• Tidak ada hasil yang ditemukan

uji teratogenik nikel pada fetus mencit putih betina skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "uji teratogenik nikel pada fetus mencit putih betina skripsi"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

Judul Skripsi : Uji teratogenik nikel pada janin tikus putih betina. Tesis telah diuji dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) melalui ujian universitas yang diselenggarakan pada tanggal 5 Agustus 2020 berdasarkan peraturan. Dengan demikian, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “UJI TERATOGENETIK NIKEL PADA JANIN TIKUS PUTIH BEBEK”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan sarjana di Universitas Indonesia Perintis.

Bapak/Ibu dosen yang selama ini telah mengedukasi dan mendiseminasikan ilmunya kepada penulis dan staf serta analis kerja di Fakultas Farmasi Universitas Pionir Indonesia. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menguji efek teratogenik nikel pada janin tikus putih betina selama organogenesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati efek teratogenik nikel pada janin tikus putih betina hamil ditinjau dari kelainan tulang dan morfologi akibat pemberian nikel.

Hasil penelitian menunjukkan satu ekor janin tikus dengan dosis 50 mg/kgBB mengalami pendarahan, satu ekor janin tikus dengan dosis 100 mg/kgBB mengalami fokomelia, satu ekor janin tikus mengalami retardasi pertumbuhan, dan delapan ekor janin tikus mengalami pendarahan. Sedangkan janin mencit dengan dosis 200 mg/kg berat badan tidak dapat diamati karena nikel bersifat racun bagi janin sehingga induk tikus mengalami keguguran.

Latar Belakang

Jalur paparan nikel sangat mempengaruhi tingkat keparahan dampak terhadap sistem biologis, imunologi, neurologi, reproduksi, mobilitas dan perkembangan karsinogenik, baik periode akut (<10 hari), subkronis (10-100 hari) maupun kronis (>100 hari). paparan. Salah satu jalur paparan toksisitas nikel yang paling umum adalah melalui kulit yang menyebabkan hipersensitivitas alergi terhadap nikel. Sebuah penelitian melaporkan bahwa nikel dapat menimbulkan respons ganda yaitu imunodolator dan imunotoksik karena nikel merupakan alergen pada manusia (Das KK et al, 2010).

Nikel sebagai NiCl2.6H2O dapat menyebabkan penurunan berat badan, peningkatan angka kematian, kelainan morfologi mata, anggota badan dan ekor pada pengamatan pascakelahiran pada tikus albino Swiss (Saini et al, 2014). 3. sel sangat terpolarisasi dan mengalami diferensiasi, mobilisasi dan pengorganisasian sehingga embrio sangat sensitif terhadap teratogen karena pengaruh makanan, minuman dan lingkungan sekitar yang mengandung senyawa kimia baik langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan kematian janin. , keterbelakangan pertumbuhan dan kelainan pada proses pembentukan tulang. Pembentukan dan perkembangan tulang (osifikasi) dimulai pada hari ke 11-17 kehamilan pada mencit, sehingga pada masa ini sangat rentan terhadap senyawa yang dapat masuk ke dalam plasenta (Thraser et al, 2006).

Toksisitas oral akut dari sampel senyawa nikel, yaitu nikel fluorida, nikel sulfat, nikel klorida, nikel asetat, nikel sulfamat, nikel karbonat, nikel dihidroksida, nikel sulfida, oksida nikel, dan abu nikel, memiliki toksisitas oral akut LD50 mg/ kg BB. 4 untuk mengamati efek teratogenik nikel pada tikus putih betina bunting, berupa kelainan tulang dan morfologi akibat pemberian nikel.

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Nikel

  • Karakteristik Nikel
  • Sifat-Sifat Nikel
  • Aplikasi Nikel
  • Mekanisme Masuknya Logam Nikel (Ni) ke dalam Tubuh
  • Toksisitas Nikel

Gejala awal paparan nikel karbonil antara lain sakit kepala, mual, muntah, nyeri epigastrium, nyeri dada disertai batuk, hiperpnea, sianosis, nyeri saluran cerna, dan lemas. Paparan nikel dalam jangka panjang seringkali tidak jelas, paparan akut terhadap nikel berakibat fatal, terutama paparan nikel karbonil. Senyawa nikel yang paling berbahaya adalah nikel tetrakarbonil yang mudah menguap, yang menyebabkan edema paru jika terhirup.

8 jika terhirup dapat menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru dan ginjal serta gangguan pencernaan berupa mual, muntah dan diare. Paparan nikel secara kronis melalui kulit dapat menimbulkan gejala antara lain dermatitis nikel berupa eksim (kulit merah dan gatal) pada jari, tangan, pergelangan tangan, dan lengan. Kadar nikel dalam darah dipengaruhi oleh paparan nikel dan ditentukan oleh ada tidaknya terapi khelasi.

Sebuah penelitian pada manusia yang dilakukan oleh US EPA (1994), menemukan bahwa paparan nikel menyebabkan kerusakan paru-paru permanen, fungsi paru-paru abnormal, nekrosis tubulus ginjal, anemia, eosinofilia, dan ulserasi septum hidung. Perubahan fisiologis kimia dengan berkurangnya retensi nitrogen, glukosuria, fosfaturia dan ekskresi ion kalsium dan seng dilaporkan setelah paparan nikel.

Tabel  1.  Kriteria  Penggolongan  Sediaan  Uji  (Hodge  dan  Sterner,  1995  ;  BPOM, 2014)
Tabel 1. Kriteria Penggolongan Sediaan Uji (Hodge dan Sterner, 1995 ; BPOM, 2014)

Teratologi

  • Metode Uji Efek Teratogen (Manson et al., 1982)
  • Daur Estrus
  • Transfer Obat Melalui Plasenta
  • Mekanisme Teratogen

Meskipun gen dan kromosom abnormal dapat menyebabkan cacat, istilah teratogen biasanya terbatas pada zat lingkungan seperti obat-obatan dan virus. Memiliki embrio dan janin yang memiliki masa perkembangan dan jalur metabolisme mirip dengan konseptus manusia. Fase ini merupakan fase terpenting dalam siklus estrus karena betina bersedia menerima pejantan untuk dikawinkan pada fase ini.

Pada fase estrus hewan uji dapat dikawinkan, sedangkan bila tidak pada fase estrus hewan uji ditinggal dan dilihat kembali keesokan harinya. Manuaba dkk (2012) menyatakan bahwa kehamilan merupakan suatu proses rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan sel telur, pembuahan dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) dalam rahim, pembentukan plasenta serta pertumbuhan dan perkembangan janin. rahim. produk dari konsepsi hingga aterm. Pada periode ini terdapat kerentanan pada embrio, namun hal ini jarang menyebabkan teratogenisitas karena masih terdapat totipotensi pada fase ini.

Pada manusia, masa kritisnya berada pada fase diferensial organ, yaitu pada kehamilan hari ke-21 hingga kehamilan hari ke-56 (trimester pertama). 20 Paparan singkat terhadap teratogen pada masa kritis kehamilan dapat mengakibatkan kemungkinan cacat yang berbeda-beda tergantung pada hari paparan teratogen. Zat ini dapat menyebabkan kematian embrio karena matinya sebagian besar sel embrio, atau tidak memberikan efek nyata.

Periode ini biasanya berakhir setelah beberapa waktu, yaitu hari ke 10 hingga ke 14 pada hewan pengerat dan minggu ke 14 pada manusia. Secara umum obat-obatan yang digunakan ibu hamil dapat melewati plasenta dan mempengaruhi embrio dan janin. Faktor yang mempengaruhi kecepatan transfer obat ke plasenta dan efek obat pada janin antara lain.

Adanya analog vitamin, asam amino tertentu, purin dan pirimidin dapat menyebabkan metabolisme abnormal pada biosintesis. Agen hipoksia dan hipoksia (CO dan CO2) dapat bersifat teratogenik dengan mengurangi oksigen dalam proses metabolisme yang membutuhkan oksigen dan juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan osmolaritas. Hal ini dapat menyebabkan edema dan hematoma, yang pada akhirnya dapat menyebabkan deformitas dan iskemia jaringan.

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan .1 Alat

Bahan

Prosedur Kerja

  • Persiapan Hewan Percobaan
  • Pengawinan Hewan Percobaan
  • Perencanaan Dosis
  • Penimbangan Berat Badan Induk Mencit
  • Laparatomi

Selama aklimatisasi, siklus estrus ditentukan dengan mengamati vagina mencit secara visual. Mencit yang sedang berahi ditandai dengan vagina yang lebih merah dan kenyal. Hewan yang digunakan dikatakan sehat apabila perubahan bobot badan tidak lebih dari 10%, secara visual menunjukkan perilaku normal dan mempunyai siklus estrus 4-5 hari (Almahdy, 2011). Tikus jantan dimasukkan ke dalam kandang tikus betina pada pukul empat sore dan dipisahkan kembali keesokan paginya.

Larutan sediaan uji dibuat dengan cara melarutkan nikel klorida heksahidrat (NiCl2.6H2O) dalam dosis berbeda dengan aquades secukupnya hingga volume yang dibutuhkan. Untuk perhitungan dosis yang diberikan pada mencit serta konsentrasi dosis II dan III, perhitungannya mengikuti cara diatas yaitu masing-masing 1% dan 2%. Sediaan uji dan kontrol diberikan mulai hari ke 6 sampai hari ke 15 kehamilan secara oral satu kali sehari kepada kelompok sebagai berikut: D0 = kontrol negatif (tanpa perlakuan) hanya mendapat aquades D1 = kelompok dosis 50 mg/kgBB.

Timbang berat badan induk mencit setiap hari selama pemberian sediaan uji (nikel klorida heksahidrat) hingga mencit dilakukan laparotomi. Laparotomi dilakukan setelah kebuntingan mencapai 18 hari, seluruh mencit tiap kelompok dikorbankan dengan cara dibius dengan eter dan dibedah untuk melihat ada tidaknya tempat resorpsi janin hidup dan mati pada setiap bagian janin atau tidak.

Parameter yang Diamati dalam Penelitian .1 Jumlah fetus yang hidup dan mati .1 Jumlah fetus yang hidup dan mati

Berat fetus

Resorpsi

Malformasi rangka dan pertulangan

Analisis Data

Hasil

31 seekor janin tikus yang mengalami phocomelia dan pertumbuhan lambat pada induknya mendapat 1 dosis 100 mg/kgBB.

Pembahasan

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian adalah mencit putih (Mus musculus) betina dan jantan, berumur 7-8 minggu dengan berat badan 20-30 gram. Pada masa adaptasi, berat badan hewan tidak boleh berfluktuasi lebih dari 10%, dan pada saat pemeliharaan harus berperilaku normal (Almahdy, 2012). Kelompok pertama hanya diberi aquades sebagai kontrol negatif, kelompok kedua diberi nikel dengan dosis 50 mg/kg bb, kelompok ketiga diberi nikel dengan dosis 100 mg/kg bb, dan kelompok keempat diberi nikel dengan dosis 100 mg/kg bb. diberi nikel dengan dosis 200 mg/kg berat badan.

Penimbangan dilakukan untuk melihat status gizi dan kesehatan induk tikus secara umum serta melihat pengaruh zat uji terhadap induk tikus. Dari grafik perubahan berat badan induk tikus (Lampiran 3 Tabel 3) terlihat bahwa pada hari ke 6 sampai hari ke 18 kebuntingan terjadi peningkatan berat badan induk tikus pada kelompok kontrol negatif yaitu 50 mg. kelompok dosis /kgBB dan kelompok dosis 100 mg/kgBB. Peningkatan berat badan ini disebabkan oleh perkembangan janin tikus dan peningkatan volume cairan ketuban, plasenta dan selaput ketuban pada janin (Almahdy dan Yandri, 2010).

Rata-rata berat badan induk mencit selama bunting pada kelompok kontrol negatif dosis 50 mg/kgBB dan dosis 100 mg/kgBB berturut-turut adalah 34,85 gram, 32,59 gram, dan 30,76 gram. Sedangkan pada kelompok dosis 200 mg/kgBB mengalami penurunan berat badan, setelah laparotomi dilakukan pemeriksaan rahim dan janin tikus. Akibatnya, nikel bisa dikatakan beracun bagi ibu dan janin mencit dengan dosis 200 mg/kgBB.

Oleh karena itu, tidak dilakukan penimbangan berat badan janin dan tidak dilakukan penimbangan jumlah janin pada kelompok dosis 200 mg/kgBB (Gambar 10). Pada hari ke 18 kehamilan, setelah ditimbang, bendungan dikorbankan dengan cara dibius dengan eter, dan dilakukan laparotomi pada bendungan untuk mengeluarkan janin dari rahim. Setelah induk tikus dilaparotomi, kantung janin dikeluarkan dari rongga perut induk tikus, kemudian selaput ovarium diangkat dan dibilas menggunakan larutan NaCl 0,9% agar darah yang masih menempel pada janin bersih, kemudian dikeringkan. dipermasalahkan. dan janin dipindahkan ke cawan petri satu per satu.lalu dihitung.

Berdasarkan hasil penimbangan janin, kelompok kontrol negatif mempunyai rata-rata berat badan janin 1,21 gram, kelompok 50 mg/kgBB mempunyai rata-rata berat badan janin 1,23 gram, dan kelompok 100 mg/kgBB mempunyai rata-rata berat badan janin. . berat badan 0,86 gram. 36 dibandingkan kelompok dosis 50 mg/kgBB, rerata berat badan janin mencit lebih besar dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis 100 mg/kgBB. Dari pengamatan visual morfologi diketahui bahwa satu janin mencit dosis 50 mg/kgBB dan delapan ekor mencit dosis 100 mg/kgBB mengalami pendarahan pada bagian leher, ekor, dan kaki.

Kesimpulan

Saran

Pengaruh paparan nikel pada jaringan perifer: peran stres oksidatif dalam toksisitas dan kemungkinan perlindungan oleh asam askorbat. Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Nikel (Ni), Kromium (Cr) dan Kadmium (Cd) pada Kerang Hijau (Perna viridis) serta Sifat Fraksinasinya pada Sedimen Laut. Skema kerja pengamatan efek teratogenik nikel pada janin tikus Aklimatisasi hewan percobaan dan penentuan siklus etrus.

Gambar 2. Skema kerja pengamatan efek teratogen dari nikel pada fetus mencit Aklimatisasi hewan percobaan dan penentuan daur etrus
Gambar 2. Skema kerja pengamatan efek teratogen dari nikel pada fetus mencit Aklimatisasi hewan percobaan dan penentuan daur etrus

Berat Badan Rata-rata Mencit Selama Kehamilan

Jumlah Rata-rata Fetus

Rata-rata Berat Fetus

Referensi

Dokumen terkait