Volume 7, No. 3, Juli 2023, hal. 816-826 E-ISSN: 2623-064x | P-ISSN: 2580-8737
Perencanaan Re-Layout Penempatan Barang Ownstok Dengan Menggunakan Metode Class Based Storage (CBS) Di Warehouse PT. Pamapersada Nusantara Site BRCB (Binungan Blok 8)
Ramy Yahya1, Anthonius Dhinar Hasto Wisnugroho2, Fahriza Fawwas Asrory3, Nur Linda Andriani4
1,2,3,4 Prodi D-4 Teknologi Rekayasa Logistik, Politeknik Sinar Mas Berau Coal, Indonesia
Informasi Artikel ABSTRAK
Riwayat Artikel Diserahkan : 31-03-2023 Direvisi : 17-04-2023 Diterima : 05-05-2023
PT Pamapersada Nusantara adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara dan menjadi salah satu kontraktor PT Berau Coal. Permasalahan yang terjadi di Department Supply Management divisi Warehouse yaitu penempatan barang yang masih belum maksimal sesuai dengan frekuensi pergerakan barang Ownstock pada 5 rak dengan persentase sebesar 65,8%. Penelitian ini bertujuan melakukan penataan ulang (re-layout) penempatan barang ownstock dan menganalisis perbandingan jarak perpindahan material handling.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Class-Based Storage (CBS) yaitu metode yang tepat dalam mengklasifikasikan barang berdasarkan kelasnya yaitu Fast Moving, Mid Moving, dan Slow Moving.
Hasil dari penelitian yaitu dengan adanya perencanaan re-layout membuat barang ownstock di 5 rak fast moving menjadi lebih tertata dan sesuai dengan frekuensi pergerakan barang ataupun kelasnya, serta didapat penurunan jarak perpindahan sebesar 5.838,37 m yang diharapkan dapat mempercepat waktu proses pengeluaran barang (issuing).
Kata Kunci: ABSTRACT
Class-Based Storage, Re-
layout, Warehouse PT Pamapersada Nusantara is a company engaged in coal mining and is one of the contractors for PT Berau Coal. The problem that occurs in the Warehouse Division Supply Management Department is that the placement of goods is still not optimal according to the frequency of movement of Ownstock goods on 5 shelves with a percentage of 65.8%. This study aims to re-layout the placement of own stock items and analyze the comparison of material handling distances.
The method used Class-Based Storage (CBS) for classifying goods based on their class, namely Fast Moving, Mid Moving, and Slow Moving. The results are that with re-layout planning, own stock items become more organized and by the frequency of movement of goods or class, and a decrease in the distance of movement of 5,838.37 m is obtained which is expected to speed up the processing time for issuing goods.
Keywords :
Class-Based Storage, Re- layout, Warehouse
Corresponding Author : Ramy Yahya
Prodi D-4 Teknologi Rekayasa Logistik, Politeknik Sinar Mas Berau Coal
Jl. Raja Alam 2 Kelurahan Sei Bedungan, Kecamatan Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Kode Pos 77315
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Perkembangan industri negara Indonesia di era 4.0 yang semakin berkembang dari tahun ke tahun tentu diikuti dengan perkembangan dari beberapa sector, salah satunya sektor logistik mencakup transportasi dan pergudangan. Negara Indonesia pada tahun 2019 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi lapangan usaha sektor logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar 5,57%, dan pada tahun 2020 tumbuh sebesar 9,18%. Agar nilai persentase terus meningkat diharapkan pula untuk meningkatkan daya saing, maka dari itu perusahaan dituntut harus mampu bersaing dengan perusahaan lain. Dalam sebuah perusahaan, banyak faktor yang mendukung proses operasional perusahaan tersebut, salah satunya di bagian gudang atau warehouse umumnya gudang mempunyai fungsi yang cukup penting dalam menjaga kelancaran operasi produksi. Gudang adalah tempat yang difungsikan sebagai penyimpanan sementara berbagai macam produk mulai dari bahan mentah, bahan setengah jadi dan bahan jadi pada suatu industry (Mulyati dkk., 2020). Menurut Zaroni (2017) sasaran pengelolaan warehouse adalah speed yaitu kecepatan penyampaian ke pasar dan memenuhi perubahan permintaan, efficiency yaitu efisiensi rantai pasok diukur dan diperbaiki secara terus-menerus, effectiveness yaitu memungkinkan pelanggan mendapat produknperusahaan dengan mudah, dan reliability yaitu keandalan informasi, komunikasi, dan eksekusi agar semua fungsi berjalan dengan baik.
Untuk itu maka tata letak gudang harus didesain seefisien dan seefektif mungkin.
Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Berbagai macam pemborosan dapat terjadi pada proses produksi yang disebabkan oleh tata letak fasilitas yang tidak baik. Tata letak gudang mempunyai fungsi yaitu memaksimalkan tempat berbagai macam sumber daya untuk memenuhi segala permintaan customer (Muharni dkk., 2020). Tata letak gudang yang baik akan menunjang kelancaran proses bisnis perusahaan yaitu, proses produksi, pembelian, marketing, pengaturan kualitas (Quality Control) yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Perbaikan tata letak gudang yang optimal akan berkontribusi terhadap kelancaran seluruh operasi gudang bahkan suatu perusahaan, Zhenyuan dkk (2011). Dalam artian tata letak gudang yang baik dapat menempatkan berbagai fasilitas dan peralatan fisik secara teratur sehingga mendukung pekerjaan agar berjalan secara produktif (Juliana and Handayani., 2016).
PT Pamapersada Nusantara (PAMA) Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Berau Site BRCB (Binungan Blok 8) yang didirikan pada tahun 2017 adalah salah satu kontraktor yang bergerak di bidang pertambangan mineral khususnya batubara dan menjadi salah satu perusahaan kontraktor pertambangan terkemuka di Indonesia. Dalam melakukan kegiatan produksinya agar berjalan dengan baik, PT PAMA sendiri telah melakukan pemenuhan alat untuk penunjang operasi unit (spare part) dimana divisi yang bertanggung jawab mengaturnya disebut Department Supply Management (DSM) dan menjadi salah satu unsur terpenting karena berkaitan dengan kelancaran kegiatan internal dan eksternal di perusahaan. Kegiatan internal berkaitan seperti koordinasi, penjadwalan dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi, penyediaan, ataupun pengiriman produk atau jasa kepada konsumen. Sedangkan kegiatan eksternal berhubungan dengan pelayanan dan penyediaan dari jasa pihak ketiga atau rekanan perusahaan. Kegiatan- kegiatan internal pada gudang sangat berdampak pada strategi penempatan barang atau tata letak barang.
Beberapa permasalahan penempatan barang atau tata letak barang di gudang PT PAMA selama mahasiswa melakukan pengamatan yaitu masih belum memaksimalkan penempatan barang berdasarkan frekuensi pergerakan barang pada 5 Rak untuk jenis barang yang cepat keluar (Fast Moving) atau disebut Barang Ownstock (Data eksisting Juli 2020). Besarnya persentase frekuensi pergerakan barang untuk kategori fast moving sebesar 65,8%, medium moving sebesar 26,9% dan slow moving sebesar 29,8%, dimana besarnya persentase menunjukkan bahwa keadaan barang berada salah lokasi atau tidak sesuai lokasi. PT PAMA sendiri telah menerapkan Metode Class-Based Storage selama 2 tahun dengan pertimbangan barang yang disimpan digudang memiliki karakteristik tertentu dan mampu membedakan antara barang yang satu dengan lainnya.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam perancangan tata letak Gudang, yaitu metode Dedicated Storage, Shared Storage, dan Class Based Storage. Penyimpanan menggunakan metode Dedicated Storage yaitu penyimpanan yang penetapan barangnya berdasarkan aktivitas in out barang, metode ini mempunyai kelemahan yaitu banyak lokasi kosong karena tidak bisa diisi dengan jenis produk lain (Olivia Audrey dkk., 2019). Shared Storage adalah penyimpanan yang dilakukan dengan pengukuran luas lantai, penyimpanan ini mengurutkan barang dari area yangnterjauh sampai yang terdekat denganpintu keluar, tempat penyimpanan jenis ini bisa tempati dengan produk yang lain (Mulyati dkk., 2020). Metode Class Based Storage yaitu penyimpanan terhadap sesama jenis barang dan tempat penyimpanan yang sudah ditetapkan, dengan caran membagi barang menjadi tiga kelas A, B dan C berdasarkan dari pergerakan barang (Juliana and Handayani., 2016), ongkos material handling yang diperoleh dari layout eksisting dengan layout usulan 1 mengalami penurunan sebesar 1,59% dan pada layout eksisting dengan layout usulan 2 mengalami penurunan sebesar 7,89% (Yusraini Muharni dkk., 2020) dan dengan menggunakan metode CBS terdapat perbedaan jarak yang cukup signifikan dalam pergerakan barang (Muhammad Adib Arrf`atul Ulum, 2022).
Berdasarkan latarbelakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian yaitu “Perencanaan Re-Layout Penempatan Barang Ownstock Dengan Menggunakan
Metode Class-Based Storage di Warehouse PT Pamapersada Nusantara Site BRCB (Binungan Blok 8)” dengan harapan dapat mengoptimalkan kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, serta
lingkungan kerja tata letak warehouse.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengetahui dan menggambarkan dengan jelas hasil dari perhitungan dengan angka serta hasil berupa re-layout mengenai susunan barang yang sesuai dengan kelasnya Fast Moving, Mid Moving, dan Slow Moving. Penelitian dilakukan di Warehouse PT Pamapersada Nusantara Site BRCB yang beralamat di Jalan Lanud, RT. 02 kampung Tumbit Dayak, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
Subjek penelitian ini adalah orang-orang ahli dibidangnya atau yang mengetahui hampir seluruh operasional perusahaan, seperti yang ada di PT PAMA disebut dengan Group Leader (GL) dan karyawan Warehouse. Objek penelitian ini adalah perencanaan Re-Layout Penempatan Barang Ownstock dengan menggunakan Metode Class-Based Storage di 5 Rak Fast Moving. Sehingga sumber data maupun informasi yang didapatkan bisa dipercaya. Teknik pemecahan masalah pada tahap ini, dijelaskan mengenai identifikasi permasalahan yang terjadi sampai metode dan langkah yang dilakukan dalam pemecahan masalah yang ada di Warehouse PT Pamapersada Nusantara Site BRCB. Pengolahan data yaitu secara kuantitatif dengan menggunakan metode Class-Based Storage.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Warehouse PT Pamapersada Nusantara Site BRCB (Binungan Blok 8) merupakan salah satu Warehouse yang berfungsi untuk menyimpan barang atau Part Own Stock dan Consignment.
Fasilitas – fasilitas yang ada di Warehouse seperti, toilet, office, ruang rapat, storage area, Open Yard area, serta sarana seperti forklift, Crane/ Jib Crane, Hand Pallet, Trolley Barang, Timbangan, Strapping Plastik, Plat/Metal, Tool Packing (Palu, Gergaji, Meteran, Pengungkit/Linggis dsb). Berikut ini Gambar 2 dokumentasi untuk beberapa fasilitas di warehouse :
Area Open Yard Area Storage Area Packing Gambar 1. Fasilitas Warehouse
Penempatan Barang di Warehouse
Penataan/penyimpanan barang di Warehouse khususnya di 5 Rak Fast Moving saat ini masih belum sesuai dengan frekuensi pergerakan barangnya. Ketika akan melakukan pengeluaran barang ditemukan bahwa barang yang seharusnya berada di fast moving tetapi berada di area slow moving atau berjarak jauh dari pintu out. Hal ini menyebabkan part dengan kategori fast moving berada di bagian medium moving atau bagian belakang slow moving begitupun sebaliknya. Untuk sistem rak yang digunakan di Warehouse yaitu double racking dan di setiap rak untuk penyimpanan raknya menggunakan box ukuran kecil dengan ukuran 30 x 15 x 15cm.
Perencanaa Re- Layout Penempatan Barang Own Stock
Berikut ini adalah sampel data pergerakan barang untuk aktivitas penerimaan dan pengeluaran barang atau disebut data in – out barang di Warehouse dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Sampel Data Rata – rata Penerimaan dan Pengeluaran Barang Fast Moving No. Warehouse Stock
Code
Item Name SOH Demand (IN)
Call
(Out) Box rak in
Average
in rak Average out rak 1 BING 2086981 STICKER
LABEL LIMBAH
B3
0 1410 9 42 34 0
2 BING 1537323 BATTERY
MF 100AH 0 6 6 42 0 0
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
768 BING 1172089 HARNESS
GUARD 2 6 5 42 0 0
Berdasarkan tabel di atas, data rata – rata penerimaan dan pengeluaran barang untuk fast moving contohnya STICKER LABEL LIMBAH B3 dengan Demand (IN) 1410, Call (Out) 9, Box in rak atau banyak box dalam satu rak sebanyak 42, rata – rata barang masuk 34, serta barang keluar 0 atau barang tersebut tidak ada pergerakan untuk keluar.
Tabel 2. Sampel Data Rata – rata Penerimaan dan Pengeluaran Barang Mid Moving No. Warehouse Stock
Code
Item Name SOH Demand (IN) Call
(Out)
In rak Box Average
in rak Average out rak
1 BING 1280 CLAMP,
HOSE
15 18 2 42 0 0
2 BING 55662
3 TIE WALL 129 22 2 42 1 0
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . 119 BING 1372 ST, 0-3/8IN X
0-1/2M, CONNECTOR
25 10 1 42 0 0
Berdasarkan tabel di atas, data rata – rata penerimaan dan pengeluaran barang untuk mid moving contohnya CLAMP, HOSE dengan Demand (IN) 18, Call (Out) 2, Box in rak atau banyak box dalam satu rak sebanyak 42, rata – rata barang masuk 0 atau barang tersebut tidak ada pergerakan untuk masuk, serta barang keluar 0 atau barang tersebut tidak ada pergerakan untuk keluar.
Tabel 3. Sampel Data Rata – rata Penerimaan dan Pengeluaran Barang Slow Moving No. Warehouse Stock
Code
Item Name SOH Demand
(IN) Call (Out)
in rak Box Average
in rak Average out rak
1 BING 669325 BELT, V 8 0 0 42 0 0
2 BING 2069854 SWIVEL 3 0 0 42 0 0
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
283 BING 1330109 MOUNTING
COMPRESSO R AC
1 0 0 42 0 0
Berdasarkan tabel di atas, data rata – rata penerimaan dan pengeluaran barang untuk slow moving contohnya BELT, V dengan Demand (IN) 0, Call (Out) 0, Box in rak atau banyak box dalam satu rak sebanyak 42, rata – rata barang masuk 0 atau barang tersebut tidak ada pergerakan untuk masuk, serta barang keluar 0 atau barang tersebut tidak ada pergerakan untuk keluar.
Perhitungan Space Requirement
Data in digunakan untuk melakukan perhitungan space requirement in, yang bertujuan agar dapat mengetahui kebutuhan ruang pada Warehouse untuk penempatan barang berdasarkan rata – rata penerimaan barang. Dan untuk data SOH (Stock On Hand) digunakan untuk mengetahui space requirement yang telah tersimpan di Warehouse dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Sampel Perhitungan Space Requirement (in) No. Warehouse Item Name MAX
STAGE
Demand (IN )
Average in rak 1 (60
cm) 2 (60 cm) 3 (60
cm) 4 (60 cm) 5 (60
cm) 6 (60 cm) 1 BING STICKER LABEL
LIMBAH B3 1410 34 1 1 1 1 1 1
2 BING BATTERY MF
100AH 6 6 0 0 0 0 0 0 0
. . . .
. . . .
1170 BING MOUNTING
COMPRESSOR AC 6 0 0 0 0 0 0 0 0
Perhitungan Nilai Throughput
Untuk menghitung nilai throughput data yang digunakan adalah in – out. Tujuan perhitungan nilai trhoughput adalah untuk mengetahui jumlah ukuran aktivitas penyimpanan dan pengambilan per periode waktu yang berdasarkan pada aktivitas penerimaan dan pengeluaran barang produksi rata – rata per hari dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Sampel Perhitungan Nilai Throughput
No Item
name
Demand Call Max
Angkut Angkut In
Angkut Out
Avrg In
Avrg Out
T (IN ) T
(OUT ) TT 1 STICKER LABEL
LIMBAH B3 1410 9 1 1 1 34 0 34 0 34
2 BATTERY MF 100AH 6 6 1 1 1 0 0 0 0 0
. . . .
. . . .
1170 MOUNTING
COMPRESSOR AC 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
Pengklasifikasian Frekuensi (ABC)
Pengklasifikasian disesuaikan berdasarkan klasifikasi dari perhitungan nilai throughput, yaitu item yang termasuk ke dalam fast moving (A) sebesar 72 %, mid moving (B) sebesar 15,9 % dan slow moving (C) sebesar 12 %. Dalam pengklasifikasian ini didasarkan pada frekuensi pergerakan barang (nilai trhoughput) dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Sampel Klasifikasi Frekuensi Barang Klasifikasi
Frekuensi Ʃ
Persentase Ʃ Banyak Barang
A ( Fast Moving ) 72% 635
B ( Mid Moving ) 15,9% 17
C ( Slow Moving ) 12% 518
Jumlah 100% 1170
Perhitungan Jarak Perpindahan
Jarak yang harus ditempuh material handling menuju pintu I/O sebagai titik awal perjalanannya.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus rectilinear distance dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. SampelPerhitungan Jarak
Bin Location Pintu X1 Y1 X2 Y2 Jarak Total Jarak
A I 5,52 8,99 5,59 4,66 4,26
13,52
O 5,52 8,99 2,59 2,66 9,26
Analisis Perbandingan
Analisis perbandingan ini dilakukan agar dapat mengetahui penempatan barang own stock dan jarak perpindahan material handling pada kondisi aktual dengan kondisi usulan yang telah direncanakan dengan menggunakan metode Class- Based Storage. Berikut ini perbandingan Layout Eksisting dan Layoout Usulan:Layout Eksisting
1. Layout Eksisting
Gambar 3. Layout Eksisting
2. Layout Usulan
Gambar 4. Layout Usulan
Analisis Diagram Sebab-Akibat
Analisis diagram sebab akibat digunakan untuk melihat faktor – faktor yang
menyebabkan adanya masalah yang muncul. Adapun faktor yang mempengaruhi dalam
penempatan barang ownstock masih belum sesuai dengan frekuensinya yaitu, sebagai berikut:
Gambar 5. Diagram Fishbone
Pada diagram fishbone diatas terdapat 4 faktor yang menjadi sumber penyebab barang salah lokasi atau tidak sesuai frekuensi peregerakan barang yaitu factor pertama adalah faktor Man (manusia) atau karyawan dalam melakukan pekerjaannya, dimana saat adanya permintaan dari customer atau akan melakukan issuing barang customer harus menunggu lama. Kurang motivasi dalam melakukan pekerjaan juga mempengaruhi kinerja karyawan dalam proses issuing barang, sehingga menyebabkan proses pengambilan barang di rak terganggu dan terhambat karena kondisi arang yang tidak sesuai dengan kelasnya atau tidak sesuai dengan frekuensi pergerakannya.
Kurang informasi adalah dimana para karyawan hanya melakukan pekerjaan tanpa mengetahui barang tersebut apakah sudah sesuai dengan frekuensinya atau kelasnya. Kurangnya pemahaman yaitu karyawan saat melakuka proses pekerjaan seperti issuing barang karyawan masih belum mengarti mengenai SOP/IK dalam melakukan issuing barang. Faktor kedua adalah Method (metode) seperti tidak berjalannya SOP dan IK dimana masih ada karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya belum sesuai dengan SOP yang berlaku mengakibatkan pengetahuan dan pemahaman tentang issuing barang sangat minim, dan juga mengakibatkan lamanya waktu in – out dalam proses pergudangan dikarenakan penempatan barang yang tidak sesuai dengan kelasnya atau frekuensinya yang mengakibatkan lamanya waktu tunggu pengambilan barang dan ketika karyawan akan melakukan pengeluaran barang menjadi terhambat. Faktor ketiga adalah Environment (lingkungan) seperti temperatur atau panas yang mengakibatkan ketika karyawan akan melakukan issung barang cepat merasa lelah karena barang yang tidak sesuai dengan kelasnya dan penataan barang yang masih salah lokasi tempat penyimpanan spare part berdebu sehingga menggangu aktivitas dalam melakukan issuing barang. Faktor keempat adalah Material dimana barang masih tercampur antara kelas A, B, dan C; barang tidak sesuai kelasnya yaitu barang yang tidak sesuai dengan frekuensi pergerakan barangnya misal seperti fast moving dan mid moving yang seharusnya berada di area depan dan tengan tetapi berada jauh di belakang atau area slow moving begitupun sebaliknya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai re-layout penempatan barang ownstock di warehouse PT Pamapersada Nusantara maka dapat disimpulkan antara lain Penempatan barang di warehouse masih belum memaksimalkan berdasarkan frekuensi pergerakan barang pada 5 Rak untuk jenis barang Fast Moving atau disebut Barang Ownstock.
Besarnya persentase frekuensi pergerakan barang untuk kategori fast moving sebesar 65,8%, medium moving sebesar 26,9% dan slow moving sebesar 29,8%, dimana besarnya persentase menunjukkan bahwa keadaan barang berada salah lokasi atau tidak sesuai lokasi serta frekuensi pergerakan barangnya. Hasil kedua adalah hasil perencanaan re-layout dengan menggunakan metode CBS membuat penataan barang ownstock khususnya di 5 rak fast moving yang eksisting menjadi tertata dan sesuai dengan frekuensi pergerakan barang ataupun kelasnya. Hasil ketiga adalah perencanaan re-layout dengan menggunakan metode CBS menghasilkan penurunan jarak perpindahan sebesar (5.838,37 m) yaitu dari selisih nilai total jarak layout usulan dengan layout eksisting. Untuk jarak layout usulan barang fast moving sebesar (4.501,11 m) dan mid moving sebesar (175,1 m) dengan total jarak keseluruhan sebesar (4.676,21 m) jika dibandingkan dengan jarak perpindahan barang layout eksisting fast moving sebesar (8.834,66 m) dan mid moving sebesar (1.782 m) dengan total jarak keseluruhan sebesar (10.514,58 m). Dengan berkurangnya jarak perpindahan material handling, diharapkan dapat mempercepat waktu proses issuing barang.
Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah Bagi Peneliti Selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan atau sebagai referensi dengan model penelitian yang berbeda misalnya tempat penelitian atau dapat dilakukan perhitungan total biaya material handling yang ada pada gudang serta meminimalkan jarak material handling.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Politeknik Sinar Mas Berau Coal, teman-teman Dosen dan instruktur serta mahasiswa Teknologi Rekayasa Logistik Angkatan 2018. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada editor dan reviewer yang berkontribusi dalam meningkatkan kualitas penelitian ini.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik. (2019). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2019. Diakses pada
September 25, 2021 dari
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/05/1755/ekonomi-indonesia-2019- tumbuh-5-02-persen.html.
Juliana, H., & Handayani, N.U (2016). Peningkatan Kapasitas Gudang Dengan Perancangan Layout Menggunakan Metode Class Based Storage. Jurnal Teknik Industri, 11(2), 113-119.
Muharni, Y., Irman, A. S. M., & Noviansyah, Y. (2020). Perancangan Tata Letak Gudang Barang Jadi Menggunakan Kebijakan Class-Based Storage Dan Particle Swarm Optimization Di PT XYZ. Jurnal Teknik Industri, 10(3), 200–209.
Mulyati, E., Numang, I., & Nurdiansyah, M. A. (2020). Usulan Tata Letak Gudang Dengan Metode Shared Storage Di PT Agility International Customer PT Herbalife Indonesia.
Jurnal Logistik Bisnis, 10(02), 36–41.
Olivia, A., Sukania, W., & Nasution, S. R. (2019). Analisis Tata Letak Gudang Dengan Menggunakan Metode Dedicate Storage. Jurnal ASIIMETRIK: Jurnal Ilmiah Rekayasa &
Inovasi, 1(1), 43–49.
Ulum, M. A. A. A. (2022). Perancangan Tata Letak Gudang Menggunakan Metode Class Based Storage Di PT. Sukun Druck (Studi Kasus: PT. Sukun Druck). Journal Of Industrial Engineering And Technology (Jointech), 2(2), 130-139.
Wignjosoebroto, S. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: Guna Widya.
Zaroni. 2017. Logistics & Supply Chain. Jakarta: Prasetya Mulya Publishing.
Zhenyuan, J., Xiaohong, L. U., Wei, W., Defeng, J., & Lijun, W. (2011). Design and Implementation of Lean Facility Layout System of Production Line. Internasional Journal of Industrial Engineering, 18(5), 260 – 269. https://doi.org/10.23055/ijietap.2011.18.5.199