• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI 6 KELOMPOK 4 UNIVERSITAS SETIA BUDI

N/A
N/A
FANABILA PUTRI

Academic year: 2023

Membagikan "TEORI 6 KELOMPOK 4 UNIVERSITAS SETIA BUDI"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Kelompok 4 :

1. Shofy Hamidah M (27216678A) 2. Fatikah Rahma Duhitta (27216703A)

3. Eny Sulastri (27216705A)

4. Fanabila Putri Bhayangkari (27216707A) 5. Fadly A.K Umbu Eda (27216723A) 6. Isnaini Nur Fatqwa (27216743A)

CASED PROBLEM BASED LEARNING PEPTIC ULCERS

1. Peptik ulser adalah

JAWAB : kumpulan gejala klinis yang terdiri atas rasa tidak nyaman nyeri penuh dan panas di bagian perut dan atau ulu hati.

2. Secara ringkas, patofisiologi peptic ulser adalah

JAWAB : penyakit yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara faktor- faktor agresif (asam klorida/asam lambung dan pepsin) dengan faktor pertahanan mukosa. Sekresi asam lambung dan pepsin akan berpotensi merusak dinding mukosa. Asam lambung (HCI) disekresikan oleh sel-sel parietal yang mengandung resptor histamin, gastrin dan asetilkolin.

3. Penyebab peptic ulser meliputi

JAWAB : kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebih dan dalam jangka waktu panjang.

4. Gejala klinik peptic ulser antara lain

JAWAB : perut kembung, nyeri ulu hati, dan mual.

(2)

5. Algoritma terapi peptik ulser (menurut Dipiro) adalah sebagai berikut

JAWAB : pengobatan untuk mengurangi produksi asam lambung, eradicating H. pylori jika ada, dan melindungi mukosa lambung. Namun, algoritma ini dapat bervariasi tergantung pada kasus individu.

6. Terapi non farmakologi peptic ulser adalah sebagai berikut

JAWAB : Terapi nok pharmacologic Pasien dengan PUD harus menghilangkan atau mengurangi stres psikologis, merokok, dan penggunaan NSAID (termasuk aspirin). Jika memungkinkan, agen alternatif seperti asetaminofen atau salisilat nonasetilasi (misalnya salsalate) harus digunakan untuk menghilangkan rasa sakit.

Meski tidak memerlukan diet khusus, pasien sebaiknya menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan dispepsia atau memperparah gejala maag (misalnya makanan pedas, kafein, dan alkohol).

Monitoring terapi dan efek samping yang harus dilakukan untuk pasien meliputi pemantauan gejala ulser yang membaik atau memburuk, pemeriksaan darah untuk memantau efek obat, dan mengawasi tanda-tanda komplikasi seperti perdarahan atau perforasi. Pembedahan elektif jarang dilakukan karena penatalaksanaan medisnya sangat efektif. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk pendarahan, perforasi, atau obstruksi.

7. Monitoring terapi dan efek samping yag harus dilakukan untuk pasien meliputi

JAWAB : pemantauan gejala ulser yang membaik atau memburuk, pemeriksaan darah untuk memantau efek obat, dan mengawasi tanda-tanda komplikasi seperti perdarahan atau perforasi

8. CASE :

Seorang perempuan Ny. Bx dirawat di RS dengan keluhan pusing sejak 2 hari yang lalu, pusing tidak berputar, sakit kepala (-). Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati (+), lemas (+).

Sebelumnya pasien mengatakan sering menkonsumsi obat pereda nyeri ketika nyeri lutut dan sakit gigi. Riwayat penyakit sebelumnya adalah Diabetes Mellitus Tipe 2. Pada pemeriksaan fisis didapatkan status generalis, sakit sedang, kesan gizi cukup dan composmentis. Dari pemeriksaaan vital sign didapatkan TD = 90/60 mmHg, N : 80 x/menit, P : 25 x/menit, tipe thoracoabdominalis. Pada pemeriksaan lainnya tampak

(3)

konjungtiva anemis, bibir kering dan pada auskultasi abdomen didapatkan peristaltik kesan meningkat.

Diagnosis dokter : ulkus peptikum Terapi saat ini :

- Ringer laktat 24 tetes per menit IV - Omeprazole 20 mg 2dd1

- Ranitidin 150 mg 1dd1 - Glibenclamide 5 mg 1dd1 - Vitamin B Complex 3dd1

Tugas : lakukan analisis terhadap drugs related problems dan berikan planning serta monitoring terapi pada pasien.

JAWAB : Dalam kasus ini, ada beberapa masalah terkait obat yang perlu dianalisis:

1) Interaksi Obat: Pasien sedang mengonsumsi Omeprazole dan Ranitidin, yang keduanya adalah obat untuk mengobati masalah lambung. Ada potensi interaksi obat di antara keduanya. Perlu dipertimbangkan apakah penggunaan keduanya bersamaan diperlukan atau jika ada alternatif yang lebih baik.

2) Glibenclamide dan Gula Darah Rendah: Pasien memiliki Diabetes Mellitus Tipe 2 dan sedang minum Glibenclamide. Perlu dipantau dengan ketat untuk menghindari hipoglikemia (gula darah rendah), terutama dengan pemberian Ringer laktat IV yang dapat memengaruhi kadar gula darah.

3) Nyeri Ulu Hati dan Penggunaan Obat Pereda Nyeri: Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati dan telah menggunakan obat pereda nyeri sebelumnya. Perlu ditanyakan jenis obat apa yang digunakan untuk memastikan tidak ada potensi interaksi obat atau efek samping yang mungkin memperburuk gejalanya.

4) Monitoring Kondisi: Pasien memiliki tekanan darah rendah (90/60 mmHg), yang juga perlu dipantau dengan cermat selama terapi. Pemantauan terus-menerus terhadap tanda vital dan respons pasien terhadap terapi sangat penting.

5) Evaluasi Nyeri Ulu Hati: Penting untuk memahami penyebab nyeri ulu hati dan memastikan bahwa terapi yang diberikan efektif dalam mengatasi gejala tersebut. Jika tidak ada perbaikan, perlu dipertimbangkan penyesuaian terapi.

(4)

6) Evaluasi Kondisi Gastrointestinal: Auskultasi abdomen yang menunjukkan peningkatan peristaltik perlu dipantau lebih lanjut. Jika ada tanda-tanda perburukan, perlu dipertimbangkan untuk melakukan tindakan lebih lanjut.

7) Edukasi Pasien: Pasien perlu diberikan edukasi tentang penggunaan obat-obatan yang diresepkan, termasuk dosis, jadwal, dan potensi efek samping. Pasien juga perlu mendapatkan informasi tentang pentingnya mengukur kadar gula darah secara teratur, terutama saat mengonsumsi Glibenclamide.

8) Rencana Tindak Lanjut: Perlu merencanakan tindak lanjut dengan pasien, termasuk pemantauan jangka panjang untuk kontrol gula darah, evaluasi gejala ulkus peptikum, dan perubahan dalam terapi jika diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian rejimen imunomodulator pada infeksi virus merupakan pendekatan terapi yang atraktif, oleh karena efek samping lebih ringan dibandingkan efek samping obat yang

Salah satu faktor dalam keberhasilan dan kesuksesan hidup adalah potensi yang ada dalam diri untuk di fokuskan dalam suatu bidang pekerjaan dalam menjalani dan mencari jalan mencapai