bencana alam yang banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda.

Tanah longsor merupakan suatu fenomena alam yang selalu berhubungan dengan datangnya musim hujan, terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang relatif singkat pada suatu tempat tertentu dengan tingkat kerusakan yang sangat berat, bahkan kehilangan nyawa penduduk yang bermukim sekitarnya. Menurut Utoyo dkk (2001) bencana longsor selain di akibatkan oleh karakteristik wilayah, juga disebabkan oleh aktivitas manusi dalam hal pemenuhan kebutuhannya tanpa memperhatikan keberlanjutan dari sumber daya alam. Dewasa ini, sering terjadi bencana

(3)

dan menghancurkan pemunkiman. Sehingga hal ini menimbulkan kerugian harta dan jiwa penduduk yang bermukim pada daerah tersebut. Sehingga perlu penataan kembali permukiman penduduk ke kawasan yang bebas dan menanam kembali tumbuh-tumbuhan hijau supaya tidak terjadinya longsor disaat musim hujan (Sitorus, 2006).

Tanah longsor mulai mengancam di Desa Bukit Pulai yang terletak di Nagari IV Koto Hilia, disebabkan penambangan batu- batu besar di Desa Bukit Pulai yang terletak di sepanjang jalan raya. Batu-batu besar dikeluarkan dengan mengunakan alat eskavator, dan alat transportasi yang digunakan untuk membawa batu-batu itu adalah mobil truk , dalam proses pengambilan batu-batu besar itu sangat menggangu transportasi lalu lintas, karna tanahnya berserakan dijalan sehingga jika hari panas dijalan raya banyak terdapat debu dan jika hari hujan sangat membahayakan orang yang lalu lintas kesana disebabkan jalannya licin.

Resiko terjadinya longsor pada areal penambangan batu di Bukit Pulai sudah memiliki tanda-tanda bahaya seperti munculnya mata air di daerah pertanian sehingga ketika musim hujan lahan pertanian tersebut menjadi rusak yang mengakibatkan hasil pertanian masyarakat menurun.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Studi Tingkat Bahaya Longsor Pada Areal Penambangan Batu Di Desa Bukit Pulai Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan “.

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini tergolong dari penelitian deskriptif kuantitatif yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang cukup jelas atas masalah yang diteliti.

penelitian ini mencangkupan bagaimana memperoleh data yang digunakan dan alat-alat yang di pakai untuk pelaksanakan pengukuran dan analisis laboratorium sehingga dapat dicapai tujuan penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada lokasi di Desa Bukit Pulai Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Ada tiga sampel

pemilihan pada penelitian ini dengan meggunakan metode purposive sampling.

Penunjukan titik sampel berdasarkan pada daerah yang telah lama ditambang, daerah yang sedang ditambang dan daerah perbatasan antara lahan pengambilan batu dengan lahan yang belum pernah ditambang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat bahaya longsor pada lokasi yang belum ditambang, yang sudah ditambang, dan yang sedang ditambang, di antara ketiga lokasi ini tingkat bahaya longsornya berbeda-beda.

Tingkat bahaya longsornya yang sangat tinggi adalah pada lokasi yang sedang ditambang karna sudah banyaknya timbul mata air yang baru.

Berdasarkan hasil di dibawah dengan menggunakan Metode Zuidam dan Concelado, 1979 dalam Hermon, 2012 maka setiap karakteristik lahan memberikan pengaruh terhadap terjadinya longsor di lokasi yang belum ditambang,sudah ditambang dan sedang ditambang karna karakteristik lahan merupakan faktor yang sangat perlu dilihat secara spesifik. Mengingat bahwa karakteristik lahan secara keseluruhan merupakan penyumbang harkat terbesar untuk terjadi longsor.

Pertama, Berdasarkan karakteristik lahan hasil penelitian dengan pengukuran di lapangan dan analisis laboratorium terhadap 12 karakteristik lahan di daerah penelitian menunjukkan sifat-sifat yang berpotensi terjadinya longsor. Adapun karakteristik lahan untuk bahaya longsor sebagai berikut : (1) Solum tanah merupakan horizon O,A dan B dari sangat dangkal - dalam berkisar 24 - 91 cm, (2) Tekstur tanah liat, liat berdebu, (3) Struktur tanah Gumpal, Remah, (4) Bulk Density 1.11 - 1.18 g/cm3, (5) Permeabilitas 0.57 - 1.29 cm/jam, (6) Kemiringan 25-45%, (7) panjang lereng 50 -255 m, (8) Bentuk lereng lurus, cekung, komplek, (9) Ketinggian Relief 2400 - 2600m, (10) Keterdapatan mata air Tidak ada, Lebih dari 2 mata air, Jalur rembesan (seepage), (11) Penggunaan lahan Kebun campuran, semak belukar, (12) curah hujan bulanan 2316,8 mm/tahunan.

Menurut Hardiyatmo (2012) kestabilan lereng yang tanahnya berlempung dan liat berdebu sangat dipengaruhi oleh banyak air yang meresap kedalam lereng pada

(4)

saat hujan. Infiltrasi air kedalam tanah, menyebabkan tekanan air pori yang semula negatif, berangsur-ansur naik menjadi positif.

Hal ini menyebabkan kuat geser tanah menjadi turun. Selain itu akibat infiltrasi air hujan berat tanah pembentuk lereng bertambah. Karena itu longsoran sering terjadi pada lokasi-lokasi di mana air hujan meresap kedalam tanah yang kurang padat. Selain itu lokasi-lokasi pada bukit yang berbentuk menikung, dimana tempat tersebut merupakan tempat pertemuan aliran air hujan yang berasal dari bukit-bukit di dekatnya, juga mempunyai potensi longsor yang tinggi.

Kedua, Tingkat bahaya longsor di Desa Bukit Pulai Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisisir Selatan menggunakan Metode Zuidam dan Concelado, 1979 dalam Hermon, 2012. Hasil analisis tingkat bahaya longsor menggunakan Metode Zuidam dan Concelado, 1979 memberikan visual yang nyata terhadap distribusi tingkat bahaya longsor di lokasi penelitian. Setelah dilihat dari interval Metode Zuidam dan Concelado, 1979 maka tingkat bahaya longsor yang intervalnya 21-30 maka tingkat bahaya longsornya sedang dan interval 31-40 tingkat bahaya longsonya tinggi sedangkan >40 maka tingkat bahaya longsornya sangat tinggi.

Zona tingkat bahaya longsor Metode Zuidam dan Concelado, 1979 dalam Hermon, 2012 di lihat pada lokasi penelitian dapat dibedakan menjadi 3 zona :

1) Zona 1 : Tingkat bahaya longsor yang sedang peluang terjadinya longsor 1 kali dalam 5 tahun pada lahan dengan kemiringan >15%.

Lokasi penelitian yang memiliki tingkat bahaya longsor yang belum terletak pada sampel lokasi yang belum ditambang.

2) Zona 2 : Tingkat bahaya longsor yang tinggi peluang terjadinya longsor 1 - 2 kali dalam 5 tahun.

Lokasi penelitian yang memiliki tingkat bahaya longsor yang tinggi terletak pada sampel lokasi yang sudah ditambang.

3) Zona 3 : Tingkat bahaya longsor yang sangat tinggi peluang terjadinya longsor > 2 kali dalam 5 tahun. Lokasi penelitian yang memiliki tingkat bahaya longsor yang sangat tinggi terletak pada

sampel lokasi yang sedang ditambang.

Berdasarkan tingkat bahaya longsor di atas pada lokasi penelitian sudah terdapat dampak/akibat dari penambangan batu yaitu masyarakat Bukit Pulai gagal panen sebab tanah pada areal penambang batu turun kebawah karna curah hujan yang tinggi. semua pertanian masyarakat yang ada di sekitar bukit pulai habis karna lumpur dari tanah tersebut.

Pemerintah Desa Bukit Pulai Terlalu Mengizinkan Masyarakatnya melakukan penambangan batu secara berlebihan seharusnya pemerintah Desa Bukit Pulai tegas kepada masyarakat yang tinggal disana, agar jangan terlalu banyak dalam penambangan batu karna itu bisa menyebabkan bahaya terhadap longsor. Dan pemerintah di Desa Bukit Pulai Kecamatan Batang Kapas harus memberi peringata kepada masyarakat agar dapat melakukan reboisasi kembali agar Desa Bukit Pulai terhindar dari ancaman bahaya longsor.

Menurut Muhammad (2008) longsor merupakan suatu fenomena alam yang dapat merusak atau merubah bentuk konfigurasi permukaan bumi. Kerusakan ini dapat menjadi ancaman bencana bagi masyarakat. Kondisi topografi, keadaan tanah, kondisi geologi, morfologi, hidrologis, iklim dan aktifitas manusia dalam penggunaan lahannya. Sutikno (1994) menyatakan beberapa perubahan konfigurasi bentuk permukaan bumi akibat longsor lahan yaitu terjadinya longsor mengalami pemotongan lereng, pengurangan material, kerusakan lahan, pada daerah sekitarnya sehingga dapat menyebabkan erosi yang lebih aktif dan selain itu daerah yang dilalui terjadinya kerusakan lahan pertanian, permungkiman,vegetasi, bangunan fisik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis laboratorium yang telah di telaah maka penelitian menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik lahan di lokasi penelitian pada satuan lahan untuk bahaya tingkat longsor yang berkaitan dengan Metode Zuidam dan Concelado, 1979 dalam Hermon, 2012 adalah sebagai berikut : (1) Solum tanah merupakan horizon O,A dan B dari sangat dangkal – dalam berkisar 27 - 91 cm, (2) Tekstur tanah

(5)

liat, liat berdebu, (3) Struktur tanah Gumpal, Remah, (4) Bulk Density 1.11 - 1.18 g/cm3, (5) Permeabilitas 0.57 - 1.29 cm/jam, (6) Kemiringan 25 - 45%, (7) panjang lereng 50 - 255 m, (8) Bentuk lereng lurus, cekung, komplek, (9) Ketinggian Relief 2400 - 2600m, (10) Lokasi yang belum ditambang Keterdapatan mata air Tidak ada, yang sudah ditambang Lebih dari 2 mata air dan yang sedang ditambang Jalur rembesan (seepage), (11) Penggunaan lahan Kebun campuran, semak belukar, (12) curah hujan tahunan 2316,8 mm/tahun.

2. Tingkat bahaya longsor di Desa Bukit Pulai Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisisir Selatan menggunakan Metode Zuidam dan Concelado, 1979 dalam Hermon, 2012.

Hasil analisis tingkat bahaya longsor menggunakan 3 Zona tingkat bahaya longsor sebagai berikut : (1) Tingkat bahaya longsor yang sedang peluang terjadinya longsor 1 kali dalam 5 tahun pada lahan dengan kemiringan >15%.

Lokasi penelitian yang memiliki tingkat bahaya longsor yang sedang terletak pada sampel lokasi yang belum ditambang. (1) Tingkat bahaya longsor yang tinggi peluang terjadinya longsor 1 - 2 kali dalam 5 tahun. Lokasi penelitian yang memiliki tingkat bahaya longsor yang tinggi terletak pada sampel lokasi yang sudah ditambang. (3) Tingkat bahaya longsor yang sangat tinggi peluang terjadinya longsor > 2 kali dalam 5 tahun. Lokasi penelitian yang memiliki.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi penambang batu agar melakukan reboisasi/menanam pohon kembali pada daerah yang sudah ditambang.

2. Bagi masyarakat yang tinggal di Desa Bukit Pulai harus lebih memperhatikan dan sadar akan pengrusakan karakteristik lahan, masyarakat harus tahu agar jangan terlalu berlebihan dalam penambangan batu karna itu bisa

menyebabkan sangat tinggi tingkat bahaya longsor, tingkat bahaya longsor pada lokasi yang sedang ditambang sudah termaksud ciri-ciri dari ancaman longsor karna sudah banyak keterdapatan mata air.

3. Bagi pemerintah hendaknya lebih meningkatkan upaya untuk kesadaran masyarakat akan tingkat bahaya longsor khususnya masyarakat yang berdomisili di daerah yang mempunyai tingkat bahaya longsor sangat tinggi.

4. Bagi penelitian lanjutan agar bisa mengkaji tentang konvervasi lahan, reboisasi pada areal penambang batu di Desa Bukit Pulai di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo Christady Hary. 2012. Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hermon, Dedi. 2012. Mitigasi Bencana Hidrometeorologi. Padang UNP Press.

Hermon, Dedi dan Khairani. 2009. Gegrafi Tanah. Padang : Yayasan Jihadul.

Muhammad Nursa’ban. 2008. Pemetaan Daerah Longsor Lahan dalam Upaya Mitigasi Bencana Alam.

Geomedia, Volume 6 Nombor 2 oktober 2008. Pdf diakses pada tanggal 16 februari 2014.

Sugiyono.2007.Http://Eprints.Undip.Ac.Id /24764/1/Tesis_Yuniar.Pdf di akses Tanggal 20-maret-2014.

Sitorus.2006.(Http://Www.Fp.Unud.Ac.Id/

Ind/WpContent/Uploads/2012/04/B uku-Ajar-Gejala Umum Longsor).

Pdf diakses pada tanggal 15

februari 2014.

Referensi

Dokumen terkait

4 ©All rights reserved May 2023 Monthly Cement Dispatches Saudi Cement Sector | April 2023 Yamama Cement and Saudi Cement recorded the highest market share in April-23, of 11.8% and