52 | ISSN (e) 2963-4318 KONSEP PENDIDIKAN ETIKA GURU DAN SISWA DALAM KITAB MANHAJ
AS-SAWIYYI SYARH USHULIT THORIQATIS SAADATI ALI BA’ALAWI KARYA Al HABIB ZAIN BIN IBRAHIM BIN SMITH
Muhamad Zainuri, Irfan Musadat
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini, sangat penting dalam konteks penerapan etika guru dan siswa, yang digunakan dalam kehidupan manusia, terlebih masa modern ini banyaknya terjadi kemerosotan etika. Urgensi dalam mempelajari materi pendidikan etika bertujuan untuk menjadikan seseorang memiliki pondasi integritas yang baik dalam kehidupan sosial sehingga dapat menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan zaman. Rumusan dan tujuan masalah dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui: Bagaimana konsep pendidikan etika guru dan siswa, Apa saja faktor yang mempengaruhi etika guru dan siswa, dan Apa saja faedah yang dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan etika di dalam kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi. Penelitian ini, menggunakan pemaparan kajian pustaka tentang pemikiran tokoh. Hasil dari penelitian ini adalah seorang guru harus memiliki sikap: adil, tidak malu untuk menjawab “aku tidak tahu, berhati-hati dalam berfatwah, zuhud, tawadhu’, meninggalkan perdebatan dan perselisihan, menjauhi penguasa, dan lemah lembut terhadap siswa. Sedangkan siswa harus melakukan: mensucikan hati dan mengosongkannya dari kemaksiatan, ikhlas dalam menuntut ilmu, tawadhu’, berkhidmah kepada guru, mengambil faedah ilmu dari mana saja, sedikit makan dan tidurnya (tirakat).
Kata Kunci: Konsep, Pendidikan, Etika, Guru, dan Siswa ABSTRACT
This research is highly significant in the context of the application of ethics for teachers and students, which is used in human life, especially in this modern era where ethical decline is increasingly prevalent. The urgency of studying ethics in education is aimed at providing individuals with a strong foundation of integrity in social life, enabling them to face the challenges of change and the evolving times. The formulation and objectives of this research are to determine: What is the concept of teacher and student ethics in education, What factors influence teacher and student ethics, and What benefits are needed for the success of teachers and students in ethics education within the book "Al-Manhaj As-Sawiyyi. This research employs a literature review approach to explore the thoughts of prominent figures. The findings of this research indicate that a teacher should possess the following qualities: fairness, not being ashamed to say "I don't know," caution in issuing fatwas, detachment from worldly possessions, humility, JIPI (Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam) / Jurnal Prodi Pendidikan Agama Islam UNIRA Malang Terbit 2 Kali Dalam Satu Tahun
Vol. 2, No. 1, Oktober 2023
https://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/jipi
53 | ISSN (e) 2963-4318 avoidance of arguments and disputes, keeping a distance from authorities, and being gentle with students. On the other hand, students should: purify their hearts and refrain from sinful acts, seek knowledge sincerely, be humble, serve their teachers, acquire knowledge from various sources, and practice moderation in eating and sleeping (asceticism).
Keywords: Concept, Education, Ethics, Teacher, and Student.
Pendahuluan
Guru dan siswa adalah dua sosok yang harus berperan aktif pada proses pembelajaran. Keduanya sangat perlu untuk menanamkan kebaikan moral (etika) dalam kegiatan sehari-harinya, baik dalam lingkungan pendidikan ataupun di luar itu.
Contohnya berinteraksi sosial dengan baik kepada orang lain. Hal ini, perlu adanya pembiasaan dalam mempraktikkannya, yang akan menimbulkan hasil positif, hingga dapat dirasakan oleh semua pihak. Penanaman kepribadian akan pendidikan etika pada masa sekarang sangatlah penting. Apalagi pada masa sekarang telah mengalami kemerosotan moral. Dengan penanaman ini, diharapkan bisa mencetak kepribadian manusia yang memiliki budi luhur, berwibawa dan bermartabat.
Dalam kata pengantar Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari, di dalam karyanya yang berjudul adab al-‘alim wal mutaallim, beliau mengutip sebuah riwayat yang diungkapkan oleh Sufyan bin ‘Uyainah yaitu: “bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah neraca terbesar, di mana segala sesuatu akan ditimbang menggunakan akhlak, riwayat hidup dan petunjuk beliau. Yang sesuai dengan itu semua adalah kebenaran dan yang menyimpang merupakan kebatilan.” Sebagian ulama’
berkata: “Tauhid membawa iman, yang tidak beriman tidak memiliki tauhid. Iman membawa syariah, siapapun yang tidak memiliki syariah, maka tidak memiliki iman dan tauhid. Syariah memberikan kesan moralitas, siapapun tanpa moralitas sama dengan tidak memiliki syariah, iman dan tauhid.” 1
Dari ungkapan-ungkapan itulah, bisa diambil pelajaran yang sangat berharga yaitu pendidikan etika (adab) itu menjadi ciri utama bagi seseorang yang memiliki
1 Asy’ari, Muhammad Hasyim. Terjemah Adab al-‘Alim wal-Muta’allim (Pendidikan Etika untuk
Pendidik dan Peserta didik). Oleh Tiem Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. (Jombang: Pustaka Tebuireng dan Bina Ilmu Cukir, 2020), Ctk VI, hal xv-xvi
54 | ISSN (e) 2963-4318 syari’at, iman dan tauhid. Menurut Deri Nugraha dkk. mengatakan: “Pentingnya (urgensi) dalam memahami pendidikan etika terutama menggunakan materi pendidikan akhlak/etika, itu dapat membekali guru dan siswa untuk menjadi seorang yang baik, berbudi luhur secara komprehensif baik untuk pribadi, sesama manusia atau dengan makhluk ciptaan Allah lainnya (multi effect), sehingga orang tersebut memiliki integritas yang absolut dalam kehidupan sosial yang dapat digunakan untuk menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan zaman.” 2
Terutamanya pada masa sekarang ini, banyaknya kejadian penurunan moral (etika) terutama dalam dunia pendidikan seperti: pembunuhan, pergaulan bebas, pelecehan seksual, kekerasan, pencurian, pembuliyan, penyalah gunaan narkotika dan masih banyak lainnya. Dari beberapa hal yang telah disebutkan, maka perlu adanya penyegaran revolusi akhlak/etika yang harus diajarkan dan dipraktikkan terutama dalam dunia pendidikan. Solusinya dengan menerapkan prilaku/suri tauladan terbaik yaitu Rasulullah Saw. Karena hal yang terbaik adalah memperbaiki akhlak/etikanya.
Sebagaimana Sabdanya Nabi:
َنَسْحَأ َّنإ إ هاور( ِقُلُْلْا ُنْسُح ِنْسُْلْا نب
)ركاسع
Artinya: “Sesungguhnya kebaikan yang terbaik (utama) adalah berakhlak (etika) yang baik.” (HR. Ibnu ‘Asakir) 3
Dengan mengikuti baginda Nabi Muhammad Saw pasti akan mendapatkan keselamatan dan keberuntungan. Sebagaimana firman Allah Swt:
َو ْنم ي ِع ِط َالل َو َ ُس ْر ُه و َل َ ف َق ْد َزا َف َ ف ْو َع ا ز ِظ ْي ما ( ةروس : بازحلأا ٧١
)
Syaikh Nawawi Al Bantani menafsiri ayat ini dengan mengungkapkan: “Barang
siapa yang taat kepada Allah dan utusan-Nya (dengan melaksanakan segala perintah- Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya), maka sungguh dia mendapatkan
2 Nugraha, Dera, et. al. Urgensi Penguatan Kesadaran Pelajar Tentang Perannya Sebagai Hamba untuk
Mengatasi Perilaku Tercela, Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, Vol. XV. No. 02 https://doi.org/10.37680/adabiya.v15i02.539 (diakses: tt November 2020)
3 As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman, Kitab Al Jami’ As Shoghir. (Beirut: Dar Al Kutub Ilmiyyah,
2014), hal 133
55 | ISSN (e) 2963-4318 kemenangan (keberuntungan dalam kehidupan dunia dan akhiratnya) dengan kemenangan yang agung (mendapatkan semua yang diharapkannya).” (QS. Al Ahzab : 71) 4
Diantara Konsep-konsep, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan faedah yang dibutuhkan dalam keberhasilan guru dan siswa dalam menerapkan pendidikan etika untuk menanggulangi kemerosotan moral atau etika yang tertera di kitab Al-Manhaj As- Sawiyyi ini meliputi:
Seorang guru seyogyanya mempunyai etika sebagai berikut: 1) Harus adil, 2) Harus mengatakan sejujurnya jika tidak tau jawaban pertanyaannya, 3) Berhati-hati dalam berdakwah dan memberi fatwah, 4) Zuhud, 5) Tawadhu’, 6) Tidak menyibukkan diri untuk mendekati para penguasa, 7) Meninggalkan perselisihan dan perdebatan, 8) Memiliki sikap belas kasih kepada para penuntut ilmu. 5
Sedangkan bagi siswa yaitu: 1) Membersihkan hati dan mengosongkannya dari maksiat, 2) Ikhlas dalam menuntut ilmu karena Allah Swt, 3) Tawadhu’ dan berkhidmat kepada ulama’, 4) Mencari faedah atau suatu hal yang bermanfaat kepada siapapun dan di manapun tempatnya berada, 5) Tidak memperbanyak makan dan tidur (tirakat) yang menjadikan berat (malas) baginya untuk mencari ilmu dan beribadah. 6
Penanganan dan pencegahan kemerosotan moral ini adalah tanggung jawab bersama. Maka penerapan pendidikan etika guru dan siswa ini, sangatlah penting dalam keberlangsungan hidup manusia di dunia ini. Hal tersebutlah yang melatar belakangi peneliti untuk mengkaji judul Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa di Kitab Al- Manhaj As-Sawiyyi Karya Al Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith
Rumusan dan tujuan kajian masalah dalam kajian ini, yaitu untuk mendalami perihal berikut: Bagaimana konsep pendidikan etika guru dan siswa; Apa saja faktor yang mempengaruhi etika guru dan siswa; Serta apa saja faedah yang dibutuhkan untuk
4 Al-Bantani, Muhammad Nawawi. Kitab Al Marah Al Labid / Tafsir Al Munir. (Surabaya: Al Haramain,
2014), Juz II, hal 190
5 Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi Syarh Ushul At Thariqat As-Saadah Ali
Ba’alawi. (Yaman: Dar Al Ilmi wa Ad Dakwah, 2008), Ctk I, hal 200-211
6 Ibid, hal 212-223
56 | ISSN (e) 2963-4318 keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan etika yang tertera di dalam kitab Al- Manhaj As-Sawiyyi.
Defenisi Istilah dari penelitian ini yaitu: Konsep menurut mestika zed, yaitu suatu ide pemikiran tentang sesuatu secara umum, sehingga dapat membedakan kualitas dari yang lain.7 Pendidikan yaitu memberikan pendidikan serta melestarikan ajaran, dengan intruksi tentang moralitas dan pemikiran.8 Etika menurut Bambang Ariyanto dan M. Khoirudin, menyebutkan etika yaitu tertanamnya sifat pada jiwa dan akan melahirkan perbuatan yang gampang untuk dilakukan baik berupa etika baik maupun etika buruk.9 Guru menurut Helmawati adalah seorang yang memiliki tanggung jawab penuh dan berusaha dalam mengembangkan seluruh aspek nilai-nilai Islam pada diri siswa.10 Siswa menurut Hasbullah adalah siapa saja yang bisa dipengaruhi oleh seseorang atau sekelompok, dalam proses pembelajaran yang diserahkan tanggung jawabnya kepada guru.11 Al-Manhaj As-Sawiyyi adalah salah satu kitab karya dari Al Faqih Al Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith (Madinah) yang menjelaskan lima pondasi Thariqah Alawiyah yaitu: Ilmu, Amal, Wara’, Khauf, dan Ikhlas. Jadi bisa diambil kesimpulan yaitu gambaran umum pemikirannya Habib Zain di dalam kitab Al- Manhaj As-Sawiyyi tentang upaya tanggung jawab pemeliharaan etika baik pada pendidik dan peserta didik.
Metode Kajian
Desain Kajian yang digunakan ialah jenis kajian literatur/kajian kepustakaan (library research). Menurut Mestika Zed, kajian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode pengumpulan data kepustakaan, membaca dan
7 Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hal 87
8 Handayani, Puthot Tunggal, et. al. Kamus Praktis Lengkap Bahasa Indonesia. (Surabaya: Giri Utama,
2011), hal 112
9 Ariyanto, Bambang, et. al. Kajian Teori Filsafat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). (Malang: Literasi
Nusantara Abadi, 2020), Ctk I, hal 121
10 Helmawati, Ed. Pendidikan Keluarga (Teoritis dan Praktis). (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal
98
11 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal 23
57 | ISSN (e) 2963-4318 mencatat dan pengelolaan tanpa harus menelitinya langsung di lapangan.12 Atau mengartikannya sebagai kajian mempelajari literatur review pada objek yang biasanya diteliti melalui berbagai sumber informasi tertulis seperti: buku, karya ilmiah, ensiklopedi, jurnal ilmiah, dokumen, dan lain-lain.13
Dari pemaparan tersebut, peneliti telah melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber baik berupa buku atau secara online melalui internet, jurnal, hasil skripsi dan tesis, sesuai dengan judul yang dikaji oleh peneliti. Kemudian setelah terkumpul maka diprioritaskan untuk membacanya secara mendalam untuk memilih dan memilah sesuai dengan judul dan mengambil yang diperlukan dengan mengelolah data referensinya yang sudah didapatkan untuk direpresentasikan.
Sudah barang tentu, bahwa penelitian ini merupakan penelitian tentang kajian terhadap pemikiran salah satu tokoh yang berpengaruh yaitu Al Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith yang salah satu karya ialah Al-Manhaj As-Sawiyyi. Kajian pemikiran tokoh yaitu upaya menggali pemikiran tokoh-tokoh tertentu yang memiliki karya fenomenal, karya tersebut bisa berbentuk buku, surat atau dokumen lain yang mencerminkan pemikiran mereka.14
Metode pengumpulan data yaitu menggunakan: dokumentasi, membaca secara mendalam dan mencatat hasil analisis teks dan wacana. Inilah penjelasan masing- masingnya:
1. Dokumentasi adalah pengumpulan dokumen berupa karya tulis atau karya monumental. Teknik ini, juga memungkinkan untuk memperoleh berbagai macam informasi dari sumber tertulis baik yang tercetak ataupun melalui media elektronik dan lain-lain, yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang yang dikaji.15;
12 Zed, Mestika, Op. Cit, hal 3
13 Ibid, hal 89
14 Hamzah, Amir, Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Kajian Filosofis, Teoritis, dan
Aplikatif). (Malang: Literasi Nusantara Abadi, 2019), Ctk I, hal 34
15 Ibid, hal 80
58 | ISSN (e) 2963-4318 2. Membaca secara mendalam adalah kegiatan meresepsi, menganalisis dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh suatu pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan;
3. Mencatat bahan pustaka ialah: transmisi informasi yang dianggap penting atau informasi tentang hasil pembacaannya dituangkan ke suatu media dengan sedemikian rupa sehingga dengan mudah untuk dirujuk atau diperiksa .16 Sedangkan yang dinamakan menganalisis teks itu sendiri ialah mengkaji satuan bahasa yang memiliki isi dan bentuk serta naskah yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan husus. Dan menganalisis wacana ialah menganalisa keabsahan penuh pada peristiwa baik lisan maupun tulisan, sebagai rangkaian tulisan yang saling terkait (saling menghubungkan proposisi) dan membentuk satu makna.17
Teknik analisis data kajian ini, yaitu memakai: analisis isi (content Analysis) menurut amir hamzah ialah suatu metode analisis teks yang mengumpulkan dan menganalisis isi suatu teks, dapat berupa kata, makna, gambar, simbol, ide, tema dan berbagai pesan yang dapat disampaikan. Metode ini tidak hanya mengkaji masalah isi teks komunikasi, tetapi juga mengungkapkan bentuk-bentuk kebahasaan dan biasanya menggunakan simbol-simbol pengkodean yaitu mencatat secara sistematis simbol- simbol atau pesan-pesan, kemudian memberikan interpretasi yang bertujuan agar peneliti memahami sistem nilai yang melatarbelakanginya (teks).18
Teknik pengecekan keabsahan temuan penelitian ini, menggunakan teknik yang diungkapkan oleh Guba 1985 19 dalam Amir Hamzah, bahwa memvalidasi temuan, itu mencakup beberapa kriteria, yaitu: Keandalan (Credibility) digunakan untuk mengatasi kompleksitas data yang tidak mudah dijelaskan oleh sumber data; Portabilitas (Transferability) ialah klaim yang menegaskan keandalan (valid) untuk menunjukkan stabilitas data; Verifikasi (Confirmability) ialah jaminan bahwa data menunjukan ketidak berpihakan dan objektivitas data.
16 Ibid, hal 61
17 Ibid, hal 87-89
18 Ibid, hal 99-100
19 Ibid, hal 113-114
59 | ISSN (e) 2963-4318 Beberapa kriteria di atas, maka tindakan peneliti untuk memperoleh hasil kajian yang valid, yaitu: berada di lingkungan penelitian sepanjang waktu, melakukan observasi yang cermat, dan berdiskusi dengan rekan sejawat selama proses penelitian, kemudian menarik kesimpulan dan memeriksa data dengan menggunakan berbagai metode, sehingga tidak ada perbedaan antara data dan menggunakan jurnal untuk melaporkan data yang dikumpulkan.
Hasil dan Pembahasan
1. Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa di dalam Kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi Sebagai seorang guru harus mempunyai etika, antara lain: a. Adil, b. Harus mengatakan sejujurnya jika tidak mengetahui atas jawaban dari pertanyaan, c. Hati-hati dalam berdakwah dan memberi fatwa, d. Tidak terlalu mencintai duniawi, e. Rendah hati, f. Tidak menyibukkan diri untuk mendekati para penguasa, g. Meninggalkan pertentangan dan perdebatan dalam penentuan pendapat dan h. Memiliki sifat kasih sayang terhadap para penuntut ilmu.20
Menurut analisis peneliti bahwa etika guru, juga telah disebutkan oleh Hadratus Syaikh Kh. Muhammad Hasyim Asy’ari dalam karyanya Adab Al-‘Alim wal-Muta’allim tentang keadilan yang disebutkannya di urutan ke-5: tawadlu’, ke-9: tidak memuliakan hamba dunia dengan berjalan dan berdiri untuk mereka, kecuali manfaat yang dihasilkan lebih besar dari pada mafsadahnya dan tidak merendahkan ilmu, ke-10:
memiliki peringai zuhud, ke-16: memperlakukan orang lain dengan perilaku yang baik, termasuk keadilan serta tidak menuntutnya.21
Sedangkan bagi siswa, untuk: a. Membersihkan hati dan mengosongkannya dari segala maksiat, b. Ikhlas karena Allah dalam mencari ilmu, c. Tawadhu’ dan mau melayani kepada ahli ilmu (guru), d. Mencari faedah ilmu yang manfaat di manapun tempatnya dan dari siapapun orangnya, e. Tidak memperbanyak makan dan tidur (tirakat) yang melemahkan dalam ibadah dan mencari ilmu.22
20 Zain bin Ibrahim bin Smith. Op. Cit, hal 200-211
21 Asy’ari, Muhammad Hasyim. Op. Cit, hal 52-61
22 Zain bin Ibrahim bin Smith. Op. Cit, hal 212-223
60 | ISSN (e) 2963-4318 Menurut analisis peneliti bahwa etika siswa, juga telah disebutkan oleh Hadratus Syaikh Kh. Muhammad Hasyim Asy’ari, yaitu akhlak pribadi siswa, ada 10 macam diantaranya: Hati harus dibersihkan dari hal-hal yang dapat mengotorinya, seperti:
dendam, dengki, keyakinan yang salah dan akhlak yang buruk, harus memiliki niat yang baik (tulus) tujuannya adalah untuk mencari ridlonya Allah, beliau juga menyebutkan:
“hati sehat, bila bebas dari nafsu dan kesombongan”, “masa muda harus digunakan untuk menuntut ilmu tanpa menunda dan bermimpi panjang dan dengan manajemen waktu yang baik”, Poin ke-5 dan ke-8: anjuran untuk mengurangi makan dan minum, seperti kenyang, bisa menghambat ibadah dan membuat badan berat untuk belajar (menuntut ilmu).23
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Etika Guru dan Siswa di dalam Kitab -Manhaj As-Sawiyyi
Di dalam kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi juga dikutip oleh pengarang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan etika guru dan siswa, diantaranya: a.
Meremehkan tata krama/etika, b. Bersikap sabar, tawadhu’, berbudi luhur dan cerdas, c.
Membersihkan diri dan akhlaknya, istiqomah mengikuti Al Quran dan Al Hadits, serta menistakan jabatan/kedudukan, d. Hati-hati dalam berfatwa, e. Bertanggung jawab dan tidak menyia-nyiakan ilmu, f. Menghindari perdebatan dan perselisihan, g. Ikhlas, tawadhu’ dan hati yang bersih, h. Kebanyakan makan dan tidur yang berefek malas dalam ibadah dan belajar, i. Mendoakan baik untuk gurunya, j. Meneliti apa yang pantas untuk dirinya.24
Setelah peneliti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan etika guru dan siswa di dalam kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi, sama halnya dengan pemaparan Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adab Al-‘Alim wal- Muta’allim, antara lain: Poin ke-10: bahwa guru harus merawat interaksi diantara murid-muridnya dalam kebaikan dan ketakwaan untuk kesempurnaan agama dan dunia mereka.25 Poin ke-9: tentang etika siswa, untuk: berkata baik, sopan santun dalam
23 Asy’ari, Muhammad Hasyim. Op. Cit, hal 19-23
24 Zain bin Ibrahim bin Smith, Op. Cit, hal 197-221
25 Asy’ari, Muhammad Hasyim. Op. Cit, hal 97
61 | ISSN (e) 2963-4318 proses pembelajaran serta berusaha tidak meremehkan gurunya meskipun sudah mengetahui keterangannya.26
Poin ke-13: harus menjaga keistiqomahan, semangat dalam menjalankan dan menyebarkan syiar islam serta hukum dhohir, di poin ke-16: guru harus memperlakukan orang lain dengan baik, dan di poin ke-17: guru harus selalu membersihkan jiwa dan raganya dari etika yang tercela dan membudayakannya dalam etika yang mulia.27 Jika anda ditanya sesuatu yang tidak tahu jawabannya, katakan: saya tidak tahu/saya tidak mengerti. Jadi itu adalah bentuk peringatan yang positif, tanda bahwa seseorang memiliki ilmu yang luas, agama yang kuat, taqwa kepada Allah untuk memastikan sesuatu.28
Etika siswa kepada guru hendaknya patuh, tunduk, sabar dan tawadhu’ dengan mengetahui haknya, tidak melupakannya, mendoakannya semasa setelah meninggal, serta menghormati keturunan, kerabat dan orang yang dicintai.29 Siswa harus semangat, memanfaatkan waktu luang dengan baik, sehat, dan masa muda sebelum berbagai datang.30 Menyalurkan ilmu yang jarang diketahui dengan sistem belajar bersama agar pikiran menjadi lebih cerah, berkah dan pahala berlimpah.31
3. Faedah yang dibutuhkan untuk Keberhasilan Guru dan Siswa dalam Kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi
Faedah-faedah yang dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan etika, ialah: Habib Zain (pengarang) telah mengutip pendapatnya Syaikh Zakariah Al-Anshori yang menyebutkan: “Syarat-syarat menuntut ilmu dan mengajarkannya ada 12 macam yaitu: a. Menuntut ilmu dan mengajarkannya dengan niat sesuai kegunaan fungsi disusunnya ilmu tersebut, b. Mempelajari ilmu yang sesuai dengan tabiatnya, c. Menuntut ilmu dengan totalitas agar benar-benar dapat
26 Ibid, hal 32
27 Ibid, hal 58-62
28 Ibid, hal 78-79
29 Ibid, hal 25-26
30 Ibid, hal 44
31 Ibid, hal 50-51
62 | ISSN (e) 2963-4318 dipertanggung jawabkan profesionalitasnya, d. Hendaknya menguasai ilmu secara menyeluruh dari awal sampai akhir serta semua gambaran dan hukumnya, e. Mencari kitab-kitab yang isinya mencakup seluruh aspek yang terkait dengannya, f.
Mempelajarinya dengan arahan gurunya yang dapat membimbing dan menasihatinya, g.
Mendiskusikan ilmu bersama teman-temannya yang setingkat keilmuannya untuk mendapatkan kepastian, h. Apa bila telah menguasai ilmu, maka jangan pernah menyia- nyiakannya dengan menelantarkan tanpa diamalkan, i. Dalam menggapai ilmu apapun jangan pernah berpikir telah mencapai kadar ilmu segala-galanya, j. Hendaknya dia memahami bahwa setiap ilmu memiliki batasannya sendiri-sendiri, k. Jangan mencampur-baurkan mempelajari suatu ilmu dengan ilmu yang lain dalam belajar atau saat diskusi, karena dapat mengacaukan pikiran, l. Hendaknya guru dan siswa saling menjaga haknya masing-masing terutama siswa untuk memenuhi hak gurunya.32
Setelah peneliti menganalisis dalam kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi tentang faedah yang dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan etika, hal tersebut sama dengan pemaparan Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam bukunya Adab Al-‘Alim wal-Muta’allim, diantaranya: Poin ke-7 dan ke-8: Guru harus menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT dan tidak menjadikan ilmu sebagai batu loncatan untuk kepentingan duniawi.33 Siswa harus mengajak temannya untuk menghafal kata-kata (pelajaran) gurunya karena sangat bermanfaat.34
Seorang siswa harus menyesuaikan dengan batas kemampuannya ketika menghafal dan mencari informasi, selalu meneliti dan mencari informasi (pengetahuan) penting dalam detail masalah, dan dalam studinya dia tidak boleh merasa bahwa memperoleh ilmu sudah cukup (warisan Nabi Muhammad SAW), jangan tunda, tapi gunakan waktumu dengan sebaik-sebaiknya. Mungkin dengan penuh semangat selama waktu luang, sehat, dan masa muda, sebelum kemalangan datang.35 Poin ke-5: Seorang siswa harus dapat mengatur waktunya dengan baik dan memanfaatkan sisa hidupnya yang berharga. Waktu yang baik untuk menghafal: sahur, untuk memperdalam materi:
32 Zain bin Ibrahim bin Smith. Op. Cit, hal 224-226
33 Asy’ari, Muhammad Hasyim. Op. Cit, hal 53
34 Ibid, hal 45
35 Ibid, hal 44
63 | ISSN (e) 2963-4318 pagi hari, untuk menulis pelajaran: siang hari, dan untuk belajar serta mengulang pelajaran: malam. Sedangkan tempat yang terbaik adalah tempat yang jauh dari gangguan.36
Menurut Syaikh Al-Zarnuji dalam karyanya Ta’lim Muta’allim juga menyebutkan hal-hal sebagai berikut: Siswa harus tetap/rutin dalam belajarnya dan mengulanginya setiap awal dan akhir malam. Karena antara waktu Maghrib dengan Isya’ dan Sahur adalah waktu yang penuh keberkahan. 37
Kesimpulan
Setelah mengkaji dan menganalisis tentang Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa di dalam Kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi Karya Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Maka peneliti dapat menyimpulkan dari pemaparan diatas, antara lain:
1. Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa, yaitu sebagai berikut: a. Guru harus memiliki sikap: Adil, tidak malu menjawab pertanyaan dengan ungkapan: Aku tidak tau, berhati-hati dalam berfatwa, zuhud, tawadhu’, meninggalkan perdebatan dan perselisihan, menjauhi penguasa, dan lemah lembut kepada siswa; b. Siswa harus melakukan sikap: Mensucikan hati dan mengosongkannya dari kemaksiatan, ikhlas karena Allah dalam mencari ilmu, tawadhu’ dan khidmat kepada ulama, mengambil faedah ilmu dari mana saja, sedikit makan dan tidur (tirakat).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan etika, diantaranya: Tidak memperdulikan tata krama/etika, tidak boleh mengeluh, marah, sombong, malas belajar, dan berpikir, tidak mau membersihkan diri, menata hati dengan ikhlas, istiqomah memegang teguh Al Quran dan Al Hadits, yang tujuannya adalah mencari pangkat/kedudukan, tidak boleh memberikan jawaban/fatwa secara serampangan yang bisa menjerumuskan dan menyesatkan umat (awam), rasa tanggung jawab dan amanah (ilmu) yang dipercayakan kepadanya, tidak boleh serampangan dalam bertindak
36 Ibid, hal 20
37 Al-Zarnuji. Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu Terjemahan Kitab Ta’limul Muta’allim, oleh A. Ma’ruf
Asrori. (Surabaya: Al Miftah, 1996) Ctk I, hal 50
64 | ISSN (e) 2963-4318 (hendaknya ia meneliti apa yang pantas untuknya, walaupun mungkin tidak pantas dan tidak sesuai dengan orang lain).
3. Faedah yang dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan etika, diantaranya: Seorang harus menuntut ilmu dan mengajarkannya sesuai kegunaannya dan dapat diterima oleh nalurinya, dengan penuh semangat tanpa keraguan untuk mempelajari secara merata sesuai kemampuannya dalam mempelajari segala bidang ilmu dengan bertahap dan tidak mencampur baurkan tanpa lepas dari bimbingan gurunya, dan perlu menghidupkan ilmu dengan musyawarah, tidak menyia-nyiakan ilmu dan tidak menolak siapapun yang ingin belajar kepadanya, menjaga hak antara guru dan siswa, serta menggunakan waktu dan tempat untuk menghafal dan mentelaah pelajaran.
Daftar Pustaka
Al-Bantani, Muhammad Nawawi. 2014. Kitab Al Marah Al Labid / Tafsir Al Munir.
Surabaya: Al Haramain, Juz II
Al-Zarnuji. 1996. Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu, Terjemahan Kitab Ta’lim Muta’allim, oleh Ahmad Ma’ruf Asrori. Surabaya: Al-Mifta, Ctk I
Ariyanto, Bambang, et. al. 2020. Kajian Teori Filsafat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Malang: Literasi Nusantara Abadi, Ctk I
As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. 2014. Kitab Al Jami’ As Shoghir. Beirut: Dar Al Kutub Ilmiyyah
Asy’ari, Muhammad Hasyim. 2020. Terjemahan Kitab Adab Al-‘Alim wal-Muta’allim (Pendidikan Etika untuk Pendidik dan Peserta Didik). Oleh Tiem Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Jombang: Pustaka Tebuireng dan Bina Ilmu Cukir, Ctk VI Handayani, Puthot Tunggal, et. al. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Lengkap Praktis.
Surabaya: Giri Utama
Hamzah, Amir. 2019. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Kajian Filosofis, Teoritis dan Aplikatif). Malang: Literasi Nusantara Abadi, Ctk I
Hasbullah, 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Helmawati, 2014. Pendidikan Keluarga. Bandung: Remaja Rosda Karya
65 | ISSN (e) 2963-4318 Nugraha, Dera, et. al. 2020, tt November. Urgensi Penguatan Kesadaran Pelajar Tentang
Perannya Sebagai Hamba untuk Mengatasi Perilaku Tercela, Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, Vol. XV, No. 02
Zain bin Ibrahim bin Sumaith. 2008. Kitab Al-Manhaj As-Sawiyyi Syarh Ushulit Thariqat As-Saadah Ali Ba’alawi. Yaman: Dar Al Ilmi wa Ad Dakwah Ctk I Zed, Mestika, 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia