• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data yang tercatat di Dinkes Kota Bandung jumlah kasus diare pada tahun 2020 sebanyak 30.954 kasus diare yang ditangani untuk semua usia atau sebesar 38,06% dari target penemuan diare di Kota Bandung tahun 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Data yang tercatat di Dinkes Kota Bandung jumlah kasus diare pada tahun 2020 sebanyak 30.954 kasus diare yang ditangani untuk semua usia atau sebesar 38,06% dari target penemuan diare di Kota Bandung tahun 2020"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi dari berbagai negara. Terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia. Dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi diare(1).

Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 6.897.463 jiwa dan jumlah penderita diare yang dirawat di fasilitas kesehatan adalah 3.198.411 orang (46,4%) dan pada tahun 2018 sebanyak 7.157.483 orang diare di fasilitas kesehatan dengan jumlah penderita diare yang terlayani di fasilitas kesehatan sebanyak 4.165.789 orang (58,20%)(2).

Prevalensi diare di Provinsi Jawa Barat menurut karakteristik berdasarkan Riskesdas 2018 tercatat sebanyak 1.287 (10,40%) anak dengan diare golongan umur < 1 tahun, 5.312 (13,43%) anak dengan diare golongan umur 1-4 tahun, 12.806 (6,98%) anak dengan diare golongan umur 15-24 tahun(3).

Data yang tercatat di Dinkes Kota Bandung jumlah kasus diare pada tahun 2020 sebanyak 30.954 kasus diare yang ditangani untuk semua usia atau sebesar 38,06% dari target penemuan diare di Kota Bandung tahun 2020.

(2)

2

Jumlah kasus balita diare sebanyak 10.012 kasus atau sebesar 23,66% dari target penemuan diare balita. Dari seluruh kasus diare (semua usia), jumlah presentase balita diare adalah 32,34%-nya(4).

Penyebab diare pada balita tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan hidup sehat dari setiap keluarga(5). Ada beberapa faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi pendorong terjadinya diare, yaitu faktor agent, penjamu, lingkungan dan perilaku(6). Salah satunya faktor lingkungan, meliputi sarana air bersih (SAB). Apabila sarana air bersih tidak memenuhi syarat maka, mempunyai risiko 3,232 kali lebih besar menderita diare(7). Kemudian faktor lingkungan lainnya yaitu sanitasi jamban, kondisi rumah dan kualitas air minum yang buruk dapat menyebabkan terjadinya diare pada balita(8).

Faktor Perilaku atau personal hygiene ibu yang buruk menjadi faktor kedua seperti kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan atau setelah buang air besar (BAB), tidak mencuci bersih peralatan masak dan makan, serta kebiasaan jarang memotong kuku(9)(1). mempunyai risiko 6,287 kali lebih besar menderita diare dibandingkan dengan balita yang tinggal dengan kondisi personal hygiene yang baik(10).Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi(6).

(3)

3

Kota Bandung tercatat ada 74 puskesmas berdasarkan data Dinkes Kota Bandung. Lokasinya tersebar di 30 Kecamatan. Salah satunya UPTD Puskesmas Griya Antapani yang berada di kelurahan Antapani Tengah(11).

Kasus diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung pada tahun 2021 mencapai 169 kasus yang masuk ke dalam data register Puskesmas. Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menduduki posisi pertama di Puskesmas Griya Antapani(12).

Berdasarkan data dari Puskesmas Griya Antapani tahun 2021 Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan di Puskesmas Griya Antapani dengan target 20% sedangkan pencapaian program P2M yang sudah dilaksanakan 3%, dan persentase Program Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sarana air bersih yang sudah dilaksanakan mencapai 70,55% dari target 100%(13).

Kondisi Personal Hygiene ibu berkontribusi meningkatkan kasus diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani. Perilaku ibu yang tidak hygienis seperti tidak mencuci tangan dan membersihkan kuku dapat menyebabkan balita terkena diare. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andrean dkk mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita dan terdapat hubungan antara personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita(7).

RW 08 merupakan salah satu RW yang berada diwilayah kerja Puskesmas Griya Antapani. RW 08 memiliki kasus diare terbanyak selama

(4)

4

periode 2021. Inspeksi kesehatan lingkungan mengenai sarana air bersih yang belum tercapai jika dilihat dari laporan tahunan Puskesmas Griya Antapani dan studi pendahuluan yang dilakukan pada saat magang terdapat fenomena bahwa minimnya masyarakat menjaga personal hygiene terutama kebersihan tangan dan kuku menjadi permasalahan yang harus segera ditindak lanjuti.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui Hubungan Sarana Air Bersih dan Personal Hygiene dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang ada di Puskesmas Griya Antapani yaitu ditemukan kasus diare paling banyak di RW 08 selama periode 2021. Kasus diare pada balita dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu sarana air bersih (SAB) dan faktor perilaku ibu yang buruk yaitu kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum dan kebiasaan jarang memotong kukumempunyai risiko 6,287 kali lebih besar menderita diare.Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi. Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara Sarana Air Bersih dan personal hygiene dengan kejadian diare pada balita?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(5)

5

Untuk menganalisis hubungan sarana air bersih dan personal hygiene dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung .

b. Mengidentifikasi personal hygiene (perilaku cuci tangan dan kebersihan kuku) di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.

c. Mengidentifikasi angka kejadian diare pada balita lima bulan terakhir di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.

d. Menghubungkan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.

e. Menghubungkan personal hygiene dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian di masyarakat dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai penyakit diare, terutama pada balita. Mengenai Hubungan Sarana Air Bersih dan Personal

(6)

6

Hygiene dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.

2. Manfaat Bagi STIKes Dharma Husada Bandung

Manfaat yang diperoleh bagi instansi pendidikan adalah tambahan referensi, pengembangan penelitian dan pemberdayaan masyarakat.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kepada orang tua mengenai sarana air bersih dan personal hygiene yang dapat mempengaruhi kejadian diare pada balita, sehingga masyarakat, terutama orang tua dapat melakukan tindakan preventif/pencegahan dan adanya upaya perlindungan anak dari serangan diare.

4. Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi puskesmas sebagai masukan dan pertimbangan dalam menyikapi masalah diare terutama kebijakan dalam program P2M mengenai Diare.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.

2. Ruang Lingkup Sampel Penelitian

(7)

7

Ruang lingkup sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung 3. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2022 hingga Juni 2022

4. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dilakukan dalam lingkup bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya Kesehatan Lingkungan

5. Ruang Lingkup Metode Penelitian

Ruang lingkup metode penelitian ini adalah dengan menggunakan cross sectional

Referensi

Dokumen terkait

The case of American society is cited and criticized by him in many places, especially in “Looking to America to solve Thailand’s problems” 1987, “Looking at the World Peace through the