• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sampai dengan tahun 2012, kasus HIV/AIDS telah tersebar di 345 dari kabupaten/ kota di seluruh provinsi Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sampai dengan tahun 2012, kasus HIV/AIDS telah tersebar di 345 dari kabupaten/ kota di seluruh provinsi Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

HIV atau Human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 yang sering disebut sel T dan menyebar melalui cairan tubuh tertentu. Sel-sel khusus ini membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi. Jika tidak diobati, HIV akan mengurangi jumlah sel CD4 (sel T) dalam tubuh. Kerusakan pada sistem kekebalan ini membuat tubuh semakin sulit untuk melawan infeksi dan beberapa penyakit lainnya (CDC, 2019). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) . Penyakit ini merupakan penyakit berbahaya dan harus diwaspadai dimana penyebarannya sangat cepat.

Infeksi HIV masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan dunia. Sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak, Indonesia juga mengalami masalah kesehatan yang sama. Kasus HIV pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987 dan di temukan pertama kali di provinsi bali. Sampai dengan tahun 2012, kasus HIV/AIDS telah tersebar di 345 dari 497 (69,4%) kabupaten/ kota di seluruh provinsi Indonesia. Jumlah kasus HIV baru setiap tahunnya telah mencapai sekitar 20.000 kasus. Pada tahun 2012 tercatat 21.511 kasus baru, yang 57,1 % di antaranya berusia 20-39 tahun. Data ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sampai pada tahun 2017 tercatat 48.300 kasus infeksi HIV sedangkan untuk jumlah kasus AIDS relative stabil yakni pada tahun 2012 tercatat 11.2 38 kasus, 2013 dengan 12.214 kasus, 2014 dengan 8.754 kasus, 2015

(2)

dengan 9.215 kasus, 2016 dengan 10.146 kasus dan 2017 dengan 9.280 kasus.

Sumber penularan tertinggi (58,7%) terjadi melalui hubungan seksual tidak aman pada pasangan heteroseksual.(KEMENKES RI 2018).

Jumlah kematian dan kerugian lain yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS juga sangat tinggi. Mathers and Loncar (2006) menyatakan bahwa berdasarkan proyeksi penyebab kematian penduduk dunia tahun 2030, secara umum kematian akibat penyakit menular semakin menurun, tetapi kematian karena HIV/AIDS terus meningkat. Tantangan penanggulangan HIV/AIDS bukan sekedar mencegah penyebaran infeksi dan pengobatannya. Salah satu kendala dalam pengendalian penyakit HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS (ODHA). Herek & Capitiano (1999) mengatakan bahwa timbulnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA disebabkan oleh faktor risiko penyakit ini yang terkait dengan perilaku seksual yang menyimpang dan penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya atau narkoba. Wan Yanhai (2009) menyatakan bahwa orang-orang dengan infeksi HIV positif menerima perlakuan yang tidak adil (diskriminasi) dan stigma karena penyakit yang dideritanya.

Menurut Fredericson & Kanabus (2007) sejak pertama ditemukan penyakit HIV/AIDS di dunia sekitar tahun 1981, berbagai respon seperti ketakutan, penolakan, stigma dan diskriminasi telah muncul bersamaan dengan terjadinya epidemik. Stigma digambarkan sebagai cap buruk yang sangat memojokkan seseorang di mata orang lain. Stigma tentang HIV/AIDS telah tersebar secara cepat, menyebabkan terjadinya kecemasan dan prasangka terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). (Febrianti, 2017)

Stigma tersebut menyebabkan ODHA tidak ingin untuk berkonsultasi, menolak mendapatkan pelayanan kesehatan serta takut untuk membuka status (Eka, 2012).ODHA adalah sebutan bagi orang yang telah positif HIV dan AIDS. Dengan status sebagai ODHA banyak diantara mereka yang mengucilkan diri sendiri. Sikap

(3)

dan pandangan masyarakat terhadap ODHA sangat buruk sehingga melahirkan permasalahan serta tindakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) bagi orang dengan HIV dan AIDS dan keluarganya. (Febrianti, 2017)

Beberapa faktor yang mempengaruhi stigma terhadap penyakit HIV/AIDS yakni HIV/AIDS adalah penyakit yang mengancam jiwa, orang-orang takut terinfeksi HIV, penyakit dihubungkan dengan perilaku yang telah terstigma dalam masyarakat, ODHA sering dianggap sebagai yang bertanggung jawab bila ada terinfeksi, nilai- nilai moral atau agama membuat orang yakin bahwa HIV/AIDS sebagai hasil dari pelanggaran moral. Banyak dari ODHA ini yang kemudian kehilangan pekerjaannya, terisolasi dari keluarga dan komunitasnya, tertolak oleh layanan kesehatan yang mengetahui status HIV mereka. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan, persepsi, pendidikan, jenis kelamin, umur, stastus ekonomi, keterpaparan sumber informasi tentang HIV/AIDS, serta adanya interaksi dengan ODHA. (Febrianti, 2017)

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi munculnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan terdiri dari proses belajar mengajar yang dapat mengubah individu dari tidak tahu menjadi tahu (Notoatmodjo, 2007). Orang yang memiliki pendidikan yang baik memiliki kemampuan untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang diterimanya, sehingga semakin baik pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang terima. Dengan demikian, pendidikan dapat mempengaruhi pada perubahan tingkah laku individu. Peran pendidikan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS merupakan salah satu upaya yang penting untuk dilakukan dalam rangka memberikan edukasi dan pemahaman terkait HIV dan AIDS dan dapat mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di masyarakat . HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit infeksi peringkat atas yang dapat menyebabkan kematian HIV dapat

(4)

ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom (vagina atau anal), dan seks oral dengan orang yang terinfeksi; transfusi darah yang terkontaminasi; dan pemakaian jarum suntik, peralatan bedah atau instrumen tajam lainnya yang terkontaminasi. Ini juga dapat ditularkan antara ibu dan bayinya selama kehamilan, persalinan dan menyusui.(WHO,2020) Berdasarkan transmisi dari HIV AIDS yang telah di jelaskan, ajaran agama islam telah melarang kita untuk mendekati perbuatan-perbuatan yang menjadi faktor resiko penularan penyakit ini salah satunya berzina. Sebagaimana disebutkan dalam Quran Surah. Al-Isra‟:32

“ Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra‟:32). „Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya;

yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur: 30). “Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa”. (QS. An- Nur:33).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan terhadap stigma dan diksriminasi ODHA pada pekerja di sebuah perusahaan yg bergerak dibidang konstruksi yaitu PT ASATO SINAR ANDALAN. Beralamat di Jalan Sultan Alamudin Syah, RT.05/RW.03, Perawang barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau. Perusahaan ini mempekerjakan 110 orang pekerja lapangan dan 10 orang staff akutansi. Hasil penelitian ini akan di jadikan pengetahuan tambahan mengenai hubungan pendidikan

(5)

terhadap stigma dan diksriminasi pada ODHA dan menambah kepustakaan untuk univeritas yarsi.

1.2 Perumusan masalah

Infeksi HIV masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan dunia, termasuk negara berkembang seperti indonesia. Tantangan penanggulangan HIV/AIDS bukan sekedar mencegah penyebaran infeksi dan pengobatannya. Salah satu kendala dalam pengendalian penyakit HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS (ODHA). Beberapa faktor salah satunya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi stigma dan diskriminasi. Dengan adanya faktor tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari tingkat pendidikan terhadap stigma dan diskriminasi pada ODHA.

1.3 Pertanyaan penelitian

1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap stigma pada ODHA?

2. Berapa banyak pekerja dari PT Asato Sinar Andalan yang menstigma ODHA?

3. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap diskriminasi pada ODHA?

4. Berapa banyak pekerja dari PT Asato Sinar Andalan yang bersikap diskriminatif pada ODHA?

5. Bagaimana tinjauan islam mengenai stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap stigma pada ODHA.

2. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap diskriminasi pada ODHA.

(6)

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap pengetahuan HIV/AIDS

4. Untuk mengetahui bentuk diskriminasi terhadap pada ODHA pada pekerja di perusahaan konstruksi

5. Untuk mengetahui tinjauan islam tentang stigma dan diskriminasi pada ODHA

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi stigma dan diskriminasi ODHA

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang HIV/AIDS

3. Untuk mengetahui tinjauan islam mengenai stigma dan diskriminasi ODHA 1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat bagi peneliti

Melatih peneliti untuk menulis karya ilmiah dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari hasil penelitian.

1.5.2 Manfaat bagi universitas yarsi

Sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap stigma dan diskriminasi ODHA serta untuk menambah kepustakaaan universitas yarsi mengenai hubungan tingkat pendidikan terhadap stigma dan diskriminasi ODHA.

1.5.3 Manfaat bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hubungan tingkat pendidikan terhadap stigma dan diskriminasi ODHA sehingga di harapkan menurunnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA

Referensi

Dokumen terkait

Analysis using SEM (AMOS) shows several findings: compensation fairness affects psychological meaningfulness; fairness compensation has no effect on

Dimana peneliti ingin mengidentifikasi beberapa faktor diantaranya pengetahuan informan tentang HIV/AIDS dan tato, bagaimana persepsi informan tentang resiko kerentanan tertular