PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat
Urgensi Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat dua aliran pemikiran yang berbeda mengenai pengertian perusahaan, pertama; yaitu pembedaan pengertian “perusahaan” dan “badan usaha”6, sedangkan yang lain; Aliran yang tidak segregasi seperti ini artinya tidak membedakan antara perusahaan dan badan usaha.7 Pendapat atau aliran yang kedua, menurut saya, lebih realistis, mendekati kenyataan dalam perkembangannya saat ini. Koleksi yang diperbolehkan atau untuk tujuan tertentu yang tidak bertentangan dengan hukum atau kesusilaan. Menurut kamus hukum Fochem Andreae, perseroan dengan istilah ini berarti badan hukum; yaitu sekelompok orang yang terikat oleh hukum pada suatu tujuan yang sama atau bersatu atas dasar sejarah, yang tampil sebagai suatu badan hukum tersendiri dan diperlakukan sebagai satu kesatuan oleh hukum.12.
Penggunaan istilah badan hukum sebagai subjek hukum dimaksudkan semata-mata untuk membedakannya dengan orang (orang perseorangan) sebagai subjek hukum.13. Karena rumusan badan hukum tidak tercantum dalam undang-undang, maka para ahli hukum berusaha membuat kriteria suatu badan usaha dapat digolongkan sebagai badan hukum apabila mempunyai unsur-unsur sebagai berikut; Apabila tidak memenuhi unsur-unsur tersebut di atas, maka suatu badan usaha tidak dapat digolongkan sebagai badan hukum.
Usaha Dagang (UD) merupakan suatu bentuk usaha yang tidak berbadan hukum karena tidak mempunyai unsur-unsur seperti yang telah dijelaskan di atas. Perusahaan dagang adalah suatu badan usaha yang dijalankan secara mandiri oleh satu orang dan tidak memerlukan rekanan usaha. 13 Ali Rido, 1986, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Bagi Perusahaan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Alumni, Bandung, hal.
Perusahaan dagang tidak diatur secara khusus dalam undang-undang, namun dalam praktiknya diterima sebagai pelaku usaha. Usaha Dagang (UD) merupakan bentuk usaha yang paling sederhana dan banyak dijumpai dalam praktek bisnis. Usaha dagang ini dimiliki oleh satu orang sebagai pengusaha, dengan modal sendiri yang menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh keuntungan.
Keberadaan suatu perseroan diatur dalam Pasal 16 – Pasal 35 UU Niaga (selanjutnya disebut UU Niaga). Undang-undang yang mengatur segala sesuatu tentang PT adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Secara umum PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dimana terdapat pemisahan antara harta pribadi dan harta usaha.
Undang-undang yang mengatur tentang BUMN adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Badan Usaha Milik Negara adalah badan hukum yang berbentuk badan hukum.19 Pembentukan BUMN sebagai badan ekonomi negara didorong oleh rasa tanggung jawab dan kewajiban pemerintah untuk menumbuhkan dan mengembangkan sektor perekonomian rakyat.
METODE PENELITIAN
Sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, tanggung jawab perusahaan dagang terhadap kreditur juga dapat didasarkan pada ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata. Dengan mengacu pada pasal ini maka tanggung jawab Usaha Perdagangan (UD) bersifat penuh dan tidak terbatas pada kreditur saja. Dalam menjalankan kegiatan usahanya yang berbentuk Usaha Komersial (UD), seringkali pemilik UD tidak bekerja sendiri, melainkan juga dibantu oleh beberapa orang yang berstatus buruh atau pegawai, yang melaksanakan tugasnya untuk dan atas nama UD. dari Perusahaan Dagang (UD).
Dalam menjalankan suatu usaha atau perusahaan dagang (UD), seringkali orang dilibatkan sebagai pembantu dalam perusahaan tersebut. Pekerja atau karyawan tersebut bekerja atas nama pemilik perusahaan dagang (UD) dan menerima upah sebagai imbalannya. Permasalahan transaksi antara pegawai Usaha Dagang (UD) dengan pihak ketiga atau kreditur menyangkut tanggung jawab Usaha Dagang sebagai suatu perusahaan atas perbuatannya, antara lain:
Intinya, akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan karyawan tersebut, maka tanggung jawab Perusahaan Dagang (UD) sebagai perusahaan kemudian dipertanyakan. Suatu perusahaan dagang (UD) juga bisa bangkrut, baik karena kesalahan pemilik perusahaan dagang (UD) maupun karena perbuatan melawan hukum (penipuan) yang dilakukan oleh karyawannya sehingga merugikan pihak ketiga atau kreditor. Persoalan hukumnya adalah apa yang menjadi tanggung jawab Perusahaan Dagang (UD) atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh karyawannya.
Persoalan hukum terkait perlu diperjelas, karena belum ada peraturan yang secara khusus mengatur bentuk usaha perdagangan (UD). Di mata hukum, perusahaan dagang (UD) sama dengan pemiliknya, artinya tidak ada pemisahan harta dan pemisahan tanggung jawab antara perusahaan dagang (UD) dan pemiliknya. Apabila suatu Badan Usaha Dagang (UD) dalam kegiatan usahanya menimbulkan kerugian terhadap pihak ketiga atau kreditor, maka pemilik Badan Usaha tersebut yang bertanggung jawab.
Tanggung jawab pemilik perusahaan dagang bersifat penuh dan tidak terbatas, dalam arti tanggung jawab pemilik perusahaan dagang (UD) meliputi kekayaan pribadinya. Apabila harta kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur, maka kekurangannya diambil dari harta pribadi pemilik Perusahaan Dagang (UD). Pemilik Perusahaan Dagang (UD) sebagai pelaku terkadang mempekerjakan orang yang berstatus dari Perusahaan Dagang.
Atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh pegawai yang mengakibatkan kerugian pada pihak ketiga atau kreditor, maka Usaha Dagang (UD) akan bertanggung jawab memberikan ganti rugi, karena pegawai tersebut melakukan pekerjaan untuk dan atas nama perusahaan (Usaha Dagang). Mengingat dalam prakteknya sedang dikembangkan bentuk Usaha Dagang (UD) atau Masyarakat Dagang (PD), sudah selayaknya didukung dengan perangkat hukum yang memadai, dalam artian perlu dibentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Usaha Dagang tersebut. Dunia Usaha (UD).
PEMBAHASAN
Pemgertian Dan Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum
Tanggung Jawab Usaha Dagang (UD) Terhadap Para Kreditur
Sebagaimana manusia mempunyai tanggung jawab, maka badan usaha juga mempunyai tanggung jawab yang sama dalam hubungan hukumnya dengan pihak ketiga atau kreditur. Tanggung jawab yang disebutkan di sini hanya sebatas wilayah hukum perdata sehubungan dengan kerugian yang ditimbulkan oleh kreditur pada suatu Perusahaan Dagang (UD). Asas pertanggungjawaban perusahaan dagang sebagaimana dikemukakan di atas didasarkan pada pandangan para peneliti, yaitu didasarkan pada hubungan hukum para pihak dan etika bisnis.
Sesuai dengan ketentuan pasal sebelumnya, tanggung jawab UD bersifat penuh dan tidak terbatas, artinya tanggung jawab UD meliputi seluruh harta benda pemilik kegiatan komersial. Apabila harta kekayaan perusahaan dagang tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban kepada kreditur, maka defisitnya diambil dari harta pribadi UD. Para pelaku usaha atau pelaku Kegiatan Dagang (UD) terkadang membutuhkan asisten perusahaan dalam menjalankan usahanya, baik di dalam perusahaan maupun untuk tugas di luar perusahaan.
Pengusaha mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga secara mandiri atau melalui orang sebagai pembantu atau pegawai. Jika kegiatan komersialnya adalah perdagangan, maka pembelinya adalah pihak ketiga yang mengadakan hubungan hukum dengan perusahaan (misalnya: jual beli) melalui penjual. Misalnya karyawan Usaha Dagang (UD) membeli barang dari pemasok dengan cara menunda atau mengurangi pembayaran sehingga menimbulkan kerugian bagi pemasok.
Berkenaan dengan tanggung jawab suatu perusahaan dagang, mengingat perusahaan dagang itu adalah suatu badan usaha swasta, maka yang bertanggung jawab tentu saja adalah pemilik perusahaan dagang itu (UD). Artinya apabila kekayaan (harta) perusahaan tidak mencukupi maka harta (harta) pribadi pemilik UD dapat diminta untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga atau kreditur. 38 Jadi apabila suatu perusahaan dagang (UD) bangkrut dan mempunyai banyak hutang kepada kreditur, maka pemilik bertanggung jawab penuh, sumber pembayarannya diambil dari kekayaan perusahaan dan kekayaan pribadi pemilik.
Pentingnya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Usaha Komersial (UD) adalah untuk memenuhi tuntutan kepastian hukum dan tuntutan dunia usaha yang semakin berkembang. Dalam peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk diharapkan dan direkomendasikan untuk mengatur secara jelas dan pasti tata cara pendirian, pembubaran dan tanggung jawab perusahaan dagang (UD) sebagai perusahaan perseorangan. Selain itu, penting juga untuk mengatur status hukum orang-orang yang dipekerjakan pada Perusahaan Dagang (UD), serta hubungan hukumnya dengan perusahaan tersebut.
Tanggung Jawab Usaha Dagang (UD) Atas Perbuatan Melawan
PENUTUP
Kesimpulan
Saran-Saran
Ali Rido, 1986, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perusahaan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Alumni, Bandung.