• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Terima Mie Berbasis Pangan Lokal Tepung Krokot (Portulaca Plerace L.), Tepung Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) dan Tepung Sukun (Artocarpus Altilis)

N/A
N/A
Hardacandra Satya Pandega Utama

Academic year: 2023

Membagikan "Daya Terima Mie Berbasis Pangan Lokal Tepung Krokot (Portulaca Plerace L.), Tepung Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) dan Tepung Sukun (Artocarpus Altilis)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KOLOKIUM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI JASA MAKANAN DAN GIZI SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Nama : Nur Rifqi Risqullah

NIM : J0306201017

Judul : Daya Terima Mie Berbasis Pangan Lokal Tepung Krokot

(Portulaca Plerace L.),

Tepung Porang

(Amorphophallus Muelleri Blume) dan Tepung Sukun (Artocarpus Altilis)

Dosen Pembimbing : Dr. R.A. Hangesti Emi Widyasari, M.Si Hari / Tanggal : Sabtu / 16 Desember 2023

Waktu : 09.15

10.15 Tempat : Kelas Dapur GG

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan utama setiap orang untuk bertahan hidup, sehingga kebutuhan pangan harus dicukupi dan dipenuhi dengan baik. Bahan pangan yang umum dan banyak digunakan adalah produk tepung – tepungan, contohnya seperti tepung terigu yang biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia masih melakukan impor gandum sebagai bahan utama pembuatan tepung terigu. Pada tahun 2020, APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia) mencatat konsumen tepung terigu nasional terdiri dari dua kelompok, yaitu UMKM dan industri besar. UMKM mengambil porsi terbesar yaitu sebesar 66% dari total konsumsi. Kelompok kedua yaitu industri makanan olahan besar sebanyak 34%. Sehingga kebutuhan tepung terigu pada produk olahan pangan mecapai 99,97% (KEMENDAG, 2022). Dalam mengatasi ketergantungan yang cukup tinggi dari penggunaan tepung terigu, perlu dilakukan penelitian sebagai pengganti dari tepung terigu guna mengurangi jumlah impor gandum.

Beberapa komoditi pangan lokal yang dapat di kembangkan adalah porang, sukun, dan

(2)

tanaman krokot menjadi tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot. Pemanfaatan ketiga bahan pangan tersebut dapat dijadikan alternatif pengganti tepung terigu sebagai bahan pembuatan mie, sehingga dapat diharapkan mengurangi angka penggunaan tepung terigu. Penggunaan pangan lokal ini juga diharapkan dapat membantu petani apabila sewaktu – waktu pangan lokal ini harganya turun drastis, sehingga petani dapat mengolahnya menjadi produk tepung untuk meningkatkan harga jual pangan lokal tersebut.

Pemilihan produk mie ini karena produk mie yang dapat dijadikan alternatif pengganti nasi yang dapat diterima oleh masyarakat secara luas.

Krokot (Portulaca oleracea) merupakan tanaman herba tahunan yang dapat hidup abadi di tanah tropis, memiliki ciri-ciri batangnya berwarna hijau keunguan berdaging dan daun berdaging dengan bentuk ujung daun yang tumpul. Bunga tumbuh pada ujung batang secara berkelompok dan berwarna kuning. Bijinya berukuran kecil hampir satu millimeter atau kurang yang memiliki permukaan berbutir, berwarna coklat kemerahan bila bentuk belum matang dan menjadi hitam saat telah matang (S. Syed and N. Fatima. 2016).

Kandungan vitamin dalam krokot berpotensi sebagai antioksidan. Antioksidan dikenal sebagai senyawa yang mampu menghambat terbentuknya radikal bebas yang memiliki pengaruh negatif dalam tubuh (T. Estiash. Et al. 2018). Selain itu krokot telah diidentifikasi sebagai sumber yang sangat baik dari asam alfa-linolenat. Alpha-linolenat adalah asam lemak omega-3, juga dikenal sebagai minyak ikan. Ini merupakan isi yang terpenting dalam krokot yang dapat memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, serta pencegahan penyakit (Kevin, 2012). Hasil analisis Gas Chromatography-Mass Spectroscopy mengidentifikasi adanya 2 senyawa komponen asam lemak omega-3 pada ekstrak daun krokot, yaitu alpha-linoleic acid (ALA) dan eicosapentaenoic acid (EPA). Kandungan senyawa ALA sebesar 3,89% dan EPA sebesar 6,95%, sehingga total kandungan omega-3 sebesar 10,84%. Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa kandungan omega-3 pada simplisia daun krokot sejumlah 1,6 g/100 g simplisia dan kandungan omega-3 pada daun krokot segar sebesar 0,12% (Rifai. N dan Kusumaningtyas. R D. 2022). Tepung krokot disini akan digunakan sebagai penambah kandungan vitamin dalam produk mie ini karena krokot memiliki segudang manfaat sedangkan pemanfaatan krokot ini belum maksimal, pemanfaatan tanaman krokot di Probolinggo biasa digunakan sebagai pakan ternak dan pakan jangkrik. Menjadikan tanaman krokot sebagai tepung akan menambah nilai jualnya hal ini dapat dilihat dari harga jual tepung krokot di marketplace yaitu dibandrol sebesar Rp.150.000 tahun 2023.

Tepung porang merupakan produk olahan dari umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume) dengan umur simpan relatif panjang yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di industri pangan. Tepung porang mengandung kadar glukomanan yang cukup tinggi yaitu 64.98%. Glukomanan merupakan serat pangan larut air yang bersifat hidrokoloid kuat dan rendah kalori. Glukomanan juga memiliki sifat fisik yang istimewa yaitu mampu mengembang dalam air hingga 138-200 %. glukomanan bagi kesehatan antara lain dapat mengontrol kadar lipid dan gula darah (Supriati, 2016). Manfaat untuk mengontrol lipid pada penderita diabetes melitus, glukomannan yang merupakan golongan serat dapat menurunkan kadar trigliserida dengan cara mengikat asam lemak dalam usus sehingga penyerapan asam lemak terhambat dan mengakibatkan terhambatnya pembentukan trigliserida (Nurdiana dkk., 2017).

Pada 100 gram tepung sukun mengandung nutrisi seperti protein 3,6 g, lemak 0,8 g, karbohidrat 78,9 g, vitamin B20 17 mg, B10 34 mg, vitamin C 47,6 mg, kalsium 58,8 mg,

(3)

fosfor 165,2 mg, zat besi 1,1 mg, kadar air antara 2-6% (Moulina, 2018). Menurut penelitian tepung sukun tidak memilki kandungan gluten sehingga aman untuk digabungkan dengan tepung lain (Dwi Toni Aprlia S, 2021). Tepung sukun mengandung protein yang cukup sedikit, yaitu sekitar 3,6 g hal ini akan mempengaruhi mie yang dihasilkan karena mie membutuhkan protein gluten, untuk mengatasi hal tersebut digunakan telur sebagai bahan tambahan karena telur memiliki kandungan protein yang cukup tinggi 12,4 g / 100g dan dapat digunakan sebagai stabilizer antara molekul pati tepung terigu dan tepung sukun.

Pemakaian minimal telur adalah 3- 10% dari berat tepung (Mulyadi et al., 2014).

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti, peneliti tertarik untuk melihat daya terima mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot sebagai mie sehat, mengingat konsumsi terigu Indonesia selalu meningkat tiap tahunnya.

Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana daya terima mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot sebagai mie?

2. Bagaimana metode yang digunakan pada penelitian daya terima mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot sebagai mie?

3. Apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot?

4. Bagaimana uji organoleptik dan uji daya terima produk mie ini?

5. Bagaimana kandungan gizi mie ini?

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui daya terima produk mie berbasis tepung lokal tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot. Secara khusus tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui daya terima mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot sebagai mie.

2. Mengetahui metode yang digunakan pada penelitian daya terima mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot sebagai mie.

3. Mengetahui alat dan bahan pembuatan produk mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun, dan tepung krokot sebagai mie.

4. Menganalisis uji organoleptik dan uji daya terima mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun dan tepung krokot sebagai mie.

5. Menganalisis kandungan gizi produk mie berbasis pangan lokal tepung porang, tepung sukun dan tepung krokot sebagai mie.

Manfaat

1. Bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan terutama dalam memanfaatkan bahan pangan seperti krokot, porang, dan sukun terhadap daya terima mie berbasis pangan lokal tepung krokot, tepung porang, dan tepung sukun sebagai mie.

(4)

2. Bagi institusi penelitian ini bermanfaat dalam menjadi bahan acuan maupun referensi bagi peneliti lain dan dapat digunakan sebagai bahan perbaikan dalam penelitian lanjutan.

3. Bagi masyarakat untuk memberikan informasi mengenai produk mie berbasis pangan tepung krokot, tepung porang, dan tepung sukun sebagai mie sehat yang dapat dijadikan sebagai mie serta memberikan nilai tambah untuk penggunaan pangan lokal.

Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Kerangka berpikir

Dari kerangka berpikir diatas dapat dijelaskan bahwa mie banyak digemari oleh masyarakat serta diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pengganti nasi.

Bahan dasar pembuatan mie adalah tepung terigu, di indonesia bahan pembuatan tepung terigu yaitu gandum masih impor, untuk mengurangi angka impor tersebut baiknya

Mie

1. Banyak digemari masyarakat 2. Banyak di pasaran

3. Dibuat dengan bahan dasar tepung terigu masih impor

Pangan Lokal

1. Pangan lokal mudah didapatkan 2. Pemanfaatan belum maksimal

Analisis Data

Memanfaatkan tepung lokal sebagai bahan substitusi

pembuatan mie

Persiapan Pengolahan Penyimpanan /

penggunaan

Penilaian Subjektif Penilaian Objektif

Uji Organoleptik

Uji Hedonik

Uji Kandungan Gizi

Uji Kruskal Wallis

(5)

memanfaatkan pangan lokal yang belum maksimal pemanfaatannya. Pemanfaatan pangan lokal tersebut dapat dijadikan tepung sebagai substitusi tepung terigu dalam pembuatan mie. Pemanfaatan pangan lokal ini bertujuan untuk menguji daya terima tepung lokal sebagai mie, daya terima ini akan dilakukan menggunakan uji organoleptik hedonik dan uji Kruskal Wallis serta menguji kandungan gizi mie tepung lokal ini yang meliputi energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

METODE

Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama 4 bulan. Periode waktu penelitian akan mencakup tahap persiapan, pengembangan, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan akhir.

Penelitian ini akan dilakukan di beberapa tempat terkait, termasuk :

1. Produksi mie dilakukan di Desa Kecik, RT/RW 05/02, Kec.Besuk, Kab.Probolinggo, Jawa Timur.

2. Laboratorium kuliner dapur MIJMG Sekolah Vokasi IPB.

Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan merupakan alat pembuatan tepung hingga menjadi produk mie, berikut ini adalah alat yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1 Alat pengolahan mie tepung lokal

No. Nama Alat Jumlah

1 Kompor 1

2 Loyang 10

3 Oven 1

4 Blender 1

5 Timbangan 1

6 Saringan 1

7 Panci 2

8 Penggiling Adonan 1

9 Wadah 6

10 Sendok 3

11 Pisau 1

2. Bahan

Dibawah ini adalah bahan formulasi produk mie dari tepung lokal. Adapun formulasinya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2 Formulasi Mie Tepung Lokal

F0 F1 F2 F3

Nama Bahan

Jumlah % BB Nama Bahan

Jumlah % BB Nama Bahan

Jumlah % BB Nama Bahan

Jumlah % BB

Tepung sukun

55 g 55 % Tepung sukun

55 g 55 % Tepung sukun

50 g 50 % Tepung sukun

45 g 45 %

(6)

Tepung kacang hijau

10 g 10 % Tepung krokot

5 g 5 % Tepung krokot

10 g 10 % Tepung krokot

15 g 15 %

Tepung terigu

25 g 25 % Tepung Porang

15 g 15 % Tepung Porang

15 g 15 % Tepung Porang

15 g 15 % Telur 10 g 10 % Tepung

terigu

15 g 15 % Tepung terigu

15 g 15 % Tepung terigu

15 g 15 % Telur 10 g 10 % Telur 10 g 10 % Telur 10 g 10 % 3. Alur Pembuatan Mie

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimental Penelitian eksperimen menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yang bertujuan untuk menilai suatu perlakuan atau tindakan dan melakukan perhitungan kandungan energi dan zat gizi, serta pengujian organoleptik terhadap daya terima konsumen terkait mie berbasis tepung lokal.

Eksperimen yang dilakukan adalah dengan menggunakan pangan lokal yang diolah menjadi Tepung krokot : Tepung prang : Tepung sukun : Tepung Terigu

F1 : F2 : F3 : F4

Pencampuran Pengadukan pengepresan Pencetakan mie

Air 30 – 50%

Garam 2%

Telur 10%

Mie basah

Organoleptik : - Warna - Rasa - Tekstur - Aroma - Penampilan

Analis gizi/kimia : - Energi - Protein - Lemak - Karbohidrat Uji daya simpan

- Suhu ruang - Kulkas - Freezer

(7)

tepung sebagai substansi tepung terigu pada produk mie basah.

Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

Kebutuhan data dan informasi untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer akan diperoleh melalui pembuatan langsung mie, diskusi, serta pengisian kuesioner. Responden ditentukan secara acak. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara penelusuran studi pustaka dari hasil penelitian dan laporan dari instansi, dan lainnya.

Tabel 3 Jenis dan cara pengambilan data Data Jenis Data Cara Pengambilan

Data

Keterangan

Proses

pembuatan mie

Primer Praktik langsung dengan trial and error produk

- Alat dan bahan - Prosedur

pengolahan - Pemorsian dan

pengemasan Kandungan

energi dan zat gizi

Primer Menghitung dengan menggunakan panduan TKPI 2017

Kandungan Energi dan Zat Gizi

Uji organoleptik Primer Kuesioner - Penilaian

- Rasa - Aroma - Warna - Tekstur Gambaran umum Sekunder Melalui berbagai

macam jurnal dan artikel lainnya

Berdasarkan tabel, jenis dan cara pengambilan data yang didapat yaitu jenis data primer dan sekunder. Penulis akan mengidentifikasi proses pembuatan produk, melakukan perhitungan kandungan energi dan zat gizi produk, melakukan uji organoleptik, penulis juga melakukan pengamatan terhadap hasil produk dari segi penampilan, aroma, rasa, tekstur dan warna. Penulis melakukan pengamatan dan membagikan sampel produk kepada panelis.

ANALISIS DATA

Analisis data secara kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau jumlah. Data ini bersifat terukur dan dapat dihitung, sehingga memungkinkan analisis statistik dan perbandingan numerik. Data hasil penilaian organoleptik diolah menggunakan Microsoft Excel dan dianalisis menggunakan SPSS for Windows. Analisis dilakukan dengan cara mengolah data kuesioner hasil uji organoleptik dengan Microsoft Excel, kemudian dilanjutkan dengan melihat adanya pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diuji dengan menggunakan Kruskal Wallis apabila ada pengaruh perlakuan maka dilakukan uji lanjut Mann-Whitney untuk mengetahui bagaimana daya terima organoleptik mie tepung lokal terhadap penamapilan, warna, rasa, aroma, dan tekstur. Kandungan energi dan zat gizi

(8)

dihitung menggunakan panduan TKPI (Tabel Komposisi Pangan Indonesia) 2020. Uji organoleptic dilakukan dengan total 45 panelis dengan rentang usia 15 – 35 tahun. Proses pengolahan dan analisis data dari cara pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Bobot nilai uji organoleptic dapat dilihat pada tabel 4.

Penilaian Skala Penilaian

Tidak Suka 1

Kurang Suka 2

Cukup Suka 3

Suka 4

Sangat Suka 5

(9)

Daftar Pustaka

An, N. T., Thien, D. T. N. T., Duna, P. L., and Du, N.V. 2011. Isolation and characteristics Of polysaccharide from amorphophallus corrugatus in vietnam. Journal Carbohydrate Polym. 84: 64–68.

Aprilia, Dwi Toni., Lucia Tri Pangesthi., Sri Handajani., dan Veni Indrawati. (2021). Pengaruh Substitusi Tepung Sukun (Artocarpus Altilis) Terhadap Sifat Organoleptik Bolu Kukus.Jurnal Tata Boga.Vol 10, No. 2.

Arifin, M. A. 2001. Pengeringan Kripik Umbi Iles-iles Secara Mekanik Untuk Meningkatkan Mutu Keripik Iles-iles. Thesis. Teknologi Pasca Panen. PPS. IPB.

A. Sahid, D. Pandiangan, P. Siahaan, And M. J. Rumondor, "Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sisik Naga (Drymoglossum Piloselloides Presl.) Terhadap Sel Leukemia P388,"

J: Mipa, Vol. 2, No. 2, P. 94, 2013.

Astawan, M. 2002. Membuat Mie dan Bihun. Jakarta : Penebar Swadaya.

Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta

B. Arifin And S. Ibrahim, "Struktur, Bioaktivitas Dan Antioksidan Flavonoid," J. Zarah, Vol. 6, No. 1, -p. 21-29, 2018.

B. Epidemiologi And F. K. Masyarakat, "No Title," Vol. 7, 2019.

Boelhasrien, M. P. 1979. Prospek Pendayagunaan Iles-iles dalam Bidang Farmasi. Di dalamAshadi,R. W. dan H. Thaheer. 2005. Sintesis dan Karakterisasi Biodegradable Hydrogel dari Amorphopallus oncophyllus. Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Universitas Djuanda. Bogor

Chaplin K, Smith AP. 2011. Defenitions and Preception of Snacking.Current Topics in Nutraceutical Research.Vol. 9 (1) p. 53-59.

C. V. Chowdary, A. Meruva, K. Naresh dan R. K. Elumalai. “A Review On Phytochemical And Pharmacological Profile Of Portulaca Oleracea Linn. (Purslane)”. IJRAP vol. 4 no. 1 pp. 34–37. 2013.

Dendi Gusnadi, Riza Taufiq, dan Edwin Baharta. 2021. UJI ORANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA PADA PRODUK MOUSSE BERBASIS TAPAI SINGKONG SEBEGAI KOMODITI UMKM DI KABUPATEN BANDUNG. Bandung. Jurnal Inovasi Penelitian.

Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, D. G. M. (2017). Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017. In Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ellinger, Rudolph H. 1972. Phosphates as food ingredients. The National Agricultural Library.

United States

Estalansa, H. Yuniastuti, E. dan Hartati, S. 2018. The Diversity of Breadfruit Plants (Artocarpus altilis) Based On Morphological Characters. Agrotech Res. J. Vol 2 No 2.

Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

Hidayati, T. 2011. Pembuatan Mie Kering Non Terigu Berbasis Pangan Lokal Tepung Porang dan Tepung Mocaf (Kajian Proporsi Penambahan Tepung Porang dan Tepung Mocaf). Malang

Ifah, A. Al. (2021). Kajian Morfologi Buah Sukun (Artocarpus altilis Park. Fosberg) di Kabupaten Sleman Bagian Utara DI Yogyakarta. Jurnal Hitan Tropika, 16(0536), 158– 163.

Ihromi Syirril, Marianah, Yodi Adi Susandi. 2018. SUBSITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG MOCAF DALAM PEMBUATAN KUE KERING. Mataram. Agrotek Ummat.

J. Nasution, J. Nasution, And E. H. Kardhinata. "Inventarisasi Tumbuhan Paku Di Kampus I

(10)

Universitas Medan Area, " Klorofil, Vol. 1, No. 2, Pp. 105-110, 2018.

Kardinan, agus. 2007. KROKOT (Portulaca oleracea) GULMA BERKHASIAT OBAT MENGANDUNG OMEGA 3.Warta Penelitian dan Pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Volume 13, Nomor 1

Kementerian Pertanian. 2013. Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia(2022)Analisis Perkembangan Harga Pangan Pokok, Barang Penting, Ritel Modern, dan E-Commerce di Pasar Domestik dan Internasional.

Kevin. 2012. All You Ever Wanted To Know Herb about Purslane, (http://id.articlestreet.com/health/alternative-medicine/all-youeverwanted-to- know-about purslane-herb.html), diakses pada 11 September 2017 pukul 20:53Lusas ED. 2002. Snack Food Processing: Chapter 1. Overview.By.Lusas RW and Rooney LW.Boca Raton London New York Washington DC. p. 3-27

Laboratorium Analitik Universitas Udayana. (2023). Laporan Hasil Pengujian Tepung Porang.

Maku, Dr. Ir. Christine F. Mamuaja MS, Ir. Dedie Too PhD, M. (2013) „Penentuan Umur Simpan Kripik Pisang Keju Gorontalo Dengan Pendekatan Kurva Sorpsi Isotermis‟.

Manado: Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Program Pasca Sarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Maulida Ivana Anum. 2021. PENGARUH LAMA WAKTU BLANCHING TERHADAP SIFAT FISIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TEPUNG KROKOT. Semarang

Manafe, M.E., Mullik, M. L., & Teleupere, F. M. S. (2017). Performans Ayam Broiler Melalui Penggunaan Tepung Krokot (Portulaca oleracea L) Yang Disubstitusikan Dalam Ransum Komersial. Jurnal Sain Peternakan Indonesia,12(4), 379-388.

Mulik, S.E., Mullik, M.L. & Ly, J. (2016) ‘Pengaruh penambahan tepung krokot dalam ransum terhadap kandungan total kolesterol, omega 3 dan omega 6 dalam daging ayam broiler’, Jurnal Nukleus Peternakan, 3(1), 86–92.

Mulyadi, A.F., Wijana, S., Dewi, I.A., dan Putri, W.A. 2014. Karakteristik organoleptik produk mie kering ubi jalar kuning (Ipomoea batatas) (kajian penambahan telur dan CMC).

Jurnal Teknologi Pertanian, 15 (1): 25-36.

Nurdiana, Tanuwijaya, L. ., & Arvita, A. . (2017). Pengaruh Tepung Iles- Iles Kuning(

Amorphophallus oncophyllus PRAIN ) untuk Mencegah Peningkatan Kadar Trigliserida pada Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) dengan Diet Aterogenik. 4(3), 121– 127.

Perhutani. 2007. Budidaya Porang. Perum Perhutani. Nganjuk.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia. 2013. Modul Diseminasi Budidaya dan Pengembangan Porang (Amorphophallus muelleri Blume) sebagai Salah satu Potensi Bahan Baku Lokal. Universitas Brawijaya. Malang. 19 hal.

Rifai. N dan Kusumaningtyas. R D. 2022. BAB V. EKSTRAKSI ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI DAUN KROKOT (Portulaca oleracea L.) DENGAN PELARUT ALKOHOL FOODGRADEDAN ENKAPSULASI MENGGUNAKAN METODE PLATE-DRYING.

Semarang

Rozaq, I. F.,Widjanarko. S. B., dan Widyastuti, E. 2015. Pengaruh lama penggilingan tepung porang (amorphophallusmuelleriblume) dengan metode ballmill (cyclone separator) terhadap sifat fisik dan kimia tepung porang. Jurnal Pangandan

(11)

Agroindustri. 3 (3):867

Sari, Ramdana, dan Suhartati. 2015. Tumbuhan Porang: Prospek Budidaya Sebagai Salah Satu Sistem Agroforestry. Info Teknis Eboni 12(2): 97-110.

Selvia Aprilyanti, Irnanda Pratiwi , Mahmud Basuki. 2018. OPTIMASI KEUNTUNGAN PRODUKSI KEMPLANG PANGGANG MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING MELALUI METODE SIMPLEKS. Seminar dan Konferensi Nasional IDEC. Surakarta.

S. Endrini, "Antioxidant Activity and Anticarcinogenic Properties Of Sisik Naga' (Drymoglossum Piloselloides Presl.)," J. Kedokt. Yars., Vol. 17, No. 2, Pp. 89-92, 2009.

Setiawati, E., Bahri, S., dan Razak, R. A. 2017. Ekstraksi glukomanan dari umbi porang (amorphophallus paeniifolius (dennst.) Nicolson). Jurnal riset kimia.3(3):235.

Siringoringo, Hotniar. 2005. Seri Teknik Riset Operasional. Pemrograman Linear. Yogyakarta.

Graha Ilmu

Sitompul, R. M.,Suryana, F., Bhuana, D.,dan Mahfud. 2018. Ekstraksi Asam Oksalat Pada Umbi Porang (Amorphophallus Oncophyllus) dengan Metode Mechanical Separation. Jurnal Teknik ITS. 7 (1):135.

S. Syed and N. Fatima. “Portulaca Oleracea L.: A Mini Review On Phytochemistry And Phramacology”. International Journal of Biology and Biotechnology vol. 13 no. 4 pp.

637-641. 2016.

Sunarwati Dwi Asih. 2011. PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SUKUN TERHADAP KUALITAS BROWNIES KUKUS. Semarang.

Supriati, Y. (2016). Keanekaragaman Iles-Iles (Amorphophallus spp.) dan Potensinya untuk Industri Pangan Fungsional, Kosmetik, dan Bioetanol. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 35(2), 69. https://doi.org/10.21082/jp3.v35n2.2016.p69- 80

T. Estiash, W. D. R. Putri, dan E. Widyastuti, Komponen Monir & Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta: Bumi Aksara, 2018.

U. M. Balqis And J. Sahar, “Pengalaman lansia Dengan Demensia Ringan-Sedang Dalam Melakukan Komunikasi Dengan Pelaku Rawat : Systematic Review”, Vol. 4, No. 2, Pp. 383 396, 2019

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Fatmawati, Nurhastuti , Yarmis Hasan. 2018. Wirausaha Pembuatan Kue Kering untuk Meningkatkan Keterampilan Hidup Anak Tunarungu. Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus Volume 6 Nomor II Tahun 2018

Utami, I.S. 1992. Pengolahan Roti Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Widyasari, R.A Hangesti Emi. 2000. Pemanfaatan Hidrolisat Protein Ikan Mujair ( Oreochromis MossambicuS) Dalam Pengolahan "COOKIES " Sebagai Makanan Tambahan Balita. Bogor.

Widyotomo, S. 2002. Pengaruh Proses Penggilingan Terhadap Perubahan Partikel Tepung Iles-Iles. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor

Winarno, F.G (a). 1991. Teknologi Produksi dan Kualitas Mie. Makalah disajikan dalam Seminar Sehari Serba Mie, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Yuniastri, R., Hanafi, I. & Sumitro, E.A. (2020) ‘Potensi Antioksidan pada Krokot (Portulaca oleracea) Sebagai Pangan Fungsional’, Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 8(3), 284–290.

(12)

Referensi

Dokumen terkait