• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tari rakyat Turonggo Seto Tunggul Wulung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Tari rakyat Turonggo Seto Tunggul Wulung"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

87 TURONGGO SETO TUNGGUL WULUNG

Penciptaan Tari Rakyat Untuk Duta Seni dan Misi Kebudayaan Kabupaten Boyolali tahun 2017

Eko Wahyu Prihantoro

Abstrak

Tari rakyat Turonggo Seto Tunggul Wulung merupakan salah satu tari rakyat yang dipentaskan oleh Duta Seni dan Misi Kebudayaan Kabupaten Boyolali ke tiga negara yaitu Austria, Ceko dan Swis. Tari Turonggo Seto Tunggul Wulung identitas tari rakyat yang ada di Kabupaten Boyolali. Karakter gerak yang gagah merupakan pencitraan masyarakat yang tegas, pemberani, ceria. Kompleksitas karakter gerak tari yang seimbang merupakan ciri khas pencerminan kehidupan masyarakat. Fenomena ini yang menjadikan berbeda dengan tari Turonggo Seto yang lain. Muncul pertanyaan bagaimana menyusun vokabuler gerak tari sebagai ciri khas turonggo seto dari Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosial. Data vokabuler dikumpulkan dengan eksperimen, wawancara, observasi dan pendokumentasian kemudian dianalisa dengan teori perubahan perilaku secara alami (natural change). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penciptaan tari turonggo seto tunggul wulung menjadi ciri khas tari rakyat kabupaten boyolali memiliki faktor penciptaan 1) turonggo seto diakui oleh kementrian kebudayaan indonesia sebagai tari rakyat boyolali. 2) Tari rakyat Turonggo Seto Tunggul Wulung digunakan untuk pentas Duta Seni dan Misi Kebudayaan Kabupaten Boyolali. 3) Turonggo Seto Tunggul Wulung diciptakan berdasar aktivitas masyarakat. Faktor eksternal penciptaan 1) dipentaskan untuk beberapa acara. 2) dipelajari oleh mahasiswa untuk tugas kuliah tari.

Kata kunci :Turonggo; rakya;, karakter.

Abstract

The Turonggo Seto Tunggul Wulung folk dance is one of the folk dances performed by the Ambassador for the Arts and Culture Mission of Boyolali Regency to three countries, namely Austria, Czech and Switzerland. The Turonggo Seto Tunggul Wulung dance is the identity of a folk dance in Boyolali Regency. The dashing character of the movement is the image of the people who are firm, brave, cheerful. The complexity of the character of a balanced dance movement is a characteristic reflection of people's lives. This phenomenon is what makes it different from other Turonggo Seto dances. The question arises how to compose vocal dance moves as a characteristic of Turonggo seto from Boyolali. This study uses a qualitative method with a social approach. Vocabulary data were collected by experiment, interview, observation and documentation and then analyzed with the theory of natural change.

The results of the study indicate that the creation of the Turonggo Seto Tustul Wulung dance is a characteristic of the Boyolali Regency folk dance. The creation factor is 1) Turonggo Seto is recognized by the Indonesian Ministry of Culture as a Boyolali Folk Dance. 2) The Turonggo Seto Tunggul Wulung folk dance is used for the performance of the Boyolali Regency Arts and Culture Mission Ambassador. 3) Turonggo Seto Tunggul Wulung was created based on community activities. External factors of creation 1) staged for several events. 2) studied by students for dance class assignments.

Keywords: Turongg;, people; character.

(2)

88 Kabupaten Boyolali terdiri dari 19

kecamatan, 260 desa dan 7 kalurahan dengan demikian kabupaten Boyolali dapat dikategorikan masyarakat pedesaan (data statistik kab. Boyolali, 2010). Kehidupan masyarakat dengan penataan rumah berkelompok atau berhimpitan menjadikan kehangatan dalam mensikapi angin alam yang dingin. Sehingga karakter masyarakat desa terbentuk sikap saling membantu.

bergotong royong sangat kental dilaksanakan sebagai wujud hidup dalam kebersamaan. Mereka saling memberi masukan dan saling menghargai ide-ide yang disampaikan ketika bermusyawarah untuk mencapai mufakat. Selain itu diantara mereka ternyata memiliki ikatan kekeluargaan yang masih sangat kuat.

Sehingga hukum yang bersifat konvensional berlaku di masyarakat atau tidak secara tertulispun dapat terlaksana.

(Suharji, Sosiologi Seni, 2017: 31-32).

Kultur masyarakat yang mayoritas petani hidup pada sisi timur dua gunung yaitu gunung Merapi dan gunung Merbabu.

Gunung Merapi adalah gunung teraktif di dunia. Tanah vulkanik hasil dari letusan gunung yang sering kali dikeluarkan dari perut bumi menghasilkan tanah yang subur.

Fenomena kejadian alam gunung meletus seperti itu para petani tersebut memanfaatkan lahan pertanian dengan menanam tembakau dan sayur dan berbagai tanaman lain sebagai komoditi pertanian.

Alasan para petani menanam tembakau karena mensikapi musim kemarau. Pada musim kemarau pada lereng gunung merapi sulit untuk mendapatkan air untuk kebutuhan pertanian, maka langkah yang dipilih adalah menananm tembakau.

Sedangkan tanaman sayuran dipilih dan dilakukan pada musim penghujan dengan memanfaatkan air hujan untuk pertanian mereka. Masa tanam tembakau yang panjang yaitu satu tahun untuk dapat memanen. Sedangkan sayur berkisar dua sampai tiga bulan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka mengandalkan dari hasil tanam sayuran.

Sedangkan tembakau merupakan hasil tanam yang lebih besar untuk kepentingan lainya. Masa menunggu panen tembakau ini yang mereka manfaatkan untuk interaksi sosial mereka dengan membuat kesenian.

(David Kaplan, 2000:112-113)

Kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat desa dengan latar belakang mata pencaharian petani, di sela-sela kegiatan bercocok tanam, mereka berkelompok untuk hiburan. Tanpa tututan bentuk atau kwalitas gerak tari yang lebih diantara mereka, sehingga kesederhanaan gerak yang kompak merupakan pencerminan kehidupan mereka yang sangat sederhana pula. Kesenian yang mereka ciptakan akan selalu hidup dan berkembang berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat pendukungnya.

(3)

89 Kesenian rakyat adalah kesenian yang

muncul dari kultur masyarakatnya (Suparno, 2008).

Berbagai macam bentuk kesenian yang hidup di pelosok- pelosok desa.

Menurut data kesenian yang ada pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Boyolali jumlahnya lebih dari 200 kelompok kesenian rakyat. Diantaranya adalah Sorengan, Buto Gedrug, Kaprajuritan, Dolalak, Campur Bawur, Topeng Ireng, Turonggo dan lain-lain.

Perkembangan kesenian rakyat di Boyolali dapat dikatakan menggembirakan, hal ini dibuktikan dari jumlah tanggapan atau animo masyarakatnya yang membutuhkan untuk diapresiasi. Banyak masyarakat Boyolali yang sedang mengadakan perayaan kegiatan dengan menyajikan pertunjukan kesenian rakyat seperti perayaan pernikahan, khitanan, hari besar dan lainnya. Salah satu diantaranya adalah kesenian rakyat Turonggo.

(Juliyanto:2017).

Kesenian Turonggo di kabupaten Boyolali sering disebut dengan nama seni Turonggo Seto. Nama Turonggo Seto terdiri dai dua kata yang memiliki arti sendiri-sendiri. Turonggo berarti kuda dan Seto berarti putih, nama tersebut terinspirasi dari ceritera pejuang kemerdekaan yaitu Pangeran Diponegoro yang menunggang kuda putih. Semangat perjuangan Pangeran Diponegoro itu sangat

membekas di hati masyarakat Boyolali sehingga mereka mengenang momentum perjuangan itu dalam sebuah karya seni.

Dengan kearifan lokal masyarakat mereka ciptakan properti dari anyaman bambu yang disebut kepang dibentuk mmenyerupai kuda dan digunakan sebagai property Tari turonggo Seto. (Andri :2017).

Metodologi

Cara untuk mendapatkan kebenaran menggunakan penulusuran dengan cara tertentu. Penelusuran merupakan suatu usaha untuk menemukan sesuatu secara akurat dengan penyelidikan yang sistematis. Sehingga dapat meningkatkan sejumlah pengetahuan yang dapat dijadikan referensi, selanjutnya hasil dari

penyelidikan itu dapat

dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Observasi

Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau obyek tertentu dengan maksud mengamati atau melihat secara teliti dan kemudian memahami fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan secara benar sehingga dapat melanjutkan suatu penelitian. Observasi yang dilakukan untuk penciptaan tari Turonggo Seto Tunggul Wulung ini dari beberapa hal yang terkait diantaranya

(4)

90 adalah buku sebagai sumber dan kegiatan

masyarakat Boyolali:

1. Buku Kearifan Lokal Dalam Membangun Ketahanan Pangan Petani di Desa Lencoh, Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

2. Buku Psikologi Sosial.

3. Kegiatan masyarakat petani.

Kondisi geografis pegunungan tepatnya di lereng Gunung Merapi dengan kemiringan hamper 45 derajat tentu mempunyai kearifan tersendiri dalam pengelolaan pangan yang berhubungan dengan lahan pertanian dan meraka telah beradaptasi hinga bertahun-tahun lamanya,...(Sukari, 2016:iii). Pekerjaan para petani memberikan inspirasi untuk dijadikan vokabuler gerak tari. Mengacu pada devinisi, Tari adalah gerak tubuh manusia yang di-stilir(atau diperhalus).

Berdasar dari devinisi tersebut maka perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh petani merupakan gerak kehidupan yang dapat dipilih kemudian distilisasi sehingga menjadi gerak dan bahkan bentuk yang menarik pada vokabuler tari. Hal itu sebagai cirikhas tari rakyat, yang mana gerak tari diambil dari kehidupan sehari- hari dan terwujud sederhana. Yang dimaksud sederhana adalah secara tehnik mudah untuk dilakukan, mudah ditirukan, dan mudah untuk dihafal.

Mengamati hal tersebut, pemerintah kabupaten Boyolali melalui Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan melakukan salah satu terobosan agar kesenian rakyat Boyolali khususnya Turonggo Seto memiliki karakter yang khas sesuai masyarakatnya. Cara yang dilakukan adalah dengan adanya program Duta Seni dan Misi Kebudayaan yang telah dilaksankan sejak tahun 2013 pentas ke manca negara dengan memilih anak sekolah SMA, SMK atau yang sederajat.

Pada tahun 2017 para duta seni tersebut terdiri dari anak sekolah usia SMA dan SMK kelas X. Atas prakarsa pemerintah kabupaten Boyolali melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pentas ke tiga negara yaitu Austria, Ceko dan Swis. Ide cemerlang dari Bupati Boyolali Drs. Seno Samodra untuk memperkenalkan kesenian rakyat dari Boyolali menampilkan tari Turonggo Seto ke dunia luar sebagai upaya pengenalan yang berimbas pada pertahanan budaya tradisi.

Proses penggemblengan kwalitas kepenarian tidak lagi seperti yang terjadi di kalangan masyarakat pedesaan yang terlihat lebih leluasa, namun melalui sekelompok orang yang tergabung bernama Ketholeng Institut sebagai tangan panjang dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali menangani pengemblengan kwalitas kepenariannya. Para duta seni yang telah digembleng kwalitas kepenariannya selama 3 bulan itu memiliki tanggung jawab untuk mengembangan di

(5)

91 wilayah kabupaten Boyolali. Duta seni dan

misi kebudayaan itu menampilkan tari salah satunya tari Turonggo Seto Tunggul Wulung. Jumlah penari Turonggo Seto Tunggul Wulung ketika pentas ke luar negri hanya lima personil. Akan tetapi jumlah keseluruhan duta seni yang berangkat delapan belas personal dituntut harus menguasai tari Turonggo Seto Tunggul Wulung selain tari yang lain.

Gambar 1 Duta seni proses latihan tari Turonggo Seto Tunggul Wulung di alam terbuka lereng gunung Merapi

Keberadaan tari Turonggo Seto Tunggul Wulung sebagai salah satu identitas tari rakyat yang ada di Kabupaten Boyolali. Tari tersebut diharapkan dapat terjaga, tumbuh dan berkembang.

Sedangkan pelaksanaan pengembangan dari duta seni tersebut dengan cara mengembangkan ke sekolah masing-masin.

Begitu pula ke sekolah lain yang ada di kabupaten Boyolali dan kampung mereka.

Nama Tunggul Wulung meminjam nama bendera pusaka yang dikeramatkan di Kesultanan Ngayojakarta Hadiningrat

sejak masa Sri Sultan Hamengkubuwana I.

Bendera Tunggul Wulung dipercaya sebagai sarana untuk tolak balak. Bendera ini berwarna biru kehitam-hitaman dengan dekorasi berwarna emas dan bertuliskan kaligrafi huruf Arab tentang Surat Al- Kautsar, Asmaul Husna dan Syahadat.

Terkait dengan perjuangan Pangeran Diponegoro karena Pangeran Diponegoro adalah hak waris keturunan Kesultanan Ngayojakarta Hadiningrat. Semangat perjuangan yang laur biasa dari Pangeran diponegoro dilukiskan dalam karya seni tari rakyat Turonggo Seto Tunggul Wulung.

Menengok sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro dan semangat juang penciptaan seni tari Turonggo Seto Tunggul Wulung, tari tersebut tercipta dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosial. Berawal dari melihat letak geografi Kabupaten Boyolali yang memiliki gunung Merapi. Gunung Merapi tersebut tergolong gunung teraktif di dunia.

Maka faktor alam yang terjadi pada segenap kehidupan masyarakatnya berkarakter pemberani. Berani mengambil resiko, berani bersikap adalah karakter tegas untuk mengambil keputusan. Pada sisi lain, dalam penyesuaian diri manusia dapat akrab dengan berbagai sifat alam serta dapat memfungsikan sifat-sifat alam sehingga fenomena alam menjadi sahabat, sumber inspirasi dan dapat berkembang secara dinamis menuju pada kehidupan

(6)

92 yang sejahtera, nyaman serta merasakan

alam sebagai berkah dari Sang Pencipta.

Oleh karena itu perilaku persahabatan ini diabadikan sebagai kekuatan manusia menjadi khalifah di alam ini. (M. Ramdan, 2019:341).

Ketahanan dan kelincahan cara kerja mayoritas masyarakat disimbolkan dengan gerak kaki yang enerjik dan intensitas yang tinggi. Melompat, meloncat dan menendang seperti kaki-kaki kuda yang kokoh untuk melakukan gerakan. Gerak tersebut dipengaruhi dari pola kehidupan mereka sehari-hari yang selalu berjalan naik tebing turun jurang dalam melakukan kegiatan pertanian karena lahan mereka berada di lereng gunung. Walau dengan beban berat seperti rumput makanan ternak, sayur dari hasil pertanian dan tembakau yang dipikul, mereka berjalan menyusuri pematang dengan penuh keseimbangan.

Keberanian menghadapi alam yang sering kali gunung meletus disimbolkan pada keberanian masyarakat yang ada pada tari Turonggo Seto Tunggul Wulung yaitu karakter prajurit yang siap ke medan laga.

Karakter prajurit diwujudkan dengan gerak jurus-jurus beladiri bersenjata tombak kecil yang dipegang tangan kanan dengan bendera kecil dibawah mata tombak. Gerak gesit berperang itu terdiri dari menangkis, menghindar dan menyerang diatas punggung kuda. Kumis tebal dan sorot mata yang tajam, sesekali sambil menyeringai

menampakkan karakter kuda yang meringkik simbol siap untuk menerjang lawan.

Karakter gerak dengan pola tradisi gagah merupakan pencitraan masyarakat yang tegas dan berani mengambil resiko.

Bentuk siku yang selalu mengangkat dan tangan memegang kuda kepang seraya seorang joki dengan kendali kuda yang siap ditarik untuk mengubah arah kuda. Gerak merunduk disertai langkah kecil dengan menggelengkan kepala terinspirasi dari para petani yang menjaga tanaman sayur dari serangan kera dilereng gunung Merbabu.

Kompleksitas karakter gerak tari yang seimbang dengan karakter musik gamelan yang mengiringi merupakan ungkapan kehidupan kebersamaan dalam kegotongroyongan masyarakat. Ki Jungkung Darmoyo, S.Sn selaku komposer memilih lirik tembang karya dalang legendaris kondang almarhum Ki Narto Sabdo yang berjudul Diponegoro. Namun untuk mengawali musiknya disajikan semboyan prajurit jawa sebagai pembakar semangat.

Sarana dan prasarana yang sederhana mereka miliki untuk mewujudkan semangat nenek moyang mereka. Dengan menggunakan beberapa alat musik dari gamelan yang tidak lengkap diantaranya :

1. Saron

(7)

93 2. Demung (Depok)

3. Penacah (Saron Penerus) 4. Kendang

5. Bende 3 buah 6. Beduk

Gambar 2: Latihan tari Turonggo Seto Kelompok Cambuk Mustika dukuh Kuncen lereng gunung Merapi

Pada mulanya kesenian ini hanya menggunakan beberapa jenis gamelan yang dimiliki namun perkembangan sekarang lebih meluas dengan menggunakan alat musik diatonis seperti organ, gitar, bass drum, simbal, kendang jaipong.

Gambar 3: Crew yang menggunakan alat musik diatonis dan tata lampu warna-warni.

Tari rakyat Turonggo Seto dilihat dari jumlah kelompok kesenian dan

penampilan yang berbeda-beda dapat dikategorikan sangat pesat perkembangannya karena kreativitas setiap kelompok selalu ada. Sehingga ketika diadakan acara festival kesenian rakyat tampak sangat variatif sekali.

- prasetyane Bandara Raden

Antawirya

- putung binalangna remuk

sinawurna

- kinarya rabuking nagari Artinya:

- sumpah setia Bandara Raden Antawirya

- Patah untuk melempar, hancur untuk menabur

- Sebagai pupuk bumi pertiwi

Kemudian dilanjutkan koor vokalis pria dan wanita yang mengungkapkan suasana mencekam.

- gelaring bumi pinepet - bandera nji panji wulung - kukuk beluk nyasmitani - hanyander kalaning ratri Artinya:

- diceriterakan bahwa bumi ini semakin sempit (kekuasaan penjajah) - bendera panji-panji wulung (biru kehitaman)

- burung hantu sebagai tanda - membunuh saat malam hari

(8)

94 Gambar 4: Latihan karawitan tari

Turonggo Seto Tunggul Wulung di Gombang Sawit

Fenomena perang gerilya yang dipimpin Pangeran Diponegoro tahun

1825-1830 kala itu memang sangat memakan banyak kurban. Rakyat pribumi mati hampir 2000 orang, sedangkan prajurit Belanda mati sekitar 800 personil.

Penciptaan tari Turonggo Seto Tungggul Wulung ini yang menjadikan berbeda dengan tari Turonggo Seto yang lain.

(observasi, sebagai juri Pesta Rakyat.

1/10/2017).

Vokabuler gerak tari Turonggo Seto Tunggul Wulung

NO NAMA VOKABULER HITUNGAN

1. Telik sandi (menyelinap dibalik kuda) 1-16

2. Ngombor 1-16

3. Jaran geter- trecet (kuda diangkat dan digetarkan) 1-16

4. Tranjal kelit 1-8

5. Songgrok (kuda disodhog ke samping kanan atas) 1-16

6. Ngebrug mumbul 1-32

7. Nyongklang 2x Mandheg jengkeng 1-16

8. Sembahan 4x 1-32

9. Ulat-ulat lamba (ceklekan) 2x 1-16

10. Ngebrug mumbul 4x 1-32

11. Sirik dhukir (numpak miring mubeng ndhukir sikil tengen, maju ngiwa) 2x

1-16 12. Njrunthul, Maju lamba – racik (dhingkluk), mundur lamba

– racik (dhangak) 2x

1-16

13. Onclang 8x 1-16

14. Angon jaran ( ngadeg nyendhal-nyendhal, 8 kiwa – 8 tengen), nyabut gendera 4x

1-32 15. Laku telu, ngabitke jaran – tranjal 4x 1-32

16. Lincek-lincek mubeng – 2x 1-16

17. Jurus 1 n 2 Mbabat- mbabit-- Laku miring 4x 1-32

18. Laku telu mancal 4x 1-32

19. Numpak mubeng 4x 1-32

20. Sorogan maju ndhingkluk, ndhangak 4x 1-32

21. Pandir nujah 2x 1-16

22. Bedhal 2x 1-16

23. Jaran nglumba (jaran diputer ) saliban 3x 1-32

24. Bedhal 2x 1-16

25. Sodoran 2x 1-16

26. Mbedhal –los 1-16

(9)

95 Gambar 5:Para penari Turonggo Tunggul

Wulung lengkap tata rias dan busana serta property..

Garap Musik Tari Turonggo Seto Tunggul Wulung

Intro: PUISI PENDEK

Prasetyane Bandara Raden Antawirya

Putung binalangna, remuk sinawurna

Kinarya rabuking nagari kethuk

_ = = = = = = = = _

balungan lirih

_b3bb4 5 . b.b2 b3b4 5 . b.b2 b3b4 5 . b.b2 b3b4 5 7 gb1b2_

Lancaran

-_3 1 3 1 b3b1 b.b1 3 g2 4 2 4 2 4 b2b.

b3b. 3 g1_2x

_b3b1 b.b3 b3b1 b.b3 7 6 g5 4 5 .4 5 b.b4 3 2 g1 _ 2x f

Kendang

D D D I D SD D I gD

Balungan

[ . . 5 B B B 3 5 . . 5 B B B 3 g2

. . 5 B B B 3 5 . 3 5 B B B 3 g1 ] 2x

Slompret

[ 2 3 5 B . . . . 2 3 5 B . 3 . g2

2 3 5 6 . . . . 2 3 5 6 . 2 . g1 ] 2x

Sampak

[ . . 6 5 . 6 5 . 6 3 5 6 2 2 2 g2

[ . . 6 5 . 6 5 . 6 3 5 6 4 . 4 g1 ] 2x

[ . 4 . 1 . 4 . 1 4 3 4 6 4 3 2 g1 ] 4x

[ . . 1 3 . 2 4 . 1 3 2 4 5 7 5 g6

. . 7 6 . 4 5 . 7 6 4 5 4 . 4 g1 ] 3x

. 4 . 1 . 4 . 1 4 1 4 5 2 4 5 g6

Mars. Diponegoro

[ . 5 . 6 6 . 6 6 . 5 . 3 3 . 3 g3

. 6 . 5 5 . 5 5 . 5 3 2 . 1 . g6

. j.3 j23 1 3 2 1 g6 6j.3j23 1 3 2 1 g6

4 j.6 j56 4 2 1j65 6 4 j.6 j54 6 6 3 2 g1

1 j.3 j23 1 3 2 1 2 1 j.3 j23 1 3 5 1 g6 j.6 6 j.6 6 j.6j65j612 2 j.2 j16 5 3 2 1 g5

j.6 6 j.6 6

j.6j65j61g2 2 . j12 1 3 2 1 g6

(10)

96 Sampak [ 6 6 j65 g6 3 3 j32 3

5 5 j54 5 6 j.6 j53 g2

6 6 j65 g6 3 3 j32 3 5 5 j54j51 j.1j56 j32 g1] 2x

Sampak Beatoven

[ 3 6 3 6 5 4 1 g2 4 2 4 2 1 3 4 g6

3 6 3 6 5 4 3 g7 5 7 5 7 5 6 7 g6]2x f

Vokal putra

j.1 7 j.1 5 j.4 5 j.7 ! j.# @ j.! 7 j.6 5 j.4 5

ge- la- ring bu- mi pi- ne- pet ban- dhe- ra nji pan- ji wu lung

j,5 7 j.6 ! j.# @ j.7 ! j.1 1 j.1 5 j.4 3 j.2 1

ku- kuk be- luk nyas- mi- ta- ni ha- nyan- der ka- la- ning ra- tri Vokal putri

[ . 5 . 5 . j54 j34 5 . 5 7 6 . j57 j57 g! ]

o o oo oo o o o o oo oo o

Mars Diponegoro

. . . . 3 2 3 1 . . 3 2 . . 3 6

Pa- nge-ran Di- po-ne- go- ro

. 6 . . 3 2 3 1 . . 3 2 . . 3 6

kang te- kad su- ci ham- be la- ni

. 4 . . 6 5 6 4 . ! . ! . 6 5 6

ma- rang rak-yat kang a- nan dhang ke-sra

. 4 . . 2 4 6 5 . 6 . 3 . . 2 2 kat a- wit sa- king ken- dhih pen- ja

. 1 . . 3 2 3 1 . 3 . 2 . 2 . 2

Jah di- ge- ga- sah lan di ge- ga

. 1 . . 3 2 1 1 . . 3 5 . . 6 6

bah ti- ne- kak san- dhang pa- nga-ne

. 6 6 j.6 6 j.6 6 j.! 6 j.5 6 j.5 6 !

@

Da- tan mi- ris ma- ras na- dyan we- ruh mun- crat-ing ma . @ . . 2 1 6 5 6 5 3 2 . 1 . 5 rus tanggon Pa- nge- ran Di- po- ne go- ro

. . 6 6 j.6 6 j.6 6 j.! 6 j.5 6 j.5 6 j.!

j.@

Can-cut ta- li wan- da lu- ma- wan si ang- ka- ra mur- . @ . . 6 ! @ ! . # . @ . ! . g6

ka a- ngur-ban-ke ji- wa ra- ga

Tata rias dan kostum

Tata rias atau make up panggung yang ditampilkan tergolong pada rias karakter tradisi gaya Surakarta. Adapun beberapa alat rias masih menggunakan alat tradisi seperti pemerah pipi atau blush on, mbag dan pidih. Namun pemerah pipi yang digunakan adalah sinwit atau bahan dasar cat tembok yang telah diolah lebih dulu sehingga kadar minyak yang terkandung pada sinwit telah berkurang. Pemilihan make up ini untuk menampilkan kesan karakter tradisi yang khas. Mbag terbuat dari jelaga atau hasil pembakaran lampu minyak yang berwarna hitam pekat dicampur dengan whait vaselin digunakan sebagai pengganti pensil alis, sedangkan pidih adalah potongan rotan yang dibentuk menyerupai pensil digunakan untuk menorehkan mbak menjadi garis berwarna hitam.

(11)

97 Garis hitam banyak digunakan

untuk membingkai bentuk garis wajah seperti mata, bibir, jampang dan alis.

Bentuk alis tradisi, garis tebal dan menjulang menyerupai tanduk rusa disebut menjangan ranggah. Bentuk alis menjangan ranggah menampilkan kesan karakter gagah dan tegas. Selain bentuknya alis juga memiliki makna filosofi yang dipilih dari karakter binatang rusa yaitu tanggap atau sensitif terhadap keadaan sekitar. Alam memberi tanda, indentik dengan masyarakat pegunungan.

Sedangkan garis bingkai mata yang disebut eyeliner masih dipertegas lagi dengan menambah panjang pada sudut bagian luar dari mata. Garis tambahan yang memanjang ini disebut sipatan. Sipatan asal kata sipat yang bermaksud garis lurus.

Gambar 6: Bentuk alis dan garis mata yang dipertegas.

Kumis tidak dibuat dari lukisan mbag akan tetapi terbuat dari rajutan rambut asli atau sintetis. Bentuk kumis dengan sebutan claprang, ngetonggeng, nguler geni/ kepel. kumis itu dibentuk dengan dijahit pada kawat dililitkan pada tengah kawat dengan panjang 50 cm. Cara

mengenakannya adalah pada ujung kawat tersebut dibentuk melengkung untuk di kaitkan pada kedua telinga.

Kostum tari Turonggo Seto Tunggul Wulung menampilkan kesan prajurit yang gagah dengan memilih dominan warnah merah. Warna merah dalam budaya tradisi jawa dimaknai pemberani atau kesatria. Rangkaian kostum dikenakan:

1. Wik (rambut pasangan) 2. Jamang (mahkota) 3. Kumis

4. Kaos hitam lengan panjang 5. Kace (penutup dada)

6. Rapek (kain penutup kemaluan) 7. Lancingan (celana setinggi bawah lutut)

8. Kelat bahu (asesori lengan) 9. Poles (gelang tangan) 10. Klinthing (lonceng di kaki) 11. Kuda kepang (property) Tombak berbendera (property)

Gambar 7: Bentuk kumis dengan kawat sebagai alat untuk dikaitkan pada telinga.

(12)

98 DAFTAR PUSTAKA

M. Ramdan, 2019, Psikologi Sosial, Salemba Humanika.

Sukari, Bambang, H. Suta Purwana ,Mudjijono, 2016, Kearifan Lokal Dalam Membangun Ketahanan Pangan Petani di Desa Lencoh, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB), Yogyakarta.

Sumandiyo Hadi, 1990, Mencipta Lewat Tari, ISI Yogyakarta.

Pramutomo, 2007, Etnokoreologi Nusantara, ISI Press Surakarta.

Maryono, 2015, Analisa Tari, ISI Press.

Slamet MD, 2016, Melihat Tari, Citra Sala.

Achmad, Kasim. Seni, Tradisi dan Masyarakat. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, 1978, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta.

Rineka Cipta Arikunto, Suharsini, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta.

Hadi, Sumandiyo. 2012 Koreografi (Bentuk – Tehnik – Isi) Yogjakarta : Cipta Media.

Referensi

Dokumen terkait