Pokok bahasannya terletak pada peradaban dan Syariat Islam pada masa Kerajaan Demak, oleh karena itu selain sejarah Kerajaan Demak juga dibahas tentang peradaban Islam dan penerapan Syariat Islam pada masa itu. Pasalnya kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan sebagai tanda terintegrasinya Islam ke dalam institusi politik. Masuknya agama Islam ke Indonesia secara perlahan mengubah kebudayaan Hindu-Buddha yang sebelumnya mempunyai pengaruh besar di nusantara. rakyat.
Kehadiran dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa khususnya Kerajaan Demak tentunya meninggalkan peradaban dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pada artikel kali ini penulis akan membahas pemikiran dan peradaban Islam pada masa kerajaan Demak. Jejak Peradaban Kerajaan Demak Kerajaan Demak didirikan oleh Sultan Fatah yang merupakan keturunan Majapahit.
Raden Fatah mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan Kerajaan Demak, yaitu perluasan dan penguatan kedudukan Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam. 7 Ana Ngationo, “Peranan Raden Patah dalam Perkembangan Kerajaan Demak Tahun Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Masuknya Islam ke Indonesia pada Abad 12-13 Masehi atau Abad ke-9 atau bahkan Abad ke-8 Masehi mampu untuk melahirkan peradaban baru yang menghembuskan ajaran Islam, salah satunya Kerajaan Demak.
Meski tidak berhasil menundukkan Malaka, namun cukup menjadi bukti kemakmuran ekonomi dan kebijakan politik yang luar biasa pada era Kerajaan Demak.
Penegakan Hukum Islam di Kerajaan Demak
Pigeaud mengutarakan pendapatnya, meskipun hukum Islam (fiqh) berlaku di Kerajaan Demak, namun menurutnya hukum Islam belum sepenuhnya dianut. Kerajaan Demak tidak hanya mengatur urusan perkawinan dan ibadah suci saja, namun juga mengatur urusan waris, muamalah, jinayah dan siyasah (pidana dan politik), hukum acara peradilan dan lain-lain yang aturan-aturan tersebut berdasarkan hukum Islam. 22 Naili Anafah, “Perundang-undangan Hukum Islam di Kerajaan Demak (Kajian terhadap Naskah Serat Angger-Anger Suryangalam dan Serat Suryangalam),” Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam, 1970, https://doi.org/10.24090 /mnh.v5i1 .
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Pulau Jawa, sehingga dapat dikatakan awal mula penerapan syariat Islam di Pulau Jawa terjadi pada masa pemerintahan Sultan Fatah di Demak. Kitab ini merupakan kodifikasi hukum syariat Islam yang diambil dari berbagai kitab hukum kasus khususnya kitab Muharrar, Taqrib dan Tuhfah sebagai landasan kitab hukum Kerajaan Demak.24 Hukum Islam dalam segala aspeknya (acara peradilan, hukum perdata , hukum pidana) di Kerajaan Demak sangat beralasan.
Terdapat dua kitab hukum resmi kerajaan Demak yang memuat ketentuan perdata, pidana, dan acara berdasarkan hukum Islam dan kemudian dijadikan sumber hukum bagi kerajaan Islam berikutnya (Pajang dan Mataram). 25 Naili Anafah, “Hukum Islam di Kerajaan Demak (Kajian Serat Angger- Angger Suryangalam dan Naskah Serat Suryangalam).” Penerapan hukum Islam yang paling terkenal pada masa Kerajaan Demak adalah qisas jinayah terhadap Syekh Siti Jenar atas tuduhan mbelela (tidak taat) kepada negara berkedok agama.
Setelah Kerajaan Demak berdiri, perkara Syekh Siti Jenar yang semula menjabat cukup lama, akhirnya dilanjutkan kembali. Hukum perdata Islam, seperti segala hal yang menyangkut hukum perkawinan, hukum waris, hukum zakat, dan hukum wakaf yang diberlakukan pada masa Kerajaan Demak, memang diakui keberadaannya dan masih berlaku hingga saat ini. Selain itu, perkembangan aspek kehidupan perekonomian pada masa kerajaan Demak dibuktikan dengan letak Demak yang sangat strategis pada jalur perdagangan nusantara, hal inilah yang memungkinkan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim.
Meski bukan Sultan Demak yang menciptakan semua itu secara langsung, melainkan peran Wali Songo, artinya karya-karya tersebut terjadi atau muncul pada zaman Kerajaan Demak. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan oleh Sultan Fatah pada tahun 1475. Setelah ilmu Islam dirasa sudah cukup matang, Raden Sunan Ampel memerintahkan Fatah untuk menyebarkan dakwah Islam di Glagahwangi, yang kelak menjadi tempat dimana Kerajaan Demak didirikan.
Mesjid Agung Demak, Iang Soko Guru, Gendang dan Kentongan, masurah, tempat wudhu, Damar Kencana (yang sekarang menjadi mimbar khatib) dan Piring Chempa...ada juga peradaban Kerajaan Demak yang masih dipentaskan atau yang masih kita datangi yang ada saat ini, diantaranya adalah :. Islamisasi di Demak Abad XV M: Kolaborasi Dinamis Ulama-Umara dalam Dakwah Islam di Demak: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 2015.
EDITORIAL POLICIES
Since 2019, to expand its scope, this magazine changes its name to al-Mawarid: Jurnal Syari'ah dan Hukum. Assistant editors help the managing editor to handle technical editing reviews, such as grammatical errors, quotations and paraphrasing; while the chief editor of the section would select a core editorial board to begin the blind manuscript review process. A blind reviewer would critically evaluate the content of the manuscript, including its title, abstract, introduction, research question, thesis argument, method.
A second blind reviewer would examine the manuscript discussion and help place the discussion in the global context of economic discourse. The final version of the manuscript will be published in the latest issue of al-Mawarid magazine. It is a direct reflection of the quality of the work of the authors and the institutions that support them.
The editorial staff of al-Mawarid: Jurnal Syari`ah dan Hukum is responsible for deciding which of the articles submitted to the journal should be published. The validation of the work in question and its importance to researchers and readers should always be the driving force behind such decisions. The editors may be guided by the policy of the journal's editorial board and limited by the legal requirements that will then apply regarding defamation, copyright infringement and plagiarism.
An editor evaluates manuscripts for their intellectual content at any time without regard to race, gender, sexual orientation, religious belief, ethnic origin, citizenship, or political philosophy of the authors. Unpublished material disclosed in a submitted manuscript may not be used in an editor's own research without the express written permission of the author. Reviewers should not consider manuscripts in which they have conflicts of interest due to competitive, collaborative or other relationships or affiliations with any of the authors, companies or institutions connected to the papers.
Authors should present an accurate description of the work performed as well as an objective discussion of its significance. When there are others who participated in some essential aspect of the research project, they should be acknowledged or listed as contributors. The corresponding author must ensure that all appropriate co-authors and no inappropriate co-authors are included in the paper, and that all co-authors have reviewed and approved the final version of the paper and agreed to submit it for publication.
Authors retain copyright and grant the journal the right of first publication with the work concurrently licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with acknowledgment of the work's authorship and first publication in this journal. Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (eg posting it to an institutional archive or publishing it in a book) with an acknowledgment of its first publication in this journal.