Kepada kakak ipar saya Cecep Supriadi dan Handri yang telah memberikan dukungan, semangat, semangat dan nasehat untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Ada dua permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu: (1) Bagaimana penegakan hukum terhadap bangunan yang melanggar batas sungai di Kabupaten Lebong (2) Bagaimana pendirian bangunan yang melanggar batas sungai menurut Siyasah Dusturiyah . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penegakan hukum terhadap bangunan yang melanggar batas sungai di Kabupaten Lebong.
Yusmita, M.Ag, vicedekan I for Sharia-fakultetet ved Bengkulu State Islamic Institute (IAIN). 4) Ade Kosasih., SH., MH.
Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai Pasal 1 ayat (5) menjelaskan, bantaran sungai adalah tanah pada kedua sisi sepanjang dasar sungai, mulai dari tepi hingga kaki tanggul bagian dalam. Kasus yang terjadi di bantaran Sungai Amin di Desa Amin, terdapat para pengusaha yang menjalankan kegiatan usahanya dan masyarakat yang membangun perumahan di bantaran sungai yang menurut penulis sangat penting. 5 Skripsi, Sulthan Shalahuddin Nur, Penegakan Hukum Bangunan di Tepi Sungai Perspektif Maslahah Mursalah (Studi Pada Tepian Sungai Jl. Joyotambaksari Desa Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang), Universitas Brawijaya Malang, 2016.
Di tepian Sungai Amin banyak terdapat bangunan-bangunan yang digunakan sebagai sarana menjalankan proses bisnis yang dilakukan oleh para pengusaha.
Rumusan Masalah
Jika analogi Siyasa Dusturiah ini berlaku bagi penegakan hukum mengenai pembangunan gedung di sempadan sungai, maka dapat diambil kesimpulan tentang bagaimana penyelesaian permasalahan yang ada dan solusi apa yang akan diberikan. Dalam kajian siyasa dusturiyah dalam penyelesaian permasalahan sempadan sungai yang dikenal dengan Tatbhiq Al-Ahkam menjadi bagian dari penyelidikan pendirian bangunan yang melanggar sempadan sungai, membahas tentang ilmu penerapan syariat Islam. Mengingat permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan akan mengangkat judul “PENEGAKAN HUKUM Pendirian Bangunan di Jalur Sungai (Studi Kasus Di Bantaran Sungai Amin Kabupaten Lebong)”.
Tujuan Masalah
Pemberian informasi kepada masyarakat dan akademisi khususnya mahasiswa Fakultas Syari'ah mengenai penegakan hukum terhadap pembangunan gedung di sempadan sungai (studi kasus di bantaran sungai Amin Kabupaten Lebong). Menjadi acuan pemerintah Indonesia dalam menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penegakan hukum atas pembangunan gedung di sempadan sungai (Studi kasus di tepian Sungai Amin Kabupaten Lebong) Wong (Studi Kasus Kampong Balirejo Muja Mujun Umbulharjo Yogyakarta ) Tesis ini membahas tentang bagaimana penegakan sanksi dan hambatan penegakan sanksi terhadap permukiman yang terletak di tepian Sungai Wong.
Tesis Andi Juandi berjudul Kajian Pembangunan Bangunan di Sempadan Sungai Dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat Menjadi Warga Negara yang Baik” (Studi Deskriptif di Kawasan Babakan Surabaya, Kel.
Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diperkirakan memakan waktu 3 bulan dan akan dilaksanakan di Kabupaten Lebong. Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah karena menurut pengamatan pertama, penindakan terhadap pembangunan bangunan di sepanjang sempadan sungai kurang efektif, sehingga penulis memilih kawasan tersebut sebagai lokasi atau tempat penelitian. Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai kondisi yang terjadi pada permasalahan yang akan diteliti.13 Dalam pemilihan informan pada penelitian ini digunakan teknik purposive sampling yaitu informan tidak diambil secara acak, melainkan berdasarkan pertimbangan dan kriteria. yang mereka tentukan sendiri.
Informan dipilih secara sengaja, yaitu mereka yang diharapkan mampu memberikan jawaban yang memadai menurut penelitian ini.
Sistematika Penulisan
BAB II. BAB ini mencakup Teori Penegakan Hukum, Defenisi Sempadan Sungai dan Teori Permukiman
BAB III. BAB ini akan membahas Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam BAB ini penulis membuat Simpulan dan Saran
Teori Penegakan Hukum 1) Penegakan Hukum
Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan peradilan antara lain Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung dan badan-badan lain yang diatur dengan undang-undang. Pengesahan UU No. 18 Tahun 2003 bagi pengacara telah menjadi landasan hukum penting bagi profesi pengacara sebagai salah satu pilar penegakan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pengacara mempunyai status sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh undang-undang dan peraturan perundang-undangan.
Pada dasarnya kewenangan yang dimilikinya bermula dari undang-undang pidana yang khusus, yang dalam salah satu pasalnya telah diatur tentang pemberian kewenangan penyidikan. Kewenangan penyidikan yang dimiliki oleh pegawai negeri sipil hanya terbatas sepanjang menyangkut tindak pidana yang diatur dalam undang-undang. kejahatan tertentu itu.
Defenisi Sempadan Sungai 1) Sungai
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993 disebutkan bahwa penetapan garis batas sungai merupakan upaya agar kegiatan perlindungan, pemanfaatan dan penguasaan sumber daya alam sungai termasuk danau atau waduk dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku. tujuan mereka. Dalam penelitiannya Maryono menyimpulkan bahwa penentuan lebar tepian sungai dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain penentuan lebar sempadan sungai menurut luas daerah aliran sungai, penentuan lebar sempadan sungai menurut luas daerah aliran sungai, penentuan lebar sempadan sungai menurut luas daerah aliran sungai, penentuan lebar sempadan sungai menurut luas daerah aliran sungai, penentuan lebar sempadan sungai menurut luas daerah aliran sungai, penentuan lebar tepian sungai, sungai. batas sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan penetapan tepian sungai sebagai acuan garis batas sungai. Kajian lebar tepian sungai dilihat dari aspek luas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada, digolongkan menjadi 4 kategori, yaitu dari mata air kecil hingga lebar.
Kajian lebar sempadan sungai dilihat dari sudut pasang surut air laut, garis sempadan sungai yang jaraknya sekurang-kurangnya 100 m dari tebing sungai dan bertindak sebagai tali pinggang hijau. Penghuraian lebar sempadan sungai dengan penentuan tebing sungai sebagai titik rujukan garis sempadan sungai ditentukan dengan menentukan titik tertinggi tebing sungai yang bersebelahan langsung dengan teras sungai. Kajian Maryon menunjukkan bahawa lebar sempadan sungai di kawasan bandar adalah lebih pendek berbanding lebar sempadan sungai di kawasan luar bandar.
Yaitu lebar sempadan yang paling besar terdapat pada daerah perdesaan yang mempunyai sungai tanpa tanggul dan tergolong sungai besar dengan lebar 100 m. Penentuan lebar sempadan sungai dengan aspek sempadan sungai dapat ditentukan bersama-sama dengan masyarakat sekitar. daerah sempadan sungai, sedangkan aspek sungai yang terkena dampak pasang surut dan tsunami belum dapat direkomendasikan sebagai acuan dan perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap kondisi tersebut. sungai yang terkena dampak pasang surut dan tsunami. Pengelolaan kawasan riparian harus berkelanjutan, sehingga pengelolaan yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Namun seiring berjalannya waktu, bantaran sungai sering dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan lahan pemukiman, baik bangunan permanen maupun bangunan semi permanen. Kondisi sempadan sungai yang beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman dengan infrastruktur yang ada menyebabkan rawannya banjir di sempadan sungai.
Teori Permukiman 1) Permukiman
Pada kawasan pemukiman, selain makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan lain-lain, pelaku kehidupan utama adalah manusia. Permasalahan dalam fiqih siyasa dusturiyah adalah hubungan antara pemimpin di satu sisi dengan masyarakat di sisi lain serta lembaga-lembaga yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, dalam fiqih siyasa dusturiyah biasanya hanya sebatas membahas peraturan-peraturan dan peraturan perundang-undangan yang diperlukan oleh urusan negara dari sudut pandang negara.
Keseluruhan persoalan, dan persoalan fiqh siasah dusturiyah secara umum, tidak terlepas dari dua perkara pokok: pertama, dalil-dalil kulij, seperti ayat al-Quran dan hadis, dari makosid syariah dan daripada semangat ajaran Islam. dalam organisasi masyarakat, yang tidak akan berubah walau bagaimanapun masyarakat berubah. Hubungan antara orang Islam dan bukan Islam dalam sesebuah negara, seperti Perlembagaan, Undang-undang, Peraturan Pelaksana, Peraturan Daerah, dll. Keseluruhan persoalan, dan persoalan fiqh siasah dusturiyah secara umum, tidak terlepas dari dua perkara pokok: pertama, dalil-dalil Qulis, seperti ayat al-Quran dan hadis, makosidu syariat dan ruh Islam. ajaran dalam organisasi masyarakat, dan yang tidak akan berubah tidak kira bagaimana masyarakat berubah.
Hubungan antara orang Islam dan bukan Islam dalam satu negara, seperti perlembagaan, undang-undang, peraturan pelaksanaan, peraturan daerah, dll. Sedangkan penggunaan istilah fiqih adalah untuk nama ilmu yang membahas masalah pemerintahan dalam pengertian yang luas, karena dalam dustur terdapat seperangkat prinsip pengaturan kekuasaan dalam pemerintahan suatu negara, sebagaimana dustur dalam suatu negara. ia sudah tentu sebahagian daripada perundangan dan peraturan lain yang lebih rendah tidak boleh bercanggah dengan perintah. Yang lain ialah hadis-hadis berkaitan Imamah dan kebijaksanaan Rasulullah SAW dalam penerapan hukum di negara Arab.
Kata dusur juga sudah masuk ke dalam bahasa Indonesia yang salah satunya berarti konstitusi suatu negara. Peraturan perundang-undangan yang akan ditetapkan oleh lembaga legislatif harus mengikuti ketentuan kedua sumber hukum Islam tersebut.
Profil Kabupaten Lebong 1. Logo dan wilayah
- Penegakan hukum terhadap bangunan yang melanggar garis sempadan sungai di Kabupaten Lebong
- Penyelesaian terhadap bangunan yang melanggar garis sempadan sungai menurut Siyasah Dusturiyah
Wilayah Kabupaten Lebong berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi di utara, Provinsi Geografis Jambi, dan Sumatera Selatan di timur. Kejayaan Kabupaten Lebong sebagai daerah yang mempunyai potensi alam dan sumber daya mineral sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak hadirnya kolonial Belanda di Indonesia, bukti kejayaan tersebut masih terlihat hingga saat ini dari sisa-sisa tambang emas tua yang ada di Kabupaten Lebong. . Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai Penegak Peraturan Daerah yang Manusiawi dan Berwibawa, untuk mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat, perlindungan masyarakat dan pemadaman kebakaran dalam pelayanan.”
Visi : Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong Penegak Peraturan Daerah yang Manusiawi dan Berwibawa, dengan tujuan mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat, perlindungan masyarakat dan pemadaman kebakaran. Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Kabupaten Lebong merumuskan strategi dan arah kebijakan perencanaan pembangunan daerah secara komprehensif untuk mencapai maksud dan tujuan Renstra secara efektif (efektif) dan efisien (efektif). Secara keseluruhan, untuk mendorong terwujudnya visi dan misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong, Kabupaten Lebong memerlukan sinergi empat pemangku kepentingan pembangunan yaitu pemerintah daerah, masyarakat, dunia akademis, dan dunia usaha.
Kondisi yang menurut penulis masih belum tertata dengan baik dikarenakan adanya bangunan-bangunan di sekitar bantaran sungai dapat menghambat proses tujuan Peraturan Daerah Kabupaten Lebong yang memiliki visi untuk menciptakan kondisi Kabupaten Lebong yang sehat dan berkeadilan. aman dari gangguan dan kerusakan alam. Namun melihat kondisi Kabupaten Lebong yang banyak terdapat sungai, pengawasan terhadap proses penegakan hukum juga harus ditingkatkan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. Sebagaimana ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 14 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebong Tahun 2012-2032, pasal 20 ayat 3 huruf c menyatakan bahwa garis batas sungai bukan tepian di luar kawasan perkotaan pada sungai besar ditetapkan pada paling sedikit 100 (seratus) meter, sedangkan pada sungai kecil paling sedikit berjarak 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu yang ditentukan.
Perda yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Lebong ini bentuknya sudah ada, seperti pada perencanaan fisik yang dijelaskan di atas, namun seolah-olah tidak berlaku. 55 Pasal 20, ayat 3 huruf c Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penataan Ruang Kabupaten Lebong Tahun 2012-2032. Berdasarkan Perda Kabupaten Lebong tentang Penataan Ruang, melarang masyarakat membangun pemukiman, apalagi membuka usaha, namun tindakan tegas ini belum kami lakukan sendiri karena mereka sudah membangun pemukiman dan usaha jauh sebelum peraturan tersebut terbit.”56 .
Maklum, kejadian tersebut telah mencapai ketidaksesuaian dengan aturan Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 14 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebong Tahun 2012 yang melarang hal tersebut.
Kesimpulan
Saran
Jurnal dan Artikel
Peraturan Perundang-Undangan
Skripsi