• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI JARANSARI DALAM UPACARA RITUAL BERSIH DESA LENCOH KECAMATAN SELA BOYOLALI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "TARI JARANSARI DALAM UPACARA RITUAL BERSIH DESA LENCOH KECAMATAN SELA BOYOLALI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TARI JARANSARI DALAM UPACARA RITUAL BERSIH DESA LENCOH KECAMATAN SELA BOYOLALI

Sri Setyoasih1, Budi Setiyastuti2, Nuryanto3, Samsuri4 , Daryono5 Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Surakarta

1Email: setyoasih@isi-ska.ac.id

2Email: setyastuti@isi-ska.ac.id

3Email: nuryanto@isi-ska.ac.id

4Email: samsuri@isi-ska.ac.id

5Email: daryonodarmorejono@gmail.com

ABSTRAK

Tari Jaransari dalam rangka bersih desa Lencoh, Sela, Boyolali merupakan seni yang berfungsi ritual. Terdapat hubungan antara seni tari dengan adat budaya setempat. Tujuan penelitian adalah untuk menggali seni tari dengan adat budaya setempat.

Penelitian menggunakan pendekatan antropologi tari yang bersifat desktiptif kualitatif. Metode yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan.

Hasil yang ingin dicapai tari Jaransari merupakan tari rakyat yang dipertunjukan pada kegiatan ritual bersih desa. Kegiatan tari berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat untuk menghadapi situasi gawat dari pengaruh kekuatan goib penunggu rokh desa. Melalui kegiatan tari Jaransari masyarakat dianggap telah memenuhi keingginan penunggu rokh desa sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat. Setelah upacara ritual bersih desa masyarakat menjadi tenang, giat bekerja dan panen melimpah.

Kata Kunci: jaransari, tari rakyat, ritual, bersih desa.

ABSTRACT

Jaransari dance in order to cleanse the village of Lencoh, Sela, Boyolali is an art that has a ritual function. There is a relationship between dance and local cultural customs. The research objective is to explore the art of dance with local cultural customs.

This research uses an anthropological approach to dance that are qualitative descriptive. The methods used include observation, interviews, documentation and literature.

The result that the Jaransari dance desired to achieve is a folk dance that is performed in village cleansing ritual activities. Dance activities are closely related to the lifestyle of the community to deal with critical situations from the influence of the power of the village guardian spirits. Through the activities of the Jaransari dance, the community is considered to have fulfilled the wishes of the village’s spirit, so that it will not interfere community activities. After the cleansing ritual ceremony of the village, the community calmed down, worked hard and the harvest was bountiful.

Key Words: jaransari, folk dance, ritual, village cleansing

(2)

A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari Jaransari adalah tari rakyat keberadaan didukung oleh suatu kelompok masyarakat yang secara turun–temurun. Bentuk serta pola garap geraknya sederhana, tidak mengindahkan norma-norma keindahan dengan standart yang baku. Gerakan tari sederhana, karena dipentingkan keyakinan yang terkandung di dalamnya, sehingga geraknya mudah dipahami oleh sekelompok masyarakat pendukungnya.

Upacara ritual bersih desa di Lencoh, Sela, merupakan peristiwa ritual yang mengandung makna magis. Upacara ritual bersih desa dilaksanakan untuk menghormati para dahyang, leluhur yang baureksa desa agar mendatangkan rasa ketentraman, keselamatan dan kesejateraan bagi penduduk desa setempat. Setiap tahun upacara ritual bersih desa diselengggarakan jatuh pada bulan Rejeb sehingga disebut Rejeban.

Dengan sesaji, doa matera, pentas tari Jaransari, dipercaya oleh sebagian besar warga masyarakat akan mendatangkan, keselamatan, ketentraman, keberhasilan panen dan kebahagian.

Permasalahannya adalah bagaimana bentuk pertunjukan tari Jaransari dalam upacara bersih desa. Mengapa tari Jaransari digunakan untuk upacara ritual bersih desa Lencoh

Tujuan penelitian untuk menggali hubungan seni tari dengan upacara ritual budaya Desa Lencoh.

B. METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan segenap langkah yang dilakukan untuk menggali tentang tari Jaransari sebagai tari ritual. Dalam penelitian menggunakan pendekatan antropologi tari. Data berupa pertunjukan tari Jaransari meliputi bentuk pertunjukan, elemen-elemen pendukung dan berbagai faktor pendukung dan penghambat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi (Slamet, 2016:127). Tekhnik analisa data menggunakan analisis bentuk, struktur, dan faktor yang mempengaruhi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif pada Jaransari adalah ungkapan verbal dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi foto dan rekaman tari. Berkaitan dengan data, dapat dibagi jenis data-datanya ke dalam kegiatan ritual yang berupa sesaji dan mantra, ungkapan vokal yang berupa doa, dan tindakan yang berupa gerak- gerak diiringi musik gamelan.

1. Teknik Pengambilan Data a. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan terhadap keterkaitan pertunjukan dengan kegiatan ritual. Obsevasi untuk mengungkapkan gambaran sistematik mengenai peristiwa ritual kesenian, tingkah laku, dan makna pertunjukan bagi masyarakat pendukung kegiatan ritual.

Observasi dilakukan dengan dua cara yaitu pertama observasi langsung dari sumbernya dan observasi tidak langsung melalui rekaman yang dibuat untuk kepentingan penelitian (Slamet, 2016:95-96). Observasi langsung peneliti mengamati pertunjukan Tari Jaransari pada waktu peringatan upacara ritual bersih desa. Pada waktu observasi juga dilakukan perekaman. Maksud adanya rekaman adalah agar setelah selesai pertunjukan tidak ada data yang terlewatkan. Observasi tidak langsung dapat dilakukan melalui hasil rekaman pada saat penelitian maupun yang sudah direkam pada waktu yang lalu.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara bebas dan terprogram.

Wawancara bebas dilakukan terhadap beberapa informan dan nara sumber untuk memperoleh data yang sifatnya umum. Wawancara bebas dilakukan sejak peneliti memasuki lapangan, meliputi riwayat pertunjukan Tari Jaransari, riwayat seniman, konsep dalam berkesenian, dan ekspresi seni. Pada saat wawancara

(3)

berlangsung juga dilakukan pencatatan serta rekaman audio visual.

Wawancara terprogram dilakukan untuk menggali data yang lebih mendalam serta betul- betul diperlukan dalam penelitian kepada orang- orang yang berkompenten. Untuk wawancara terprogram peneliti telah menyiapkan sejumlah daftar pertanyaan yang meliputi persiapan pentas tari Jaransari, unsur-unsur tari, pendukung pertunjukan, serta berbagai hambatan dan cara melakukan penyelesaian.

c. Dokumentasi

Tekhnik pengumpulan data dokumen digunakan untuk memperoleh informasi dari tangan kedua dan pengambilan dokumen sendiri secara langsung pada saat upacara ritual bersih desa dan pertunjukan (Maryono, 2011:111- 112).

Dokumentasi yang digunakan dalam pengumpilan data untuk Tari Jaransari menggunakan peralatan audio visual. Data yang diimput meliputi bentuk pertunjukan, dan lingkungan masyarakat pendukung pertunjukanya. Dalam penelitian Tari Jaransari dicari hubungan antara pertunjukan tari, tanggapan masyarakat, seniman dan kehidupan adat budaya masyarakat pendukungnya.

3. Validitas Data

Dalam penelitian Jaransari diperlukan data yang valid. Semakin valid data yang digunakan dalam suatu penelitian akan semakin meyakinkan hasil penelitiannya. Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (Maryono, 2011:23). Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian digunakan tekhnik triangulasi yaitu tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu, yang lain di luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Tekhnik triangulasi yang digunakan dalam penelitian tari Jaransari adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data adalah tekhnik untuk menggali beberapa

sumber data yang berbeda dalam rangka untuk mendapatkan data yang sama supaya tingkat kebenarannya teruji. Oleh karena itu peran narasumber sangat dibutuhkan, dan untuk mendapatkan data yang valid maka digunakan beberapa narasumber dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan data.

4. Tekhnik Analisis Data

Dalam penelitian Tari Jaransari digunakan analisis bentuk, makna dan fungsi (Ratna, 2010:241-244). Data yang terkumpul lewat wawancara dibandingkan dengan data yang merupakan hasil observasi. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan empat komponen analisis, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.

Empat komponen diuraikan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data yang dilakukan adalah mencatat dengan rinci, kritis dan lengkap kata- kata kunci yang ditemukan. Pengumpulan dilakukan dengan pengamatan, wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh data secara lengkap, seputar Tari Jaransari.

b. Reduksi data peneliti melakukan pengelompokan data menurut jenisnya secara terpisah berdasarkan kelompok informasi dan merumuskan temuan jalinan dalam kelompok dengan rumusan singkat.

Reduksi data bermaksud menghilangkan data yang tidak berkualitas tentang pertunjukan Tari Jaransari.

c. Sajian data, disusun berdasarkan kelompok data yang sudah dirumuskan (reduksi data).

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi dan deskripsi dalam bentuk lengkap.

d. Penarikan kesimpulan yang merupakan hasil pembahasan dari reduksi data dan sajian data untuk menyimpulkan makna yang tersirat pada pertunjukan Tari Jaransari, dan merupakan jawaban dari rumusan masalah.

(4)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Upacara ritual bersih desa yang dilakukan penduduk Desa Lencoh memiliki maksud dan tujuan mendapatkan keselamatan. Bersih desa merupakan upacara yang berhubungan dengan tujuan untuk keselamatan desa. Oleh sebab itu upacara ritual bersih desa untuk pelaksanaannya terbatas pada suatu teritorial tertentu yaitu desa.

Upacara ritual bersih desa yang berlangsung di Desa Lencoh merupakan tradisi.

Upacara ritual bersih desa bagi masyarakat merupakan kegiatan yang dianggap penting demi kelangsungan hidup bermasyarakat.

Masyarakat Desa Lencoh mempunyai kepercayaan bahwa dhanyang adalah rokh atau makhluk halus yang menempati alam semesta di sekeliling tempat tinggal kediamannya.

Dhanyang desa merasa senang apabila diperhatikan oleh manusia, tetapi dapat marah bila diabaikan. Oleh karena itu masyarakat Desa Lencoh setiap tahunnya memberi imbalan yaitu dengan mengadakan selamatan desa yang disertai adanya sesajen untuk rokh penunggu dan menampilkan pertunjukan kesenian.

1. Makna dari sesaji

Sesaji merupakan lambang atau ajaran bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya, dengan menyediakan sesaji ataupun perangkat ritual lainnya manusia telah dibiasakan menggunakan bahasa simbol dalam kehidupan sehari-harinya.

Simbol/makna yang terkandung dalam sesaji sebagai bagian dari perangkat ritual terdiri dari: tumpeng, ingkung ayam, kalapa duwuegan bubur putih dan bebur merah, pakaian pria dan

wanita, kembang setaman, rujak, dan dilengkapi dengan anglo untuk membakar kemenyan.

Adapun makna yang terkandung dalam sesaji dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Komaran, urupe dupa kumelun.

b. Tumpeng (tumuju marang pengeran), yang dilengkapi dengan ”ingkung ayam”. yaitu nasi diberi santan kelapa yang dicampur dengan air kuning dan diberi garam, daun salam, nasi dibentuk menyerupai kerucut lalu ditutupi dengan daun pisang. Nasi tumpeng ditutupi dengan daun pisang sebagai lambang yang bermakna bahwa untuk mencapai kemulyaan harus dibarengi dengan usaha dan Tuhan sebagai kekuatan supranatural. Bentuk dari nasi tumpeng seperti kerucut mengandung makna bahwa manusia diwajibkan untuk menyembah pada Tuhan Yang Esa. Makna dari tumpeng juga, sebagai ungkapan berbakti dan mohon keselamatan kepada Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW.

c. Nasi asahan, dibuat dari nasi putih dibentuk bulat setengah bola dan diletakkan di atas encek atau lanyahan dikelilingi sayur, telur puyuh, tepe, daging ayam, peyek, gereh, kerupuk udang.

d. Panggang ayam, yaitu merupakan kelengkapan tumpeng robyong yang mempunyai makna. untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha e. Bekakak ayam, seekor ayam kampung Esa. yang dimasak utuh tetapi dibelah bagian dadanya dan dijepit dengan kayu supaya tampak rata dan diberi bumbu.

f. Gedhang ambon, setangkep, mempunyai makna, sebagai lambang kesatuan hidup Jasmani maupun rokhani.

g. Gedhang raja, mempunyai makna, menginginkan hidup yang utama.

h. Degan, mengandung makna anak lelaki akan menjadi tumpuan dalam keluarga.

i. Bubur abang putih, mempunyai makna penyantuan dua kutub yang berlawanan, yang hakekatnya saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan seperti sifat baik-buruk, pria wanita.

j. Jajan pasar, bermakna untuk memperingati malaikat Kasim yang memperhatikan/memberi pakaian dan makanan dalam kehidupan sehari- hari.

(5)

k. Makanan ringan,. memiliki makna peringatan dalam menjalankan hidupnya tidak boleh menganggap ringan.

l. Kembang setaman, bermakna berusaha menjaga nama baik dari keturunannya sampai tujuh keturunan.

m. Kembang telon, bermakna. untuk tolak bala dan keselamatan.

n. Rucuh tebu, mempunyai makna, dapat kesegaran dan kenikmatan hidup.

o. Degan Ijo. mempunyai makna, sebagai lambang kesempurnaan hidup.

p. Telur ayam kampung, bermakna sebagai upah ke pada Nini Among dan Kaki Among, agar tidak menggoda si anak (bayi).

q. Wedang kopi, sebagai lambang nafsu aluwamah yang berwarna hitam, yang mempunyai makna kesentausaan iman terhadap Tuhan Yang Maha r. Wedang teh, sebagai lambang nafsu amarah, Esa.

mempunyai warna merah, dapat menambah rasa kekuatan (semangat) keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

s. Wedang cembawut (kopi dicampur air santen), sebagai lam bang nafsu sufiah, mempunyai makna mendorong rasa kemauan untuk mendekat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

t. Wedang putih, sebagai lambang nafsu mutmainah, sifatnya bersih (suci), yang muncul rasa welas-asih, tenteram, bahagia dan luhur.

u. Rujakan, bermakna kerukunan dalam hidup bermasyarakat dengan kata lain silih asih silih asah dan silih asuh.

v. Lawe Wenang, bermakna sebagai lambang ikatan tali kesucian (putih), yang mempunyai kewenangan kekuasaan dan batasnya tak terhingga (tak terbatas).

w. Menyan putih, secara ritual mempunyai makna.

berbakti kepada Yang Maha Kuasa (Tuhan) dan yang menguasai desa setempat, serta panggung yang sedang digunakan untuk pertunjukan (pentas).

x. Rokok kretek, mempunyai makna untuk menghalau roh-roh jahat yang Ingin mencoba mengganggu jalannya pentas Jaransari.

y. Rokok klobot, mempunyai makna untuk mengusir roh-roh jahat yang suka mengganggu keselarasan orang lain.

z. Rokok cengkeh, mempunyai makna sebagai lambang rasa kenikmatan dalam kehidupan, apabila dapat mengendalikan cara penggunaannya.

aa. Rokok menyan, mempunyai makna kesucian berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

ab. Kepok adhem dan tempe adhem, sebagai lambang untuk meng hormati Dewi Sri, agar selama pementasan berlangsung selalu selamat.

ac. Kinang selengkapnya, sebagai lambang untuk menghormati kepada utusan Kanjeng Ratu Kidul, yang selalu menjaga dalam hal keselamatan pertunjukan.

ad. Kinang, bermakna bahwa anak yang akan dikhitan tajam dan mempunyai panjang ingatan (cerdas).

ae. Anglo, tempat membakar kemenyan mempunyai makna kehidupan manusia yang berasal dari tanah maka akan menemui kematian dan kembali ke tanah (dikubur) dan bara api melambangkan nafsu pada diri manusia.\

Pertunjukan tari Jaransari dalam rang- kaian sebagai bagian upacara ritual bersih desa dilingkungan masyarakat Lencoh bersifat sakral, sebagai bagian dari ritus. Faktor ritual atau ritus lingkaran hidup manusia menjadi penyebab bahwa dalam pelaksanaannya memiliki ketentu- an-ketentuan secara khusus. Ketentuan meliputi pelaku, tempat, kelengkapan, sajen dan waktu.

Soedarsono mengemukakan bahwa mengenai upacara ritual ada ciri-ciri khas tertentu dalam pelaksanaannya. Ciri khas ritual di antaranya (1) tempat penyelenggaraan upacara harus tempat yang terpilih dan diangggap sakral; (2) waktu upacara diselenggarakan harus merupakan wak- tu terpilih; (3) para penari yang terpilih untuk keperluan upacara harus dalam keadaan bersih secara spiritual; (4) sesaji merupakan pelengkap upacara yang tidak boleh ditinggalkan; (5) tidak ada penonton, sebab yang hadir dalam upacara dianggap sebagai peserta atau “jemaah” (Soe- darsono, 1996: 36-37).

Tari Jaransari sebagai bagian dari upacara adat tergolong tarian sakral karena selalu menyertai upacara Rejeban yang dilakukan

(6)

secara rutin. Artinya tarian ini yang hidup dan berlaku secara turun menurun, sebagai media atau kebiasaan masyarakat Lencoh dalam melaksanakan upacara yang bersifat sakral.

2. Bentuk Pertunjukan Jaransari

Pengertian tentang bentuk terdapat berbagai macam pendapat yang mengatakan bahwa bentuk di dalam pertunjukan adalah struktur. Menganalis tentang pengertian bentuk dan struktur dalam pertunjukan sebuah tari sebagai salah satu upaya untuk memperoleh gambaran secara utuh.

Dalam sebuah karya seni terdapat dua konsep yaitu isi dan bentuk. Parker menyebutkan bahwa isi merupakan superior sedangkan bentuk adalah subordinat (Parker, 1946:43). Bentuk adalah perwujudan secara fisik yang dapat ditangkap oleh indera seperti gerak, iringan, tata rias, dan tata busana, serta alat-alat lainnya yang kesemuanya merupakan medium tari untuk mengungkapkan isi. Isi merupakan rokh, tujuan yang diungkapkan dalam bentuk fisik. Bentuk dapat diindera melalui pertunjukannya serta pengamatan terhadap koreografinya. Isi dapat ditangkap berdasarkan pengamatan terhadap pertunjukan.

Dalam dunia tari Jawa kadang-kadang agak sulit mendapatkan isi dengan cara bertanya. Gagasan isi dalam tari Jawa dituangkan ke dalam bentuk dengan cara sangat halus dan sangat spesifik sehingga penonton.

Pendapat lazim mengatakan bahwa bentuk secara abstrak dapat berarti susunan, artikulasi, sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh dari hubungan atau lebih tepatnya suatu cara, keseluruhan aspek dapat dirakit (Suzanne K.

Langer dalam Widaryanto 1988:15-16). Tari Jaransari sebagai tari ritual memiliki beberapa unsur yang didalamnya meliputi; gerak, pola lantai, iringan, tata rias, tata busana, tempat dan waktu pertunjukan serta pendukung lainnya.

Berdasarkan pengertian bentuk secara abstrak bahwa bentuk merupakan hubungan antara unsur yang satu dengan lain menjadi satu

kesatuan utuh dan menyeluruh serta menjadi sebuah pertunjukan yang dapat dilihat. Bentuk karya tari Jaransari termasuk tarian kelompok berkaitan erat dengan elemen-elemen yang mendukung pertunjukan.

Untuk mengupas tari Jaransari sebagai tari ritual peneliti menggunakan pendapat Slamet dalam buku Melihat Tari 2016:188, menjelaskan bahwa bentuk yang dimaksud dalam pertunjukan meliputi unsur-unsur yang saling berkaitan antara lain menyangkut seperti gerak, penari, tata rias, tata busana pola lantai, musik tari, serta tempat pementasan.

Tari Jaransari sebagai tarian ritual termasuk salah satu tarian kelompok yang tumbuh dan berkembang di Desa Lencoh, Kecamatan Sela, Kabupataen Boyolali.

Tari Jaransari dipercaya masyarakat akan mendatangkan rasa senang bagi rokh penunggu desa sehingga berakibat ketentreman masyarakat dari rokh penunggu desa. Gerak tari Jaransari mengikuti irama musikal secara spontan dalam bentuk yang diulang-ulang dengan tidak mengutamakan estetika geraknya, yang dipentingkan dalam gerak tari adalah menyatukan rokh penunggu desa yang menimbulkan ketentraman hati masyarakat. Tari Jaransari pada waktu dipentaskan tidak menggunakan proses kesurupan atau intrance. Para penari dan pedukung tari merasa terpuaskan karena terlibat dalam persembahan dengan penjaga rokh sehingga hati menjadi tentram dan segar setelah melakukan kegiatan ritual.

3. Tatacara Upacara Bersih Desa a. Persiapan Upacara

Persiapan yang berhubungan dengan pembentukan kepanitiaan telah direncanakan satu bulan sebelum pelaksanaannya.

Upacara ritual bersih desa merupakan peristiwa yang melibatkan semua masyarakat Desa Lencoh, maka tempat yang dipilih untuk upacara adalah di tempat salah satu warga yang dianggap cikal bakal. Sukardi menjelaskan

(7)

bahwa tempat pelaksanaan untuk pentas kesenian secara berturut-turut selalu berpindah tempat setiap tahunnya.

b. Pelaksanaan Upacara Ritual Bersih Desa

1). Tahap Pertama

Menjelang hari pelaksanaan upacara ritual bersih desa, seluruh warga masyarakat membersihkan makam leluhur. Keterlibatan anggota masyarakat menjadi faktor yang penting untuk menyukseskan keberhasil upacara.

2). Tahap Kedua

Upacara ritual bersih desa slametan dilakukan di 2 tempat yaitu pertama sumber mata air, kedua di rumah Kepala Desa atau cikal bakal. Tempat pertama dilakukan setelah suluruh warga masyarakat berkumpul di rumah Kepala Desa. Acara ditempat sumber mata air dimulai, dipimpin oleh sesepuh. Beberapa doa dibacakan disertai dengan pembakaran kemenyan.

Doa-doa yang diucapkan intinya berisi tentang permohonan restu perlindungan kepada para dhanyang/arwah leluhur agar semua warga masyarakat Desa Lencoh selalu mendapatkan keselamatan dan terhindar dari segala marabahaya. Setelah selesai membacakan doa-doa, kemudian uborampe slametan dimakan bersama-sama oleh semua warga yang hadir di tempat slamatan.

Setelah selesai slametan di sumber mata air dilanjutkan ditempat lurah desa dan kadang-kadang di sekitar arena pertunjukan.

Berbagai sesaji di antaranya satu tampah yang berisi satu tumpeng agung megono gondho arum berbentuk kerucut, sayur telur puyuh, tepe, daging ayam, peyek, gereh, kerupuk udang. Jajan pasar, berupa setangkep pisang, jeruk, jambu, kedondong, salak, bengkoang, kluwak, kinang, daun sirih, injet dan tembakau yang dibeli dari

pasar. Pada sisi sebelah terdapat sesaji secara khusus yang terdiri dari tumpeng agung megono gondho arum dan ingkung lembaran (jantan), (sayur telur puyuh, tepe, daging ayam, peyek, gereh, kerupuk udang), jenang merah putih, Jajan pasar, berupa setangkep pisang raja, jeruk, jambu, kedondong, salak, bengkoang, kluwak, kinang, daun sirih, injet dan tembakau yang dibeli dari pasar. Kembang menyan wajib, berupa bunga mawar merah, putih dan kenanga, di dalam rengkot, kemenyan yang dibakar, rokok dan uang seadanya.

Doa Selamatan untuk kegiatan ritual Bismillahir rahmaanir rahiim

Salam sallahu salam walaikum salam 3 x Klenggang jati oborane menyan

Krenyes jati arenge dupa Mletuk putih kukuse menyan Murup mujad tumelung

Menyang ngarep, ngarepe Mekah, Mekahe, Medinah, Medinahe danyang Para danyang dusun... atau redi

Medinahe para danyang ingkang lenggahi Kemudian dilajutkan doa untuk keselamatan pertunjukan Jaransari yaitu sebagai berikut:

Bismillahir rahmaanir rahiim

Panggang sekul tumpeng, tumbasan peken sak pirantinipun sedaya kalian sekul redi. Pangang tumpeng kangge metreni Kyai Slamet Saloka, Nayi Slamet Saloka, Kyai Tentrem, Kyai Sunan Bonang sak wadyabalane kang duweni gongsa lan kaliyan dinten menika kangge merti desa, inggih pentas kesenian kannge merti desa lan rombongan kesenian sedaya lan masyarakat lencoh nyuwun berkah pangestu paringgono bagas waras slamet.

Saha paringono ayom-ayem tentrem jenjem, paringono wilujeng sapangandape, sapaninggile ampun wonten saru sikune. Lajeng ingkang darbe gangsa jaler menika dipun suwun rokok lan ngunjuki dahar sekul sapirantosipun sedaya. Darbe gangsa ingkang istri menika dipun aturi ngganten ngunjuk dahar sekol sapirantosipun sedaya. Lan sedaya dipun suwun ngasta piyambak-piyambak mbok menawi wonten kekiranganipun dipun caosi

(8)

arta dipun suwun tumbas wonten peken ageng piyambak.

Kaliyan anggenipun mangun inggih menika golong kangge metreni Nyai danyang, kaki danyang smara bumi, danyang kang amongsari, danyang cikal bakal desa Lencoh lan danyang sing wonten keblat papat, sing wonten mergi prasekawan, pratigan, danyang sing wonten lepen jaler, istri, ageng, alit saha sedaya danyang bade dipun petreni dipun suwun wilujeng sapangandape, sapaninggile liripun kesenian ing desa Lencoh bade dipun pentasaken kangge bersih desa menika.

Kalian anggenipun mbangun sekul redi bade damel metreni para danyang ingkang wonten redi Merbabu jaler, istri, ageng, alit saha sedaya danyang kang wonten redi Merbabu inggih menika Kyai Agung Sela, Kyai Prabu Keraka Dalem, Kyai Sunan Trembakung, Kyai Sunan Ace, Kyai Juragan Dampo Awang Candra Dimuka sing manngen salebete Redi Merbabu sawadya balane. Bade dipun petreni dipun suwun wilujeng sapangandape, sapaninggile dongane tentrem wilujeng badanipun masyarakat ing desa Lencoh kaparenana da bagas waras slamet. ayom-ayem tentrem jenjem, kang dados manahipun masyarakat desa Lencoh.

Sabab malih anggenipun mbangun sekul redi sapirantosipun sedaya kangge damel metreni para danyang ingkang wonten suku redi Merapi lan ingkang wonten salebete redi Merapi sedaya jaler, istri, ageng, alit lan sedaya danyang ingkang wonten nglebet saha sukune Merapi. Inggih menika Kyai Metesih, Kyai Singo Merjaya, Kyai Simbar Jaya, Kyai Petruk, Kyai Permadi, Kyai Badra kendali, Kyai sapu Jagat, Kyai Sapu Angin. Sing manggen ing salebetipun redi Merapi dongane kangge badanipun masyarakat desa da bagas waras slamet, ayom-ayem tentrem jenjem, kang dados manahipun masyarakat desa Lencoh.

Sabab malih anggenipun mbangun sekul redi sapirantosipun sedaya kangge damel metreni para danyang ingkang wonten suku redi Merapi lan ingkang wonten salebete redi Bibi sedaya jaler, istri, ageng, alit lan sedaya danyang ingkang wonten nglebet saha sukune Bibi. Inggih menika Kyai Semar, Kyai Mriyem Setomi. Ingkang

wonten ing salebetipun redi Bibi dongane kangge badanipun masyarakat dasa da bagas waras slamet, ayom-ayem tentrem jenjem, kang dados manahipun masyarakat desa Lencoh.

Sabab malih anggenipun mbangun tumbasan peken sapirantosipun sedaya kangge damel metreni para danyang Lintang Rembulan, Srengenge sedaya.

Lan ingkang wonten salebete Lintang Rembulan, Srengenge sedaya jaler, istri, ageng, wonten ing salebetipun dongane kangge badanipun masyarakat desa da bagas waras slamet, ayom-ayem tentrem jenjem, kang dados manahipun masyarakat dusun Lencoh.

Sabab malih anggenipun mbangun tumbasan peken sapirantosipun sedaya kangge damel metreni para danyang ingkang wonten salumahing bumi sedaya. Lan ingkang wonten salebete bumi sedaya jaler, istri, ageng, wonten ing salebetipun dongane kangge badanipun masyarakat desa da bagas waras slamet, ayom-ayem tentrem jenjem, paringana rejeki ingkang tutut kang dados manahipun masyarakat desa Lencoh.

3). Bagian Ketiga Pertunjukan Tari

Pentunjukan tari Jaransari dalam upacara dilaksanakan setelah upacara rital bersih desa, bertujuan untuk menghadirkan kekuatan- kekuatan leluhur.

Pertunjukan tari Jaransari diawali dengan suara musik pertunjukan. Para penari masuk arena pertunjukan dengan menampilkan berbagai ragam gerak.

4. Tata Urutan Pertunjukan Tari Jaransari Tari Jaransari merupakan salah satu bentuk tari jenis garapan kelompok yang disajikan oleh 11 orang penari pria. Sebuah karya tari rakyat tradisional, ragam gerak yang digunakan di antaranya gerak berjalan, negar, napak gedut, dan loncat ditempat. Pola garap gerak dalam penyajian Tari Jaransari dapat dipilahkan menjadi tiga bagian:

(9)

Bagian pertama merupakan tarian awal, digunakan untuk masuk menuju gawang adalah para penari berjalan dengan langkah negar berurutan satu persatu menggunakan pola gerak negar maju, engklek, negar mundur, napak tepak kaki satu nekuk gedut, napak samping, loncat ditempat, jengkeng, pacak gulu kanan-kiri.

Gerak bagian inti menggunakan bentuk gerak yang diawali dengan gerak sembahan lamba, nacah, nimbang asta kanan-kiri, kedua asta wolak-walik atas bawah. kemudian dilanjutkan loncat ditempat, glebak mundur, nacah maju, gleblak mundur, laku cepat, loncat sendal jaran, mlaku cepat, ukel asta kanan-kiri, junjung kanan-kiri, laku rempek mundur loncat, laku telu mundur, laku maju laku telu wolak- walik, singgetan, ukel tangan junjungan loncat kan-kiri tebak dan diakhiri gerak bumi.

Perangan terdapat dua tokoh melakukan gerak perangan Trek 1 dengan gerak saling oyak-oyakan adu pedang tiga kali, kemudain berjalan putar. Trek 2 melalukan gerak ragam gerak negar kemudian sirig mundur adu pedang tiga kali ngoyak ke kanan dan ke kiri.

Trek 3 penari melakukan gerakan nyongklang mendekat adu pundak kiri maju-mundur perang prapatan berputar.

Perdamaian diakhiri dengan gerak sampyuh kemudian menari bersama.

Bagian akhir mengguna kan pola gerak, loncat kanan-kiri, gerak negar ditempat, negar di tempat engklek kanan-kiri, entragan junjungan kiri, mundur seling kanan-kiri dari arena pertunjukan atau ke luar dari panggung.

D. F a k t o r- f a k t o r P e n d u k u n g d a n Penghambat Ritual Bersih Desa dengan Pertunjukan Tari Jaransari.

1. Faktor Pendukung Tari Jaransari

Perubahan dapat terjadi oleh karena dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal.

Perubahan internal adalah perubahan dari dalam yang merupakan tuntutan para senimannya

sendiri untuk selalu aktif kreatif, dan inovatif.

Para pendukung seniman tidak puas dengan hasil karya yang telah berlalu dan memiliki dorongan untuk selalu maju mencari sesuatu yang baru.

Perubahan eksternal merupakan perubahan yang dipengaruhi faktor dari luar seperti misalnya perubahan masyarakat, kehadiran penonton yang sengaja ingin menikmati pertunjukan sehingga memberikan inspirasi spontan untuk keluar dari konteks (Supanggah, 2007: 292).

a. Faktor Internal

1) Dalam pertunjukan Tari Jaransari sebagai apresiasi melibatkan banyak warga masyarakat untuk mengambil bagian dan berperan serta. Dalam Tari Jaransari dibutuhkan sedikitnya 11 penari, 17 orang sebagai pengrawit, dan dua orang wiraswara.

Bagi penari merupakan kepuasan jika dapat menampilkan tari yang menarik perhatian penonton. Setiap tahun terdapat perubahan penari dan pengrawit untuk menyesuaikan dengan kebutuhan.

2) Pertunjukan Tari Jaransari dihilangkan dan ditambah pada beberapa gerak. Dilakukan kreativitas dengan tetap mempertimbangkan variasi sebagai hiburan dan tontonan yang menyenangkan, berlangsung dalam suasana yang menghibur. Pentas Tari Jaransari yang dipilih menyesuaikan dengan selera penonton.

3) Pertunjukan tari Jaransari menyenangkan dan warga merasa terhibur. Penonton tidak terbatas pada warga setempat baik laki-laki maupun perempuan dewasa, tua, dan anak- anak. Penonton juga banyak dari warga desa yang lain baik yang dahulu pernah tinggal di Desa Lencoh maupun yang memang memerlukan untuk ikut ritual dan juga menikmati pementasan pentas tari Jaransari.

4) Kelangsungan pertunjukan Tari Jaransari merupakan kekayaan budaya akan berkembang dan lestari jika para penari pengrawit dan peraga yang lain selalu menjaga Tari Jaransari selalu menarik perhatian.

(10)

Warga desa memiliki kekayaan budaya yang tidak dimiliki warga yang lain. Meskipun telah banyak hiburan dari kesenian yang lain, oleh karena pertunjukan tari Jaransari berkaitan dengan acara ritual, sehingga banyak warga yang merasa terpanggil untuk menghadirkan dirinya dalam berhubungan dengan kekuatan luar yang diharapkan akan mendatangkan ketenteraman, keselamatan dan kebahagiaan.

5) Para penari dapat mengembangkan vokabuler geraknya sehingga menambah semaraknya sajian atraksi seni, dampaknya akan menarik bagi penonton yang hadir.

b. Faktor Eksternal

1) Pengaruh dari cuaca di lingkungan desa.

Masyarakat Desa Lencoh merasa lebih mantap jika tradisi upacara ritual bersih desa tetap dilestarikan oleh karena merupakan ajang berkumpul, musyawarah dalam mengerjakan ladangnya. Upacara mengikuti arus musim yang jatuh pada musim penghujan sehingga mengganggu jalannya upacara ritual, untuk itu kegiatan dilaksakan pada jam 12.

2) Pengaruh dari dinas pariwisata. Pertunjukan Tari Jaransari menarik wisatawan sehingga dapat menghidupkan roda ekonomi masyarakat sekitar. Dinas pariwisata mendapatkan media pembinaan untuk kelanjutan pertunjukan yang lain.

Setelah beberapa tahun pertunjukan berlangsung banyak warga masyarakat yang lain menyaksikan pertunjukan Jaransari.

Desa Lencoh akan lebih dikenal dan memiliki potensi wisata pedesaan yang jika diangkat didalam kancah wisata akan menarik dan menambah kesejahteraan masyarakat.

Setelah beberapa tahun melakukan kajian, akhirnya pada tahun 2010 Desa Lencoh dijadikan wisata pedesaan. Untuk menunjang kehadiran wisata, maka diperlukan prasarana yang memadahi dan juga pembenahan obyek wisata. Sebagaimana diketahui bahwa untuk mengundang wisatawan diperlukan penanganan yang seksama tentang obyek

wisata. Obyek wisata yang menarik meliputi keindahan alam seperti misalnya Sendang, air terjun, gugusan pegunungan dengan udara yang indah ditunjang dengan peninggalan kebudayaan. Dalam hal kebudayaan diperlukan pengurusan tentang peninggalan budaya ataupun atraksi budaya. Di Desa Lencoh atraksi budaya yang sudah langka adalah pertunjukan tari rakyat dengan menggunakan tari Jaransari.

3) Pengaruh dari perkembangan hasil teknologi. Tari Jaransari menggunakan bantuan teknologi. Kehadiran hiburan yang menggunakan teknologi menambah apresiasi masyarakat, secara sosiologis masyarakat akan terhibur sehingga timbul pengalaman estetis serta untuk menghargai hasil karya seni kreativitas seniman. Maksud dari teknologi seperti contoh adalah ligthing dan sound sistem.

4) Masyarakat sekitar dapat memanfaatkan usaha sampingan sehingga menambah kesejahteraan ekonomi.

2. Faktor Penghambat Kreativitas Tari Jaransari Sebagai Ritual.

Kemajuan selalu terjadi oleh karena dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Perubahan internal adalah perubahan dari dalam yang merupakan tuntutan para senimannya sendiri untuk selalu aktif kreatif, dan inovatif. Warga masyarakat mengalami perubahan pola pikir oleh karena tuntutan kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Sekalipun relatif kecil bagi perubahan struktur masyarakat, munculnya intelektual muda sebagai hasil pembelajaran sering menimbulkan perbedaan pendapat tentang prosesi ritual. Bagi masyarakat desa yang sifatnya komunal penuh gotong-royong, mengedepankan paguyuban isi ritual sering beragam mengikuti pola pikir masyarakat.

(11)

a. Faktor Internal

1) Penari, dalam menari terkadang asal melakukan gerak sehingga sering timbul kesan kurang kompak. Setiap dilakukan pertunjukan selalu terjadi perubahan penari sehingga, pemahaman tentang gerak, keikutsertaan penari, kesungguhan dan tata rupa pentas, tata rias dan tata busana terkesan seadanya sesuai dengan persiapan yang dimiliki oleh setiap penari sendiri-sendiri.

2) Sebagian seniman yang tidak dapat berpartisipasi sering menimbulkan kesan kreativitas sebagai perilaku yang meyimpang sehingga menghambat kemajuan dan pelestarian Tari Jaransari.

3) Kelompok iringan musikal, terdapat kesan bunyi asal–asalan, kurang digarap atau kekompakan latihan, pada saat-saat tertentu iringan karawitan sering tempo dan ritmenya kurang ajek sehingga mempengaruhi penari.

4) Pihak desa terlalu banyak mencampuri pada ungkapan estetis, kurang memperhatikan pada ritual sebenarnya, terlalu banyak gagasan yang harus dilakukan oleh para penari, ternyata dalam pelaksanaanya secara tidak sadar dilakukan perubahan gerak dan garap iringan. Kreativitas sebagai tuntutan agar menarik, enak ditonton menimbulkan kesan yang mendalam sehingga menjadi faktor penghambat tujuan ritual itu sendiri.

b. Faktor Eksternal 1) Agen Perjalanan Wisata

Tari Jaransari yang dipertunjukan pada masyarakat mengundang wisatawan baik domestik maupun wisatawan insidentil.

Dalam pertunjukan untuk ritual sering waktunya tidak menentu sehingga kadangkala wisatawan mempengaruhi untuk mempercepat waktu dan mengurangi isi peristiwa itu sendiri.

2) Dinas pariwisata

Biasanya dinas pariwisata meminta

undangan dengan memberikan sumbangan sejumlah uang. Terdapat pesan khusus bagi penerima sumbangan sehingga menimbulkan perilaku yang berbeda dengan tujuan ritual itu sendiri.

Pada hal tertentu sering personalia dinas pariwisata ikut berpartisipasi dalam upacara ritual, berperan pada karakter tertentu seperti misalnya menjadi pawang, menjadi pemimpin pada hal kurang memahami upacara ritual yang sedang berlangsung sehingga terkesan peristiwa ritual menjadi pudar. Dari sakral ritual berubah menjadi profan.

3) Akomodasi

Akomodasi menjadi faktor penting dalam kegiatan kepariwisataan. Di desa kurang mengutamakan akomodasi seperti penginapan, homestay dan transportasi.

Keadaan yang serba sederhana dituntun untuk menyediakan akomodasi dapat menghambat pertunjukan sehingga mengecewakan wisatawan.

E. SIMPULAN

Masyarakat Desa Lencoh Kecamatan Sela pada umumnya merupakan masyarakat tradisi- onal yang masih dipengaruhi nilai- nilai tradisi leluhurnya. Seluruh masyarakat mayoritas menganut agama Islam sinkretis, sisa-sisa kepercayaan animisme, dinamisme dan totemisme yang berbaur kepercayaan Hindu- Budha masih menunjukan kemapanan.

Kehidupan masyarakat berkaitan erat dengan serangkaian upacara yang besifat ritus. Upacara ritual dilaksanakan baik secara periodik, insidental maupun upacara yang menyangkut sekitar lingkaran hidup manusia. Aktivitas dalam upacara merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan secara adat yang didasari oleh ajaran para leluhur untuk mencapai tingkat selamat.

Upacara ritual bersih desa dilingkungan masyarakat Desa Lencoh merupakan suatu kewajiban. Masyarakat masih mempercayaai akan adanya sesuatu yang goib, yaitu akan adanya bencana yang datang. Untuk menanggulangi

(12)

segala marabahaya, masyarakat selalu menyertai pertunjukan tari Jaransari sebagai bagian dari upacara. Upacara bersih desa bertujuan untuk mendatangkan kekuatan leluhur yang dianggap dapat menjaga keselamatan warga. Inti dari pertunjukan merupakan sarana penolak bala dari gangguan roh jahat yang sewaktu-waktu dapat menimpa warga masyarakat Desa Lencoh.

Fungsi pertunjukan tari Jaransari dalam upacara ritual bersih desa bukan nilai estetik akan tetapi merupakan satu kesatuan integral sebagai media untuk dapat berhubungan dengan arwah leluhur yang dapat memberikan keselamat an, kesejateraan serta berkah bagi masyarakat. Melalui upacara diharapkan dapat mengurangi ketegangan-ketegangan baik dalam diri manusia sebagai individu maupun sebagai bagian dari makhluk sosial dalam menjalankan kehidupannya. Tindakan simbolis masyarakat dalam upacara penuh dengan makna yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan kehidupan komis, guna mempertahankan keselamatan, ketentraman dan kesuburan.

Dengan demikian warga masyarakat terhindar dari segala marabahaya.

Tari Jaransari merupakan bagian tak terpisahkan dengan upacara bersih desa.

Jaransari sarana permohonan dari manusia dengan para leluhur, para dahyang yang baurekso desa, gunung, dan jalan serta sarana ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya dengan panen yang melimpah dan atas kesuburan tanahnya.

DAFTAR ACUAN

Hadi Sumandya, Sosiologi Tari. Yogyakarta: ISI Press. 2006.

___, Kajian Tari teks dan konteks Yogyakarta:

Pustaka Book Publiser 2007.

Jazuli M., Sosiologi Seni, Surakarta: UNS Press. 2011.

Maleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007.

Maryono, Penelitian kualitatif Seni Pertunjukan.

Surakarta: ISI Press. 2011.

M.D, Slamet, Melihat Tari. Karanganyar: Citra Sains. 2016.

Nyoman Kutha Ratna, Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Soemaryatmi. Dampak Akulturasi Budaya Pada Kesenian Rakyat Kecamatan Selo Boyolali. Panggung Jurnal Seni Budaya.

Bandung: ISBI, 22 (1), 25-36. , 2012.

___, Sosiologi Seni Pertunjukan Pedesaan.

Surakarta: ISI Press. 2015.

___, Karya Kolosal Tari Bandung rejo dalam Rangka Hari Tari Dunia di Surakarta.

Panggung Jurnal Seni Budaya Bandung:

ISBI, 28 (1) 105-117. 2018.

___,Pengembangan Kreatifitas Kesenian Rakyat sebagai Pelestarian Budaya dan Upaya Pembentukan Karakter Generasi Muda 201.

Subandi. “Upacara Bersih Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali”. Gelar. September Vol.9, No.11. Surakarta: ISI Surakarta.

2015.

Suharji, “Transformasi Seni Tradisi di Era Globalisasi” Proseding Seminar Nasional 15 Oktober. Paradigma Perguruan Tinggi Seni Sebagai Kesadaran Kolektif Menghadapi Globalisasi, 2012.

___, Ngesti Utomo Rodhat Dance As A Means Of Bersih Sendang Dadapan Ritual In Boyolali Regency. Artikel Harmonia:

Journal of Arts Research and Education 14 (2) (2014), 140-146.

___,”Tari Tayub Janggrungan Sebagai Sarana Upacara Ritual Lempokan Nyiwer Sawah Desa Wonosoco Undaan Kudus”.

Panggung Jurnal Seni dan Budaya.

Bandung: STSI, 21 (3) 306-318. 2011.

Referensi

Dokumen terkait

In addition to be able to display the results of splitting of data on a program interface in the form of GPS variable values, the resulting data can be

1.13 Employee benefits continued The entity determine the present value of defined benefit obligations and the fair value of any plan assets with sufficient regularity such that the