Analisis Perancangan Jig Machining Base Crankshaft Pulley Puller pada Mesin CNC Milling dengan Metode FMEA dan FTA di PT. XYZ
Hermawan Sriwindiarto1
1 Prodi Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Indonesia
Informasi Artikel ABSTRAK
Riwayat Artikel Diserahkan : 01-10-2023 Direvisi : 08-10-2023 Diterima : 11-10-2023
PT.XYZ bergerak dibidang manufaktur dengan salah satunya adalah pembuatan jig. Saat ini, terjadi masalah dalam proses manufaktur base chrankshaft pulley puller milik PT.AHM dimesin CNC milling.Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab kegagalan saat produksi, serta memberikan rekomendasi perbaikan dan desain jig machining kepada PT.XYZ untuk menghilangkan tingkat kegagalan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Metode pengolahan data menggunakan Failure Mode and Effect Analysis dan Fault Tree Analysis yang didukung dengan diagram pareto. Hasil analisis menunjukkan beberapa jenis kegagalan dan nilai Residual Risk Priority Number (RPN) dari yang tertinggi yaitu kegagalan pertama nilai RPNnya 384. kegagalan kedua nilai RPNnya 360,kegagalan ketiga nilai RPNnya 336,kegagalan keempat nilai RPNnya 294 dan kegagalan kelima nilai RPNnya 240. Usulan perbaikan membuat jig dengan clamping system menggunakan SCHUNK VERO-S dan menambah cavitynya. Hasil dari usulan perbaikan lebih baik dari segi menjaga kualitas produk dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
Kata Kunci: ABSTRACT
Jig machining, FMEA, FTA, Base crankshaft pulley puller
PT.XYZ operates in the manufacturing industry, including the production of jigs. Currently, there is an issue in the manufacturing process of the base Crankshaft pulley puller owned by PT.AHM on a CNC milling machine. The research aims to identify the types and causes of failures during production, as well as to provide recommendations for improvement and the design of machining jigs to PT.XYZ in order to eliminate failure rates, enhance efficiency, and effectiveness.Data processing methods used include Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and Fault Tree Analysis (FTA) supported by Pareto diagrams. The analysis results reveal several types of failures, with the highest Residual Risk Priority Number (RPN) being 384 for the first failure, followed by 360 for the second failure, 336 for the third failure, 294 for the fourth failure, and 240 for the fifth failure.The proposed improvement involves creating a jig with a clamping system using SCHUNK VERO-S and adding to its cavity. The results of the proposed improvement show better outcomes in terms of maintaining product quality and enhancing efficiency and effectiveness.
Keywords :
Jig machining,FMEA,FTA. Base chrankshaft pulley puller
Corresponding Author : Hermawan Sriwindiarto
Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin, Universitas Mercu Buana, Indonesia Jl. Meruya Selatan No.1 Kembangan, Jakarta Barat
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Dunia industri di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Banyak industri yang bergerak di bidang metal, plastik, otomotif dan lain-lain.Setiap perusahaan berkompetisi untuk mencapai posisi terkemuka dalam teknologi dan dominasi pasar dengan berbagai strategi, dengan tujuan memaksimalkan keuntungan sambil mengendalikan biaya seefisien mungkin. Salah satu contohnya adalah sektor industri otomotif di Indonesia. Era sekarang, sepeda motor dianggap sebagai kebutuhan pokok karena sangat efisien untuk digunakan dalam perjalanan, baik itu perjalanan singkat maupun perjalanan jarak jauh (Gross et al., 2020). Misalnya, dalam konteks perjalanan ke kantor, sekolah, berdagang, dan keperluan lainnya, sepeda motor seringkali menjadi pilihan yang lebih disukai dalam hal transportasi karena efisiensi dari waktu dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan lain. Sepeda motor merupakan type kendaraan bermotor yang mengoperasikan mekanisme kerjanya dengan menggunakan energi termal, yang mengubah energi kimia dari bensin menjadi energi panas guna melakukan proses mekanis.(Yunus, 2019).
Salah satu komponen penting agar mesin bisa bergerak dengan memberikan tegangan pada belt dan tetap dalam posisi yang benar serta mencegah selip maka dibutuhkan Crankshaft pulley (Helmiyansyah, 2016). Crankshaft Pulley adalah salah satu elemen penting dalam mesin kendaraan bermotor yang memiliki peran krusial dalam operasi mesin. Pulley ini terhubung dengan crankshaft atau poros engkol, yang merupakan bagian mesin yang berputar saat mesin beroperasi. Crankshaft Pulley adalah roda bergigi atau cakram yang dipasang pada ujung crankshaft (poros engkol) di dalam mesin kendaraan bermotor. Crankshaft Pulley berputar bersama crankshaft dan memiliki beberapa fungsi utama, termasuk mentransmisikan daya, menggerakkan sabuk, dan menjaga putaran crankshaft tetap stabil. (Husaini et al., 2020).
Dalam menghadapi persaingan yang semakin sengit, PT. XYZ telah mengambil langkah- langkah perbaikan terus-menerus di seluruh divisi perusahaannya. Fokus utama adalah memperbaiki setiap langkah dalam proses produksi mereka, dengan tujuan menghasilkan barang sesuai dengan standar kualitas yang diperlukan oleh langkah berikutnya dalam proses tersebut.
Berbagai strategi telah diterapkan, termasuk penggunaan jig machining baru pada mesin CNC milling untuk memproduksi base chrankshaft pulley puller yang dipesan oleh PT. AHM. Hasil produksi ini sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam gambar teknis, dan waktu yang diperlukan adalah satu bulan untuk menghasilkan 1000 unit produk. Salah satu jenis mesin CNC yang dipakai yaitu mesin CNC milling, yang dikendalikan secara numerik melalui komputer.
(Suryadi et al., 2022). Sebelum memulai proses pembuatan jig, PT.XYZ melakukan analisis penyebab kegagalan atau ketidaksesuaian dengan mengadopsi metode perbaikan berdasarkan riwayat kegagalan sebelumnya. Jig dijelaskan sebagai perangkat khusus yang berfungsi untuk menahan, mendukung, atau menempatkan komponen yang akan diolah oleh mesin. (Indrawan et al., 2022). Demi meningkatkan efektivitas analisis, penulis memutuskan untuk mengadopsi metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) yang memungkinkan perhitungan pada Risk Priority Number (RPN) guna menentukan prioritas dalam perbaikan dan pencegahan kegagalan yang lebih terukur serta didasarkan pada nilai numerik. (Bangun, 2022).
Dalam penelitian ini, metode yang diterapkan adalah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). Pendekatan analisis mode dan efek kegagalan (FMEA) memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman dari para ahli dalam mengidentifikasi type kegagalan garis besar dan mengenali faktor-faktor yang paling krusial untuk mengurangi risiko. (Lo et al., 2019). Kegagalan mencakup segala kemungkinan yang dapat menyebabkan kerusakan atau ketidaksesuaian dalam desain, melebihi batas spesifikasi yang telah ditentukan, atau gangguan yang mengganggu fungsi produk.
Dengan menghapuskan pola-pola kegagalan ini, FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) meningkatkan keandalan produk dan layanan, yang akhirnya berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan terhadap produk atau layanan tersebut. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan, konsekuensi yang timbul pada performa produk, dan langkah- langkah yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan (Islam et al., 2020). Fault Tree Analysis merupakan suatu metode analisis pohon kesalahan yang dapat digambarkan secara sederhana sebagai teknik analitis. Pohon kesalahan adalah representasi grafis yang melibatkan berbagai percabangan dan kombinasi dari contoh-contoh kesalahan yang dapat menghasilkan kejadian dari
adalah gambaran hubungan logis antara peristiwa dasar yang menyebabkan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan sebagai puncak dari pohon kesalahan tersebut. (Ganda & Kusairi, 2019) .
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa penyebab kecacatan pada produk base chrankshaft pulley puller dihasilkan dari jig machining sebelumnya dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis dan Fault Tree Analysis agar tingkat kegagalan produk dapat berkurang. Hasil analisis ini akan menjadi dasar untuk pembuatan jig machining untuk produk base chrankshaft pulley puller di PT.XYZ untuk mengurangi tingkat kegagalan dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu tahap pengumpulan data, dilanjut tahap pengolahan data, dan tahap analisa data. Pengumpulan data terdiri dari teknik pengamatan lapangan (Field Research), Study pustaka (Library Research), dan dokumentasi untuk mengetahui kegagalan produk. Selanjutnya Metode Pengolahan Data pada penelitian ini menggunakan proses penggabungan antara Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis (FTA). Hubungan antara FTA dan FMEA terlihat dalam penggunaan hasil analisis dari pohon kegagalan dalam FTA yang kemudian dimasukkan ke dalam tabel FMEA sebagai penyebab paling berpotensi dari kegagalan produk. Dalam konteks analisis FTA ini, data yang dihasilkan berguna untuk menilai tingkat kejadian (occurrence) dalam tabel penyebab kegagalan produk. Metode analisa data dalam penelitian ini adalah hasil dari pengolahan data yang kemudian dianalisa sesuai pemahaman yang mengacu dengan teori yang digunakan. Berikut proses pengolah data.
Gambar 1. Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN
Fungsi dari Metode Failure Mode and Effect Analysis ( FMEA) yaitu untuk mengkaji langkah - langkah terpenting dalam proses pembuatan base chrankshaft pulley puller pada Fault Tree Analysis yang telah digunakan sebelumnya. Tahap berikutnya yaitu membuat tabel FMEA yang digunakan
sebagai alat untuk memberikan umpan balik mengenai tingkat keparahan , kejadian , dan deteksi berdasarkan dari potensi kegagalan , lalu penyebab kegagalan hingga prosedur pengendalian yang berlaku untuk menentukan Risk Prioritas Number. Gambar hasil FMEA dari jig machining dapat dilihat dibawah:
Gambar 2. FMEA Jig machining
Dari gambar di atas dapat disimpulkan mode-mode kegagalan yang menyebabkan kegagalan dan perhitungan RPN dapat dijeelaskan sebagai berikut:
1. Jarak rotasi sudut 30 o pada lubang Ø8.3 mm yaitu kegagalan yang terjadi akibat oleh faktor lubang samping referensi tidak tepat saat pemasangan pada jig ,Benda kerja bergeser saat pemakanan slot menggunakan endmill cutter. Konsekuensi dari penyebab kegagalan tersebut adalah ketidaksesuaian dalam jarak rotasi yang melebihi toleransi yang ditetapkan. Keadaan kegagalan ini diberi bobot dengan nilai severity sebesar 8, occurance sebesar 7, dan detection sebesar 6, sehingga nilai RPN yang dihitung adalah 336, yang diperoleh melalui perkalian faktor S, O, dan D seperti yang dijelaskan dalam rumus berikut :
RPN= S x O x D = 8 x 7 x 6= 336 (1)
2. Lebar Slot 6.5 sepanjang 19.25 berjumlah 4 lokasi yaitu kegagalan yang terjadi akibat oleh faktor benda kerja ikut bergeser saat pemotongan dengan endmill cutter, positioning center benda kerja tidak tepat dan pencekaman ragum kurang kuat. Dampak dari penyebab kegagalan tersebut adalah lebar slot yang tidak sesuai toleransi dan tampilan slot yang tidak sesuai dengan gambar. Kegagalan ini diberi bobot dengan nilai severity sebesar 7, occurance sebesar 7, dan detection sebesar 6, sehingga nilai RPN yang dihitung adalah 294, yang diperoleh melalui perkalian faktor S, O, dan D seperti yang dijelaskan dalam rumus berikut:
RPN= S x O x D = 7 x 7 x 6= 294 (2)
3. Ulir M12 pitch 1.5mm pada center benda yaitu kegagalan yang terjadi akibat oleh faktor Benda kerja tertekan ragum dengan sangat keras dan positioning Center benda kerja tidak tepat. Efek dari penyebab kegagalan tersebut adalah ulir M18 pitch 1.5mm menjadi tidak masuk plug thread gauge sehinnga tidak masuk toleransi. Kegagalan tersebut dinilai dengan bobot, dengan nilai severity sebesar 9, occurance sebesar 8, dan detection sebesar 5. Sehingga, nilai RPN yang terhitung adalah 360, yang dihasilkan melalui perkalian faktor S, O, dan D sebagaimana dijelaskan dalam rumus berikut :
RPN= S x O x D = 9 x 8 x 5= 360 (3)
4. Jarak rotasi sudut 120o pada slot 6.5 mm berjumlah 4 lokasi yaitu kegagalan yang terjadi akibat oleh faktor positoning center benda kerja tidak tepat,benda kerja bergeser saat pemakanan slot menggunakan endmill cutter dan pencekaman ragum kurang kuat. Dampak
telah ditentukan. Kegagalan ini dinilai dengan bobot, dengan nilai severity sebesar 6, occurance sebesar 8, dan detection sebesar 7. Sehingga, nilai RPN yang dihitung adalah 336, yang diperoleh melalui perkalian faktor S, O, dan D seperti yang dijelaskan dalam rumus berikut :
RPN= S x O x D = 6 x 8 x 7= 336 (4)
5. Performa produk pada diameter terluar Ø70m yaitu kegagalan yang terjadi akibat oleh faktor Benda kerja tertekan ragum dengan sangat keras dan positioning center benda kerja tidak tepat.
Dampak dari penyebab kegagalan tersebut adalah kinerja yang berada di luar toleransi yang ditetapkan. Kegagalan ini diberi bobot, dengan nilai severity sebesar 6, occurance sebesar 8, dan detection sebesar 5. Oleh karena itu, nilai RPN yang terhitung adalah 240, yang dihasilkan melalui perkalian faktor S, O, dan D seperti yang dijelaskan dalam rumus berikut :
RPN= S x O x D = 9 x8 x 7= 240 (5)
Mengacu pada FMEA yang telah menghasilkan nilai bobot, tahap selanjutnya pada langkah ini, dilakukan pengurutan nilai secara menurun, dimulai dari yang memiliki nilai tertinggi hingga yang memiliki nilai terendah. Pengurutan hasil nilai dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.Urutan Risk Priority Number
No Deskripsi Fungsi Mode Kegagalan S O D RPN
1 Jarak rotasi sudut 120o pada slot 6.5 mm berjumlah 4 lokasi
Jarak rotasi sudut 120o tidak masuk toleransi
8 8 6 384
2 Ulir M12 pitch 1.5mm pada center benda
Ulir M18 pitch 1.5mm menjadi tidak masuk plug thread gauge
9 8 5 360
3 Jarak rotasi sudut 30opada Lubang
Ø8.3mm sedalam 15mm
Jarak rotasi sudut 30o tidak masuk
toleransi 8 7 6 336
4 Lebar Slot 6.5 sepanjang 19.25 berjumlah 4 lokasi
lebar slot tidak masuk toleransi dan
tampilan slot tidak sesuai gambar 7 7 6 294
5 Performa produk pada diameter terluar Ø70mm
Permukaan outside diameter penyok
sehingga tidak masuk toleransi 6 8 5 240
Gambar 3. Hasil FTA untuk jarak rotasi sudut 30 derajat pada lubang Ø8.3mm
Gambar 4. Diagram Pareto kegagalan Jig machining Base Chrankshaft berdasarkan RPN (Sumber: Hasil pengolahan data,2023)
Berdasarkan penilaian RPN dan diagram pareto yang telah diperoleh, langkah-langkah perbaikan akan dimulai dengan memprioritaskan nilai RPN 384, 360, 336, 294, dan 240 karena mereka memiliki dampak besar terhadap penurunan kualitas produk base Crankshaft Pulley puller, yang berada di luar batas toleransi. Hal ini disebabkan oleh tingkat keparahan (severity) dan jumlah kegagalan yang dihasilkan yang paling tinggi. Ini menunjukkan adanya mode kegagalan yang perlu diperbaiki dalam proses pembuatan base Crankshaft Pulley Puller dengan jig machining yang dimiliki oleh PT.XYZ. Perbaikan untuk kelima fungsi tersebut akan dilaksanakan sesuai penyebab dari kegagalan yang sudah dianalisis menggunakan Metode Fault Tree Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis. Analisis ini akan membantu mengidentifikasi permasalahan yang harus diselesaikan untuk melaksanakan perbaikan. Usulan perbaikan terhadap kelima fungsi produksi Jig machining Base chrankshaft pulley puller pada Mesin CNC Milling dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Usulan Perbaikan
384 360 336
294
240
23,79%
46,10%
66,91%
85,13%
100,00%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Jarak rotasi sudut 120 derajat pada slot
6.5 mm berjumlah 4
lokasi
Ulir M12 pitch 1.5mm pada center benda
Jarak rotasi sudut 30 derajat
pada Lubang Ø8.3mm sedalam 15mm
Lebar Slot 6.5 sepanjang 19.25
berjumlah 4 lokasi
Performa produk pada diameter terluar
Ø70mm
Data Kegagalan Jig machining Base Chrankshaft Pulley Puller
frekuensi presentasi akumulatif
No Deskripsi Fungsi Penyebab Kegagalan Usulan Perbaikan 1 Jarak rotasi sudut 30o
pada lubang Ø8.3mm
Setting pin untuk sudut 30o tidak presisi
Penambahan slot presisi untuk setting pin pada base plate ijg
Lokasi pencekaman bergeser
Mengganti dengan sistem Clamping menggunakan Schunk Vero S Pencekaman ragum
kurang kuat
Rubah menggunakan Bolt + pocket presisi
Setting pin lepas saat pemakanan
Penambahan stopper untuk setting pin
2 Lebar Slot 6.5 sepanjang 19.25 berjumlah 4 lokasi
Setting pin untuk sudut
30o tidak presisi Penambahan slot presisi untuk setting pin pada base plate ijg
Lokasi pencekaman
bergeser Mengganti dengan sistem Clamping menggunakan Schunk Vero S
Perbaikan yang direncanakan untuk kelima fungsi tersebut akan didasarkan pada hasil analisis penyebab kegagalan yang sudah dilakukan menggunakan Fault Tree Analysis dan Failure Mode and Effect Analysis. Melalui analisis ini, permasalahan yang perlu diperbaiki akan teridentifikasi. Usulan design jig machining yang baru seperti gambar dibawah ini.
Gambar 5. Pandangan depan usulan jig machining dan detail produk base chrankshaft pulley puller (Sumber : Penulis, 2023)
Proses design jig machining menggunakan software solidworks. SolidWorks adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mendesain produk, mesin, atau peralatan. Perangkat lunak ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995 sebagai pesaing dalam kategori program CAD, bersaing dengan software seperti Pro-Engineer, NX Siemens, I-Deas, Unigraphics, Autodesk Inventor, Autodesk AutoCAD, dan CATIA. (Sungkono et al., 2019). Design sudah disimulasi dengan solidworks untuk interference detection. Interference detection digunakan untuk menentukan apakah akan terjadi kesalahan atau tumpang tindih saat merakit mesin. (Rais & Habibi, 2021).
kurang kuat Endmill menabrak base plate dibagian bawah
Buat pembebas agar endmill tetap bisa cutting produk tetepi tidak cutting baseplate
3 Ulir M12 pitch 1.5mm
pada center benda Lokasi pencekaman
bergeser Mengganti dengan sistem Clamping menggunakan Schunk Vero S Pencekaman ragum
terlalu kuat
Rubah menggunakan Bolt + pocket presisi 4 Jarak rotasi sudut
120opada slot 6.5 mm berjumlah 4 lokasi
Setting pin untuk sudut
30o tidak presisi Penambahan slot presisi untuk setting pin pada base plate ijg
Lokasi pencekaman
bergeser Mengganti dengan sistem Clamping menggunakan Schunk Vero S Pencekaman ragum
kurang kuat Rubah menggunakan Bolt + pocket presisi 5 Performa produk pada
diameter terluar Ø70mm
Pencekaman ragum
terlalu kuat Rubah menggunakan Bolt + pocket presisi Jaw Ragum terlalu
keras Perubahan material yang bersinggungan dengan produk
Gambar 6. Assembly base chrankshaft pulley puller (Sumber : Penulis, 2023)
Gambar 7. Clamping sistem menggunakan SCHUNK VERO-S dan isometripenggunaan (Sumber : Penulis, 2023)
Design jig diatas berbeda dengan jig machining yang sebelumnya karena menggunakan system clamping Schunk Vero-s untuk positioning yang rigid dan presisi dan system positioning yang menggunakan setting pin masuk ke dalam slot presisi pada base plate. Cavity yang ditawarkan dalam satu jig machining bisa memproses 12pcs benda kerja dan dalam satu set system clamping VERO-S bisa dipasang 36 pcs sekali running produksi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan dengan hasil urutan RPN untuk semua faktor kegagalan pada jig machining base chrankshaft pulley puller di mesin CNC milling di PT.XYZ diperoleh angka 384,360,336,294,240. Selanjutnya untuk usulan perbaikan dari semua faktor kegagalan dengan garis besarnya adalah penambahan setting pin dan slot setting pin presisi,perubahan sistem clamping tidak menggunakan ragum melainkan menggunakan bolt M10 dan pocket presisi dengan ditambah VERO-S untuk kemudahan setting jig machining untuk meningkat efisiensi dan efektifitas produksi. Usulan desain seperti Gambar 5, didesain dengan menggunakan solidworks dengan ukuran dan toleransi sebenarnya yang bisa dimanufaktur.
Bolt
Pin Driver Base
PT.XYZ harus melakukan sosialisasi perawatan jig kepada operator, misalnya membersihkan jig machining dari debu dan memberikan anti karat agar komponen terkorosi sehingga jig bisa digunakan dalam waktu yang lama dan fungsi jig akan tetap dalam kondisi terbaik. Saran selanjutnya PT.XYZ harus menggunakan sistem clamping dengan Schunk Vero-S di semua mesin milling guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, istri, serta rekan yang membantu dalam peneltian ini. Terimakasih kepada PT.XYZ sudah mensupport waktu dan object jig machining dalam penelitian ini.
REFERENSI
Bangun, C. S. (2022). Application of SPC and FMEA Methods to Reduce the Level of Hollow Product Defects. Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil Penelitian Dan Karya Ilmiah Dalam Bidang Teknik Industri, 8(1), 12. https://doi.org/10.24014/jti.v8i1.16681
Ganda, S., & Kusairi, M. (2019). Analisis penerapan program program keselamatan dan kesehatan kerja dalam usaha meningkatkan produktivitas dengan pendekatan Fault Tree Analysis ( FTA ), di PT XXX kerja akan sangat berpengaruh tingkat produktivitas adalah semakin Hubungan antara kesehatan. Jurnal Tekno SAin, 16, 67–84.
Gross, T., Product, D., & Indonesia, D. I. (2020). Analisis Pengaruh Jumlah Produksi Sepeda Motor Dan Jumlah Tenaga Kerja Industri Komponen Sepeda Motor Terhadap Gross Domestic Product Di Indonesia 1998-2003. Ournal of Economics and Business UBS, 9(2).
Helmiyansyah. (2016). Analisa Tegangan Pada Cranshaft Sepeda Motor Suzuki Smash Menggunakan Software Solidworks. Jurnal Teknik Mesin, 57, 6–9.
Husaini, Putra, T. E., & Novriandika, S. (2020). Study of Failure Analysis of a Fracture Crankshaft Pulley Used on a Truck Engine. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 739(1). https://doi.org/10.1088/1757-899X/739/1/012018
Indrawan, R., Kurniawan, W., Bisono, F., Purnomo, D. A., Hamzah, F., Setiawan, T. A., &
Renato, N. E. (2022). Jurnal Pendidikan Teknik MesinUndiksha Rancang Bangun Jig And Fixture Suction Casing Untuk Proses Milling Di Mesin Cnc Milling 3-Axis Design of Jig And Fixture Suction Casing For Milling Process In 3-Axis Cnc Milling Machine. 10(2), 212–220.
http://10.0.93.79/jptm.v10i2.51720
Islam, S. S., Lestari, T., Fitriani, A., & Wardani, D. A. (2020). Analisis Preventive Maintenance Pada Mesin Produksi dengan Metode Fuzzy FMEA. 8(1), 13–20.
Lo, H. W., Liou, J. J. H., Huang, C. N., & Chuang, Y. C. (2019). A novel Failure Mode and Effect Analysis model for machine tool risk analysis. Reliability Engineering and System Safety, 183, 173–183. https://doi.org/10.1016/j.ress.2018.11.018
Rais, H., & Habibi, N. (2021). Redesain Mesin Line Boring Manual Menjadi Semi-Mekanikal Otomatis Dengan Metode Reverse Engineering. Jtm, 10(02), 54–61.
Sungkono, I., Irawan, H., & Patriawan, D. A. (2019). Analisis Desain Rangka Dan Penggerak Alat Pembulat Adonan Kosmetik Sistem Putaran Eksentrik Menggunakan Solidwork.
Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan VII 2019, 575–580.
Suryadi, R., Riana, D., & Kangen. (2022). Pengaruh parameter proses CNC milling terhadap surface roughness dan toleransi bidang pada inlet outer valve. Jurnal Teknik Mesin, 6(2), 1–
10.
Yunus, M. (2019). Analisa Kemampuan Blok Silinder Terhadap Gesekan Piston Pada Sepeda Motor Suzuki Shogun 125 Tahun 2014 Di Bengkel Yelhana Motor. Teknika Sains : Jurnal Ilmu Teknik, 4(2), 37–44. https://doi.org/10.24967/teksis.v4i2.644