• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of THE SUPERVISORY FUNCTION OF THE VILLAGE CONSULTATIVE BOARD IN THE USE OF VILLAGE FUND ALLOCATION IN SUKABUDI VILLAGE, SUKAWANGI DISTRICT, BEKASI REGENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of THE SUPERVISORY FUNCTION OF THE VILLAGE CONSULTATIVE BOARD IN THE USE OF VILLAGE FUND ALLOCATION IN SUKABUDI VILLAGE, SUKAWANGI DISTRICT, BEKASI REGENCY"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

23 | Jurnal Kybernan, Vol. 15, No. 2, 2023

FUNGSI PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUKABUDI KECEMATAN

SUKAWANGI KABUPATEN BEKASI

THE SUPERVISORY FUNCTION OF THE VILLAGE CONSULTATIVE BOARD IN THE USE OF VILLAGE FUND ALLOCATION IN SUKABUDI VILLAGE, SUKAWANGI

DISTRICT, BEKASI REGENCY

Chintia Hafisha1, Elvira Suryani2

1,2Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam 45 Bekasi e-mail: [email protected] 1, [email protected]2

ABSTRAK

Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penggunaan Alokasi Dana Desa adalah proses kegiatan pemerintah desa dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan yang telah ditetapkan. Hubungan antara BPD dan Kepala Desa, yang berfungsi sebagai mitra kerja desa antara legislatif dan eksekutif. Kemudian, hubungan kemitraan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang diwujudkan dalam bentuk kedudukan BPD yang sejajar dengan Kepala Desa. Bentuk penelitian ini kualitatif deskriptif dengan menjelaskan kejadian atau situasi secara sistematis, faktual, dan akurat dengan mengacu pada pengawasan BPD terhadap penyaluran dana desa di Desa Sukabudi Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi pustaka.

Kajian ini menggunakan teori Siagian yang menyatakan ada dua variabel berupa pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung terhadap pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD). Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penggunaan Alokasi Dana Desa di Desa Sukabudi, hasil dari pengawasan langsung bahwa BPD telah melakukan tugas pengawasannya dengan sangat baik, terutama dalam hal pemanfaatan Alokasi. Seperti masih menyepelakan tugas mereka sebagai pengawas kegiatan pemerintah desa. Kemudian, ada kendala dengan pendanaan di tahun 2022 yang dimana ada kegiatan yang belum terlaksana. Serta adanya kendala yang menghambat BPD dalam melakukan fungsi pengawasan seperti SDM yang tidak kompeten dan secara kelembagaan BPD belum memahami dengan tugas dan fungsi mereka sebagai anggota BPD, tetapi ada faktor pendukung yang dimana hubungan kerjasama pemerintah desa baik, dan ada juga partisipasi masyarakat yag mendukung pemerintah desa. Kemudian ada strategi dari pemerintah desa Sukabudi yang dimana banyak harapan yang belum terlaksana oleh pemerintah desa Sukabudi.

Kata Kunci: Pengawasan, Badan Permusyawaratan Desa, Alokasi Dana Desa Abstract

The oversight function of the Village Consultative Body in the Use of Village Fund Allocations is the process by which village government activities can be carried out effectively and efficiently by predetermined plans and provisions. The relationship between the BPD and the Village Head, who functions as a village partner between the legislature and the executive. Then, this partnership relationship is by Law Number 6 of 2014 concerning Villages which is manifested in the form of a BPD position that is equal to the Village Head. The form of this research is descriptive qualitative by explaining events or situations in a systematic, factual, and accurate manner concerning BPD supervision of the distribution of village funds in Sukabudi Village, Sukawangi District, Bekasi Regency. This data collection was carried out by observation, interviews, and a literature study. This theory uses Siagian's theory which states that there are two variables in the form of direct supervision and indirect supervision of the implementation of the Village Fund Allocation (ADD). The oversight

(2)

function of the Village Consultative Body in the Use of Village Fund Allocations in Sukabudi Village, the BPD (Village Consultative Body) oversight in supervising ADD is quite good. However, some members of the BPD do not understand their duties and functions as members of the BPD. Like they are still ignoring their duties as overseers of village government activities. Then, there are problems with funding in 2022 where there are activities that have not been carried out due to being hampered by Covid-19 at that time. There is also the existence of obstacles that hinder the BPD in carrying out supervisory functions such as incompetent human resources and institutionally the BPD does not understand their duties and functions as members of the BPD. Still, there are supporting factors where the cooperative relationship between the village government is good, and there is also community participation that supports the village government. Then there is a strategy from the Sukabudi village government where there are many hopes that have not been implemented by the Sukabudi village government.

Keywords: Supervision, Village Consultative Body, Village Fund Allocation

I. Pendahuluan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga yang mewujudkan demokrasi pemerintahan tingkat desa. BPD ini dibentuk sesuai dengan budaya yang berkembang, yang berfungsi sebagai lembaga legislatif serta menampung dan penyalur aspirasi masyarakat desa (Marlinton, 2018). Kemudian mengingat fungsi dan kewenangan kepala desa yang sangat luas, sebagai perangkat desa harus mengawasi kepala desa agar tidak terjadi penyalahgunakan kekuasaannya. Oleh sebab itu, perangkat desa dituntut untuk memegang pertanggungjawaban dan kemampuan menjalankan tugasnya sebagai badan pengawas yang telah dikelola oleh desa.

Badan Permusyawaratan Desa mampu membuat Rancangan Peraturan Desa (RAPERDes) yang kemudian ditetapkan menjadi Peraturan Desa oleh pemerintah desa.

BPD kemudian diminta untuk mengawasi operasionalisasi komite desa serta penerapan undang-undang desa, juga dikenal sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mengalami perubahan sebagai dampak dari disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jika sebelumnya BPD berfungsi sebagai badan pemerintahan desa, kini menjadi badan legislatif desa dan perannya beralih dari hukum ke politik. Saat ini tugas BPD antara lain bekerja sama dengan kepala desa untuk membuat peraturan desa, dan menyampaikan aspirasi masyarakat.

Penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bantuan keuangan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat dan kabupaten kepada pemerintah desa untuk meningkatkan dan memperbagus pelayanan dasar serta membina dan memberdayakan masyarakat (Egeten, 2015). ADD adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) Kabupaten/Kota yang berasal dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang akan diterima oleh Kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen). Tujuan alokasi dana desa untuk membagi keuangan secara merata antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat, yang akan disediakan dari kecamatan melalui kas desa (Fait et al., 2021).

(3)

APBDes (Anggaran Pendapatam Desa) di Desa Sukabudi pada tahun 2022 memiliki Pendapatan yaitu:

1. Pendapatan Asli Desa Rp. 25.000.000.00 2. Pendapatan Transfer Rp. 3.986.122.900,00

Total pendapatan di Desa Sukabudi pada tahun 2022 Rp. 4.011.122.900,00.

Kemudian Dalam penyaluran dana desa, fungsi BPD perlu mengawal dana tersebut agar dapat disalurkan dengan baik di masyarakat. Pada tahun 2022 dengan jumlah ADD di Desa Sukabudi dengan rincian penggunaannya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah dan rincian penggunaan Alokasi dana Desa di Desa Sukabudi

No Kegiatan Anggaran

1 Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Penyediaan penghasilan tetap tunjungan kepala Desa dan Belanja Pegawai

Penyediaan penghasilan tetap tunjangan perangkat desa dan belanja pegawai

Penyediaan operasional Pemerintah desa (ATK, honor pegawai dll)

Pembangunan/rehab/peningkatan gedung/prasarana kantor desa

Penyusunan, pendataan, pemutakhiran desa

Jumlah 230.143.666.00

2 Pembinaan Kemasyarakatan

Pembinaan LKMD/LPM/LPMD

Belanja barang dan jasa

Pembinaan PKK dan Belanja barang dan jasa

Jumlah 75.000.000.00

3 Pemberdayaan masyarakat

Pemeliharaan saluran irigasi tersier sederhana dan belanja barang dan jasa

Peningkatan kapasitas kepala desa

Peningkatan kapatitas Perangkat Desa

Jumlah 51.000.000.00

Total 356.143.666.00

Sumber: Anggaran ADD (Alokasi Dana Desa) Desa Sukabudi tahun 2022

Dengan adanya Alokasi Dana Desa (ADD) yang begitu besar, diharapkan pertumbuhan Desa Sukabudi juga akan semakin pesat, baik dari segi infrastruktur masyarakat, ekonomi, dan pilar lainnya seperti pendidikan dan kesehatan. Untuk melaksanakan rencana kerja yang didasarkan pada anggaran yang diberikan oleh pemerintah, kepala desa harus mampu mengelola anggaran Alokasi Dana Desa. Sebagai salah satu bentuk tindakan pencegahan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai badan pengawas pemerintah daerah terus memantau setiap aliran uang yang diidentifikasi dan dialokasikan untuk setiap tugas yang efektif dan tepat.

Kehadiran BPD diharapkan bisa membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh warga desa Sukabudi, menjadikan fungsi pengawasan BPD untuk

(4)

diarahkan menjadi tata kelola yang berkualitas, dinamis, transparan, baik dan bersih.

Badan Permusyawaratan Desa adalah organisasi pemerintah daerah yang berfungsi membantu warga masyarakat setempat dan pemerintah desa melalui pembangunan berkelanjutan (Zulkifli & Martain, 2020:2)

Peran BPD dalam menjalankan tugas pengawasan menurut (Pendi, 2017:4) bahwa kinerja BPD terhadap peran pengawasan Pemerintah Desa dalam pengawasan penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) belum maksimal, serta kendala yang menghambat BPD dalam menjalankan peran pengawasan, seperti sumber daya manusia yang kurang kompeten, dan keuangan yang selalu mengalami keterlambatan dalam pencairan yang mengakibatkan semua proses kegiatan yang berkenaan dengan pengawasan mengalami hambatan. Kemudian peran BPD sangat dibutuhkan, bahkan sangat penting, untuk mengawal aspirasi dari masyarakat, terutama untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, ada beberapa indikasi permasalahan tentang kurang optimalnya fungsi pengawasan BPD.

Menurut Bapak Heru tokoh masyarakat Desa Sukabudi pada tanggal 15 Januari 2023 mengatakan ada beberapa permasalahan yang memang terlihat oleh masyarakat Desa Sukabudi yaitu:

“Pertama, sebagian anggota BPD kurang memiliki kapasitas Standar Operasional Prosedur (SOP). Misalnya dalam fungsinya sebagai pembahas rancangan Peraturan Desa, kemudian dalam kenyataanya hampir dapat dipastikan bahwa sebagian anggota Badan Permusyawaratan Desa belum memiliki kemampuan atau belum memahami Peratutan Desa seperti apa.

Kedua, sebagian para anggota BPD tidak terlihat di masyarakat desa sukabudi dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota BPD, seperti saat rapat ada bebeapa anggota BPD yang memang tidak datang disaat rapat dari semua keseluruhan anggota BPD yang ada, pada umumnya hanya sebagian yang terlihat aktif di masyarakat, sehingga sebagian masyarakat masih mempertanyakan eksistensi BPD.

Ketiga, Kurang terbukanya kepada masyarakat tentang penggunaan ataupun kegiatan yang menggunakan anggaran Alokasi Dana Desa. Misalnya didalam rapat tersebut aparatur desa tidak menerangkan kegiatan yang memang menggunakan ADD.”

Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka peran Ketua BPD sebagai pengawas sangat diperlukan agar BPD dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lebih teliti sehingga anggotanya tidak sembarangan tidak dapat menghadiri rapat. Peran BPD juga sangat dibutuhkan untuk mengarahkan dana atau mengelola pembangunan desa dengan berfungsinya tugas pengawasan.

Pengawasan merupakan segala kegiatan maupun tindakan yang akan dilakukan untuk memastikan agar pelaksanaan dari suatu kegiatan tidak menyimpang dari rencana dan tujuan yang akan direncanakan. Menurut Bahtiar (2017:6) tujuan pengawasan adalah untuk memperoleh jaminan atau kepastian bahwa tujuan

(5)

perusahaan dan rencana untuk mencapainya dilakukan dengan cara menilai atau memodifikasi kinerja bawahan.

Siagian (2013:176) menjelaskan bahwa praktik memantau semua tindakan organisasi untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dikenal sebagai pengawasan. Dalam sebuah organisasi, pengawasan memainkan fungsi penting dalam menilai kinerja yang diinginkan. Namun, dapat dilakukan dengan mempergunakan pengawasan dengan cara dibawah ini:

1. Pengawasan Langsung

Manajer memberikan pengawasan langsung selama kegiatan berlangsung. Berikut tata cara pengawasan langsung diselenggarakan:

a. Pemeriksaan langsung b. Pengamatan di tempat c. Laporan di tempat

Mengingat tugas-tugas orang yang memiliki otoritas tertinggi di tempat kerja semakin kompleks, pengawasan langsung tidak selalu dapat dilakukan dan malah sering dilakukan dengan pengawasan tidak langsung, sangat dapat diterima untuk mengambil keputusan di tempat jika diperlukan.

2. Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dari jarak jauh melalui laporan dengan disampaikan oleh para bawahan di dalam kerjanya. Pengawasan tidak langsung dapat dibentuk sebagai berikut:

a) Laporan lisan.

b) Laporan tertulis.

Kelemahan dari bentuk pengawasan yaitu laporan-laporan tersebut hanyalah laporan bagus yang bisa dibuat untuk menyenangkan atasan nya. Oleh karena itu, atasan yang baik akan meminta laporan yang baik ataupun yang kurang baik. Namun, jika laporan tersebut tidak sesuai dengan faktanya maka akan menimbulkan kesan yang berbeda dari atasannya, sehingga akan menghasilkan keputusan yang tidak falid.

Badan Permusyawaratan Desa yaitu suatu badan yang menjalankan fungsi pemerintahan yang beranggotakan wakil-wakil desa dengan wakil-wakil daerah dan akan ditetapkan secara demokratis, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Kemudian BPD diatur dalam undang-undang, fungsi, keanggotaan, hak dan kewajiban, mekanisme pembatasan, dan pengambilan keputusan.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa Badan Permusyawaratan Desa memiliki fungsi antara lain:

(6)

1. Berkonsultasi dengan kepala desa tentang dan menerima rancangan peraturan desa (RAPERDes).

2. Memperhatikan dan mengarahkan pendapat masyarakat.

3. Mengawasi kinerja Kepala Desa.

BPD adalah badan permusyawaratan di tingkat desa yang mengambil bagian dalam diskusi dan menyetujui berbagai program pemerintah di tingkat desa. Kemudian, pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa mendorong pertemuan desa untuk meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat desa, memperkuat solidaritas, dan meningkatkan keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat. Sementara pada pasal 51 disebutkan hak BPD antara lain:

1. Memantau penyelenggaraan Pemerintahan Desa oleh Pemerintah Desa dan meminta informasi tentangnya.

2. Menyatakan penghasilan atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan masyarakat Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa

3. Mendapatkan biaya operasional dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Kemudian pada pasal 55, anggota BPD berhak untuk:

1. Menyampaikan rancangan Peraturan Desa;

2. Ajukan pertanyaan;

3. Menyampaikan Kirim saran dan/atau pendapat.

4. Memilih dan dipilih

5. Mendapat kompensasi dari Anggaran pendapatan dan belanja desa.

BPD dipercayakan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Kades (Kepala Desa) apabila masa jabatan enam bulan sebelumnya telah berakhir, yaitu pada akhir masa jabatan Kades. BPD kemudian memiliki kewenangan untuk membentuk panitia pemilihan kepala desa yang bebas dan tidak memihak. Kelompok ini terdiri dari perwakilan dari dinas sosial desa, lembaga, dan tokoh masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan desa selanjutnya harus lebih akuntabel karena status, kekuasaan, dan keuangan desa diperkuat, didukung oleh sistem pengawasan, dan keseimbangan antar kelembagaan desa. Akibatnya, lembaga desa, khususnya BPD, berperan penting dalam membantu kepala desa membuat kebijakan pemerintahan desa.

Menurut (Punu, 2016:11) Setiap desa memiliki pemerintahannya sendiri, dan pemerintahan terdiri dari kepala desa dan perangkat desa lainnya. Komite desa yakni bertugas mengelola urusan pemerintahan daerah. Namun, kepala desa dan perangkat desa memiliki pemerintahan dengan tugas, kepala sekolah, dan kekuasaan dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan desa. Oleh karena itu, pemerintah desa

(7)

berperan penting sebagai pengambil keputusan dan berperan dalam mengatur dan mengurus kepentingan-kepentingan sosial.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), atau dengan kata lain budaya yang selaras dengan pertumbuhan desa yang bersangkutan, tercipta melalui penyelenggaraan pemerintahan desa. Dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang pemerintah desa yaitu badan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengelolaan keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan alokasi langsung yang dihasilkan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBN) yang merupakan aspek terpenting dalam pengelolaan pendapatan desa dan tidak terpisahkan dari anggaran desa. Seluruh kegiatan tersebut dibiayai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) yang telah direncanakan, dilaksanakan, dan dikaji secara terbuka dengan melibatkan seluruh masyarakat desa. Hal ini menunjukkan tingkat pengelolaan keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Menurut (Sululing et al., 2019:18) penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai berikut:

a. 30% Alokasi Dana Desa (ADD) digunakan untuk mengelola biaya operasional Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), meliputi: Biaya Operasional Pemerintah Desa, Biaya Operasional Badan Permusyawaratan Desa, dan Biaya Operasional Alokasi Dana Desa dari Tim Pelaksana.

b. 70% dana desa disisihkan untuk pemberdayaan masyarakat desa, antara lain dukungan pembiayaan kelembagaan desa, pengembangan prasarana dan sarana ekonomi desa, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta pemberdayaan di bidang kesehatan dan pendidikan.

Tujuan Alokasi Dana Desa yang diberikan kepada desa sesuai dengan Peraturan Menteri Desa No. 5 tahun 2015 tentang pentepatan prioritas penggunaan dana desa tahun 2015, Menurut (Susilo, 2019:22) mempunyai tujuan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

a. Menanggulangi kemiskinan

b. Meningkatkan penganggaran desa, perencanaan, dan pemberdayaan masyarakat c. Meningkatkan dan meningkatkan pembangunan infrastruktur masyarakat.

d. Menambah ketentraman dan kesopanan dalam masyarakat desa.

e. Meningkatkan pelayanan masyarakat untuk mendorong pertumbuhan sosial dan ekonomi penduduk.

f. Meningkatkan pemasukan desa dan masyarakat desa melalui BUMDes (badan usaha milik desa).

g. Meningkatkan kemandirian penduduk dan kerjasama masyarakat.

Oleh karena itu, Alokasi Dana Desa (ADD) bertujuan untuk mempercepat pembangunan desa sesuai dengan tingkat kebutuhan desa. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang berasal dari anggarapan pendapatan dan belanja daerah yang di

(8)

alokasikan untuk desa dengan bertujuan untuk mendistribusikan kemampuan keuangan secara adil antar desa guna memenuhi kebutuhannya dalam pengelolaan pemerintahan, pengerjaan pembangunan dan bantuan pelayanan terhadap masyarakat.

II. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara dalam menganalisis atau mendapatkan data yang yang diteliti oleh penulis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Dari metode penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian dilapangan untuk mengadakan pengamatan tentang apa yang diteliti dan melakukan wawancara kepada masyarakat untuk mendapatkan data dan menjawab persoalan yang yang sedang diteliti.

III. Hasil Penelitian

Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penggunaan Alokasi Dana Desa di Desa Sukabudi Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi

Dalam Pengawasan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dalam Penggunaan Alokasi Dana Desa menjadi sangat penting, terutama dalam menyusun skala prioritas dalam menentukan rencana kegiatan dan memperhatikan potensi desa. dan kebutuhan masyarakat. Semua prosedur perencanaan dan pemeliharaan, selama disetujui oleh semua pemangku kepentingan. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang mengawasi pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa. Di antara tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu masyarakat mengetahui tujuan, pedoman, dan kebijakan alokasi dana desa, memantau langsung atau tidak langsung pelaksanaan alokasi dana desa, dan membuat rekomendasi untuk efektivitas pelaksanaannya.

Pengawasan langsung maupun tidak langsung merupakan cara yang digunakan BPD untuk memantau penggunaan Alokasi Dana Desa. Kedua macam pengawasan tersebut sebagai berikut:

1. Pengawasan Langsung

Badan Permusywaratan Desa di Desa Sukabudi Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi dalam melakukan tugas pengawasannya dengan sangat baik, terutama dalam hal pemanfaatan Alokasi Dana Desa, dimana anggota BPD telh melakukan pengawasan secara langsung. Kemudian tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Sukabudi, khususnya dalam mengawasi kegiatan yang sedang dilakukan oleh pemerintah desa sudah cukup baik, hal tersebut dilihat dari kehadiran masyarakat pada saat di adakannya kegiatan atau pelaksanaan program pemerintah desa.

(9)

2. Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung melalui penilaian laporan ataupun pengawasa terhadap angaran pendapatan dan belanja desa, yang dimana desa sukabudi laporannya sesuai dengan kegiatannya. Pemerintah Desa Sukabudi menginformasikan realisasi program yang telah dilaksanakan kepada masyarakat serta rincian anggaran yang digunakan pada papan informasi desa, sesuai hasil wawancara tersebut di atas. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mereka yang tertarik untuk mengetahui bagaimana dana desa digunakan untuk mendapatkan informasi, menghilangkan spekulasi dari masyarakat bahwa ada kejanggalan dalam pengelolaan dana karena mereka menganggap pemerintah desa tidak terbuka dan bertanggung jawab dalam melakukannya.

Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam Fungsi Pengawasan Alokasi Dana Desa di Desa Sukabudi Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan Penggunaan Alokasi Dana Desa, Badan Permusyawaratan Desa tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang mempengaruhi proses pengawasan, baik Faktor Penghambat maupun Faktor Pendukung. Hal ini berlaku baik untuk faktor pendukung maupun penghambat. Di sini variabel pendukung adalah yang membantu dan memperlancar proses pengawasan, dan faktor penghambat adalah yang menghambat dalam proses pengawasan.

1. Faktor Penghambat a. Pendanaan

Faktor pendanaan menjadi salah satu permasalahan yang cukup penting dalam setiap kegiatan. Kemudian salah satu tantangan yang harus diatasi oleh organisasi untuk mendukung operasionalnya adalah aspek keuangan. Pendanaan atau anggaran keuangan sebagai faktor penghambat di dalam sebuah kegiatan dan sangat jelas sekali bahwa ada keterlambatan keuangan, yang menyebabkan semua jadwal operasi Aparatur Desa Sukabudi tidak dapat terlaksana. Akibatnya, terlihat jelas bahwa biaya operasional anggota Badan Permusyawaratan Desa tidak mencukupi sehingga membuat anggota BPD tidak dapat menjalankan tugasnya secara maksimal.

b. SDM (Sumber Daya Manusia)

Sumber daya manusia sangat penting bagi kemampuan Badan Permusyawaratan Desa untuk berhasil menjalankan tugasnya, tetapi dalam hal ini, ada beberapa anggota BPD tampaknya tidak memiliki keterampilan yang diperlukan terkait dengan peran mereka. Kemudian, tanggung jawab dan kewajiban anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa) sebagai anggota BPD masih kurang baik karena kompetensi yang dibutuhkan masih kurang. Oleh karena itu, ketua BPD harus memberikan kewenangan tambahan dalam perannya sebagai ketua untuk mencegah anggota BPD lalai dalam menjalankan kewajibannya kepada BPD.

(10)

2. Faktor Pendukung a. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat yang dimaksud adalah keikutsertaan masyarakat dalam mengawasi program pembangunan baik dari segi perencanaan maupun pelaksanaannya di lapangan. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan langsung masyarakat dalam suatu kegiatan sosial untuk kepentingan bersama. Kemudian, keterlibatan masyarakat yang kuat, dengan warga Desa Sukabudi yang secara rutin ikut memantau pelaksanaan program Pemerintah Desa, mendukung BPD dalam melakukan pengawasan. BPD, kepala desa, dan perangkat desa lainnya dapat terbantu dalam menjalankan tugasnya dengan pengawasan masyarakat. Dengan demikian, keterlibatan masyarakat dalam pengawasan penggunaan uang desa sangat diperlukan.

b. Hubungan Kerjasama yang baik dengan Pemerintah Desa

Faktor pendukung pengawasan BPD sangat fakta bahwasannya BPD dan kepala desa memiliki hubungan yang akrab yang ditandai dengan saling menghargai dan menghormati satu sama lain mendukung pengawasan BPD terhadap pemerintahan desa.

Selain niat yang baik, pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa harus senantiasa saling memberi semangat dan menyakinkan. Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa memiliki hubungan kerja yang solid dan Pemerintah Desa selalu berkonsultasi ataupun berkoordinasi dengan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) sebelum mengambil keputusan apapun di desa.

Strategi Fungsi Pengawasan Alokasi Dana Desa di Desa Sukabudi Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi

Strategi yang dimaksud adalah ingin mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari para pekerja Desa Sukabudi. Karena ada harapan yang masih belum terlaksana dari para apartur Desa Sukabudi untuk memajukan Desa Sukabudi agar lebih baik dan lebih maju kedepannya. apartur Desa Sukabudi ingin sekali Desa Sukabudi lebih baik dan lebih maju, kemudian banyak harapan ataupun kegiatan yang belum terlaksana dan ingin lebih fokus untuk kegiatan di Desa Sukabudi agar pembangunan fisik ataupun non fisik bisa lebih terarah dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Desa Sukabudi.

IV. Kesimpulan

Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam penggunaan Alokasi Dana Desa di Desa Sukabudi, hasil dari Pengawasan langsung bahwa BPD telah melakukan tugas pengawasannya dengan sangat baik, terutama dalam hal pemanfaatan Alokasi Dana Desa, dimana pengurus BPD telah melakukan pengawasan langsung. Selain itu, tingkat keterlibatan masyarakat Desa Sukabudi dalam pembangunan khususnya dalam mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa cukup tinggi

(11)

dibuktikan dengan kehadiran masyarakat pada saat kegiatan atau pelaksanaan program pemerintah desa. Kemudian, fungsi pengawasan tidak langsung itu melalui penilaian laporan, yang dimana desa sukabudi laporannya sesuai dengan kegiatannya.

Pemerintah Desa Sukabudi menginformasikan realisasi program yang telah dilaksanakan kepada masyarakat serta rincian anggaran yang digunakan pada papan informasi desa, sesuai hasil wawancara tersebut di atas. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mereka yang tertarik untuk mengetahui bagaimana dana desa digunakan untuk mendapatkan informasi, menghilangkan spekulasi dari masyarakat bahwa ada kejanggalan dalam pengelolaan dana karena mereka menganggap pemerintah desa tidak terbuka dan bertanggung jawab dalam melakukannya

Beberapa faktor Penghambat yang mempengaruhi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa terhadap Alokasi Dana Desa di Desa Sukabudi Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi, dengan adanya Faktor Penghambat dalam Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penggunaan Alokasi Dana Desa yaitu:

1. Pendanaan, Oleh karena itu Anggota BPD Desa Sukabudi merasa ada masalah pembiayaan karena dana yang dialokasikan untuk operasional dan kesejahteraan BPD kurang mencukupi dan selalu telat jadi kegiatan tidak sesuai tanggal yang sudah di rencanakan. 2. Sumber Daya Manusia, Beberapa anggota Badan Permusyawaratan Desa tampaknya tidak memiliki keterampilan yang diperlukan secara langsung terkait dengan peran mereka, sehingga pengawasan tidak berjalan sesuai rencana.

Kemudian dengan Faktor Pendukung yaitu: 1. Adanya Partisipasi masyarakat bahwa keterlibatan masyarakat yang kuat, dengan warga Desa Sukabudi yang secara rutin ikut memantau pelaksanaan program Pemerintah Desa, mendukung BPD dalam melakukan pengawasan. BPD, kepala desa, dan perangkat desa lainnya dapat terbantu dalam menjalankan tugasnya dengan pengawasan masyarakat, oleh karena itu keterlibatan masyarakat dalam pengawasan penggunaan uang desa sangat diperlukan. 2.

Hubungan kerjasam yang baik dengan Pemerintah Desa, bahwa sangat jelaslah apartur Desa Sukabudi ingin sekali Desa Sukabudi lebih baik dan lebih maju, kemudian banyak harapan ataupun kegiatan yang belum terlaksana dan ingin lebih fokus untuk kegiatan di Desa Sukabudi agar pembangunan fisik ataupun non fisik bisa lebih terarah dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Desa Sukabudi.

Strategi yaitu adanya keinginan ataupun harapan Desa Sukabudi lebih baik dan lebih maju, banyak harapan ataupun kegiatan yang belum terlaksana. Kemudian, ingin lebih fokus untuk kegiatan di Desa Sukabudi agar pembangunan fisik ataupun non fisik bisa lebih terarah dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Desa Sukabudi.

Referensi

Marlinton, J. (2018). Studi Tentang Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Di Desa Long …. 6(2), 284–293.

http://ejournal.pin.or.id/site/wp-content/uploads/2018/01/pin_jesly (01-23-18-

(12)

01-31-51).pdf

Egeten, M. (2015). Kinerja Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengawasan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Minahasa Utara. Politico: Jurnal Ilmu Politik, 1–11.

https://core.ac.uk/download/pdf/297682286.pdf

Fait, T., Septiana, A. R., & Tohopi, R. (2021). Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) (Studi kasus: Desa Tikonu Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka). Jurnal Administrasi Negara, 9(1), 102–114.

Zulkifli, & Martain, (2020). Peran Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Di Desa Sebulu Ulu Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara the Role of the Village Consultancy Agency (Bpd) in Distributing Community Aspirations in Sebulu Ulu Village, Sebu. Jurnal Ilmu Sosial MAHAKAM, 9(1).

Bahtiar, N. A. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Program Alokasi Dana Desa ( Add ) Di Desa Panjunan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Kebijakan Dan Manajemen Publik, 5(3), 1–14.

Sululing, S., Ode, H., & Sono, M. G. (2019). Model Pengelolaan Keuangan Desa. In … :

Jurnal Ilmu Sosial ….

http://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/view/182

Susilo, J. hadi. (2019). Alokasi Dana Desa untuk mewujudkan good governance (I,2019).

Inteligensia Media

Pendi, 2017. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menjalankan pengawasan terhadap Pemerintahan Desa Sebulu Modern Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Administrasi Negara, Vol 5, No. 3

Punu, E. J. (2016). Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Di Desa. Jurnal, 1–20.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Peraturan Menteri Desa no.5 tahun 2015 tentang pentepatan prioritas penggunaan dana desa tahun 2015.

Referensi

Dokumen terkait

5.3.Hasil uji statistik hubungan pemaparan partikel debu pada pengolahan batu kapur terhadap penurunan kapasitas fungsi paru di desa Karangdawa Kecamatan Margasari kabupaten