Jumroni Ayana, Tanda Baca pada Al-Qur'an (Studi Perbandingan Mushaf al-Qur'an Standar Indonesia dengan Mushaf Madinah Arab Saudi). Al-Qur'an merupakan kitab suci yang suci dalam berbagai aspek, termasuk bentuk harakat atau tanda bacanya. Terdapat perbedaan konsep tanda baca pada Mushaf al-Qur'an Standar Indonesia dan Mushaf al-Qur'an Standar Madinah.
Penelitian ini diharapkan dapat mengeksplorasi konsep penggunaan tanda baca pada Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia dan Mushaf Al-Qur'an Standar Madinah. Setelah melakukan penelitian dan analisis terhadap dua Mushaf Al-Qur’an yaitu Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Standar Madinah, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa. Terdapat perbedaan konsep tanda baca pada Mushaf Al Quran Indonesia dengan standar Mushaf Al Quran Madinah.
Latar Belakang Masalah
Indentifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Setelah melihat latar belakang permasalahan diatas, maka berbagai bentuk tanda baca pada Mushaf Al-Quran Standar Madinah mempunyai beberapa perbedaan dengan Mushaf Al-Quran Standar Indonesia. Maka dalam hal ini penulis ingin membatasi permasalahan dan pembahasan seputar Mushaf Al-Qur'an Standar Madinah menurut riwayat Imam Hafs dari 'shim dan Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia tipe Ottoman yang diterbitkan pada tahun 2012 oleh Departemen Agama Republik Indonesia (DEPAG RI).
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Studi Pustaka
Kajian atau penelitian terhadap Al-Qur’an khususnya permasalahan SARA merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat jarang diminati kalangan akademisi khususnya di Indonesia, padahal para ulama terdahulu sebenarnya serius mendalami dan membahas permasalahan tersebut. KAJIAN PERBANDINGAN PENULISAN PENULISAN RASM UTSMÂNI PADA MUSHAF STANDAR AL-Qur'AN INDONESIA DAN MUSHAF MEDINA ARAB SAUDI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penulisan Al-Qur'an dengan Rasm Utsmani antara Mushaf Madinah dan Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (MAQSI) mempunyai spesifikasi yang berbeda, meskipun keduanya sama-sama mengklaim nasikh. ala ar-rasm al-Utsmani.
Perbedaan keduanya pertama berdasarkan pada afiliasi dan pemilihan Madzhab Mushaf Madinah yang mengacu pada Madzhab Abû Dâwud, sedangkan MAQSI tidak sepenuhnya mengacu pada salah satu Madzhab Syaikhân (Abû Dâwud dan Abû 'Amr Ad -Dani). Kedua, berdasarkan pemahaman konsep kesesuaian aksara dengan bahasa Utsmaniyah yang masih banyak menimbulkan kontroversi. Dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji dan membandingkan MAQSI dan Mushaf Al-Qur'an standar di Madinah Arab Saudi hanya dari segi dabta atau tanda baca saja, sehingga penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya dari segi dari rasm. .
Metode Penelitian
Teknik dan Sistematika Penulisan
Untuk teknik penulisan, skripsi ini berdasarkan pada Pedoman Penulisan Makalah Penelitian, Tesis/Tesis, Lembaga Ilmu Al-Qur'an, Jakarta yang diterbitkan oleh IIQ Jakarta pada tahun 2011-2015. Sedangkan untuk sistematika penulisan skripsi, penulis menggunakan sistematika penulisan yang diuraikan dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir. Bagian awal (prelemanaisies) meliputi: halaman judul, pernyataan keaslian skripsi, surat persetujuan skripsi, surat pengukuhan halaman pendahuluan skripsi, kata pengantar, petunjuk transliterasi Arab-Latin dan halaman indeks.
Bab II, sejarah penulisan al-Quran; tinjauan sejarah atau sejarah tulisan Arab pra-Islam, dalam al-Quran, sejarah penulisan al-Quran, kaitan antara menulis dan membaca, tempoh pengumpulan al-Quran dan kodifikasi. Aliran ulama dhabat dan konsep masing-masing, pandangan ulama terhadap pemberian tanda baca dalam al-Quran.
SEJARAH PENULISAN AL-QUR’AN
Penulisan Al-Qur‟an dan Kodifikasinya
- Penulisan Al-Qur‟an pada Zaman Nabi Muhammad
- Periode Abu Bakar as-Shiddîq
- Periode Utsman bin Affan
Mushaf Rasm Utsmani dan Kaidahnya
- Definisi Rasm Utsmani
- Pembagian Rasm
- Kaidah Umum Rasm Utsmani
- Pendapat para Ulama terhadap Rasm Utsmani
Tanda baca (Ad-Dlabth) dalam Presfektif Ilmu ad-Dlabth
- Pengertian
- Sejarah pembentukan tanda baca
- Ruang Lingkup Tanda Baca (Dhabth)
MUSHAF AL-QUR’AN STANDAR INDONESIA DAN
Definisi
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, masa pertama perkembangan syakal atau ẖarakat hanya pada bagian akhir huruf saja. Disaat perkembangan Islam semakin pesat, kesalahan pembacaan Al-Qur’an terus berulang. Kesulitan yang ditemukan dalam membedakan satu huruf dengan huruf lainnya (tashîf). Menurut Abû Zitẖâr ada tiga model, yang pertama ditempatkan pada huruf hidup, seperti. Menurut al-Marghini, semua ulama sepakat bahwa huruf konsonan memerlukan tanda batang, kecuali masyarakat Irak yang memperbolehkan huruf konsonan tidak diberi tanda sukûn.
Mereka semua mengatakan bahwa surat mati memerlukan tanda sukun, hanya saja sebagian ulama nuqath Irak tidak memberi tanda sukun pada surat mati. Pembahasan masalah surat yang idghâmkan dan idzharan sukûn yang memenuhi hukum idzhar sehingga tertulis. Dan berikan ẖarakat pada huruf-huruf setelah sukûn agar dapat terbaca. Dan biarkanlah surat yang bunyinya idghâm itu kosong bagimu, dan setiap surat sesudahnya akan diberi tasydîd.”
Mayoritas ulama dhabth berpendapat bahwa surat yang diberi tanda tasydîd tidak perlu diberi tanda, kecuali sebagian masyarakat Irak yang berpendapat bahwa surat tersebut harus diberi tanda tasydîd.146. Menurut ulama al-Khâlil dan Nuqath Masyriq, tanda tasydîd dibentuk oleh kepala syîn tanpa titik yang diletakkan di atas huruf dengan tasydîd. Huruf syîn merupakan lambang kata yang berarti kuat. Letak aksara yang salah adalah: pertama, di tengah, atau di akhir huruf yang panjang, seperti yang kedua, di awal aksara di seberang huruf yang salah.
Menurut Ibnu Dusturiah, hamzah adalah surat yang tidak berbentuk, karena pengucapan hamzahnya sulit. Surat yang dijatuhkan sebagian besar adalah surat illah yaitu alîf, wawu dan ya, dan sebagian kecil surat yang dijatuhkan adalah surat nûn. Hilangnya surat illah karena tiga sebab, pertama karena ditemui dua huruf yang identik (mitslaini), kedua karena ihtisâr, dan ketiga karena adanya substitusi. 185.
Yang pertama memperlihatkan huruf-huruf yang dibuang dan yang kedua tidak memperlihatkannya, atau dua huruf serupa adalah alîf seperti ﭮ ﭯ atau ya seperti ۱۳ ۱atau wâwu seperti Ẻ. Abû „Amr ad-Dâni dan Abû Dâud memperbolehkan huruf yang hilang itu menjadi huruf pertama atau kedua. 186 Sedangkan kata ẗ187 yaitu huruf pertama ya merupakan bentuk fâ‟îl dan huruf kedua merupakan bentuk jamak dan . Jika huruf yang dibuang berada di akhir huruf mati, maka huruf yang ditinggalkannya tidak akan ditampilkan, misalnya พ.
Sejarah
Naskah Al-Quran telah mempunyai cara penulisan yang baku, harakat, tanda baca dan tanda wakaf, sesuai dengan hasil yang dicapai dalam Musyawarah Kerja (Muker) Para Ulama Ahli Al-Quran yang telah berlangsung sebanyak sembilan kali sejak tahun 1974 dan seterusnya. sampai tahun 1974.
Macam-Macam Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia…
Dari segi makna dan tanda baca, Mushaf Braille Standar pada hakikatnya mengikuti pola penulisan naskah-naskah Al-Qur'an terdahulu dalam huruf Braille. Tanda baca yang berkaitan dengan syaqli (fatẖah, kasrah, dhammah dan sukun) diletakkan setelah huruf, bukan di atas atau di bawahnya, seperti yang biasa terjadi dalam penulisan Al-Qur'an. Pada aspek rasm Mushaf Al-Qur'an Standar Bahriyah mengacu pada Mushaf Al-Qur'an Bahriyah yang diterbitkan di Turki yaitu rasm Imla'i.
Ahmad Damanhuri (Malang) dalam Muker I tahun 1974 mengatakan bahwa penggunaan Mushaf ini ditoleransi oleh para ulama di berbagai negara Islam untuk digunakan oleh para penghafal Al-Qur'an. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Muker Ulama Al-Quran selain menyepakati penyusunan Mushaf Standar Utsmanî, juga menyepakati penyusunan Mushaf Standar Bahriyah.13. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, rumusan risalah rasm Usmani merupakan hasil Rapat Kerja Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an pada tahun 1972.
Dari segi penulisan (rasm), Mushaf Standar Utsmânî mengambil bahan baku dari Al-Qur'an terbitan Kementerian Agama (Mushaf Al-Qur'an Bombay) pada tahun 1960, dan juga berfungsi sebagai petunjuk tanda baca. 18 Kaidah Bagdadiyah merupakan metode pembelajaran membaca Al-Qur'an dengan menekankan pada ejaan huruf. Marlina Marzuki, “Kemampuan Pengenalan Huruf Hijaiyah Santri Belajar Membaca dan Menulis Al-Qur’an Menggunakan Metode Iqra,” dalam Jurnal Ekonomi, Vol.
24 Muhammad Shohib dkk, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur'an, 95.. f) saktah, yaitu berhenti pada suatu kata tanpa jeda nafas dengan niat melanjutkan membaca. 25 Dalam Mushaf Standar Utsmânî tidak mencantumkan tanda atau simbol tertentu pada kata tersebut. Dalam ayat-ayat sajadah disunnahkan bagi orang yang membaca Al-Qur'an sambil sujud ketika membacanya baik di dalam maupun di luar shalat. Dalam Al-Qur'an, mushaf standar Usman untuk menandai suatu bacaan imalah adalah dengan memberikan kata yang ditulis di bawah huruf yang bersangkutan.
Dalam mushaf Alquran Utsmaniyah, tanda ini digunakan untuk menunjukkan bahwa surat illat dibaca pada saat mencuci dan bukan pada saat waqaf.
Mushaf Al-Qur‟an Standar Madinah…
- Sejarah
- Harakat dan Tanda Baca Mushaf Al-Qur‟an Standar
Pencetakan Al-Quran pertama kali terjadi di Jerman pada tahun 1431 M dan penerbitan mushaf pertama dengan khat Arab sendiri pada tahun 1113 Hijriyah. Ketika pencetakan dimulai di Turki, pada masa Raja Ahmad III, dikeluarkan fatwa yang memperbolehkan penggunaan naskah-naskah tersebut tetapi melarang pencetakan naskah-naskah Al-Qur'an. Hingga tahun 1141 Hijriyah, dikeluarkan fatwa yang memperbolehkan pencetakan buku berbahasa Arab dan penjilidan mushaf Al-Qur'an.
Begitu juga jika kalimat tersebut mengandungi hukum idghâmnâqish, maka tidak diberikan tanda sukun, misalnya: .. g) Tanda tanwin, dalam al-Quran baku Madinah terdapat dua bentuk tanwin yang setiap satunya berfungsi sebagai penunjuk undang-undang bacaan yang terkandung. Dalam Mushaf Al-Qur'an Standard Madinah, riwayat Hafs oleh "Ashim baikfatẖah, kasrah, dhammah dan sukun berpegang kepada ulama Mesyriq. Tetapi tidak semua tanwin shillah dalam Standard Mushaf al-Qur'an Uthmaniyyah ketika bertemu dengan hamzah washal digantikan dengan nûn iwadh.Di sesetengah tempat tanwin kekal dan tidak digantikan dengan nûn iwadh.
Kata ini ditemukan dalam Alquran. Lebih dari 26 tempat kata ini diulang dalam Al-Qur'an, termasuk Q.S. Ada lebih dari 15 tempat dalam Al-Quran. Dalam MAQSI, ayat sajadah ditandai dengan kode tersendiri berupa kata ةدجس dan tanda mihrab di sebelah ayat sajadah, hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca Al-Quran untuk mencernanya. Konsep ẖarakat dan Tanda Baca pada Mushaf Standar Madinah Al-Qur'an. Kisah Hafs dari 'Ashim mengacu pada kitab 'at-Tirâz fî Syarhi Dhabthi al-Kharrâz' karya at-Tanasi dengan bantuan pendapat masyarakat dan ulama Masyriq.
Tidak adanya konsistensi dalam MAQSI dalam menandai huruf tambahan dan huruf yang dibuang, seperti penggunaan sifir baik mustadîr maupun mustathîl, sehingga kondisi ini menjadi perhatian bagi para pembaca Al-Qur'an yang beranggapan bahwa surat-surat tersebut dianggap atau dibaca padahal itu adalah huruf tambahan yang tidak dibaca seperti kata يلوا. Meluasnya peredaran Mushaf Al-Qur'an di Madinah dikalangan masyarakat Indonesia akan menjadi kontroversi bagi masyarakat awam. Abdu al-Bâqi, Muhammad Fuâd, Mu'jam mufahras li alfâzhil Qur'ân, (Kairo: Dârul ẖadîts, 1363 H).
Muhammad Shohib dkk, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia, (Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an, 2013) et. Muhammad Fuâd Abdal-Bâqi, Mu'jam Mufahras li Alfâzh al-Qur'ân, (Kairo: Dâral-Ḫadîts, 1363 H). Muhammad, Ahsin Sakho dan Romlah Widayati, Manba' al-Barakât fî Sab'I al-Qirâat, (Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur'an, 2012).
ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN TANDA BACA
PENUTUP : KESIMPULAN DAN SARAN