Target, upaya, dan status pengurangan ancaman
kehilangan keanekaragaman hayati
indonesianwildlife Indonesian Wildlife Indonesianwildlife
776 1.771-
1.788 409 755 4.724 5.170 90 7.800 450 2.273 2.722 512 1.611 24.632
Ma ma lia Burun g Amphib ia R ep til ia Ik an Mo lus ka Ne ma to da Arthro po da An tho zo a Ja mur Lumu t Lumu t ke ra k p te ri d o fit sp erma to fit
(LIPI, 2014 dan Retnowaty dkk, 2019)
Sumber Peta: Database Keanekaragaman Species DJ KSDAE
INDONESIA
NEGARA MEGA BIODIVERSITAS
Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework
Visi 2050:
“Living in Harmony
with Nature”
Goals hingga 2050
Goal A. Ecosystems, species and genetic diversity
Reducing threats to biodiversity : Target 1 : Land use plan & retention Target 2 : Restore land 30%
Target 3 : Protect & Conserve land 30%
Target 4 : Other Sp. management actions Target 5 : Harvest & trade are sustainable Target 6 : Invasive Alien Species
Target 7 : Pollution
Target 8: Climate Change: reduce impact disaster, mitigation & adaptation
Goal B Nature’s contributions to people
Goal C Benefit sharing
Goal D Means and implementations
Targets hingga 2030
Meeting peoples needs through sustainable use and benefit sharing:
Target 9 : Benefits from species Target 10 : Benefits from ecosystems:
agriculture, aquaculture, fisheries, & forestry Target 11 : Other ecosystem services Target 12 : Urban dwellers & biodiversity Target 13: Access and benefit shared
Tools and solutions for implementation and mainstreaming:
Target 14: Mainstreaming
Target 15: Sustainable production & supply chains Target 16: Sustainable consumption
Target 17: Control adverse effects of biotech Target 18: Eliminate negative incentives & subsidies Target 19: Resource mobilization
Target 20: Capacity bldg. & Development
Target 21: Data, information, and knowledge are accessible Target 22: Participation in decision-making
Target 23: Gender equality
• Keutuhan, konektivitas, dan ketahananseluruh ekosistemdi pertahankan, ditingkatkan, atau dipulihkan, serta meningkatkanluas ekosistem alamipada tahun 2050
• Kepunahandari spesies terancam dihentikan dan, pada tahun 2050, tingkat dan risiko kepunahan seluruh jenis berkurang 10 kali lipat, dan kelimpahanjenis local alami mencapai tingkat yang sehatdan resilien;
• Keanekaragaman genetikdipertahankan.
Keanekaragaman hayatidimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutandan kontribusi alam kepada manusia, termasuk fungsi dan jasa ekosistem, dihargai, dijaga, ditingkatkan, dan dipulihkan, guna mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan pada tahun 2050
Sarana implementasi yang memadai, termasuk pembiayaan, peningkatan kapasitas, Kerjasama teknis dan ilmiah, serta akses ke dan transfer teknologi, dijamin dan dapat diakses secara adil oleh seluruh Pihak, terutama negara berkembang, seraya secara progresifmenutup kesenjangan pembiayaankeanekaragaman hayati sebesar 700 miliar USD per tahun, dan menyelaraskan aliran keuangan dengan Kunming-Montreal GBF dan Visi 2050.
Manfaat moneter dan non-moneterdari pemanfaatan, informasidigital sequence, dan pengetahuan tradisional terkaitsumber daya genetic dibagi secaraadil dan setaraserta meningkat secara substansial pada tahun 2050, seraya memastikan pengetahuan tradisionalnya dilindungi, sehingga berkontribusi pada konservasi dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, sesuai dengan instrument access and benefit sharing yang disepakati secara internasional.
PENGELOLAAN BIODIVERSITAS INDONESIA
Perlindungan
RPJMN 2020-2024
Pemanfaatan
(PN 6 Membangun LH, meningkatkan
Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim) Perlindungan Kehati
(pengelolaan ekosistem sebagai ruang kehati serta pemantapan status dan fungsi KK,
pemulihan habitat dan peningkatan populasi spesies tumbuhan dan satwa liar terancam punah)
Pemantapan Regulasi
(Penyedia Data dan Informasi Keanekaragaman Hayati)
Penyelesaian Permasalahan KK
(OPEN AREA melalui penyelesaian konflik tenurial, kemitraan konservasi dan
pemulihan ekosistem)
(PN 1 Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas)
Pemanfaatan Kehati
(Pengembangan industry berbasis kehutanan, sertifikasi penangkaran, kemitraan konservasi)
Pengelolaan Wisata Alam
(Pengembangan 27 Kawasan hutan prioritas untuk mendukung KSPN)
Pengelolaan Jasling Non Wisata Alam
(Pemanfaatan Air, Panas Bumi, dan
Karbon)
• UU 5/1990 –> Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
• UU 5/1994 → Ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati
• UU 41/1999 → Kehutanan
• UU 21/2004 → Ratifikasi Protokol Cartagena
• UU 11/2013 → Ratifikasi Protokol Nagoya
• PP No. 8/1999 → Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
• PP No. 7/1999 → Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
• Instruksi Presiden (INPRES) No. 1 Tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati Dalam Pembangunan Berkelanjutan
• Peraturan Menteri Negara LH No. 29 Tahun 2009 → Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah
• Peraturan Menteri Negara LH No. 03 Tahun 2012 → Taman Keanekaragaman Hayati
• Instruksi Menteri LHK Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perlindungan Satwa dari Ancaman Penjeratan dan Perburuan Liar
• SK Menhut No. SK 447/2003 → Tata usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar
• Permenhut No. P.19/2005 → Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar
• Permenhut No. 31/2012 → Lembaga Konservasi
• Peraturan Menteri LHK Nomor P.2/MenLHK/Setjen/Kum.1/1/2018 → Akses Pada Sumber Daya Genetik Spesies Liar dan Pembagian Keuntungan Atas Pemanfaatannya
• Peraturan Menteri LHK RI No. P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2018 → Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri LHK No. 20/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018 → Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi
• Peraturan Menteri LHK RI No: P.85/Menhut-II/2014 → Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
indonesianwildlife Indonesian Wildlife Indonesianwildlife
DASAR KEBIJAKAN
Indonesian Wildlife
Konservasi Keanekaragaman Hayati
upaya PELINDUNGAN, PENGAWETAN, dan PEMANFAATAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI yang dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan keberadaan, manfaat, dan nilainya untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi mendatang.
Mengusahakan terwujudnya KELESTARIAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI sehingga dapat lebih
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia
TUJUAN
PEMANFAATAN PENGAWETAN
PERLINDUNGAN
SPESIES GENETIK EKOSISTEM
KONSERVASI EX-SITU KONSERVASI
IN-SITU
STRATEGI KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
Upaya Meredam Kepunahan Insitu Eksitu
Pengelolaan kehati di habitatnya Pengelolaan Kehati di luar habitatnya untuk
menyelamatkan sumber daya genetik dan populasi jenis baik di Lembaga Konservasi maupun
penangkaran
Pengelolaan Habitat dan Pembinaan
Populasi
Penanganan
Konflik Pengelolaan Zoonosis dan
IAS
Pengembang- biakan Spesies
Terkontrol
Program Ek-situ link to in-situ
Pemanfaatan secara berkelanjutan
Inventarisasi kdan verifikasi kehati tinggi, monitoring
populasi, pembinaan habitat, pengamanan
kawasan, penegakan hukum dan penguatan
kebijakan
Monitoring pergerakan satwa, pembersihan jerat
liar, early warning sistem penghalauan satwa,
mitigasi konflik, pelepasliaran Kembali, koordinasi tata ruang dan
pemanfaatan ruang dalam perizinan berusaha
dll
Pengelolaan penyakit dan zoonosis, penanganan
kematian satwa akibat zoonosis,, Disease
surveillance with manual/SehatSatli system
dan pencegahan dan pengelolaan jenis invasive di kawasan
Konservasi
SRS,penggunaa ART pengembangbiakan di
LK, penangkaran,
TAMAN WISATA ALAM 130 Unit 796.349,77 Ha
TAMAN BURU 11 Unit 160.858,24 Ha
KAWASAN KONSERVASI INDONESIA
Upaya untuk menjaga agar KEHATI beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah maka pemerintah menetapkan kawasan-kawasan konservasi yang berpotensi untuk perlindungan keanekaragaman hayati
TAMAN HUTAN RAYA 39 Unit
383.586,06 Ha
CAGAR ALAM 214 Unit 4.171.527,82 Ha
Taman Nasional 54 Unit 16.094.804,89 Ha
SUAKA MARGASATWA
80 Unit 4.899.130,52 Ha
KSA/KPA 40 Unit 387.865,13 Ha
566
Unit 26.894.122,42 Hektar
Kawasan Konservasi dan Indikatif ABKT
Kawasan Konservasi Indikatif ABKT Keterangan:
Indikatif ABKT Target Inver: 70 Jt Ha (RPJMN 2020-2024
Luas Indikatif ABKT Total: 85.23 Jt Ha (Hitungan ulang data bapenas termasuk marine dan terrestrial)
Luas KK Total: 26.89 Jt Ha (KSDA 2022)
Luas Indikatif ABKT Total 85.234.914 Ha Indikatif ABKT Target Inver 70.000.000 Ha Luas KK Total 26.894.122 Ha
Indonesian Wildlife
Spasial kondisi keanekaragaman hayati Indonesia, berupa:
a. Sebaran Spesies
b. ABKT dengan pendekatan Kekayaan Spesies berdasarkan parameter: Status Perlindungan Spesies, Status Redlist IUCN dan Endemisitas Spesies
Kaw. Konservasi (KSA & KPA) = 27,1 Juta Ha
Kaw. Hutan (HP dan HL) = 40 Juta Ha Area Penggunaan Lain (APL) = 3 Juta Ha
RPJMN 2020-2024
Inventarisasi dan Verifikasi Kawasan dengan Nilai Kehati Tinggi Secara Partisipatif
Output
Luas Kawasan Kajian
PETA KEKAYAAN SPESIES PADA INDIKATIF ABKT
Upaya Pengembangbiakan in situ dan eksitu
Rekapitulasi Kelahiran Satwa Liar 2022
Kelahiran 1 ekor Elang Jawa Di TN Gn Halimun Salak
April 2021 Kelahiran 1 individu Orangutan
Kalimantan di SM Lamandau Juni 2022
No Nama Ilmiah Nama Lokal Jumlah
1 Pongo abelii Orangutan Sumatera 1
2 Leucopsar rothschildi Jalak Bali 12
3 Pongo pygmaeus Orangutan Kalimantan 8
4 Chelonia mydas Penyu Hijau 113789
5 Macrocephalon maleo Maleo 2930
6 Panthera tigris sumatrae Harimau Sumatera 3
7 Dicerorhinus sumatrensis Badak Sumatera 1
8 Rhinoceros sondaicus Badak Jawa 4
9 Eretmochelys imbricata Penyu Sisik 3585
10 Lepidochelys olivacea Penyu Lekang 1770
11 Nisaetus bartelsi Elang Jawa 2
12 Macaca fascicularis Monyet Ekor Panjang 28
13 Rusa timorensis Rusa Timor 3
Total 122.136
1. Perlindungan habitat dan populasi in situ
2. Pengembangbiakan di Lembaga konservasi (program GSMP)
3. Penangkaran
4. Pengembangbiakan dengan Assisted reproductive Technology untuk satwa liar yang langka (critically
endangered)
PENYELAMATAN SATWA LIAR
* Sumber : SIDAK 12-03-2023 374
130
525
729
683
750
0 100 200 300 400 500 600 700 800
2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2
PENANGANAN KONFLIK SATWA LIAR
62 3
8 25 8
26 64 62
131 142
219
0 50 100 150 200 250 Satwa lainnya
Babi Hutan Bekantan OU Sumatera Ular Phyton OU Kalimantan Monyet Ekor Panjang Beruang Madu Harimau Sumatera Buaya Muara Gajah Sumatera
Frekuensi Penanganan
Kejadian Konflik Manusia & Satwa Liar
2022 No UPT Jumlah
1 Balai KSDA Aceh 167
2 Balai KSDA Sumatera Barat 76
3 Balai TN Way Kambas 76
4 Balai Besar KSDA Riau 67
5 Balai KSDA Kalimantan Timur 62
6 Balai KSDA Bengkulu 58
7 Balai KSDA Kalimantan Selatan 51 8 Balai KSDA Sumatera Selatan 44 9 Balai KSDA Kalimantan Tengah 24 10 Balai Besar TN Bukit Barisan Selatan 23
10 UPT JUMLAH KEGIATAN PENANGANAN KONFLIK TERBANYAK 2022*
Penyelamatan Satwa Liar (Pelepasliaran)
Putroe Kapho 17 November 2021
Sipogu 19 Juli 2021 Suro
13 Maret 2021
15
106.303
241.542
54.308
163.734
0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000
2019 2020 2021 2022
Rekapitulasi Pelepasliaran Satwa
No Taksa 2019 2020 2021 2022
1 Aves 27.491 55.745 40.862 43.333
2 Reptil 77.922 184.273 12.300 119.620
3 Mamalia 492 639 518 481
4 Pisces 315 885 245 300
5 Lain-lain 84 0 383 0
Total 106.304 241.542 54.308 163.734
Lhokbe 18 Agustus 2022
Rocky
21 Februari 2023
Maxi
26 Maret 2022
No Lokasi Rilis Spesies Waktu Jumlah
(indv) Keterangan 1 TN Bukit Baka
Bukit Raya
Orangutan Kalimantan
"Rocky" dan
"Dora"
21 Februari 2023 2 Hasil
penyerahan masyarakat dan direhabilitasi di YPOS
Penyelamatan satwa liar
Repatriasi Badak Sumatera
“Harapan” dari Cincinnati Zoo, AS 1 November 2015
Repatriasi 2 Orangutan dari Thailand 20 Desember 2019
Repatriasi 91 individu Satwa Endemik Indonesia dari Filipina
30 Juli 2020
No Tahun Satwa Jumlah Negara TL Penanganan
1 2006 Orangutan 51 Vietnam,
Australia, Thailand
Direhabilitasi, Dilepasliarkan 2 2007 Orangutan,
Badak Sumatera
5 Malaysia, USA Badak sumatera di SRS TN Way Kambas
3 2013 Orangutan 3 Malaysia Direhabilitasi
4 2015 Orangutan, Badak Sumatera
17 Kuwait, USA, Thailand
Orangutan: Direhabilitasi, Dilepasliarkan, Badak: di
SRS TN Way Kambas
5 2017 Orangutan 1 Kuwait Direhabilitasi
6 2018 Owa Jawa 6 Inggris Dilepasliarkan
7 2019 Orangutan 2 Thailand Direhabilitasi
8 2020 Burung, Soa Layar, Kasuari,
Walabi, Kadal Lidah Biru, Orangutan
102 Filipina, Thailand, Malaysia
Burung, Soa Layar, Kadal:
Dilepasliarkan Orangutan: Direhabilitasi
9 2021 Kura-kura Rote 13 Singapura Dilakukan habituasi untuk selanjutnya dilepasliarkan Repatriasi 13 Kura-kura Rote
dari Singapura 22 September 2021
16
TARGET 125.000 Ha CAPAIAN:
144.784,20 Ha (115,83%)
2017 Target 20.000 Ha
Capaian 12.117,83 Ha (60,59%) 2018 Target 20.000 Ha
Capaian 33.308,22 Ha (166,54%%)
2019 Target 20.000 Ha
Capaian 28.830,94 Ha (144,15%%)
2020 Target 20.000 Ha
Capaian 39.471,36 Ha
(197,36%%)2021 Target 45.000 Ha
Capaian 31.055,85 Ha (69,01%%)
CAPAIAN PEMULIHAN EKOSISTEM 2017-2021
17
Target-target Luasan Rehabilitasi Ekosistem pada Rencana Program Lingkup KLHK
▪ Rencana Kehutanan Tingkat Nasional 2011-2030 terdapat arahan Rehabilitasi di Hutan Konservasi seluas 1 juta Ha.
▪ Luas lahan kritis di Kawasan Konservasi hasil analisis Ditjen PDASRH seluas 983.534 Ha.
▪ Kawasan Konservasi di Indonesia seluas 27 juta Ha dengan luas zona/blok rehabilitasi 1.025.667 Ha atau sekitar 4% dari luas Kawasan Konservasi
▪ Kondisi Kawasan Konservasi saat ini terdapat 1,8 juta Ha opened area(yang sudah diverifikasi dapat dilakukan pemulihan ekosistem seluas ±970.468 ha
▪ Target Pemulihan ekosistem seluas 200.000 Ha pada Renstra KSDAE
▪ Target FOLU NET SINK 2030 Peningkatan Cadangan Karbon Non Rotasi seluas ± 638.548 Ha.
PEMANFAATAN TSL BERKELANJUTAN
• Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan;
• Penangkaran;
• Perburuan;
• Perdagangan;
• Peragaan;
• Pertukaran;
• Budidaya tanaman obat-obatan;
• Pemeliharaan untuk
kesenangan.
Jawa Timur 31 pemegang izin
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jakarta
12 pemegang izin
252 pemegang izin
1 pemegang izin
Bali
Yogyakarta
16 pemegang izin
21 pemegang izin
Data: tahun 2020 dan hanya 2 unit penangkaran Curik Bali Yang telah teregistrasi di sekretariat CITES
34 21 15 32 38 57 81
109 184
256 341
375 560
0 100 200 300 400 500 600
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
POPULASI CURIK BALI DI TN BALI BARAT
Taxus Sumatrana Mikroba PGPR, Antrifrost, Anti Kekeringan dan Anti
Hama Saninten/Sarangan Jamur Morel Morchella spp.
Candidaspongia spp.
Anggrek Moirum
(BTN Gunung Ciremai) Senyawa antikanker
(BTN Kerinci Seblat)
Sumber Pangan
Tanaman Hias
(BBKSDA Papua Barat)
Senyawa Antikanker
Sumber Pangan (BTN Gunung Rinjani) Kerjasama Penelitian
Balai TN Gunung Ciremai dengan Fakultas
Pertanian - IPB (Dr.
Suryo Wiyono
Kerjasama Balai TN Gunung Rinjani(Teguh Rianto dan Tim) dengan Balitbanghut (Dr.
Maman Turjaman)
Kerjasama Penelitian BBKSDA NTT dengan Universitas Diponegoro (Agus Trianto, Ph.D) dan Universitas
Ryusyhu, Jepang (Prof.
Kobayashi) Kerjasama PenelitianBTNG
Merapi(Bangun
Baramantya, S.Hut, M.Sc) dengan Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (Dr. Ir.
AYPBC Widyatmoko, M. Agr) Kerjasama Penelitian
Balai Taman Nasional Kerinci Seblat
dengan Balai Besar Penelitian, Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Penelitian Balai Besar KSDA Papua Barat (Reza Syahputra)
POTENSI BIOPROSPEKSI DI INDONESIA
Duabangan moluccana BTN Gunung Tambora Vanda lombokensis
BTN Gunung Rinjani
Coscinium fenestratum BKSDA Kaltim Spatholobus littoralis
BKSDA Kalteng
Eurycoma longifolia BTN Kutai
Parkia timoriana BTN Meru Betiri
Usnea Barbata BTN Merbabu Daemonorops
Draco
BTN Bukit 12 Bahan Baku Kosmetik
Obat Panas, Disentri
Tanaman Hias Bahan Konstruksi
Obat Kencing manis
Bahan Baku Jamu, Anti Bakteri
Penambah Daya Tahan Tubuh dan Vitalitas Senyawa Anti Kanker
BAJAKAH AKAR KUNING
PASAK BUMI KEDAWUNG
BINUANG LAKI AKAR ANGIN
JERNANG
Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2023
tentang “Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan”
Isntruksi Presiden RI ditujukan kepada:
1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
4. Menteri Pertanian;
5. Menteri Kelautan dan Perikanan;
6. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
7. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
8. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi;
9. Menteri Keuangan;
10. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas;
11. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
12. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
13. Menteri Perindustrian;
14. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional;
15. Kepala Badan Informasi Geospasial;
16. Jaksa Agung;
17. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
18. Para Gubernur; dan 19. Para Bupati/Wali Kota.
“Dalam rangka pengarusutamaan pelestarian keanekaragaman hayati untuk tercapainya keseimbangan dan keterpaduan dalam pembangunan
berkelanjutan diperlukan koordinasi dan integrasi antar
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.”
THE NEXT IBSAP
1. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Nasional (NBSAPs) merupakan kendaraan utama untuk mengimplementasikan Konvensi Keanekaragaman Hayati di tingkat nasional
2. NBSAP harus dilihat sebagai proses payung di mana semua target dan tindakan nasional yang relevan dengan kerangka keanekaragaman hayati global Kunming-Montreal dapat direncanakan, diterapkan, dipantau, ditinjau, dan ditingkatkan
3. NBSAP harus direvisi atau diperbarui sesuai kebutuhan tanpa mengganggu pelaksanaannya.
4. revisi atau pemutakhiran NBSAP agar selaras dengan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal, termasuk target nasional terkait, harus ditentukan sendiri oleh masing-masing Pihak sesuai dengan kondisi dan kemampuan khusus mereka
5. NBSAP harus mempromosikan dan mendukung peningkatan upaya dan tindakan, peningkatan implementasi dan konsistensi dari waktu ke waktu, dengan cara yang kooperatif dan fleksibel, memastikan tanggung jawab dan transparansi informasi mengenai target nasional yang mencerminkan sebagaimana berlaku semua tujuan dan target Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal Kerangka kerja
6. Harus memuat unsur-unsur umum berikut untuk memastikan kegunaan NBSAP dalam mekanisme implementasi, pemantauan, pelaporan dan peninjauan yang ditingkatkan, sambil tetap mempertahankan fleksibilitas dan peran utamanya sebagai sarana implementasi nasional:
• (a) Target nasional yang menangani atau berkontribusi terhadap setiap tujuan dan sasaran Kunming-Montreal GBF
• (b) Aksi nyata, kebijakan dan program yang dirancang untuk memenuhi target nasional dan berkontribusi pada tujuan dan target global,
• (c) Pemantauan, peninjauan dan penilaian nasional:
7. keselarasan NBSAP yang ada dan targetnya dengan kerangka baru dapat dinilai. Latihan ini akan memungkinkan identifikasi aspek-aspek atau komponen- komponen NBSAP mereka yang perlu direvisi atau diperbarui sehubungan dengan kerangka baru.
8. Para Pihak dapat mempertimbangkan sistem nilai yang berbeda, untuk merevisi atau memperbarui, menerapkan dan meninjau NBSAP mereka. Ini mungkin melibatkan mekanisme koordinasi nasional,
9. Sinergi antara NBSAP dan mekanisme perencanaan dan implementasi konvensi terkait keanekaragaman hayati lainnya, konvensi Rio dan perjanjian lingkungan multilateral terkait lainnya, serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan harus diidentifikasi dan dimanfaatkan untuk memaksimalkan efisiensi dan koherensi.
10. Informasi tentang komitmen dari aktor non-Negara dapat menjadi sumber informasi yang berguna untuk merevisi atau memperbarui NBSAP. Selain itu, Para Pihak dapat memasukkan komitmen ini ke dalam target nasional mereka, atau komitmen tersebut dapat dipertahankan sebagai komitmen terpisah dari pelaku di luar Pemerintah nasional, sesuai dengan keadaan nasional. Penghitungan ganda komitmen dari aktor non-negara harus dihindari.
indonesianwildlife Indonesian Wildlife Indonesianwildlife
Call center: +62 813 1500 3113 Email : ditkkh@gmail.com
KASIH