• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTS Susulan Hukum Kepartaian: STRATEGI PENANGANAN HOAKS PEMILU MELALUI PENERAPAN SMART CONTRACT LOGIC SERTA SISTEM DETEKSI HOAKS OTOMATIS

N/A
N/A
syaira amanda

Academic year: 2024

Membagikan " UTS Susulan Hukum Kepartaian: STRATEGI PENANGANAN HOAKS PEMILU MELALUI PENERAPAN SMART CONTRACT LOGIC SERTA SISTEM DETEKSI HOAKS OTOMATIS"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Suci Haryani Nim : 2010112017 UTS Susulan Hukum Kepartaian

Delmana, Lati Praja. “Stategi Penanganan Hoaks Pemilu Melalui Penerapan Smart Contract Logic Serta Sistem Deteksi Hoaks Otomatis.” Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia, Vol. 4 No. 2, Mei 2023, p.188-211

STRATEGI PENANGANAN HOAKS PEMILU MELALUI PENERAPAN SMART CONTRACT LOGIC SERTA SISTEM DETEKSI HOAKS OTOMATIS

Bentuk, karakter konten, dan subjek yang dituju adalah ciri-ciri berita hoaks/palsu.

Pertama, penggiringan opini yang bertujuan untuk mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara Pemilu. Masyarakat akan mudah percaya pada berita bohong jika mereka tidak memiliki literasi yang cukup. Berita bohong yang ditujukan kepada penyelenggara Pemilu memiliki tujuan untuk membentuk opini masyarakat dan menurunkan kepercayaan publik terhadap hasil pemilihan. Kedua, berita bohong yang ditujukan kepada peserta Pemilu dan pemerintah akan berdampak pada penurunan kepercayaan masyarakat terhadap peserta Pemilu, menciptakan citra yang buruk di mata pemilih.

Teknologi, kelembagaan, dan literasi dapat digunakan untuk memerangi berita bohong dalam pemilihan. Logika kontrak pintar atau SCL dan Sistem Deteksi Hoaks Otomatis adalah dua teknologi yang ditawarkan. Proses kerja SCL dilakukan secara otomatis dan tanpa perantara.

Kode SCL tidak dapat diubah, jadi aplikasi tidak dapat dihentikan atau diretas.

Metode berbasis web TF-IDF dan K-Nearest Neighbor (KNN) adalah metode tambahan.

Metode ini terbukti dapat memperoleh akurasi dan kecepatan proses yang lebih baik dalam mendeteksi pesan atau berita hoaks. Ishak (2011) menawarkan metode Rapid Aplication Development (RAD) yang dapat digunakan untuk mendeteksi hoaks otomatis; penelitian yang dia lakukan menunjukkan bahwa RAD dapat mendeteksi hoaks secara otomatis dalam waktu kurang dari 5 detik, yang berarti bahwa RAD akan meningkatkan kesadaran pengguna saat hoaks ditemukan. Namun, Silitonga et al. (2019) mengungkapkan bahwa sistem pendeteksian hoaks di media sosial menggunakan teknik Mining Scikit Learn (MCL). Mereka menunjukkan bahwa

(2)

model ini dapat mengidentifikasi berita hoaks dengan melihat hasil vektor klasifikasi dan akurasi dengan melakukan analisis data sebelum pemprosesan data.

Pemerintah telah melakukan beberapa langkah untuk memerangi hoaks dalam pemilihan.

Pertama, mereka membuat peraturan dan infrastruktur yang berkaitan dengan komunikasi media sosial. Peraturan seperti Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemanfaatan Medsos pada lingkungan instansi pemerintah; UU ITE nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; dan Undang-Undang ITE nomor 19 Tahun 2016.

Kedua, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang penanggulangan hoaks mewajibkan seluruh lembaga pemerintah untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya serta berkoordinasi dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika agar dapat memberikan informasi terkait program dan kegiatan pemerintah, termasuk KPU sebagai penyelenggara pemilihan yang objektif, tepat, cepat, mudah dimengerti, berwawasan nasional, dan berkualitas baik.

Ketiga, Penciptaan Staf Pers Pemerintah Menurut Inpres Nomor 9 Tahun 2015, staf humas harus memiliki kemampuan hubungan masyarakat dan jurnalistik. Tenaga humas bertanggung jawab untuk menganalisis konten media, menulis artikel dan jurnal, mengelola media sosial, dan membuat siaran pers. Tujuan humas tidak hanya melakukan analisis masalah yang muncul tetapi juga mengcounter masalah yang terkait dengan lembaga.

Keempat, Membangun Sistem Komunikasi. Sebagai upaya untuk mencegah hoaks, pemerintah telah membuat jejaring komunikasi melalui WhatsApp, di mana anggota kelompok berbagi pendapat dan masalah terkini. Meskipun KPU memiliki kelompok humas, mereka belum aktif membahas masalah politik atau pengcounteran hoaks. Berita hoaks hanya dapat diterima jika ada berita alternatif yang dapat mengubah isu tersebut.

(3)

Pendapat Saya:

Penyebaran berita hoaks di tahun-tahun akan diadakannya pemilu sangat marak terjadi. Para partai politik saling bersaing untuk menjatuhkan satu sama lain dengan berbagai cara untuk mendapatkan kursi di majelis. Para partai politik ini tidak turun tanggan untuk menyebar hoaks bagi bartai lawannya namun ada sekelompok orang atau biasa disebut buzzer akan menyebarkan berita bohong yang dapat menggiring opini masyarakat jika tidak memiliki pengetahuan lebih mengenai berita yang beredar.

Penyebaran hoaks ini tentu akan sangat mempengaruhi kualifikasi partai politik di mata masyarakat yang akan membuat masyarakat awam akan berpikir dua kali untun memilih partai politik yang terdampak berita hoaks tersebut. Penyebaran hoaks ini dapat menyebabkan ketidak adilan bagi pemilu yang akan dilaksanakan tersebut karena opini masyarakat sebagai pemilih telah digiring oleh berita bohong. Tentu dengan hal tersebut pemilu yang berdasarkan teori keadilan tidak akan terwujud secara maksimal.

Berita bohong yang beredar tersebut akan merugikan partai politik sehingga di era sekarang dibutuhkan beberapa strategi untuk menangani permasalahan ini. Strategi yang dapat dilakukan adalah melalui dua cara yaitu penanganan dengan teknologi dan penanganan oleh pemerintah.

Strategi melalui teknologi dapat dilakukan dengan cara Smart Contract Logic/ SCL dan Sistem Deteksi Hoaks otomatis. Proses kerja SCL dilaksanakan secara otomatis dan tanpa perantara yang akan membuat berita yang diupload oleh seseorang yang tidak bertanggungjawab akan disaring sehingga berita hoaks tidak akan bisa diupload yang akan mengurangi kekhawatiran public.

Berita hoaks yang menyebar akan menyebabkan public khawatir tentang partai politik terpilih nanti karena masyarakat yang kurang literasi akan percaya-percaya saja pada berita yang beredar. Metode lain yang dapat digunakan yaitu melalui metode TF-IDF dan K-Nearest Neighbor (KNN) yang berbasis web, Rapid Aplication Development (RAD), dan teknis Mining Scikit Learn (MCL). Tentunya dengan banyaknya smart contract logic dan sistem deteksi hoaks otomatis ini akan memudahkan pekerjaan dari pemerintah sebagai sitem pendukung dari beberapa kebijakan serta cara yang dilakukan pemerintah untuh memberantas penyebaran berita hoaks ini.

Referensi

Dokumen terkait