• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Pemimpin dalam Perspektif Hadis Nabi SAW (Analisis Tahlili terhadap Hadis Kullukum Rā‘in wa Kullukum Mas’ūlun كلكم راع وكلكم مسول )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Tanggung Jawab Pemimpin dalam Perspektif Hadis Nabi SAW (Analisis Tahlili terhadap Hadis Kullukum Rā‘in wa Kullukum Mas’ūlun كلكم راع وكلكم مسول )"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Konsentrasi Ilmu Hadis pada Program Pascasarjana UIN Alauddin

Makassar

Oleh:

MUTAKDIR NIM. 80700217008

PASCASARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iii

َءاَيِبْنَْلْا ِوِب َمَتَخ ٍِّبَِن ىَلَع ُوَلَزْػنَأَو َبُتُكْلا ِوِب َمَتَخ اًباَتِك َفآْرُقْلا َلَعَج ىِذَّلا لله ُدْمَْلَْا

ُتاَكَرَػبْلاَو ُتاَرْػيَْلْا ُؿَّزَػنَػتَػت ِوِلْضَفِبَو ُتاَِلْاَّصلا ُّمِتَت ِوِتَمْعِنِب ىِذَّلا َفاَيْدَْلْا ِوِب َمَتَخ ٍدِلاَخ ٍـاَع ٍنْيِدِب ُتاَياَ ْلاَو ُدِااَقَمْلا ُ َّقَ َتَػت ِوِقْيِ ْ َػتِبَو َّفَأ ُدَهْشَأَو ُوَل َكْيِرَش َلا ُهَدْحَو للها َّلاِإ َوَلِإ َلا ْفَأ ُدَهْشَأ .

َْ ِعَْ َأ ِوِباَ ْاَأَو ِوِلآ ىَلَعَو ٍدَّمَُ ىَلَع للها ىَّلَاَو ُوُلْ ُ َرَو ُهُدْبَع اًدَّمَُ : ُدْعَػب اَّ َأ

.

Segala puji hanya milik Allah swt. atas petunjuk, rahmat, cahaya ilmu dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik, untuk meraih gelar Megister Agama (M.Ag.) pada jurusan Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua, Ayahanda Mansyur dan ibunda Suriati yang senantiasa mendidik dan memberikan doa tanpa batas, demikian pula saudara dan saudari, Haslinda dan Hasrul serta saudara sepupu Iksadila Abadi dan Rahmawati yang senantiasa memberikan support untuk menyelesaikan tesis ini.

Rampungnya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang turut memberikan andil, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik moral maupun material. Sepatutnya ucapan rasa syukur, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Hamdan Juhannis, MA., Ph.D., Prof.

Dr. H. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor I., Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., selaku Wakil Rektor II., Prof. Dr. Darussalam, M.Ag., selaku Wakil Rektor III., dan Dr. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., selaku Wakil Rektor IV yang telah memimpin kampus UIN Alauddin Makassar tempat peneliti menimba ilmu pengetahuan.

(5)

iv

3. Ketua Jurusan Ilmu Hadis Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Dr.

Darsul S. Puyu, M.Ag., dan Sekretaris Jurusan Ilmu Hadis, Dr. H.

Muhammad Yahya, M.Ag. yang telah memberi kesempatan dengan segala fasilitas dan kemudahan dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu Hadis Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

4. Dr. H. Mahmuddin, M.A. sebagai Promotor dan Dr. Tasmin Tangngareng, M.Ag. sebagai Kopromotor, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan koreksi dan bimbingan dengan baik serta senantiasa memberikan motivasi agar tesis ini dapat diselesaikan.

5. Dr. Darsul S. Puyu, M.Ag., sebagai penguji pertama dan Dr. Muhammad Ali, M.Ag. sebagai penguji kedua, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberi kritikan yang membangun serta motivasi agar tesis ini dapat diselesaikan.

6. Para dosen pengajar Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan ilmu dan bimbingan ilmiyahnya kepada para mahasiswa, terkhusus kepada peneliti.

7. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar dan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar beserta staf yang telah memberikan pelayanan untuk memperoleh literatur selama masa perkuliahan hingga selesainya menyusun tesis ini.

8. Teman-teman organisasi dari IKA PP An-Nuriyah Kec. Batang, Kabupaten Jeneponto, terkhusus kepada teman-teman IKA Ang. 06 serta teman-teman pendidik dari Perguruan Islam Syekh Yusuf yang senantiasa memberi

(6)

v

Makassar, khususnya konsentrasi Tafsir Hadis program Khusus 2013, keluarga besar SANAD TH Khusus Makassar, beserta teman-teman angkatan 2017 pada Jurusan Ilmu Hadis Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini, semoga dapat menjadi amal ibadah di sisi Allah swt.

Akhirnya, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu, semoga bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah, semoga Allah swt. senantiasa meridai amal usaha yang telah dilaksanakan dengan penuh kesungguhan serta keikhlasan. Selanjutnya, semoga Allah swt. merahmati dan memberkati semua upaya berkenan dengan penelitian tesis ini sehingga bernilai ibadah dan bermanfaat bagi diri pribadi, akademisi dan masyarakat secara umum sebagai bentuk pengabdian terhadap bangsa dan negara dalam dunia pendidikan seraya berdoa:

ُهاَضْرَػت اًِلْاَا َلَمْعَأ ْفَأَو َّيَدِلاَو ىَلَعَو َّيَلَع َتْمَعْػنَأ ِتَِّلا َكَتَمْعِن َرُكْشَأ ْفَأ ِنِْعِزْوَأ ِّبَر َْ ِِلْاَّصلا َؾِداَبِع ِ َكِتَْحمَرِب ِنِْلِخْدَأَو َْ ِمَلاَعْلا َّبَر اَي آ .

.

Wassalamu 'alaikum Wr.Wb.

Makassar, 25 Desember 2019

Peneliti,

M U T A K D I R

NIM: 80700217008

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIHAN TESIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

ABSTRAK ... xv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1-28 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian ... 7

D. Kajian Pustaka ... 13

E. Kerangka Teoretis ... 18

F. Metodologi Penelitian ... 20

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 26

H. Garis Besar Isi Tesis ... 27

BAB II: KAJIAN TEORETIS ... 30-48 A. Pengertian Tanggung Jawab dan Pemimpin ... 30

B. Term-term Pemimpin dalam Hadis Nabi saw., ... 36

1. Khali>fah (

ةفيل خ

) ... 36

2. Ima>m (

ـا أ

) ... 38

3. U>lil Amri (

ِرْ لْا ِ ْوأ

) ... 39

4. Sult}a>n (

َفاَ ْلُ

) ... 41

C. Kriteria Pemimpin yang Baik dalam Hadis Nabi saw., ... 42

1. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat yang Adil... ... 42

2. Pemimpin adalah pelayan rakyat... ... 43

3. Pemimpin harus Amanah... ... 45

4. Seorang Pemimpin tidak berbelah pihak... .... 47

5. Seorang pemimpin tidak boleh korupsi...48

(8)

vii

2. Metode Takhri>j al-H}adi>s\... ... 51

3. Aplikasi Metode Takhri>j al-H}adi>s\... ... 61

4. Klasifikasi Hadis berdasarkan Kitab Sumber ... 66

5. I‘tibar Sanad ... 72

B. Kritik Sanad ... 74

C. Kritik Matan ... 84

D. Natijah ... 91

BAB IV: KANDUNGAN HADIS TENTANG KULLUKUM RA>‘IN WA KULLUKUM MAS’U>LUN ... 93

A. Pemahaman Hadis Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun ... 94

B. Interpretasi Hadis tentang Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun . 99 1. Interpretasi Tekstual ... 99

2. Interpretasi Kontekstual ... 104

BAB V: PENUTUP... .. 109

A. Kesimpulan ... 109

B. Implikasi Penelitian ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 121

(9)

viii dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب

ba B Be

ت

ta T Te

ث

s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج

jim J Je

ح

h}a h} ha (dengan titik di bawah)

خ

kha Kh ka dan ha

د

dal D de

ذ

z\al z\ zet (dengan t itik di atas)

ر

ra R er

ز

zai Z zet

س

sin S es

ش

syin Sy es dan ye

ص

s}ad s} es (dengan titik di bawah)

ض

d}ad d} de (dengan titik di bawah)

ط

t}a t} te (dengan titik di bawah)

ظ

z}a z} zet (dengan titik di bawah)

ع

‘ain apostrof terbalik

غ

gain G ge

ؼ

fa F ef

ؽ

qaf Q qi

ؾ

kaf K ka

ؿ

lam L el

ـ

mim M em

ف

nun N en

و

wau W we

ػى

ha H ha

ء

hamzah apostrof

ى

ya Y ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda

(10)

ix

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh:

َ ْيَك

: kaifa

َؿْ َى

: haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Nama Huruf Latin Nama Tanda

fath}ah a a

اَ

kasrah i i

اِ

d}ammah u u

اُ

Nama Huruf Latin Nama

Tanda

fath}ah dan ya>’ ai a dan i

ْىَػ

fath}ah dan wau au a dan u

ْ َػ

Nama Harakat dan

Huruf

Huruf dan Tanda

Nama

fath}ahdan alif atau ya>’

...

َ ا | ...

َ ى

d}ammah dan wau

ُػ

a>

u>

a dan garis di atas kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas

u dan garis di atas

ىػ

(11)

x

ُتْ َُ

: yamu>tu

4. Ta>’ marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’

marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

ُةَضْوَر

ِؿاَفْ َلْا

: raud}ah al-at}fa>l

ُةَنْػيِدَمْلَا ةَلِضاَفْلَا

ُ : al-madi>nah al-fa>d}ilah

ةَمْكِْلَْا

ُ : al-h}ikmah

5. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( ـّـ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

َانَّبَر

: rabbana>

َانْيََّ

: najjaina>

ّ َْلَْا

ُ : al-h}aqq

َمِّعُػن

: nu‚ima

وٌّوُدَع

: ‘aduwwun

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ّـــِــــ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.

Contoh:

وٌّىِلَع

: ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

وٌّ َرَع

: ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

ؿا

(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

(12)

xi Contoh:

ُ ْمَّللَا

: al-syamsu (bukan asy-syamsu)

ةَلَزْلَّزلَا

ُ : al-zalzalah (az-zalzalah)

ةَفَسْلَفْلَا

ُ : al-falsafah

ُدَببْلَا

: al-bila>du

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َفْوُرُ ْ َت

: ta’muru>na

ُعْ َّػنلَا

: al-nau‘

ٌءْيَش

: syai’un

ُتْرِ ُأ

: umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n

Al-Sunnah qabl al-tadwi>n 9. Lafz} al-Jala>lah (

للها

)

Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

ُنْيِد

ِللها

di>nulla>h

ِللهاِب

billa>h
(13)

xii

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n

Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu>> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi.

Contoh:

Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)

Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

(14)

xiii a.s. = ‘alaihi al-sala>m

Cet. = Cetakan

t.p. = Tanpa penerbit

t.t. = Tanpa tempat

t.th. = Tanpa tahun

t.d = Tanpa data

H = Hijriah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

QS. …/…: 4 = QS. al-Baqarah/2: 4 atau QS. A<li ‘Imra>n/3: 4

h. = Halaman

(15)

xiv

(Analisis terhadap Hadis Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun)

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana wawasan hadis tentang

لٌو ئُ سْ لمَا

/Tanggung jawab Pemimpin terhadap Hadis

لٌو ئُ سْ لمَ ئُ ئُ لمَ عٍا لمَ ئُ ئُ

.

Tanggung jawab pemimpin yang dimaksud ialah kewajiban seorang pemimpin atau beban yang harus dilakukan untuk kebaikan pelakunya atau pihak lain demi terpeliharanya keserasian, keseimbangan dan keselarasan antar sesama manusia, antar manusia dengan lingkungan atau antar manusia dengan tuhannya. Adapun sub masalah yang dipecahkan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kualitas hadis tentang Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun, 2) Bagaimana kandungan hadis tentang Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun, dan 3) Bagaimana Interpretasi Tekstual dan Kontekstual hadis tentang Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan dan menganalisis kualitas dan kehujjahan hadis tentang Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun, dan 2) mengemukakan kandungan dan interpretasi hadis tentang Al-Mas’u>l ‘an Ra‘iyyah ditinjau dari segi tekstual dan kontekstual hadis.

Untuk menjawab permasalahan di atas, peneliti menggunakan pendekatan multidisipliner, yaitu pendekatan Ilmu hadis, sosio-historis dan kebahasaan.

Penelitian ini tergolong library research, data dikumpulkan dengan mengutip, menyadur dan menganalisis isi (content analysis) terhadap literatur yang representatif dan mempunyai relevansi dengan masalah yang dibahas, kemudian mengulas dan menyimpulkannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun dalam hadis Nabi saw. memiliki kualitas sanad dan matan yang s}ah}i>h}.

Hadis yang serupa dengan Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun

,

peneliti

menemukan 10 jalur yang terdapat pada Kitab al-Tis‘ah, dari 10 jalur yang temukan terdapat 1 sya>hid yaitu, ‘Abdillah Ibn ‘Umar dan 3 muta>bi‘ yaituSa>lim Ibn ‘Abdillah, Na>fi‘ dan ‘Abdullah Ibn Di>nar, hingga kesimpulannya bahwa hadis tentang Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun dapat dijadikan h}ujjah}. Adapun makna Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun menurut hadis Nabi saw, yaitu menjaga secara keseluruhan apa yang berada dibawah naungannya, memberikan nasehat kepada rakyatnya serta seorang pemimpin mengingatkan apabila

(16)

xv

suami bertugas untuk memberi tunjangan, nafkah serta pergaulan yang baik kepada sang istri, seorang istri bertugas untuk mengurus, menasehati dan menjaga amanah yang telah dititipkan suami darinya dan seorang budakpun bertugas untuk tetap berada pada apa yang telah ditentukan oleh tuannya, yang kesemuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah swt,.

Sedangkan dilihat dari segi kontekstual hadis tentang Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun ialah semua manusia adalah pemimpin, minimal memimpin diri sendiri, apakah seorang pemimpin, penguasa, berkulit putih, berkulit hitam, orang kaya, orang miskin, Presiden, MPR, DPR, Gubernur, Bupati serta budak sekalian jika dalam kesehariannya tidak dapat menjaga dan memelihara apa yang telah diamanahkan terhadapnya maka tidak bisa disebut sebagai

عار

(pemimpn), karna makna dari kata

عار

(pemimpin) ialah menjaga dan memelihara.

Implikasi penelitian ini adalah: 1) Pengetahuan tentang Kullukum Ra‘in wa Kullukum Mas’u>lun baik dalam pandangan ilmu umum, terkhusus dalam hadis Nabi saw. perlu menjadi perhatian dan pengembangan guna menambah wawasan pengetahuan, dan 2) Masyarakat mesti sadar bahwa segala apa yang ada dimuka bumi ini adalah tanggungjawab bersama dengan cara menjaga dan memeliharanya, tanpa melihat siapa saya dan siapa mereka.

(17)

xvi

(Analysis to Hadith Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun)

The main problem of this research is on the insights of Hadith towards Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun. The main research was divided into sub-problems namely: 1) How is the quality of the hadith related to Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun, 2) What is the content of the hadith related to Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun, and 3) How is the textual and the contextual Interpretation of the hadith related Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun. In terms of purposes, this study is expected to: 1) describe and analyze the quality and the authenticity of the hadith related to Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun, and 2) express the content and the interpretation of the hadith related to Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun in terms of both its textual and contextual interpretations.

In this research, the researcher employed multidisciplinary approaches namely hadith science, socio-historical, and linguistic approaches in order to answer the research problems. This research is classified as a library research in whcihthe data were collected by quoting, adapting and analyzing the content (content analysis) on representative literature which has relevance to the problem discussed.Afterwards, the data were reviewed before being concluded by the researcher.

The results of this study indicate that Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun in the hadith of the Holy Prophet has a valid sanad and matan. In the similar Hadith to Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun, the researcher found 10 paths situated in the Book of al-Tis'ah.Among the 10 paths found in the book, it is apparent that one of them was syahid namely Abdillah Ibn 'Umar,while 3 others were muttabi' namely Salim Ibn 'Abdillah, Nafi', and 'Abdullah Ibn Dinar.

This fact leads to the conclusion that the hadith related to Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun can be used as hujjah. In terms of the meaning of the hadtih about Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun, it can be concluded that the hadith of the prophet put emphasis onthe importance of leaders to maintain and take care of his people, to give advice and remind his peopleon the dangerous of betrayal, and to be committed on his people and his responsibilities. In terms of the textual meaning of the hadith, it is apparent that the hadith informed that all

(18)

xvii

duty to do what has been commanded by his master.All these duties as leaders would be asked and dependable in the name of the God. In terms of the contextual meaning of the hadith on Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun, it is revealed that all human beings are leaders, at least to lead themselves.

Therefore, a leader, a ruler, a white, a black, rich people, poor people, presidents, MPR, DPR,governors, regents and even slaves, cannot be called as عار (leader) if they cannot guard and preserve what has been mandated on them in their daily life. This is in line with the sense of the word of عار (leader) which means to guard and preserve.

The implications of this research are: 1) Knowledge on the hadith related to Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun need to be learned and considered seriouslyby every individual in order to broaden the knowledge and to enlighten the leadership practicesbased on the Hadith of the holy prophet, and 2) People have to be aware that everything existing on this earth is a shared responsibility in which it should be maintained and taken care regardless of the individual differences.

(19)

1

Hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam yang menduduki posisi sangat signifikan. Dilihat dari segi struktural, hadis menduduki posisi kedua dalam ajaran agama Islam setelah al-Qur'an,1 kemudian dari segi fungsional hadis sebagai penjelas (eksplanasi) terhadap ayat-ayat al-Qur'an. Allah swt. berfirman dalam QS al-Nah}l/16: 44.

اَنْلَزْ نَأَو َ ْ َلإِ

َ ْ ذِّلل َذِّ َ تُ إِل إِاانَّن إِل َ ذِّزتُ ناَ

ْ إِ ْ َلإِ

ْ تُ نَّ َ َلَو َ ْوتُ نَّ َ َ َ

Terjemahnya:

Dan kami turunkan al-Qur'an kepadamu (Muhammad) agar kamu menjelaskan kapada umat manusia apa yang telah diturunkan untuk mereka, dan supaya mereka memikirkan.2

Eksistensi hadis yang mendapat legitimasi ilahiah,3 yang mampu menjawab setiap persoalan atau peristiwa-peristiwa kemanusiaan. Melirik pendapat ilmuan mengenai keberhasilan Nabi Muhammad tentang peradaban agama Islam, Jhon L. Esposito dalam Ensiklopedia Oxford, secara eksplisit menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah seorang Nabi dan Rasul Allah yang telah membangkitkan salah satu peradaban besar di dunia. Michael Hart,

1Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992 M), h. 3. Lihat, Abuddin Nata, Dirasah Islamiyah al-Qur’an dan al-Hadis (Cet. II; Jakarta:

Grafindo Persada, 1993 M), h. 171.

2Kementerian Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya (Surabaya: Pustaka Assalam, 1431 H./2010 M), h. 370.

3’A<isyah r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak Rasulullah, beliau menjawab khuluq al-Qur’an. Lihat, Abu> al-H{usain Muslim ibn al-H{ajja>j ibn Muslim al-Qusyairi>

al-Naisa>bu>ri>, S{ah}i>h} Muslim, Juz. I (Bairu>t; Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1992 M), h. 512-513. Lihat, Abu ‘Abd al-Rah}ma>n Ah{mad ibn Syu’aib ibn ‘Ali> al-Khura>sa>ni> al-Nasa>’i>, Al-Sunan al-S{agri> li al- Nasa>’i>, Juz. III (Cet. III; H{alb; Maktab al-Mat}bu>’a>t al-Isla>miyah, 1986 M), h. 199. Lihat, Abu>

‘Abdilla>h al-H{a>kim Muh}ammad ibn ‘Abdilla>h ibn Muh}ammad ibn H{amdu>yah ibn Nu’aim ibn H{akim al-D{abi> al-Naisa>bu>ri>, Mustadrak ‘ala> al-S{ah}i>h}ain, Juz. II (Cet. I; Bairu>t: Da>r al-Kutub al-

‘Ilmiyah, 1990 M), h. 670. Lihat, Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis Kajian Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ (Cet. II; Makassar: Alauddin University Press, 2013 M), h. 1.

(20)

seorang penulis non muslim, dengan sangat objektif menempatkan Nabi Muhammad saw. diurutan pertama tokoh yang paling berpengaruh sepanjang sejarah dunia, secara gamblang ia menyatakan bahwa ‚Muhammad saw. adalah satu-satunya pemimpin dunia yang sukses sebagai personal, negarawan sekaligus pemimpin spiritual yang agung. Hal itu yang membuat pilihan pertama yang sangat layak jatuh kepadanya‛, ia satu-satunya orang yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa, baik dalam hal agama maupun duniawi. Nabi Muhammad saw. tidak hanya dikenal sebagai pemimpin umat Islam, beliau juga dikenal sebagai orang negarawan teragung, hakim teradil, pedagang terjujur, pemimpin militer terhebat, dan pejuang kemanusiaan tergigih.4

Tugas seorang pemimpin pada dasarnya ialah membawa orang-orang yang dipimpinnya ke arah tujuan yang hendak diinginkan atau dicapai, dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 menyatakan bahwa mendorong bangsa Indonesia yang memiliki kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negera Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4Muhammad Harfin Zuhdi, ‚Konsep Kepemimpinan dalam Perpektif Islam‛, Akademika 19. No. 01 (Januari-Juni 2014), h. 52-53.

(21)

Hal ini menandakan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin hendaknya merancang program-program pembangunan dengan tujuan memudahkan rakyat untuk mencapai tujuannya, selain itu seorang pemimpin marancang program kesejahteraan rakyat demi tercapainya keadilan yang adil dan beradab. Untuk mencapai hal itu semua, hal dasar yang dilakukan ialah berpegang teguh terhadap Agama Allah agar tidak menimbulkan cerai berai.

Berpegang teguh yang dimaksud ialah upayakan sekuat tenaga untuk mengaitkan diri satu dengan yang lain dengan tuntunan Allah sambil menegakkan kedisiplinan untuk semua baik masyarakat ataupun pemimpinnya sekalian tanpa terkecuali. Sehingga jika ada diantara mereka yang lalai ingatkanlah dia, atau ada yang tergelincir bantu dia bangkit agar semua dapat tergantung pada agama Allah. Kalaw diantara mereka ada yang lengah atau ada salah seorang yang menyimpang maka keseimbangan akan kacau dan disiplin akan rusak karna itu bersatu padulah dan jangan kamu bercerai.5

Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba ('abdulla>h)6 yang berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada-Nya sebagai bentuk tanggung jawab 'ubudiyyah terhadap Allah yang telah menciptakannya. Ibadah bukan hanya sekadar kekuatan dan ketundukan, tetapi ia adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ia juga merupakan dampak dari keyakinan bahwa penagbdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau arti hakikatnya. Ibadah terdiri dari ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah,

5M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‘an, Vol. 2 (Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati 2005 M), h. 103.

6Kementerian Agama RI, Al-Qur‘a>n dan Terjemahnya , h. 56.

(22)

ibadah mahdhah ialah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah ialah segala aktivitas lahir dan batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.7 Kedua, sebagai khali>fatulla>h yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam. Dengan kata lain, manusia sebagai khali>fah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain.

Tugas dan tanggung jawab itu merupakan amanah ketuhanan yang sungguh besar dan berat. Oleh karena itu, semua yang ada di langit dan di bumi menolak amanat yang sebelumnya telah Allah tawarkan kepada mereka. Akan tetapi, manusia berani menerima amanat tersebut, padahal ia memiliki potensi untuk mengingkarinya.







































Terjemahnya:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.8 Kata , terambil dari kata

عَ عَ عَ

yakni memaparkan sesuatu kepada pihak lain agar dia memilih untuk menerima atau menolaknya. Ayat diatas mengemukakan suatu ilustrasi tentang tawaran yang diberikan Allah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tawaran tersebut bukanlah bersifat pemaksaan.

Atas dasar itu, sementara ulama menambahkan bahwa tawaran Allah kepada

7M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‘an, Vol. 13, h. 356.

8Kementerian Agama RI, Al-Qur‘a>n dan Terjemahnya, h. 72.

(23)

langit, bumi dan gunung-gunung dan informasinya bahwa mereka menolak, merupakan pertanda bahwa sebenarnya mereka semua bukanlah makhluk yang dapat memikul amanat tersebut. Di sisi lain, penyerahan amanat oleh Allah kepada manusia dan menerimaan makhluk ini, menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi untuk menunaikannya dengan baik, ini karena Allah tidak akan menyerahkan bila manusia mengetahui ketiadaan potensi tersebut.

Berbeda-beda pendapat ulama tentang yang dimaksud oleh ayat di atas dengan kata () al-Amanah. Ada yang mempersempit sehingga menentukan kewajiban keagamaan tertentu seperti rukun Islam atau puasa, ada juga yang memperluas sehingga mencakup semua beban keagamaan. Ibn ‘Asyur cenderung memahami kata amanah pada ayat ini dalam arti hakiki yaitu apa yang diserahkan kepada seseorang untuk dipelihara dan ditunaikan sebaik mungkin, serta menghindari segala bentuk penyia-nyiaannya, baik secara sengaja maupun karna alpa dan lupa.9

Ibn ‘Abbas sebagaimana dikutip oleh Ibn Kas}i>r dalam tafsirnya Tafsi>r al- Qur'a>n al-'Az}i>m, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan amanat pada ayat di atas adalah ketaatan dan penghambaan atau ketekunan beribadah.10 Ada juga yang memaknai kata amanah sebagai al-takli>f (pembebanan), karena orang yang tidak sanggup memenuhinya berarti membuat utang atas dirinya. Adapun orang yang melaksanakannya akan memperoleh kemuliaan.11

9M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‘an, Vol. 11, h. 332.

10Ima>d al-Di>n Abu> al-Fida>' Isma>'il Ibn Kas\i>r al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur'a>n al-Az}i>m, Juz.

XI (Kairo: Muassasah Qurt}ubah, 2000), h. 250.

11Kaitannya dengan hal tersebut, Abdullah Yusuf Ali menyatakan bahwa kata-kata langit, bumi, dan gunung-gunung pada ayat tersebut mengandung makna simbolik. Maksudnya, untuk membayangkan bahwa amanah itu sedemikian berat sehingga benda-benda yang sedemikian berat seperti langit, bumi, dan gunung yang cukup kuat serta teguh sekalipun, tidak sanggup menanggung dan memikulnya. Lihat, Sahabuddin, Ensklopedi al-Qur'an; Kajian Kosakata, Jilid. I (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 83-84.

(24)

Dari sekian banyak penafsiran ulama tentang amanah, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dapat menghubungkan antara satu dengan yang lain, yaitu al-mas'uliyyah (tanggung jawab) atas anugerah Allah yang diberikan kepada manusia, baik berupa jabatan (hamba sekaligus khalifah) maupun nikmat yang sedemikian banyak. Dengan kata lain, manusia berkewajiban untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban dihadapan Allah atas limpahan karunia Ilahi yang diberikan kepadanya. Hal ini juga berarti bahwa pemimpin bukan hanya orang yang memiliki jabatan organisasi/instansi dan atau lembaga tertentu tetapi setiap manusia adalah pemimpin.

Di ayat lainpun menunjukkan bahwa manusia dibebani tugas oleh Allah dengan tujuan memakmurkan bumi, tugas yang dijelaskan di ayat ini, menerangkan bahwa setiap manusia adalah pemimpin, sebagaimana yang dijelaskan di dalam al-Qur‘an, pada surah al-Ba>qarah/02: 30, adapun lafalnya ialah:

لْ عَ إِ

عَا عَ

عَ بُّ عَ

لِ عَ لِ لٓ عَ عَ لْ لِ

لِلّ

إِ لٌ لِا عَ

لِ

لِ لْ لْ ٱ ةً عَي لِ عَ

ا۟ لٓ لُا عَ

لُ عَ لْ عَ

عَيهلِف لُ لِ لْيلًُ نعَم عَيهلِف لُ لِي لْ عٌَعَ

عَ لٓ عَملِلّ ٱ

لُنلْ عَ عَ

لُ لِلّ عَسَ لُ

عَ لِ لْ عَ لِ

لُ لِلّ عَ لُ عَ

عَ عَ

عَا عَ

لٓ لِلّ

إِ لُعَ لْا عَم عَو لُ عَ لْ عَ عَ

﴿ ٣٠

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‚Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.‛ Mereka berkata, ‚Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?‛ Dia berfirman, ‚Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.‛12 Hanya saja kebanyakan manusia tidak memiliki skill/keterampilan dalam menjalankan amanah tersebut sehingga laporan pertanggungjawaban-Nya ditolak yang berdampak pada kerusakan serta ketidakaturan, baik dirinya maupun alam raya ini. Padahal, Rasulullah saw. sudah sangat jelas mengingatkan umatnya

12Kementerian Agama RI, Al-Qur‘a>n dan Terjemahnya, h. 13.

(25)

mengenai eksistensi mereka di dunia. Ibarat penggembala yang bertugas memelihara, mengawasi, dan melindungi gembalaannya.

Oleh karena itu, di dalam tulisan ini penulis akan mengajak pembaca untuk merenungi dan menganalisa lebih jauh mengenai tanggung jawab pemimpin dalam perspektif hadis Nabi saw. sebagai sumber kedua ajaran Islam sekaligus gambaran personifikasi Rasulullah saw. dalam mewujudkan kepemimpinan yang amanah.

Pada tulisan penelitian ini, dibatasi pada salah satu hadis Rasulullah saw.

yang driwayatkan oleh al-Bukha>ri dari ‘Abdullah Ibn ‘Umar, yaitu:

عَنعَثَّ عَح لُ

، لِو عَ لْ بُّنا عَنعَثَّ عَح

لُا َّ عَ

لُنلْ

،ٍ لًْعَز لْنعَ

، عَب بًُّ

لْنعَ

،ٍعلِف عَنَ

لْنعَ

لِ لْ عَ

،لِ َّللَّ

عَا عَ

بُّ لِ َّنا َّ عَ

لُ

لِ لْ عَ عَا عََّ عَ عَ

: لْلُ بُّ لُ

ٍا عَ

لْلُ بُّ لُ عَ

،لٌا لُ لْسَ عَم لُا عَم عَف إِ

ٍا عَ

عَ لُ عَ

،لٌا لُ لْسَ عَم لُ لُ َّ ا عَ

ٍا عَ

عَ عَا لِلِ لْ

عَ لُ عَ

،لٌا لُ لْسَ عَم

لُ لْ عَا عَ

لٌ عَ لِ عَ

عَ عَا لِ لْ عَ

عَ لِجِ لْ عَز عَ لِ عَ

،لٌ عَلَ لُ لْسَ عَم لُ لْ عَ ا عَ

ٍا عَ

عَ عَا لِا عَم لِ لِ لِلّ عَسَ

عَ لُ عَ

،لٌا لُ لْسَ عَم عَ

لْلُ بُّ لُ عَف ٍا عَ

لْلُ بُّ لُ عَ

لٌا لُ لْسَ عَم . ي خ ا

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Nafi' dari Abdullah ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalain akan dimintai pertanggungjawabannya.

Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalain adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. (HR. al-Bukha>ri>) B. Rumusan Masalah

Uraian latar belakang di atas memuat proposisi yang bersifat integral dalam mengungkap ‚Tanggung jawab Pemimpin dalam Perspektif Hadis Nabi

13Abu> 'Abdilla>h Muh}ammad ibn Isma>'il al-Bukha>ri>, Al-Ja>mi' al-S{ah}i>h} al-Musnad min H{adi>s\ Rasu>lilla>h S{allalla>hu 'Alai>hi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi (S}ah}i>h{ al-Bukha>ri>), Juz.

VII (Cet. I; Kairo: al-Mat}ba'ah al-Salafiyyah, 1403 H), h. 26.

(26)

SAW, (Analisis Tahlili terhadap Hadis

لٌا لُ لْسَ عَم لْلُ بُّ لُ عَ ٍا عَ لْلُ بُّ لُ

)‛. Melihat urgensi pembahasan tesis ini, secara holistis tercakup dalam intisari rumusan masalah berikut.

1. Kualitas Hadis tentang Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun ? 2. Kandungan Hadis tentang Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun ? 3. Interpretasi Hadis tentang Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun ? C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian

Menyadari luasnya ruang lingkup dan pembahasan tentang tanggung jawab pemimpin dalam belbagai disiplin ilmu hadis dan perkembangan ilmu pengetahuan. Maka, penulis perlu menegaskan pengertian judul dan ruang lingkup penelitian untuk menghindari kesalapahaman dan kekeliruan terhadap penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah ‚Tanggung jawab Pemimpin dalam Perspektif Hadis Nabi SAW, (Analisis Tahlili terhadap Hadis

لْلُ بُّ لُ عَ ٍا عَ لْلُ بُّ لُ

لٌا لُ لْسَ عَم

)‛. Selanjutnya penulis akan menjelaskan term-term dalam judul di atas beserta dengan cakupan ruang lingkupnya. Adapun term-term dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Pengertian Judul Penelitian a. Tanggung Jawab

Kata tanggung jawab, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalaw terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya).14 Dalam kamus bahasa Inggris disebut Responsibility (bersidialah memegang lebih banyak/hunungan

14Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. X; Semarang:

Widya Karya, 2011 M), h. 526.

(27)

suatu tindakan dengan seseorang)15. Sedangkan, dalam bahasa Arab disebut Al- Mas’u>l

/

16

لٌا لُ لْسَ عَا .

b. Pemimpin

Kata pemimpin, jika dialihbahasakan ke dalam bahasa arab memiliki banyak arti yaitu ima>m, sulta>n, khali>fah, ma>lik dan Ra>‘in. Namun, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kata Ra>‘in/

لِا عَ ,

berasal dari kata

ي

, terdiri

dari huruf

ت ا ف لح ين ا ا

, yang mempunyai dua makna dasar yaitu mengawasi dan memelihara serta pengembalian.17 Al-Raghib al-Ashfahani berbendapat bahwa, pada mulanya kata tersebut bermakna memelihara binatang, baik dengan memberikan makanan ataupun melindungi dari bahaya. Dari akar kata tersebutlah sehingga muncul beraneka ragam macam makna, tetapi kesemuanya mengandung makna memelihara dan mengawasi. Misalnya kata

ى

atau

ٍا

, yang berarti pengembala, karna setiap orang yang mengembala binatang bertugas untuk memelihara dengan memberikan semua kebutuhan hidupnya serta mengawasi dari berbagai bahaya yang akan menimpanya. Begitupun kata

ٍا

yang diartikan pemimpin, karna pemimpin bertugas mengawasi/memelihara serta melindungi orang-orang yang dipimpinnya, yang akhirnya bermakna sama dengan kata

ٍا

yang artinya pengembala.18

Pemimpin adalah yang mampu memotivasi, memerintah, mengarahkan, mengajak, mengarahkan, membimbing, menasehati, mengarahkan, membimbing, melarang dan bahkan menghukum serta membina dalam rangka mencapai tujuan

15Hadi Podo dan Joseph J. Sullivan, Kamus Ungkapan Indonesia-Inggris (Cet. X;

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999 M), h. 1316.

16Abid Bisri dan Munawwir A Fatah, Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia Al-Bisri (Surabaya: Pustaka Progressif, 1999 M), h. 359.

17Abu> al-H}usai>n Ahmad Ibn Fa>ris Ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lu>gah, Juz. 2 (Da>r al-Fikr, 1979 M), h. 408.

18Abd. Rahman al-Kayyis, ‚Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif al-Sunnah‛, Jurnal Lisan al-Hal 4, No. 1, (Juni 2012): h. 64.

(28)

administrasi secara efektif dan efisien yang diridhai oleh Allah swt.19 pendapat lain, mengemukakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kelebihan dan kecakapan dalam suatu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Sementara menurut Henry Pratt Fairchild mendefenisikan pemimpin ialah orang yang memimpin dengan cara memprakarsai tingkah laku social dengan mengarahkan, mengatur, mengontrol atau mengorganisir usaha orang lain, kekuasaan atau posisi.20 Dan yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini terhadap defenisi pemimpin yaitu seseorang yang mampu menjaga dan mengawasi serta melindungi orang-orang yang dipimpinnya.

c. Perspektif Hadis Nabi saw.

Perspektif adalah cara melukiskan suatu benda dan lain-lain pada permukaan yang datar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi, sudut pandang atau cara pandang.21 Maka, maksud kata perspektif pada penelitian ini ialah sudut pandang atau cara pandang seseorang dalam melihat persoalan yang timbul secara sadar dengan menggunakan kaidah berfikir yang benar.

Sementara kata hadis berasal dari bahasa Arab yaitu, al-h}adi>s\, bentuk pluralnya adalah al-ah}a>di>s\. Secara etimologi, kata yang tersusun atas huruf h}a, dal, dan s\a memiliki beberapa arti, antara lain sesuatu yang sebelumnya tidak ada (baru).22 Sebagian ulama menetapkan bahwa kata ah}a>dis\ adalah jamak dari

19Sakdiah, ‚Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat- sifat Rasulullah‛, Jurnal al-Bayan 22. no. 33 (2016): h. 31.

20Ulil Albab, ‚Hadis tentang Kepemimpinan Perempuan dalam Pemahaman Masyarakat Muslim Surabaya‛, Skripsi (Jakarta: Fak. Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, 2018 M), h. 18.

21Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008 M), h. 1167.

22Muh{ammad ibn Mukrim ibn Manz{u>r al-Afrīqī, Lisān al-'Arab, Juz. II (Cet. I; Bairu>t:

Dār S}ādr, t. th.), h. 131.

(29)

h}adi>s\, menurut al-Zamakhsyari> bahwa kata ah}a>dis\ adalah isim jamak dari hadis bukan jamaknya.23 Sedangkan secara terminologi ulama berbeda pendapat, menurut ahli hadis adalah segala ucapan, perbuatan dan keadaan Nabi saw.

termasuk ke dalam ‚keadaan beliau‛ segala yang diriwayatkan dalam kitab sejarah, seperti kelahirannya, tempatnya dan yang bersangkut paut dengan itu, baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya. Definisi menurut ahli ushul hadis adalah segala perkataan, perbuatan dan taqri>r Nabi saw. yang bersangkutan dengan hukum.24 Sementara ulama hadis mendefinisikan, hadis adalah apa saja yang berasal dari Nabi saw. yang meliputi empat aspek yaitu qauli (perkataan), fi'li (perbuatan), taqriri> (ketetapan) dan washfi> (sifat/moral).25

Berdasarkan perbedaan para ulama dalam mendefinisikan istilah hadis, definisi hadis yang menjadi acuan dalam penelitian tesis ini adalah segala pernyataan, perbuatan, penetapan, pengakuan dan persetujuan nabi Muhammad saw.26

Dengan demikian, kata ‚Perspektif Hadis‛ yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sudut pandang atau cara pandang tentang tanggungjawab pemimpin dilihat dari hadis Nabi saw, baik dari perkataan perbuata ataupun penetapannya.

23Abu> H{ayya>n Muh}ammad ibn Yu>suf ibn ‘Ali> ibn Yu>suf ibn H{ayya>n ibn As\i>r al-Di>n al- Andalusi>, al-Bah}r al-Muh}i>t} al-Tafsi>r, Juz. VII (Bairu>t: Da>r al-Fikr, 1420 H), h. 564.

24Teungku Muhammad Hasbi al-Siddiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2009 M), h. 4-5.

25Muh}ammad Jama>l al-Di>n al-Qa>simi>, Qawa>id al-Tah}di>s\ (Bairu>t: Da>r al-Kutub al-

‘Ilmiyah, t.th.), h. 61. Lihat, Idri, Studi Hadis (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2010 M.), h. 8.

26‘Ali> ibn Sult}a>n al-Hurawi> al-Qa>ri>, Syarh} Nukhbah al-Fikr (Bairu>t: Da>r al-Kutub al-

‘Ilmiyah, 1978 M), h. 16. Lihat, Muh}ammad ‘Ajjaj al-Kha>t}ib, Us}u>l al-H{adi>s\ (Bairu>t: Da>r al-Fikr, 1975 M), h. 18-19. Lihat, Muh}ammad Adib S{a>lih}, Lamhat fi> Us}u>l al-H{adi>s\ (Bairu>t: Maktab al- Isla>mi>, 1399 M), h. 27-33.

(30)

d. Analisi Tahlili terhadap Hadis

لٌا لُ لْسَ عَم لْلُ بُّ لُ عَ ٍا عَ لْلُ بُّ لُ

Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penelitian atau pengkajian terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya). Dapat pula diartikan sebagai suatu penguraian pada suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.27

Sedangkan kata tah{li>li> merupakan metode yang menjelaskan hadis-hadis Nabi dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam hadis tersebut serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan kecenderungan dan keahlian pensyarah, namun dalam hal ini peneliti memaparkan hadis

لٌا لُ لْسَ عَم لْلُ بُّ لُ عَ ٍا عَ لْلُ بُّ لُ

dilihat dari segi tekstual dan kontekstual.

Adapun yang menjadi objek kajian dalam pembahasan penelitian ini ialah hadis

لٌا لُ لْسَ عَم لْلُ بُّ لُ عَ ٍا عَ لْلُ بُّ لُ

yang diriwayatkan oleh Ima>m al-Bukha>ri>, dalam kitabnya S}ah}i>h} al-Bukha>ri cetakan ke-1, juz 7, halaman 26.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan pengertian judul di atas, maka ruang lingkupa pembahasan dalam penelitian tesis ini adalah Hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ima>m Bukha>ri>, dalam kitabnya S}ah}i>h} al-Bukha>ri cet. I, juz. 7 halaman 26. Kemudian hadis tersebut ditakhri<j dengan menggunakan kitab-kitab sumber. Selain itu, peneliti melakukan naqd al-h}adi>s} (kritik hadis) pada sanad dan matan hadis, sedangkan untuk memahami hadis tersebut dengan menggunakan metode tahlili, sehingga dapat menyimpulkan sebagaimana tuntunan Nabi saw. dalam hadis

لْلُ بُّ لُ

ٍا عَ

لْلُ بُّ لُ عَ

لٌا لُ لْسَ عَم

.

27Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (Cet.

II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 43.

(31)

Adapun hadis yang menjadi objek kajian utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

عَنعَثَّ عَح لُ

، لِو عَ لْ بُّنا عَنعَثَّ عَح

لُا َّ عَ

لُنلْ

،ٍ لًْعَز لْنعَ

، عَب بًُّ

لْنعَ

،ٍعلِف عَنَ

لْنعَ

لِ لْ عَ

،لِ َّللَّ

عَا عَ

بُّ لِ َّنا َّ عَ

لِ لْ عَ عَا لُ

عََّ عَ عَ

: لْلُ بُّ لُ

ٍا عَ

لْلُ بُّ لُ عَ

،لٌا لُ لْسَ عَم لُا عَم عَف إِ

ٍا عَ

عَ لُ عَ

،لٌا لُ لْسَ عَم لُ لُ َّ ا عَ

ٍا عَ

عَ عَا لِلِ لْ

عَ لُ عَ

،لٌا لُ لْسَ عَم

لُ لْ عَا عَ

لٌ عَ لِ عَ

عَ عَا لِ لْ عَ

عَ لِجِ لْ عَز عَ لِ عَ

،لٌ عَلَ لُ لْسَ عَم لُ لْ عَ ا عَ

ٍا عَ

عَ عَا لِا عَم لِ لِ لِلّ عَسَ

عَ لُ عَ

،لٌا لُ لْسَ عَم عَ

لْلُ بُّ لُ عَف ٍا عَ

لْلُ بُّ لُ عَ

لٌا لُ لْسَ عَم . ي خ ا

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu‘ma>n, telah menceritakan kepada kami Hamma>d bin Zai>d dari Ayyu>b dari Na>fi' dari ‘Abdullah ia berkata; Nabi ssaw. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalain akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya.

Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya.

Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. (HR. al-Bukha>ri>)

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka umumnya dimaknai berupa ringkasan atau rangkuman dan teori yang ditemukan dari sumber bacaan (literatur) yang ada kaitanya dengan tema yang akan diangkat dalam penelitian.29 Adapun yang ditemukan beberapa sumber literatur yang relevan dengan pembahasan penelitian ini, yaitu:

Tasmin Tangngareng dalam Jurnalnya yang berjudul ‚Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Hadis‛30 penelitian ini membahas hadis tentang tidak sukses suatu kaum (masyarakat) yang menyerahkan urusan mereka kepada

28Abu> 'Abdilla>h Muh}ammad ibn Isma>'il al-Bukha>ri>, Al-Ja>mi' al-S{ah}i>h} al-Musnad min H{adi>s\ Rasu>lilla>h S{allalla>hu 'alai>hi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi (S}ah}i>h{ al-Bukha>ri>), h. 26.

29Ibn H{ajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996 M), h. 19.

30Tasmin Tangngareng, ‚Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Hadis‛, Karsa 23, no. 1 (Juni 2015): h. 156-175.

(32)

perempuan. Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam jurnal ini ialah menganalisis hadis tersebut baik dari segi tekstual maupun kontekstual, setelah menganalisis kemudian menuangkan belbagai ragam pandangan ulama hadis tentang kepemimpinan perempuan. Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah objek kajiannya. Objek yang dikaji dalam tesis ini adalah tanggung jawab pemimpin yang terdapat pada kitab hadis S}ah}i>h} al- Bukha>ri>.

Ibnu dalam Jurnalnya yang berjudul ‚Kepemimpinan Individu dan Sosial dalam Perspektif Hadis‛31 penelitian ini membahas tentang term-term kepemimpinan, setelah menemukan term tentang pemimpin, selanjutnya dalam jurnal ini peneliti melakukan pelacakan hadis yang sesuai pada term jurnal yang ditemukan. Langkah selanjutnya dalam jurnal ini ialah kritik sanad dan matan hadis tentang kepemimpinan, adapun hadis yang diteliti dalam jurnal ini ialah terdapat pada Kitab Ahmad Ibn Hanbal Juz. 8, halaman 83. Dalam jurnal ini pula, terdapat kriteria Kepemimpinan dalam hadis Nabi saw. Dan yang menjadi pembeda dalam penelitian tesis ini adalah Objek kajiannya, Objek yang dikaji dalam tesis ini adalah tanggung jawab pemimpin yang terdapat pada kitab hadis S}ah}i>h} al-Bukha>ri>.

Muhammad Dian Supyan, dalam sebuah penelitian untuk mencapai gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga pada Fakultas Dakwah yang berjudul ‚Kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah Karya M. Quraish Shihab‛.32 Penelitian ini membahas tentang Deskripsi kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah yang meliputi kepemimpinan Islam dalam perspektif al- Qur‘an dan Tafsir, Prinsip kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah, Kriteria kepemimpinan yang ideal menurut Tafsir al-Misbah dan Perwujudan tipe

31Ibnu ‚Kepemimpinan Individu dan Sosial dala Perspektif Hadis‛, Analisis 3, no. 1 (Juni 2017), h. 167-190.

32Muhammad Dia Supyan, ‚Kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah Karya M.

Quraish Shihab‛, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2013 M), h. 64-111.

(33)

kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah. Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah kepemimpinan khusus pada hadis Nabi saw., yang terdapat pada Kitab S}ah}i>h} al-Bukha>ri> cet. 1, Juz. 7, halaman 26.

Ulil Albab, dalam sebuah penelitian untuk mencapai gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas Ushuluddin yang berjudul ‚Hadis tentang Kepemimpinan Perempuan dalam Pemahaman Masyarakat Muslim Surabaya‛,33 penelitian ini membahas tentang arti pemimpin dan kepemimpinan tepatnya pada bab II (gambaran umum) dalam skripsi tersebut. Kemudian di bab III (Kepemimpinan Perempuan dalam Pandangan Masyarakat Muslim Surabaya) pada skripsi ini membahas tentang perdebatan kepemimpinan perempuan dalam Islam, kepemimpinan perempuan dalam perspektif pemahaman hadis. Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah kepemimpinan khusus pada hadis Nabi saw., yang terdapat pada Kitab S}ah}i>h} al-Bukha>ri> cet. 1, Juz. 7, halaman 26.

Khoirul Rosyid, dalam sebuah penelitian untuk mencapai gelar sarjana di Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung pada Fakultas Ushuluddin yang berjudul ‚Kepemimpinan Menurut Hadis Nabi saw‛,34 penelitian ini membahas tentang arti pemimpin dan kepemimpinan, syarat-syarat pemimpin, kewajiban seorang pemimpin, prinsip-prinsip kepemimpinan tepatnya pada bab II (Teori Pemimpin dalam Islam) dalam skripsi tersebut. Kemudian di bab III, dalam skripsi ini, memuat belbagai hadis tentang pemimpin kemudian mentakhrij dan mencari kandungannya. Di bab IV pada skripsi ini melakukan analisis hadis-hadis kepemimpinan yang ditemukan pada bab III sebelumnya.

Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah kepemimpinan

33Ulil Albab, ‚Hadis tentang Kepemimpinan Perempuan dalam Pemahaman Masyarakat Muslim Surabaya‛, Skripsi (Jakarta: Fak. Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, 2018 M), h.

35.50.

34Khoirul Rosyid, ‚Kepemimpinan Menurut Hadis Nabi saw‛, Skripsi (Lampung: IAIN Raden Intan Fak. Ushuluddin, 2016 M), h. 75-124.

(34)

khusus pada hadis Nabi saw., yang terdapat pada Kitab S}ah}i>h} al-Bukha>ri> cet. 1, Juz. 7, halaman 26.

Sakdiah, dalam jurnalnya ‚Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat-sifat Rasulullah‛,35 penelitian ini membahas tentang arti kepemimpnan pada halaman 31, konsep kepemimpinan dalam Islam pada halaman 32-35, karakter Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. pada halaman 36-45 dan urgensi nilai-nilai sifat utama Nabi Muhammad saw. sebagai karakter kepemimpinan (manajer) yang dimulai pada halaman 46-47. Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah objek kajiannya. Objek yang dikaji dalam tesis ini adalah tanggung jawab pemimpin yang terdapat pada kitab hadis S}ah}i>h} al-Bukha>ri>.

Masniati, dalam jurnalnya yang berjudul ‚Kepemimpinan dalam Islam‛,36 penelitian ini membahas tentang klasifiasi dan kategorisasi hadis kepemimpinan, dimana pada jurnal ini mengumpulkan matan hadis tentang kepemimpinan, selanjutnya di bagian II jurnal ini, membahas tentang Kritik Sanad dan Matan hadis (yang dikritiki riwayat S}ah}i>h} al-Bukha>ri dan riwayat Ahmad Ibn Hanbal), setelah melakukan penelitian sanad dan matan hadis (Kepemimpinan), langkah selanjutnya dalam jurnal ini ialah mensyarah} hadis, yang didalamnya meliputi tema-tema kepemimpinan, kepemimpinan menurut para ahli, kandungan hadis nabi dan analisis pengembangan. Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah objek kajiannya. Objek yang dikaji dalam tesis ini adalah tanggung jawab pemimpin yang terdapat pada kitab hadis S}ah}i>h} al- Bukha>ri> cet. I, juz. 7, halaman 26.

35Sakdiah, ‚Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat- sifat Rasulullah‛, Jurnal al-Bayan 22, no. 33 (Januari-Juni 2016 M), h. 29-47.

36Masniati, ‚Kepemimpinan dalam Islam‛, Jurnal al-Qada>u 2, no. 1 (2015), h. 41-75.

(35)

Abd. Rahman al-Kayyis, dalam jurnalnya yang berjudul ‚Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif al-Sunnah‛,37 jurnal ini membahas tentang kepemimpinan dalam al-Sunnah yang terdapat pada halaman 52-65, selanjutnya jurnal ini membahas pula kepemimpinan pendidikan perspektif al-Sunnah, yang meliputi tipe kepemimpinan dalam dunia pendidikan dan persyaratan dan kepribadian pemimpin. Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah objek kajiannya. Objek yang dikaji dalam tesis ini adalah tanggung jawab pemimpin yang terdapat pada kitab hadis S}ah}i>h} al-Bukha>ri>.

Hari Putra Z, dalam sebuah penelitian untuk mencapai gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas Ushuluddin, yang berjudul ‚Memahami Hadis Kepemimpinan Quraisy‛,38 penelitian ini membahas tentang defenisi serat ragam pemimpin (Bab II dalam penelitian/skripsi) yang meliputi defenisi pemimpin dan kepemimpinan, pemimpin menurut pemikiran Islam, kepemimpinan di Indonesia. Selanjutnya bab III dalam penelitian ini, membahas tentang ketersebaran periwayatan, siapa itu Quraisy ?, hadis kepemimpian Quraisy sebagai simbol dan hadis kepemimpinan Quraisy dalam konteks yang dimulai pada halaman 44-67.

Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah objek kajiannya. Objek yang dikaji dalam tesis ini adalah tanggung jawab pemimpin yang terdapat pada kitab hadis S}ah}i>h} al-Bukha>ri>.

Yuminah Rohmatullah dalam Jurnalnya yang berjudul ‚Kepemimpinan Perempuan dalam Islam: Melacak Sejarah Feminisme melalui Pendekatan Hadis dan Hubungannya dengan Hukum Tata Negara‛,39 dalam ini membahas tentang hadis kepemimpinan perempuan, langkah selanjutnya ialah mengumpulkan hadis

37Abd. Rahman al-Kayyis, ‚Kepemimpinan Pendidikan dalam Perpektif al-Sunnah‛, Jurnal Lisan al-Hal 4, no. 1 (Juni 2012), h. 51-75.

38Hari Putra Z, ‚Memahami Hadis Kepemimpinan Quraisy‛, Skripsi (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Fak. Ushuluddin, 2018 M), h. 15-67.

39Yuminah Rohmatullah, ‚Kepemimpinan Perempuan dalam Islam: Melacak Sejarah Feminisme melalui Pendekatan Hadis dan Hubungannya dengan Hukum Tata Negara‛, Jurnal Syariah: Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran 17, no. 1 (Juni 2017), h. 86-113.

(36)

dari belbagai kitab, kemudian mencari asba>b al-wuru>d hadis tersebut. Pada halaman 94 dalam jurnal ini, membahas analisis hadis tentang kepemimpinan perempuan dan pemahaman pada matan hadis. Selanjutnya pada halaman 103 dalam jurnal ini, membahas tentang pandangan ulama klasik dan kontemporer tentang kepemimpinan perempuan dalam Islam. Adapun yang menjadi pembeda dalam penelitian Tesis ini adalah objek kajiannya. Objek yang dikaji dalam tesis ini adalah tanggung jawab pemimpin yang terdapat pada hadis S}ah}i>h} al-Bukha>ri>.

E. Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis dalam penelitian ini pada mulanya menelusuri semua term pemimpin yang terdapat dalam al-Qur'an kemudian melanjutkan penelitian term pemimpin yang ada di dalam hadis Nabi saw. Setelah ditemukan dari kedua sumber tersebut, peneliti sudah dapat membandingkan kronologis masing-masing term.

Penelitian tentang Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun dalam hadis Nabi saw. dibagi menjadi dua langkah kerja. Pertama, untuk membuktikan orisilalitas dan autentisitas hadis, maka perlu melakukan kritik sanad dan matan hadis (naqd al-h}adi>s\), indikator kesahihan sanad yaitu tersambung sanad dari Nabi saw. sampai mukharri>j, periwayat adil dan d}abi>t}, sedangkan indikator kesahihan matan yaitu terhindar dari sya>z\ dan 'illah. Kedua, setelah penelitian hadis selesai, dibutuhkan langkah fiqh al-hadis (pemahaman hadis) dengan menggunakan kitab-kitab syarh} al-h}adi>s\ dan integrasinya di era sekarang ini dengan tujuan untuk menyingkap makna dibalik tanggungjawab pemimpin menurut hadis Nabi saw.

Berdasarkan kerangka teoretis di atas dengan memahami lebih dalam hadis tentang Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun dan sudut pandang yang lebih komprehensip ditemukan beberapa hipotesis dasar bahwa sejak manusia dilahirkan dimuka bumi ini, sejatinya sudah siap untuk menjadi pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Adapun kerangka teoretis penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut:

(37)

Keterangan:

: Garis Pengaruh : Garis Ordinat

Al-Qur‘a>n

Hadis Nabi saw.

Term-term Pemimpin dalam Hadis Nabi

saw.

Kritik Sanad Kritik Matan

Fiqh al-Hadis Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun

Pengertian Tanggung Jawab Pemimpin

Kriteria Pemimpin Menurut Nabi saw.

Hasil Penelitian

(38)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Objek kajian pada penelitian ini akan membahas hadis tentang Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun dengan menelusuri dan menyingkap makna serta implementasi hadis dalam tanggung jawab sebagai pemimpin, oleh karena itu peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif40. Secara umum penelitian ini merujuk pada literatur yang bersumber dari buku, jurnal, artikel dan dokumen (library research). Studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap pendahuluan (prelinmary research) untuk memahami lebih gejala baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat mengenai Kullukum Ra>‘in wa Kullukum Mas’u>lun (Setiap kalian adalah pemimpin yang akan dipertanggungjawabkan atas kepemimpinannya).

2

Referensi

Dokumen terkait