• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI BNO IVP PADA KASUS NEPHROLITHIASIS DEXTRA DI KLINIK RADIOLOGI RSAU DR. M. SALAMUN BANDUNG

N/A
N/A
qori maulana

Academic year: 2024

Membagikan "TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI BNO IVP PADA KASUS NEPHROLITHIASIS DEXTRA DI KLINIK RADIOLOGI RSAU DR. M. SALAMUN BANDUNG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI BNO IVP PADA KASUS NEPHROLITHIASIS DEXTRA DI KLINIK RADIOLOGI

RSAU DR. M. SALAMUN BANDUNG

Artikel Ilmiah

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktik Klinik 2

QORI MAULANA NIM 2101064

PROGRAM STUDI RADIOLOGI PROGRAM DIPLOMA TIGA FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2023

(2)

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI BNO IVP PADA KASUS NEPHROLITHIASIS DEXTRA DI KLINIK RADIOLOGI

RSAU DR. M. SALAMUN

Disusun Oleh : QORI MAULANA

NIM 2101064

Bandung, Januari 2023

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing,

Novia Putri T., S.Tr.Kes (Rad), M.Tr.ID

Pembimbing Lapangan (CI),

Riyadi, S.ST

(3)

“TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI BNO IVP PADA KASUS NEPHROLITHIASIS DEXTRA DI KLINIK RADIOLOGI

RSAU DR. M. SALAMUN BANDUNG’’

Qori Maulana1) Riyadi2) Novia Putri Tsania3)

1) Mahasiswa Program Studi Radiologi Program Diploma Tiga Universitas Widya Husada Semarang

2) Pembimbing Lapangan di RSAU dr. M. Salamun Bandung

3) Dosen Pembimbing Program Studi Radiologi Program Diploma Tiga Universitas Widya Husada Semarang

ABSTRAK

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada bulan Januari 2023 di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung pada kasus curiga Nephrolithiasis Dextra pada pemeriksaan BNO IVP digunakan pemeriksaan Anteriorposterior (AP). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui teknik pemeriksaan BNO IVP pada kasus Nephrolithiasis Dextra dan alasan dilakukannya teknik pemeriksaan BNO IVP pada kasus Nephrolithiasis Dextra di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dekskriptif dengan pendekatan studi kasus. Waktu pengambilan data bulan Januari 2023. Subjek dari penelitian ini adalah satu dokter pengirim, satu dokter spesialis radiologi, satu radiografer, satu perawat radiologi dan satu pasien. Objek dari penelitian ini adalah teknik radiografi BNO IVP kasus Nephrolithiasis Dextra. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah semua data terkumpul kemudian membuat transkrip, selanjutnya penulis mereduksi data dan kemudian penulis mengkaji dengan literatur yang ada sehingga penulis menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik pemeriksaan BNO IVP pada kasus Nephrolithiasis Dextra di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung dilakukan dengan posisi AP Supine, pasien diatur Supine lengan tangan di samping tubuh, detektor yang digunakan berukuran 35 x 43 cm membujur, arah sinar vertikal tegak lurus, titik bidik pada Crista Iliaka, FFD 100 cm, eksposi dilakukan ketika pasien ekspirasi tahan napas dan tidak bergerak. Alasan dilakukannya pemeriksaan BNO IVP pada kasus Nephrolithiasis Dextra di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung adalah untuk membantu menegakkan diagnosis sesuai dengan klinis.

Kata Kunci : BNO IVP, Nephrolithiasis Dextra, RSAU dr. M. Salamun Bandung

(4)

PENDAHULUAN

Menurut Long, Rollins, dan Smith (2016) pada kasus Nephrolithiasis Dextra dilakukan pemeriksaan BNO IVP. Blass Nier Overzicht Intra Venous Pyelography (BNO IVP) adalah pemeriksaan pada Traktus Urinarius khususnya pada ginjal, ureter dan vesika urinari dengan memasukan media kontras melalui vena untuk melihat anatomi, fisisologi, dan patologinya. Pemeriksaan yang digunakan yaitu AP Abdomen dengan FFD 100 cm dan menggunakan kaset ukuran 35 x 43 cm, titik bidik pada Mid Sagital Plane (MSP) tubuh setinggi Crista Iliaka, eksposi dilakukan ketika pasien ekspirasi dan tahan napas. Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien diminta melakukan beberapa persiapan khusus terlebih dahulu dan melepaskan benda-benda yang dapat mengganggu gambar radiograf. Traktus Urinarius yaitu sistem yang berfungsi dan bertugas dalam pembentukan Urine. Oleh karena itu kelainan yang sering terjadi yaitu Nephrolithiasis. Nephrolithiasis atau biasa disebut juga batu ginjal, yaitu salah satu kelainan yang sering terjadi pada ginjal yang disebabkan oleh endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam asam yang mengendap dalam Urine.

Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis di bulan Januari terdapat kasus Nephrolithiasis Dextra maka penulis tergugah untuk mengkajinya dalam artikel ilmiah yang berjudul “Teknik pemeriksaan radiografi BNO IVP pada kasus Nephrolithiasis Dextra di Klinik Radiologi RSAU dr. M.Salamun Bandung”.

Tujuannya untuk mengetahui teknik pemeriksaan BNO IVP pada kasus Nephrolithiasis Dextra. Dan untuk mengetahui alasan dilakukan teknik pemeriksaan BNO IVP pada kasus Nephrolithiasis Dextra di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2023.

Metode pengumpulan data dalam penyusunan artikel ilmiah ini meliputi, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah semua dokumen terkumpul kemudian membuat transkrip, selanjutnya penulis mereduksi data kemudian membuat koding terbuka, setelah itu melakukan penyajian data berupa kuotasi

(5)

dan pendapat informan kemudian penulis mengkaji dengan literatur yang ada sehingga penulis menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasien datang ke RSAU dr. M. Salamun Bandung pada tanggal 02 Januari 2023. Diketahui pasien mengalami rasa sakit pada pinggang bagian kanan. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, pasien diberi rujukan ke klinik radiologi, untuk dilakukan pemeriksaan radiologi dengan permintaan foto BNO IVP. Teknik radiografi tersebut dilakukan dalam posisi Supine. Identitas pasien yaitu Ny. DN, tanggal lahir 30/07/1974 umur 48 tahun, jenis kelamin perempuan, No. RM 37XXXX, tanggal pemeriksaan 04 Januari 2023.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamuan Bandung. Saat pasien datang ke Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung pada tanggal 02 Januari 2023, petugas meminta pasien menyertakan hasil lab yaitu Urium Creatinin, kemudian petugas meminta pasien untuk melakukan beberapa persiapan khusus berupa selama dua hari pasien diminta memakan makanan yang lembek, rendah serat, dan rendah protein seperti bubur kecap. Pada hari pertama obat-obatan dihentikan, Hari kedua pada pukul 20.00 WIB pasien meminum garam inggris 30 gr atau dulcolax 4 tablet dilanjutkan puasa sampai pemeriksaan dilakukan. Pukul 05.00 WIB sebelum pemeriksaan memasukan dulcolax supositoria melalui anus. Sebelum pemeriksaan pasien diminta buang air kecil/besar.

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 04 Januari 2023, sebelum pemeriksaan dilakukan, radiografer dan perawat radiologi memberikan Informed concent kepada pasien. Kemudian radiografer memberikan penjelasan lisan secara garis besar mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan. Setelah pesien menyetujui pemeriksaan yang akan dilakukan pasien menandatangani Informed concent tersebut. Sebelum pemeriksaan pasien diminta untuk mengganti baju pasien yang sudah disediakan dan melepaskan benda logam disekitar perut.

Kemudian petugas menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pemeriksaan BNO IVP. Adapun alat dan bahan yang digunakan berupa alat steril dan alat non steril. Alat steril yang digunakan berupa media kontras Iomeron dengan konsentrasi 400, Torniket, Wingneedle, Kassa steril, Spuit 50 cc, Bengkok, Handscoon dan Plaster. Alat non steril yang digunakan berupa GE

(6)

general X-Ray XR 6000, detector GE Definium XR 120 ukuran 35 x 43 dan printer AGFA type DRYSTAR 5302.

Teknik pemeriksaan yang dilakukan yaitu AP Supine, kemudian petugas menginstruksi pasien untuk Supine diatas meja pemeriksaan, sebelum penyuntikan media kontras dilakukan skin test, jika tidak ada reaksi alergi pemeriksaan dapat dilanjutkan. Kemudian dilakukan dengan foto polos Abdomen AP, pasien Supine di atas meja pemeriksaan tangan disamping tubuh, arah sinar vertikal tegak lurus, titik bidik pada MSP tubuh setinggi Crista Iliaka. Tujuannya untuk melihat anatomi, persiapan pasien, ketepatan posisi dan faktor eksposi.

Setelah dilakukan foto polos dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras melalui pembuluh darah Vena.

1 2 3

4

5 6 7

Gambar 1. Radiograf Polos Abdomen

Desinfektan pada area yang akan dilakukan injeksi media kontras, siapkan media kontras dimasukan ke dalam spuit 50 cc. Setelah itu sambungkan spuit dengan wingneedle, kemudian suntikan media kontras secara perlahan ke dalam pembuluh darah vena. Setelah itu lakukan pengambilan foto post injeksi kontras 5 menit atau fase Nefrogram yang bertujuan untuk melihat fungsi ginjal dan untuk melihat pengisian media kontras pada pelvocalises. Kemudian lakukan foto post injeksi kontras 15 menit atau fase Uretrogram untuk melihat pengisian media kontras pada bagian ureter. Setelah itu lakukan foto post injeksi kontras 30 menit atau fase vesika urinari dengan tujuan untuk melihat pengisian ureter dan vesika urinari Kemudian dilanjutkan foto tambahan post injeksi kontras 60 menit,

Keterangan :

1. Lower costae 2. Lower vertebra

thoracal

3. Vertebra lumbal 4. Sacrum

5. Pelvis

6. Superior femur 7. Udara dalam colon

(7)

karena tujuan untuk melihat pengisian media kontras pada vesika urinari pada foto sebelumnya belum dapat terpenuhi dan juga menyesuaikan instruksi/permintaan dari dokter untuk membuat foto post 60 menit. Setelah itu pasien diminta untuk buang air kecil, dan dilanjutkan dengan pengambilan foto post miksi yang bertujuan untuk melihat sisa media kontras pada vesika urinari setelah buang air kecil.

Gambar 2. Post injeksi media kontras 5 menit terlihat media kontras telah mengisi kedua bagian Renal pelvis (panah)

Gambar 3. Post injeksi media kontras 15 menit terlihat media kontras telah mengisi bagian ureter (panah)

(8)

Gambar 4. Post injeksi media kontras 30 menit terlihat bagian Ureter dan vesika urinari telah terisi media kontras (panah)

Gambar 5. Post injeksi media kontras 60 menit terlihat media kontras telah mengisi keseluruhan pada bagian ginjal, Ureter dan vesika urinari(panah)

(9)

Gambar 6. Post miksi terlihat tidak ada lagi sisa media kontras pada vesika urinari (panah)

Berikut hasil bacaan dokter spesialis radiologi :

Foto polos tidak tampak kalkulus opak sepanjang Traktus Urinarius.

Skeletal terlihat Scoliosis lumbalis. IVP waktu ekskresi ginjal kiri kanan masih normal, ginjal kiri kanan mempunyai besar bentuk dan posisi normal. Sistem Pelviocalises kanan dan Ureter kanan sampai 1/3 Proximal melebar dengan gambaran Ureter setinggi L4 kanan terlihat kingking, sistem Pelviocalises kiri dan Ureter kiri tidak melebar. Blass tidak tampak identasi atau filling defect. Post voiding atau post miksi terlihat sisa kontras pada vesika urinari dan kedua sistem Pelviokalises. Kesan Fungsi ginjal kiri dan kanan masih dalam batas normal, ginjal kiri dan Ureter kiri serta Blass normal, Ureteropelviokaliektasis kanan ringan sampai setinggi L4 kanan e.c Ureter kingking, tidak tampak Uretrolithiasis.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung, pasien diminta melakukan persiapan khusus terlebih dahulu selama dua hari. Kemudian pasien dijadwalkan sesuai persiapan khusus tersebut, sebelum pemeriksaan dilakukan pasien diminta untuk melepaskan barang yang terbuat dari logam pada objek yang hendak diperiksa. Kemudian

(10)

pasien diminta untuk buang air kecil/besar terlebih dahulu, kemudian petugas mengintruksikan pasien agar tidak banyak bergerak selama pemeriksaan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, setelah pasien datang pada hari yang telah dijadwalkan, petugas menyiapkan Informed concent terlebih dahulu. Kemudian petugas memberikan penjelasan lisan secara garis besar tentang pemeriksaan yang akan dilakukan. Menurut (Indrati et al., n.d.) Informed concent adalah suatu persetujuan tindakan medis yang dilakukan dokter terhadap pasien, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter terkait tindakan medis yang dapat menolong dirinya dan informasi dari dokter tentang segala resiko yang mungkin terjadi. Informed concent perlu dilakukan karena tindakan medis dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berada diluar kekuasaan dan kontrol dokter sehingga tingkat keberhasilan tidak dapat dipastikan, setiap tindakan medis memiliki resiko atas dasar tersebut Informed concent perlu dilaksanakan. Informasi medis yang perlu disampaikan kepada pasien yaitu tindakan medis, tujuan dari tindakan medis, alternatif lain dari tindakan medis dan komplikasi lain yang mungkin terjadi akibat tindakan medis. Menyampaikan informasi medis kepada pasien merupakan hak setiap pasien yang menjadi tanggung jawab dokter.

Pelaksaan Informed concent di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung pada pemeriksaan BNO IVP dilakukan oleh radiografer dan perawat radiologi. Penyampain Informed concent di Klinik Radiologi RSAU dr. M.

Salamun Bandung dilakukan sebelum pemeriksaan. Pemberian Informed concent dilakukan dengan cara memberi penjelasan lisan mengenai prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan.

Pada pemeriksaan BNO IVP terdapat beberapa persiapan khusus yaitu berupa persiapan usus atau urus-urus. Persiapan ini dilakukan selama dua hari sebelum pemeriksaan, dengan tujuan untuk memastikan agar tidak ada Feces yang tertinggal supaya menghasilkan visualisasi anatomi yang lebih baik. Karena setiap kotoran yang tertinggal pada usus dapat mengaburkan gambaran anatomi normal atau dapat menghasilkan informasi diagnostik yang salah, yang menyebabkan penjadwalan ulang. Sedangkan perbedaan untuk hasil gambaran pemeriksaan BNO IVP dengan atau tanpa persiapan khusus seharusnya ada perbedaan walaupun tidak begitu signifikan. Namun, pada hasil gambaran pemeriksaan BNO IVP akan lebih maksimal jika melakukan persiapan usus

(11)

karena visualisasi yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang tidak melakukan persiapan khusus. Sebaiknya dalam tata laksana pemeriksaan BNO IVP dilakukan persiapan usus, karena selain untuk memberikan visualisasi yang lebih baik, juga untuk menghindari pengulangan jadwal dan agar tidak menghasilkan informasi diagnostik yang salah. (Ammani, 2021)

Media kontras yang digunakan pada pemeriksan BNO IVP yaitu media kontras positif yaitu Iodine atau Iodium. Karena media kontras Iodine memiliki nomor atom yang tinggi yang dapat menyerap radiasi sinar-X lebih banyak sehingga gambaran yang dihasilkan lebih Opaque. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung teknik penyuntikan media kontras yang digunakan yaitu secara bolus yang dilakukan oleh perawat radiologi. Teknik pemasukan media kontras ada dua yaitu dengan cara drif infus dan dengan cara bolus. Pemasukan media kontras dengan cara drif infus yaitu dengan cara media kontras disuntikan pada drif infus yang telah terpasang pada pasien. Sedangkan dengan cara bolus yaitu media kontras langsung disuntikan pada pembuluh darah Vena Fossa Cubiti. (Nur Haliza, 2021) Menurut Lampignano and Kendrick (2018), persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan BNO IVP pesawat sinar-X, kaset ukuran 35 x 43 dan grid, pengatur waktu. Kemudian menggunakan media kontras iodium, spiut 20cc, kassa, kapas, bengkok, dan Handscoon.

Bardasarkan observasi langsung di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung alat yang digunakan adalah, detektor ukuran 35 x 43 dan grid, kemudian menggunakan media kontras Iomeron dengan konsentrasi 400, spuit 50 cc, Wingneedle, kassa steril, Handscoon, plaster, bengkok, dan torniket.

Menurut Lampignano and Kendrick (2018), pemeriksaan BNO IVP post injeksi media kontras 5 menit menggunakan kompresi yang bertujuan meningkatkan pengisian sistem Pelviocalises dan proximal ureter. Dengan kompresi Ureter ginjal akan lebih lama menyerap media kontras. Sedangkan tanpa kompresi media kontras akan turun lebih cepat ke Ureter. Pada fase foto post injeksi 15 menit yang bertujuan untuk melihat pengisian media kontras pada bagian Ureter. Fase foto post injeksi 30 menit yang bertujuan untuk melihat pengisian pada bagian Ureter dan vesika urinari. Kemudian berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun bandung ditambah dengan foto post injeksi 60 menit, karena pada fase 30 menit

(12)

pengisian media kontras pada Ureter dan vesika urinari belum maksimal sehinga dokter radiolog memberikan instruksi agar dilakukan pembuatan foto post kontras 60 menit.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang teknik radiografi BNO IVP di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan BNO IVP yaitu AP Abdomen, pemeriksaan BNO IVP terdapat beberapa fase yaitu post injeksi 5 menit, 15 menit dan 30 menit, kemudian ditambah dengan foto post 60 menit karena pada fase 30 menit pengisian media kontras pada Ureter dan vesika urinari belum maksimal sehingga dokter radiologi memberikan instruksi agar dilakukan foto post kontras 60 menit.

Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien diminta untuk melakukan persiapan khusus terlebih dahulu selama dua hari. Persiapan tersebut bertujuan agar rongga perut terbebas dari gambaran feces agar hasil visualisasi radiograf lebih baik.

Sebelum pemeriksaan pasien diberi Informed concent terlebih dahulu yang dilakukan oleh perawat radiologi dan radiografer. Penyuntikan media kontras dilakukan oleh perawat radiologi.

Di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung, pasien dengan indikasi nephrolithiasis dextra dilakukan pemeriksaan BNO IVP menggunakan proyeksi AP supine dengan luas kolimasi yang mencakup Procecus Xiphoideus sampai sympisis pubis. Alat yang digunakan adalah GE general X-Ray XR 6000, detector GE Definium XR 120 ukuran 35 x 43 dan printer AGFA type DRYSTAR 5302.

Kemudian pada saat pemeriksaan BNO IVP post 5 menit tidak menggunakan kompresi, karena tanpa kompresi sudah cukup untuk menegakkan diagnosa dokter dan dokter tidak meminta pengulangan foto.

SARAN

Apabila pengisian media kontras pada sistem Pelviocalises dan Proximal uretra kurang maximal sebaiknya menggunakan kompresi akan dapat meningkatkan kejelasan gambar pada sistem Pelviocalises dan Proxima uretra.

(13)

DAFTAR PUTSAKA

Ammani, A. mutiara. (2021). The Role of Bowel Preparation on The Quality of Anatomic Information in Intarvenic Pyelographic Examination. 1–9.

Indrati, R., Shinta, M., Laila, F., & Kurniawan, A. N. (n.d.). Sukoharjo Implementation of Informed Concent on Intra Vena Pyelographic in Radiology Departement of Sukoharjo General Hospital Rini : Pelaksanaan Informed Consent Pada … Rini : Pelaksanaan Informed Consent Pada ….

3(1), 199–203.

Lampignano, J. p., & Kendrick, L. E. (2018). Bontrager’s Handbook of Radiographic Positioning and Techniques (9th ed.). Elsevier.

Long, B. W., Rollins, J. H., & Smith, B. J. (2016). Merril’s Atlas Of Radiographic Positioning & Procedures, Thirteenth Edition - Volume 3. In - (Vol. 3, Issue).

Elsevier.

Nur Haliza. (2021). Penatalaksanaan teknik pemeriksaan blass nier overzicht intravena pylography ( bno ivp ) dengan klinis ureterolithiasis di rumah sakit

islam ibnu sina pekanbaru. 1–91.

https://repository.stikesawalbrospekanbaru.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123 456789/41/18002024_NUR_HALIZA.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Referensi

Dokumen terkait