Asosiasi Badan Usaha
(Tantangannya dalam UU 2, 2017 Jasa Konstruksi)
Rizal Z.Tamin
ITB
1
Internal Leadership Training
Tema ‘Menegaskan GAPEKSINDO sebagai Asosiasi Publik Jasa Konstruksi Indonesia’
Mukernas ke III GAPEKSINDO
Yogyakarta, 7 Mei 2017
Ikhtisar
1. Pengantar
2. Tantangan membangun infrastruktur
3. Tatanan pemerintahan baru (Good governance)
4. Sistem jasa konstruksi (UU 18, 1999 Jasa Konstruksi) 5. Sistem keinsinyuran (UU 11, 2014)
6. UU 2, 2017 tentang jasa konstruksi 7. Tantangan asosiasi badan usaha 8. Penutup
2
Pengantar
1. GAPEKSINDO melaksanakan Mukernas 2017 dengan tema ‘Menegaskan
GAPEKSINDO sebagai Asiosiasi Publik Jasa Konstruksi Nasional’, Sub-tema
‘Menggaris-bawahi Asosiasi sebagai
Stakeholders Jasa Konstruksi Indonesia Pasca UU No. 2, 2017 tentang Jasa
Konstruksi.
2. UU 12, 2017 baru disahkan tanggal 17 Januari 2017.
3. Untuk merumuskan fungsi & tugas Asosiasi Badan Usaha ke depan, perlu dipahami konsep UU 2, 2017 yang baru, termasuk perubahannya terhadap UU yang lama.
3
4. Pemahaman akan konsep sistem jasa konstruksi yang baru, tantangan yang dihadapi, dan perkembangan kemajuan global merupakan hal strategis yang perlu diketahui asosiasi dalam
merumuskan tujuan & program kerja untuk mewujudkan cita-cita mulia
organisasi, memajukan jasa konstruksi nasional.
5. Presentasi membahas tantangan membangun infrastruktur nasional, tatanan pemerintahan baru, perubahan sistem jasa konstruksi, serta
tantangan asosiasi badan usaha.
Tantangan Membangun Infrastruktur Nasional
4
Tantangan Membangun Infrastruktur Nasional
5
High VfM; integrated; effective, efficient; sustainable;
fair;
supports economic & other sectors of development
Characteristics:
1. Strong planning & system design:
a. Integrated planning & system design (25 -30 years) - Regional planning; Intermodal planning; Master planning; should also be integrated between governments (central - local).
b. Project life cycle basic & detailed design (Needs, User requirements, FS & Basic design; DED).
2. Solid programming & budgeting system (5 - 1 years) - Strategic Planning; Yearly Planning.
3. Strong owner capacity & competence in managing the project; good coordination between central & regional governments.
4. Strong design-builder capacity.
6. Good collaboration & coordination between parties (supply chain & integrated value chain).
7. Sustainability; good O&M of infrastructure & facilities; managed as asset; by related sector.
8. Funding availability (PPP/KPBU).
P
lanning, Competence, Collaboration,&
Coordination are the keywords
Membangun Infrastruktur Terintegrasi
6 Project
formulation process
Planning process
Engineering and design
process
Construction process
Use management
process
Disposal process
Need
Awareness of need
Project Concept formulation
Project Scope definition
Full Project description
Project Completion and
Acceptance For use
Fulfillment of need User
Requirements
Project Feasibility And scope
Project Engineering
And design
Project Field engineering And construction
Facility use and management
Facility demolition or conversion
Planning
Project
Delivery OM DEMOLITION RECONSTRUCTION
1. Perencanaan tata ruang; Koordinasi Bappenas.
2. Perencanaan sistem transportasi multi moda; Koordinasi Kemenhub.
3. Perencanaan masterplan
infrastruktur jalan;
Koordinasi Kemen PUPR.
System
Design PROJECT LIFE CYCLE
(Sektor infrastruktur)
GBHN
System design
7
1. Perencanaan tata ruang (20-30 tahun); Nasional, Provinsi, Kab./Kota.
2. Perencanaan sistem transportasi multi moda (20-30 tahun).
3. Perencanaan masterplan infrastruktur - pelabuhan, bandara; jaringan jalan; kereta api (20-30 tahun).
Note :
1.
Perencanaan (planning) berbeda dengan perancangan (design).2. Perencanaan menyangkut manajemen resources (waktu); namun di dalamnya terdapat desain (mis. system design, basic design).
3. Desain adalah creation; oleh ‘professional engineer’.
4. Programming & budgeting; umumnya tidak mencakup design.
8
Note:
- D: design; B: Bid; B: Build;
- Construction Management at Risk (CMAR), Design Build (DB), EPC (Engineering, Procurement, Construction), Integrated Project Delivery (IPD),
- Performance Based Maintenance Contract (PBMC).
D B B
CMAR/DB/EPC/IPD
PBMC
Project Life Cycle & Project Delivery System
Project formulation
process
Planning process
Engineering and design
process
Construction process
Use management
process
Disposal process
Need
Awareness of need
Project Concept formulation
Project Scope definition
Full Project description
Project Completion and
Acceptance For use
Fulfillment of need User
Requirements
Project Feasibility And scope
Project Engineering
And design
Project Field engineering And construction
Facility use and management
Facility demolition or conversion
Planning
Project
Delivery OM DEMOLITION RECONSTRUCTION
Note:
a. Motor daya saing; kreativitas & inovasi;
bukan saja produktifitas & efisiensi;
b. Kolaborasi internal melengkapi kompetisi internal.
9 SUPPLIER
OWNER
SUPERVISION CONSULTANT
SUB KONTRAKTOR
MANUFACTURE
CONTRACTOR
Joint Operation
CONTRACTOR Join Venture
• EXTERNAL COMPETITION
• INTERNAL CO-OPERATION/
COLLABORATION
PRODUSEN Supply Chain
Partnership towards Integrated Value Chain
Arahan Kebijakan Pengembangan Kontraktor
Kualifikasi - Pemihakan (Berdasarkan
kekayaan bersih, nilai
rupiah pengalaman
kerja)
Klasifikasi (Berdasarkan 1. Kompetensi umum/khusus; 2. Pihak yang berhubungan dgn owner & mempekerjakan pihak lain yang ada; 3.
Lingkup tanggung jawab proyek) Keterangan
Umum Spesialis Keterampilan
Kerja Menurut sifat
Gedung Sipil M/E Jasa
Pelaksanaan
Lainnya Spesialis Keterampilan
Kerja Menurut klasifikasi
B 1. Kontraktor besar diarahkan
menjadi kontraktor umum &
mempekerjakan kontraktor spesialis.
2. Kontraktor kecil yg mulai berpengalaman diarahkan menjadi kontraktor spesialis.
3. Kontraktor kecil disediakan lapangan khusus (paket pekerjaan kecil) untuk
memungkinkannya tumbuh; sifat pekerjaannya dapat bersifat umum.
M
K Kebijakan
Spesialisasi Keija
kanSub- contracting
Resume 1:
Tantangan membangun infrastruktur (berdaya saing & berkelanjutan)
11
1. Harus kuat dalam perencanaan, perancangan, & pelaksanaan:
-
System design, Project life cycle, & project delivery.2. Harus kuat dalam programming & budgeting.
3. Kapasitas & kompetensi pemerintah (sebagai regulator & pengguna jasa) harus baik;
koordinasi pusat daerah.
4. Konsultan & kontraktor yang kompeten.
5. Project delivery harus berkembang.
6. Rantai pasok & value chain (kolaborasi) harus maju; sub-kontraktor (kontraktor spesialis) dan supplier dari sektor industri perlu dikembangkan.
7. Dana harus tersedia.
Tatanan Pemerintahan Baru (Good Governance)
12
Perkembangan Pemerintahan (1/2)
(Dari Totalitarian menjadi Demokratik Partisipatif)
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTRUR
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTRUR
1945-2000 Swakelola
Yudi- katif Legis-
latif
Legis- latif
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
BUMN & BUMS BUMN & BUMS
> 2000 Kontrak
Yudi- katf
Kontrak Kontrak
Pemerintah Pemerintah
PEMERINTAH (KEMENTERIAN)
MARKET - Demand;
- Supply
GOVERNANCEGOOD
MASYARAKAT PROFESIONAL
Asosiasi
Perusahaan Asosiasi
Profesi PT LSM
Lembaga Semi Pemerintah
Lembaga Semi Pemerintah Good
Governance
Pemerintahan Demokratik Pemerintahan
Totalitarian
Reformasi (1998):
- HAM - Demokratisasi
Pemerintah Pemerintah
Supply:
1. Kontraktor (Tenaga ahli manajerial, TK).
2. Rantai Suplai
3. Konsultan (TA Insinyur) Demand:
1. Infrastruktur Publik (Kemen. PUPR, Hub., ESDM).
a. APBN.
b. APBD.
c. KPBU.
2. Infrastruktur swasta.
Note: Mengatur juga segmentasi pasar.
14
1. Pada tahun 1998, sejalan dengan kemenangan
‘Barat’ atas ‘Timur’ terjadi reformasi:
a. Dari pemerintahan totalitarian menjadi pemerintahan demokratik.
b. Dari ‘Bad governance’ menjadi ‘Good
Governance’ yang ditandai oleh prinsip berikut:
- TARIF (Transparansi, Accountability, Responsiveness, Independent, Fair);
- Participatory, Rule of Law, Equitable & Inclusive;
Consensus, dll,
2. Peralihan peran pemerintah:
a.
Dari Regulator & operator menjadi Regulator, fasilitator, & pengawas.b. Tanggung jawab pemerintah: melindungi
kepentingan rakyat kecil & menjamin kemajuan bangsa.
3. P
eningkatan peran swasta
sebagai operator (kooperasi &
kompetisi; lebih mekanisme pasar;
ada risiko kapitalisme, jika tanpa etika & pemerintah yang kuat).
4. Peningkatan peran masyarakat profesional yang sudah berdaya sebagai pengontrol; Ditandai
dengan kehadiran badan semi pemerintah (peran pemberi masukan, sertifikasi, &
contracting agency).
Note: Institutional framework seperti yang digambarkan.
Perkembangan Pemerintahan (2/2)
(Dari Totalitarian menjadi Demokratik Partisipatif)
15
Waktu/
Peran Masyarakat
Step
PEM
PEM
PEM
PEM + Forum Stakeholders
+ Badan (dlm pemerintah) + Badan independen
Independent Regulatory Board
LPJK
(UU 18, 1999, PP 28, 2000)
Tahapan Peningkatan Peran Masyarakat
CIDB - Malaysia;
BCA - Singapore
Resume 2:
Tatanan Pemerintahan Baru
16
1. Bergeser dari totalitarian ke arah pemerintahan partisipatif (good governance), melibatkan partisipasi seluruh masyarakat; prinsip TARIF diterapkan.
2. Peran pemerintah sebagai regulator, fasilitator, pengawas.
3. Pemerintah mengatur pasar; supply (kontraktor); termasuk demand (APBN, APBD, KPBU/kerja sama pemerintah & swasta dalam membangun infrastruktur publik).
4. Peran lembaga menjadi sentral - semakin besar (masukan kebijakan &
sertifikasi); peran pemerintah semakin kecil; lembaga dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah.
5. Asosiasi Badan Usaha & Asosiasi Profesi semakin berperan & berkembang;
menjaga etik, meningkatkan kompetensi, memperjuangkan dukungan
pemerintah, dan melindungi kepentingan anggota.
Sistem Jasa Konstruksi (UU 18, 1999 Jasa Konstruksi)
17
MARKET NASIONAL MARKET NASIONAL
18
PEMERINTAH:
KEMENPUPR (DITJEN BK)
GOVERNANCEGOOD
MASYARAKAT PROFESIONAL
Asosiasi
Perusahaan Asosiasi
Profesi PT LSM LKPP
Buffer Body (LPJKN)
Buffer Body (LPJKN)
HUB (DAR/LAU/UDA) ESDM (ENERGI)
DANA
SWASTA APBN KPBU DEMAND (PENGGUNA JASA)
Procurement (Lelang) Procurement
(Lelang)
PUPR (BM/DA/CK/PERUMAHAN)
Sistem Jasa Konstruksi (UU 18, 1999)
KONTRAKTOR - TA Manajemen;
- Tenaga terempil;
- Rantai supply
KONSULTAN:
- TA INSINYUR
SUPPLY (PENYEDIA JASA)
MARKET PROVINSI MARKET PROVINSI
19
PEMDA PROVINSI:
(TPJK & Bagian JK)
GOVERNANCEGOOD
MASYARAKAT PROFESIONAL
Asosiasi
Perusahaan Asosiasi
Profesi PT LSM Buffer
Body (LPJKP)
Buffer Body (LPJKP)
DANA
SWASTA APBD KPBU DEMAND (PENGGUNA JASA)
Procurement (Lelang) Procurement
(Lelang)
Sistem Jasa Konstruksi Di 34 Provinsi
KONTRAKTOR - TA Manajemen;
- Tenaga Terampil:
- Rantai supply
KONSULTAN:
- TA INSINYUR
SUPPLY (PENYEDIA JASA)
Peran LPJKN/D
20
1. Memberikan masukan kebijakan:
- Dibentuk oleh Pemerintah & Pemda;
beranggotakan wakil masyarakat profesional;
- Diangkat & diberhentikan oleh Menteri/Gubernur;
- Dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah/Pemda;
- Memberikan masukan untuk memajukan pelaku swasta, melindungi kepentingan masyarakat;
memihaki pengusaha kecil; dan membangun sistem yang kokoh;
- Regulasi tetap oleh Pemerintah/Gubernur.
2. Melakukan kewenangan publik: akreditasi, sertifikasi, & registrasi;
- tidak dapat dilakukan pemerintah; internasional menghendaki dilakukan oleh lembaga
independen bukan pemerintah; menghindari conflict of interest.
3. Fungsi LPJKN: ‘Penasehat’ Menteri/
Gubernur.
4. Tugas LPJKN:
a. Memberi masukan kebijakan.
b. Akreditasi USTK; Sertifikasi & registrasi TK.
c. Registrasi kontraktor.
d. Mengelola data & informasi.
e. Litbang.
f. Penilai ahli, mediasi.
21
Jasa Konstruksi – Urusan yang Didesentralisasikan
(UU 23, 2014 Pemerintahan Daerah)
a. Pendidikan;
b. Kesehatan:
c. PU:
d. Sosial;
e. Ketertiban umum;
f. Perumahan.
URUSAN PEMERINTAHAN:
a. Absolut (Pemerintah Pusat).
b. Konkuren (Pemerintah Kab./Kota).
- Berkaitan pelayanan dasar;
SPM;
- Tidak berkaitan;
- Pilihan.
c. Umum (Kewenangan Presiden
Gubernur Bupati/Walikota Camat)
a. Penataan Ruang;
b. Jalan
c. SDA/Drainase
d. Permukiman (infrastruktur)
e. Penataan bangunan & lingkungan/
bangunan gedung
f. Air minum/persampahan/air limbah.
g. Jasa Konstruksi.
1. Pelayanan dasar: pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar.
2. SPM: ketentuan jenis dan mutu pelayanan dasar.
ESELON 2 ESELON 3:
Bidang/UPTD/Balai
Resume 3:
Sistem Jasa Konstruksi (UU 18, 1999)
22
1. Menerapkan prinsip pemerintahan partisipasi (good governance), walaupun prinsip TARIF belum seluruhnya dicantumkan.
2. Peran regulasi & pembinaan pemerintah, pengembangan usaha swasta, dan partisipasi masyarakat disampaikan dengan jelas.
3. Keberadaaan lembaga di pusat dan provinsi; walaupun pemahaman terminologi
‘independen & mandiri’ yang kurang tepat (di luar pemerintahan).
4. Tugas lembaga ditetapkan; walaupun pembagian tugas belum tegas; tugas memberikan masukan & saran kebijakan belum termasuk.
5. Pengaturan desentralisasi jasa konstruksi mulanya belum jelas; kemudian bertahap
dengan UU 23, 2014 Pemerintahan Daerah, tugas desentralisasi mulai ditegaskan.
Sistem Keinsinyuran (UU 11, 2014)
23
Klasifikasi TA Konstruksi
6
NO KONTRAKTOR KONSULTAN CATATAN
TK TA MANAJEMEN TA SETARA INSINYUR
1. Kompetensi Tukang Project Manager Arsitek
Operator Site Manager Ir. Sipil (struktur; geotek; highway;
pekerasan; hidrolika; hidrologi, dll.) Teknisi Site Adm. Manager Ir. Mesin
Analis Site Org. Manager Ir. Elektrikal
Site Eng. Manager Ir. Teknik Lingkungan Contract Manager
Safety manager Quality Manager Quantity Surveyor Manager
2 Pendidikan Program
D1, D2, D3, D4 Program
D1, D2, D3, D4, S1 dan Pelatihan
Program S1 & Program Profesi Ir.
Perbandingan Insinyur & TK
6
No Parameter Insinyur TK
1 Output Kecendikiawanan Keterampilan
2 Proses Pembelajaran Pendidikan Pelatihan
3 Legal Liability Liable Tidak liable
4 Bakuan Kompetensi Professional related Job related
5 Uji Kompetensi Peer to peer assessment Uji Keterampilan
6 Organisasi Asosiasi profesi Serikat Kerja
7 Landasan Pengaturan UU 11, 2014 Keinsinyuran UU 13, 2003 Ketenaga-kerjaan Sumber: Istianto Oerip (2014)
Sistem Keinsinyuran Indonesia
26
1. Kontraktor & TK di satu sisi dan Konsultan &
Insinyur di sisi lain adalah domain yang berbeda.
2. Kontraktor & Tenaga Terampil (TK):
Sistem nilai bisnis; mencari keuntungan;
mekanisme pasar;
TA manajemen & tenaga terampil di bayar dengan keuntungan;
TA manajemen tugasnya me-manage resources (P-O-E-M-C)
Dicari dengan ‘sistem lelang’.
3. Insinyur (TA) & Konsultan :
Sama seperti dokter, warga negara terhormat yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, bangsa, dan Negara;
Jasanya dihargai dengan remunerasi yang dikawal oleh pemerintah, Dewan Insinyur,
& Asosiasi Profesi;
Bertanggung-jawab atas hasil desain (rancangan) selama umur rencana;
dapat dilaksanakan melalui mekanisme penjaminan;
Dicari dengan ‘sistem seleksi’.
27
Sistem Keinsinyuran (TA) Nasional (UU 11, 2014)
DEWAN INSINYUR
DEWAN INSINYUR
PEMERINTAH:
MENRISTEKDIKTI (DAN KEMENPUPR)
- KONSULTAN- TA
GOVERNANCEGOOD
MASYARAKAT PROFESIONAL PII
ASOSIASI PROFESI PT LSM
Resume 4:
Sistem Keinsinyuran
28
1. UU 18, 1999 tentang Jasa Konstruksi, UU 11, 2014 tentang Keinsinyuran, dan kemudian UU 2, 2017 tentang Jasa Konstruksi berjalan sendiri-sendiri; tidak diharmonisasi; tidak mengatur peralihan.
2. Perbedaan tenaga ahli & tenaga terampil belum disepakati; keduanya disatukan dalam kelompok tenaga kerja konstruksi.
3. Demikian pula perbedaan tenaga ahli manajemen di kontraktor dan tenaga ahli insinyur di Konsultan.
4. Akibatnya tenaga ahli konstruksi mungkin perlu memiliki sertifikasi dari 2 sistem yang
berbeda.
UU 2, 2017 Jasa Konstruksi
29
a. kejujuran & keadilan;
b. manfaat;
c. kesetaraan;
d. keserasian;
e. keseimbangan;
f. profesionalitas;
g. kemandirian;
h. keterbukaan;
i. kemitraan;
j. keamanan & keselamatan;
k. kebebasan;
l. pembangunan berkelanjutan; dan m. wawasan lingkungan.
30
Azas Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Note:
a. Tidak memasukkan, 3 prinsip penting:
Akuntabilitas,
Responsiveness,
Independent.
b. Belum sepenuhnya model partisipatif
‘Good governance’.
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bertujuan:
a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan
b. Mewujudkan ketertiban
c. Mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat
d. Menata sistem
e. Menjamin tata kelola penyelenggaraan f. Menciptakan integrasi nilai tambah.
31
Tujuan, Tanggung-jawab, & Kewenangan
Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas:
a. Meningkatnya kemampuan & kapasitas usaha b. Terciptanya iklim usaha yang kondusif
c. Terselenggaranya jasa konstruksi sesuai standard
d. Meningkatnya kompetensi tenaga kerja
e. Meningkatnya kualitas penggunaan material, peralatan, dan teknologi.
f. Meningkatnya partisipasi masyarakat g. Tersedianya sistem informasi
Kewenangan Pemerintah Pusat & Daerah:
a. Untuk mencapai semua tujuan di atas, pemerintah pusat mempunyai seluruh kewenangan.
b. Kewenangan Pemerintah Provinsi dan Kab./kota sama seperti dalam UU 23, 2014 Pemerintahan Daerah.
Note:
a. Tujuan penyelenggaraan lebih tepat Tujuan pengaturan.
b. Tanggung-jawab berisi tujuan.
c. Tidak diatur: kedudukan, fungsi, tugas.
32
Struktur Usaha Jasa Konstruksi
No. Jenis Usaha Sifat Klasifikasi Layanan Usaha
1 Jasa Konsultansi a. Umum • Arsitektur;
• Rekayasa;
• Rekayasa terpadu;
• Arsitektur lanskap &
perencanaan wilayah.
- pengkajian;
- perencanaan;
- perancangan;
- pengawasan; dan/atau
- manajemen penyelenggaraan konstruksi.
b. Spesialis
(Teknis ?) • Konsultansi ilmiah & teknis;
• Pengujian dan analisis teknis. - survei;
- pengujian teknis; dan/atau - analisis.
2 Pekerjaan Konstruksi a. Umum • Bangunan gedung; &
• Bangunan sipil. - pembangunan;
- pemeliharaan;
- pembongkaran; dan/atau - pembangunan kembali.
b. Spesialis
(Teknis ?) • Instalasi;
• Konstruksi khusus;
• Konstruksi prapabrikasi;
• Penyelesaian bangunan;
• Penyewaan peralatan.
- pekerjaan bagian tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lainnya.
3 Pekerjaan Konstruksi
Terintegrasi - • Bangunan gedung;
• Bangunan sipil. - rancang bangun; dan
- perekayasaan, pengadaan, & pelaksanaan.
Note:
a. Sifat ‘spesialis’ apakah tepat.
b. Jasa konstruksi termasuk ‘System design’;
selain tata ruang; sistem transportasi/tata air;
juga master planning sektor.
1. Kualifikasi:
a. kecil;
b. menengah;
c. besar.
2. Kualifikasi menentukan batasan kemampuan & segmentasi usaha.
33
Kualifikasi, Dasar Penilaian, & Segmentasi Pasar Badan Usaha
Dasar penilaian:
a. penjualan tahunan;
b. kemampuan keuangan;
c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan d. kemampuan dalam penyediaan peralatan
konstruksi.
Badan Usaha
Keterangan
Kecil Menengah Besar
Segmentasi pasar
• Berisiko kecil
• Berteknologi sederhana
• Berbiaya kecil
• Berisiko sedang
• Berteknologi madya
• Berbiaya sedang
• Berisiko besar
• Berteknologi tinggi
• Berbiaya besar
Note:
1. Segmentasi merupakan pengaturan demand.
2. Kualifikasi pengaturan supply.
1. Setiap badan usaha Jasa Konstruksi wajib memiliki Izin Usaha.
2. Izin Usaha diberikan oleh Pemda kab./
kota kepada badan usaha yang
berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an.
3. Izin Usaha berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah NKRI.
34
Persyaratan Izin Usaha & SBU
1. Setiap badan usaha wajib memiliki SBU.
2. SBU diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi & registrasi oleh Menteri.
3. SBU paling sedikit memuat:
a. jenis usaha;
b. sifat usaha;
c. klasifikasi usaha; &
d. kualifikasi usaha.
1. Untuk mendapatkan SBU, badan usaha mengajukan permohonan kepada Menteri melalui lembaga sertifikasi badan usaha yang dibentuk oleh asosiasi badan usaha terakreditasi.
2. Akreditasi diberikan oleh Menteri kepada asosiasi badan usaha yang memenuhi persyaratan:
jumlah & sebaran anggota; pemberdayaan kepada anggota; pemilihan pengurus secara demokratis;
sarana & prasarana di tingkat pusat & daerah; dan pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an,
3. Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri.
Note:
1. Birokrasi SBU panjang.
2. Substansi sama dengan izin usaha.
3. Tidak ada bantuan pendanaan dari pemerintah.
4. Sertifikat oleh Asosiasi; tanpa pengujian; & 1st party certification.
Tanda Daftar Pengalaman
1. Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman usaha, setiap badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah & besar harus
melakukan registrasi pengalaman kepada Menteri (diatur dengan Permen).
2. Registrasi pengalaman dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman.
3. Tanda daftar pengalaman paling sedikit memuat:
a. nama paket pekerjaan;
b. pengguna Jasa;
c. tahun pelaksanaan pekerjaan;
d. nilai pekerjaan; dan e. kinerja Penyedia Jasa.
35
Tanda Daftar Pengalaman & Pengembangan Usaha Berkelanjutan
Pengembangan Usaha Berkelanjutan:
1. Setiap badan usaha Jasa Konstruksi harus melakukan pengembangan usaha berkelanjutan.
2. Tujuan:
a. meningkatkan tata kelola usaha yang baik;
b. memiliki tanggung jawab profesional termasuk tanggung jawab badan usaha terhadap masyarakat.
3. Pengembangan usaha berkelanjutan
diselenggarakan oleh asosiasi badan
usaha Jasa Konstruksi (diatur dalam
PerMen).
1. Penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat mengikutsertakan
masyarakat Jasa Konstruksi.
2. Keikut-sertaan masyarakat Jasa Konstruksi dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri.
3. Unsur pengurus lembaga dapat diusulkan dari:
a. asosiasi perusahaan yang terakreditasi;
b. asosiasi profesi yang terakreditasi;
c. institusi pengguna Jasa Konstruksi yang memenuhi kriteria; dan
d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria.
4. Pengurus lembaga juga dapat diusulkan dari asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang terakreditasi.
36
Partisipasi Masyarakat Jasa Konstruksi (1/2)
Note:
1. Lembaga hanya nasional; apakah Menteri akan membentuk lembaga provinsi; pendanaan akan berat.
2. Ditjen BK (regulator jasa konstruksi) tidak ikut dalam Lembaga.
3. Lembaga propinsi dapat dibentuk:
a. berdasarkan kewenangan Gubernur Pasal 6 (6): Gubernur sebagai wakii pemerintah pusat di daerah memiliki kewenangan memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat jasa
konstruksi provinsi; akan tidak seragam antara provinsi.
b. Pendanaan lembaga provinsi juga masih pertanyaan.
5. Pengurus lembaga ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan
persetujuan dari DPR.
6. Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh lembaga dibiayai dengan APBN dan/atau sumber lain yang sah.
7. Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan lembaga merupakan PNBP.
8. Ketentuan diatur dengan Peraturan Menteri.
37
Partisipasi Masyarakat Jasa Konstruksi (2/2)
Note:
Umumnya, Lembaga pemerintah tidak
memerlukan persetujuan DPR.
1. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam
pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan cara:
a. mengakses informasi & keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi yang berdampak pada kepentingan masyarakat;
b. melakukan pengaduan, gugatan, & upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Jasa Konstruksi; dan
c. membentuk asosiasi profesi & asosiasi badan usaha di bidang Jasa Konstruksi.
2. Selain berpartisipasi dalam pengawasan,
masyarakat juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemda dalam perumusan kebijakan Jasa Konstruksi.
3. Butir 1b. diatur dalam PP.
4. Partisipasi dapat juga melalui forum. 38
Partisipasi Masyarakat Umum
Note:
Masukan perumusan kebijakan dari
masyarakat umum; bukan Lembaga.
Tantangan Asosiasi Badan Usaha
39
1. Fungsi & tugas berdasarkan UU 2, 2017 Jasa Konstruksi
a. Mendapatkan akreditasi badan usaha dari Menteri dengan persyaratan:
jumlah & sebaran anggota;
pemberdayaan kepada anggota;
pemilihan pengurus secara demokratis;
sarana & prasarana di tingkat pusat & daerah
pelaksanaan kewajiban sesuai peraturan per-UU-an.
b. Membentuk lembaga sertifikasi badan usaha.
c. Memeriksa persyaratan badan usaha yang mengajukan SBU, mencakup paling sedikit:
jenis, sifat, klasifikasi, & kualifikasi.
d. Mengurus sertifikasi & registrasi badan usaha kepada Menteri.
40
Tantangan Asosiasi Badan Usaha (1/2)
e. Mengusahakan terpilih menjadi
anggota lembaga; untuk dapat memberi masukan kebijakan dan melakukan
pengawasan.
f. Membantu badan usaha dalam mempersiapkan tanda daftar pengalaman, memuat:
nama paket pekerjaan;
pengguna jasa;
tahun pelaksanaan pekerjaan;
nilai pekerjaan; dan
kinerja penyedia jasa.
g. Melaksanakan pengembangan usaha berkelanjutan:
meningkatkan tata kelola usaha yang baik;
memiliki tanggung-jawab professional.
2. Berdasarkan best practices internasional:
a. Meningkatkan etika badan usaha .
b. Meningkatkan kompetensi badan usaha:
kemampuan manajemen perusahaan;
keuangan, SDM, aset, informasi;
kemampuan metoda kerja & peralatan;
Kemampuan teknologi inovasi/paten;
kemampuan penjaminan mutu;
kemampuan K3;
kemampuan kolaborasi (rantai pasok & rantai nilai);
kompetensi green construction.
c. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja:
tenaga ahli manajemen;
tenaga operator, teknisi, analis;
tukang, mandor, laden. 41
Tantangan Asosiasi Badan Usaha (2/2)
d. Mengusahakan dukungan pemerintah pusat & daerah :
keuangan (kredit murah);
jaminan & asuransi;
suplai material;
suplai peralatan.
e. Melindungi kepentingan anggota:
kesetaraan kontrak;
jaminan pembayaran owner;
penyelesaian perselisihan;
kriminalisasi pekerjaan.
f. Menyediakan informasi anggota:
Kompetensi badan usaha;
Kinerja badan usaha.
Pengembangan Data Badan Usaha
SIKI (LPJKN)
1. Data Administrasi Badan Usaha (SBU, Akte Pendirian, Akte Perubahan,dll).
2. Data Keuangan BU.
3. Data Pengurus BU.
4. Data Tenaga Kerja BU.
5. Data Pengalaman BU.
6. Data Peralatan BU.
SIKAP (LKPP)
1. Data umum penyedia jasa (Akta Pendirian, Ijin Usaha, Data
Identitas Pokok, Data Pemilik, Data Pajak).
2. Data riwayat kinerja penyedia jasa (Data kualifikasi, Data Tenaga Ahli, Data Pengalaman, Data Peralatan).
DATA BADAN USAHA:
1. Kompetensi Badan Usaha:
a. Identitas (Data umum).
b. Sumber Daya.
c. Pengalaman Perusahaan.
d. Keuangan.
e. Lain-lain: Unit litbang; Social responsibility.
2. Kinerja Proyek Badan Usaha
Note:
- SIKI (Sistem Informasi Konstruksi Indonesia); bagian dari SIPJAKI (Sistem Infomrasi Jasa Konstruksi) - SIKAP (Sistem Informasi Kinerja Penyedia Jasa)
- Dalam UU 2, 2017 Jasa konstruksi; sistem informasi dikelola oleh pemerintah pusat.
Kompetensi Badan Usaha
1. Identitas/Data Umum: Akte, Ijin Usaha, Data Pemilik, Data Pajak, Klasifikasi, Kualifikasi.
2. Sumberdaya:
a. SDM: - Manajer: GM/PM/SM - SEM/SOM/SAM;
- Tenaga Terampil.
b. Metode kerja & peralatan;
c. Teknologi inovasi/paten;
d. Rantai pasok/kemitraan;
e. Sertifikasi ISO, K3, Green.
3. Pengalaman Kerja (Kontrak – B/M/K; Bidang pekerjaan; Nilai proyek: Penilaian owner).
4. Kondisi finansial (Pendapatan, ekuitas, laba, nilai aset, nilai kewajiban/liabilitas).
5. Litbang (Divisi K3, Pengembangan Teknologi, Pengembangan Usaha).
6. Social responsibility (membantu bencana; menyumbang peralatan; membantu pendidikan;
tanggung-jawab lingkungan, dll.).
Kinerja Proyek Badan Usaha (Parameter Objective &
Subjective)
a. Addendum waktu (Banyak/tidaknya) – data tersedia di KPKN b. Addendum biaya (Banyak/tidaknya) – data tersedia di KPKN
c. Contract Change Order (<30%) - data tersedia di KPKN d. Defect lists (banyak tidaknya)
e. Kecelakaan kerja (menuju zero accident)
f. Pengendalian waste sudah/belum
John C. Mosley (2015)
Performance Evaluation of International Contractors in Saudi Arabia
Kinerja Proyek berbasis Performance Indicators:
1. Objective indicators:
a. Cost growth (%) = Approved CCO/Original contract value
b. Schedule Growth = Actual completion – planned completion /Original contract duration c. Change order rate = Approved CCO quantity / (Base Contract Value/1 MM).
2. Subjective indicators (skala Likert – Diisi owner):
a. Management & administration;f. Workmanship;
b. Equipment/Facilities; g. Material procurement;
c. Sub-contracting; h. Cost control d. Planning & scheduling; i. Safety e. Quality; j. Lost Prevention
46
1. Terdapat sedikit pergeseran konsepsi dasar sistem jasa konstruksi dalam UU Jasa Konstruksi 2017;
kewenangan penyelenggaraan lebih diberikan kepada Menteri yang kemudian dapat mendelegasikannya kepada masyarakat jasa konstruksi dan masyarakat.
2. Pembagian kewenangan kepada pemerintah daerah ditetapkan sama sesuai dengan tugas
desentralisasi dalam lampiran UU 23, 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Menteri akan membentuk lembaga sebagai pengikutsertaan masyarakat jasa konstruksi untuk menyelenggarakan sebagian kewenangannya. Tugas dan kewenangan akan ditetapkan kemudian.
4. GAPEKSINDO selaku bagian dari masyarakat jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam kehidupan profesional jasa konstruksi.
Penutup
5. Kita wajib mempunyai idealisme dan nasionalisme, dan dengan etika tinggi
meningkatkan kemampuan kontraktor dengan rantai pasoknya, untuk memajukan jasa konstruksi Indonesia.
6. Sebagai fungsi & tugas telah ditetapkan dalam UU 2, 2017.
7. Tugas professional lain berdasarkan best practices internasional perlu diidentifikasi, termasuk memberikan masukan/kritik
membangun terhadap kebijakan pemerintah.
8. Hendaknya kita dapat menjadi rujukan dan motor bagi kekuatan moral dalam
melaksanakan yang benar dan baik bagi kemajuan bangsa.
Terimakasih
47