RUMUSAN
SEMINAR NASIONAL PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA KE 39 Kendari, 1 November 2018
Tema Seminar:
“Pemanfaatan Sumber Daya Pangan Lokal untuk Mewujudkan Keanekaragaman Pangan Keluarga”
1. Hari Pangan Sedunia (World Food Day) diperingati setiap tanggal 16 Oktober di seluruh dunia. Tema Hari Pangan Sedunia tahun 2019 ini adalah “Our actions are our future. Healthy diets for a #ZeroHunger world”, yang menekankan pada persoalan kelaparan dan gizi buruk yang masih dihadapi bersama oleh komunitas global. Demikian pula di Indonesia, masalah gizi buruk masih cukup tinggi.
Peringatan HPS tahun 2019 secara nasional dipusatkan di Sulawesi Tenggara dengan tema “Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045”.
2. Sesuai tema seminar nasional Hari Pangan Sedunia ke 39 pada tanggal 1 November 2019 yang dilaksanakan di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu
“Pemanfaatan Sumber Daya Pangan Lokal untuk Mewujudkan Keanekaragaman Pangan Keluarga”, pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat ke depan tidak lagi bergantung pada satu jenis pangan pokok (beras), tetapi perlu dikembangkan sumber-sumber pangan lainnya terutama pangan lokal yang selama ini belum optimal pemanfaatannya, seperti sagu, sukun, ubi kayu, ubi jalar, dan jagung.
Potensi sumber daya pangan lokal dengan keragaman yang tinggi di berbagai daerah di seluruh Indonesia sangat potensial untuk dijadikan sebagai sumber bahan pangan guna mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang.
3. Pada hakekatnya, tugas besar dan berat bangsa ini adalah tercapainya kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Salah satu upaya mewujudkan hal tersebut digambarkan melalui cita-cita pada saat memperingati seratus tahun kemerdekaan yakni tercapai visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045. Cita-cita tersebut dapat diwujudkan apabila dapat dirumuskan kebijakan dan program yang terencana dengan baik berbasis Iptek, dilaksanakan dengan prinsip efisiensi dan daya saing, dan melibatkan secara aktif dan sinergis seluruh pemangku kepentingan pembangunan sistem pangan:
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, masyarakat pertanian, dan petani.
2
4. Sejalan dengan semangat Rencana Aksi Nasional Pertanian Keluarga (RAN- PK), tema Seminar Nasional HPS tahun ini adalah: “Pemanfaatan Sumberdaya Pangan Lokal Untuk Menwujudkan Keanekaragaman Pangan Keluarga”. Topik yang dibahas dalam Seminar Nasional ini dipilih yang relevan dengan tema, yaitu kebijakan penganekaragaman pangan berbasis pangan lokal, pemanfaatan sumber daya genetik pangan lokal bagi ketahanan pangan dan gizi, pengembangan agribisnis kakao dan sagu. Dipilih dua komoditas ini karena keduanya penting secara nasional dan juga untuk Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai tuan rumah, bagi penyediaan pangan dan peningkatan pendapatan petani.5. Permasalahan pangan yang dihadapi Indonesia antara lain jumlah penduduk yang besar yaitu 267 Juta pada Tahun 2019, dan tahun 2045 akan meningkat menjadi 311 Juta. Dengan jumlah penduduk tersebut, maka Indonesia menempati perikat keempat penduduk terbesar di dunia. Hal ini memberi konsekuensi pada peningkatan permintaan pangan baik dalam jumlah, keragaman, mutu, gizi, aman dan sehat. Selain permasalahan jumlah penduduk, Indonesia menghadapi tantangan pembangunan pangan baik dari sisi penyediaan dan permintaan.
6. Konsep pengembangan penganekaragaman pangan ke depan dilakukan dengan berbasis sumber daya lokal dengan prinsip: (a) Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal; (b) Penganekaragaman pangan tidak terbatas pada pangan pokok sumber karbohidrat; (c) Pengembangan penganekaragaman pangan diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat miskin dan rentan rawan pangan; dan (d) Pengembangan pangan lokal berdaya saing global (tampilan, rasa, harga dan diterima masyarakat).
7. Pengembangan penganekaragaman pangan dilaksanakan baik di hulu maupun di hilir. Pengembangan di hulu dilakukan di antaranya melalui penganekaragaman produksi pangan (tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perikanan) dan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. Pengembangan di hilir dilakukan antara lain melalui pengembangan produk olahan pangan lokal dengan memanfaatkan teknologi pangan olahan serta pemberdayaaan kepada UKM pangan berbasis pangan lokal, dan melaksankan sosialisasi dan promosi untuk merubah pola konsumsi pangan masyarakat ke arah pola konsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
8. Pemerintah terus berupaya melakukan kegiatan pengelolaan SDG. Beberapa kegiatan tersebut adalah konservasi in situ berupa center of origin, pusat keanekaragaman, dan pusat awal pengembangan. Sedangkan kegiatan eks situ berupa kebun raya, arboretum, lahan pertanian, serta bank gen dan bank biji.
Berbagai program telah dijalankan dalam perbaikan genetik misalnya melalui persilangan yakni domestikasi dan seleksi, pemuliaan persilangan, pemuliaan mutasi, dan bioteknologi.
3
9.Meskipun posisi kakao Indonesia cukup penting di dunia, merupakan produsen kelima kakao dunia dengan produksi 320.000 ton setahun, namun daya saingnya belum menggembirakan.
10.
Pemerintah telah menyusun peta jalan pengembangan kakao tahun 2016 sampai 2045, dengan menerapkan strategi berbasiskan teknologi dan kelembagaan. Pada sisi teknis adalah peningkatan produksi dan produktivitas berbasis kawasan, peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta perbaikan panen dan pasca panen. Sedangkan dari sisi SDM dan kelembagaan dilakukan pelatihan teknis dan manajerial, serta pendampingan dan penyuluhan, disertai dengan pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha.
11.
Sagu (Metroxylon sp.) adalah salah satu komoditas penghasil karbohidrat dalam jumlah besar yang tumbuh dalam dinamika ekosistem yang stabil dan berkelanjutan. Sagu merupakan salah satu pangan sumber karbohidrat yang cukup penting bagi masyarakat Indonesia. Keunggulan bahan pangan sagu adalah dari aspek kesehatan dan ekonomi, makanan pokok, sumber pangan alternatif, dan sumber energi.
12.
Pemerintah telah melaksanakan kebijakan pengembangan sagu dari hulu sampai ke hilir. Kementerian Pertanian melakukan kegiatan penataan dan perluasan sagu, penanganan pasca panen, pengolahan, serta penguatan kelembagaan petani berbasis korporasi.
13.
Untuk lima tahun ke depan, pengembangan komoditas sagu tahun akan dilakukan secara komprehensif mencakup perbenihan, pemeliharaan Kebun Induk Sagu, pemeliharaan Kebun Sumber Benih, penataan tanaman sagu rakyat, serta perbaikan pengolahan dan pasca panen. Program ini diharapkan dapat mendorong sagu sebagai pangan sumber karbohidrat berbasis sumber pangan lokal.
14.
Peran Universitas Halu Oleo dalam Pra-panen dan Pasca Panen Sagu dan Kakao sudah dilakukan sejak tahun 2009 hingga tahun 2019 dalam bentuk penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan untuk pengembangan produk olahan kakao dan sagu. Selain itu Universitas Halu Oleo juga sebagai pendamping masyarakat. Untuk peningkatan nilai tambah biji kakao petani, optimalisasi peran universitas sebagai fasilitator petani dalam melakukan proses fermentasi maupun pengeringan biji kakao perlu ditingkatkan melalui kegiatan pengabdian masyarakat.
Hotel Claro – Kendari, 1 November 2019