• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tes latihan dan tes kualitatif kuantifikasi karbohidrat

N/A
N/A
Nur Syifa Putri

Academic year: 2023

Membagikan " Tes latihan dan tes kualitatif kuantifikasi karbohidrat"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Kuantitatif = god pap Kualitatif = molish

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan mengenani uji kualitatif dan kuantitatif karbohidrat dengan sampel berupa serum darah yang di dapatkan dengan mengekstrak sampel darah dari salah satu praktikan menggunakan alat sentrifugase, larutan fruktosa 1%, glukosa 1% dan laktosa 1% yang berfungsi sebagai pembanding. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah terdapat senyawa karbohidrat di dalam sampel tersebut dan bagaimana penatalaksanaan praktikum yang sesuai dengan prosedur referensi.

Molisch dikenal sebagai uji permulaan untuk mengetahui ada agtau tidaknya senyawa karbohidrat di dalam sampel. Penggunaan reagen molish yang terbuat dari 100 gram alfanatol dalam 100ml alcohol menjadi ciri khas dalam uji kualitatif tersebut. Hasil yang positif ditandai dengan terciptanya lapisan ungu pada sampel dan jika asam sulfat dimasukkan perlahan ke dalam larutan karbohidrat melalui dinding tabung reaksi dapat tercipta cincin berwarna ungu yang menjadi batas antara karbohidrat dengan asam sulfat, hal ini disebabkan karena proses hidrolisa karbohidrat menjadi monosakarida oleh asam sulfat, monosakarida tersebut kemudian berubah menjadi furfural atau hidroksi metil furfural karena mengalami dehidrasi. Selanjutnya furfural tersebut akan

mengalami interaksi (kondensasi) dengan alfanaftol yang akan menimbulkan terlihatnya senyawa komplek berwarna ungu. Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui fungsi dari alfanaftol adalah sebagai pembentuk cincin ungu sedangakan alcohol digunakan untuk melindungi kerusakan karbohidrat terhadap kombinasi asam sulfat. Sampel serum darah yang telah diberi perlakuan uji molish pad video, terlihat memiliki cincin berwarna ungu seperti yang terlihat pada tabung reaksi pembanding sehingga dapat dikatakan bahwa sampel serum darah mengandung karbohidrat.

Selanjutnya adalah uji benedict yang dilakukan langsung oleh praktikan di dalam lab biokimia farmasi UAD. Uji yang menggunakan benedict sebagai reagennya ini merupakan uji pembuktian adanya gula pereduksi. Pengujian akan dikatakan positif jika terbentuk endapan berwarna merah bata setelah dilakukan pemanasan, endapan ini membuktikan adanya gula pereduksi dalam sampel (semua golongan monosakarida). Dalam proses pengujian, pemanasan dilakukan untuk

mempercepat proses hidrolisis pada laktosa sedangkan natrium sulfat dan natrium karbonat dalam reagen benedict akan membuat suasana larutan sampel menjadi basa lemah untuk direduksi.

Endapan merah bata (Cu2O) terbentuk karena adanya reduksi Cu2+ menjadi Cu + yang dilakukan oleh karbohidrat kepada larutan tembaga dalam suasana alkali. Hasil yang didapat adalah terlihat perubahan warna dari biru terang menjadi merah bata dan terdapat endapan merah bata pada tabung reaksi dengan sampel berupa laktosa 1%, sukrosa 1% dan glukosa 1% setelah dilakukan pemanasan. Sampel serum darah yang semula berwarna biru terang, tidak mengalami perubahan setelah dilakukan pemanasan yang menandakan tidak terdapat gula pereduksi di dalamnya.

Uji kualitatif ketiga adalah uji barfoed. Uji berfoed hampir sama dengan uji benedict, yang membedakan adalah suasana mediumnya yang asam. bertujuan untuk mengetahui adanya

monosakarida pereduksi di dalam suatu sampel. Hasil positif diketahui jika terjadi perubahan warna sampel etelah dilakukan pemanasan dari biru tereng (reaksi monomer gula dengan fosfomolibdat ) menjadi merah bata disertai endapan (merah bata) yang disebabkan oleh reaksi larutan barfoed dengan monosakarida. Sampel yang tidak memberikan perubahan warna digolongkan sebagai polisakarida. jika terjadi perubahan tetaapi memerlukan pemanasan yang lebih lama, gula terssebut digolongkan sebagai disakarida. Hal ini disebabkan proses hidrolisis oleh asam terhadap polisakarida

(2)

maupun disakarida yang mempunyai kadar monosakarida lebih sedikit disbanding sampel

monosakarida itu sendiri. Didapatkan hasil negative terhadap sampel serum darah yang artinya tidak terdapat gula pereduksi di dalamnya, tetapi untuk 3 sampel lainnya (laktosa 1%, sukrosa 1% dan glukosa 1%) terlihat perubahan warna mejadi merah-merah bata yang menandakan hasil positif.

Uji seliwanoff menrupakan uji kualitatif yang dilakukan praktikan di laboratorium biokimia farmasi UAD dengan tujuan untuk mengetahui suatu sampel merupakan gula ketosa (mempunyai gugus keton) atau aldose (gugus aldehid). Penggunaan reagen seliwanoff memiliki prinsip yaitu dengan mendehidrasi larutan karboohidrat yang menghasilkan furfural sehingga mengalami

kondensasi dan membentuk kompleks berwarna merah bata. Menurut sumber literatur oleh Hawab (2003) diketahui bahwa larutan fruktosa dan sukrosa mrupakan gula yang mengandung gugus keton karena terdapat perubahan warna larutan menjadi merah bata sedangkan glukosa dan sampel darah yang dimiliki oleh praktikan merupakan gula yang memiliki gugus aldehid (aldosa). Pada uji

seliwanoff ini didapatkan hasil positif pada larutan sampel sukrosa dan fruktosa.

Uji yang terakhir merupakan jenis uji kuantitatif karbohidrat menggunakan metode GOD PAP dengan tujuan sebagai alat banatu penetapan kadar glukosa dalam darah. Metode ini berjalan secara enzimatik oleh glukosa oksidase para-amino phenazone. Glukosa mengalami oksidasi oleh GOD sehingga terbentuk H2O2 yang kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-aminoantipirin dengan katalis enzim POD sehingga membentuk quinoneimine. Terdapat 4 buah sampel uji yaitu aquadest sebagai blanko, larutan standar glucose sebagai larutan standar dan 3 buah tabung teraksi yang berisi masing-masing 10 mikroL serum darah. Kelima tabung berisi sampel tersebut diberikan reagen GOD dan dilakukan inkubasi seala 10 menit dengan suhu 37 derajat selsius. Tujuan dilakukannya inkubasi adalah agar enzim GOD PAP dapat bereaksi optimum. Jika waktu inkubasi kurang dari referensi yang ditentukan, enzim tidak akan bereaksi sempurna dan jika melebihi waktu referensi, enzim akan terdegradasi. Pengukuran absorbansi gelombang dengan rentang 500nm-6000nm dilakukan sesuai prosedur spektrofotometer UV-Vis dan hasilnya akan dimasukkan ke dalam rumus penetapan kadar gula dalam darah. Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa kadar gula dalam darah dari sampel tersebut adalah sebesar 29,92 mg/dL. Hal ini menunjukan bahwa subjek sampel mengalami hipoglikemia. Hasil tersebut merupakan hasil yang begitu rendah sedangkan pendonor tidak terlihat mengalami hipoglikemia jika ditinjau melalui beberapa aspek lainnya, dalam kata lain, terdapat kesalahan sewaktu memberikan perlakuan pada standar glucose yang membuat panjang gelombang menjadi tidak sesuai. Standar glucose seharusnya diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan, namun pada praktikum kali ini tidak dilakukan pengenceran.

Simpulan

1. Terdapat dua golongan besar uji karbohidrat yaitu uji kuantitatif dan uji kualitatif.

2. Beberapa contoh uji kuantitatif karbohidrat adalah uji Molisch, benedict, barfoed, dan seliwanoff

3. Salah satu contoh uji kualitatif karbohidrat adalah pengujian dengan metode GOD-PAP 4. Pada saat praktikum, serum darah diketahui memiliki hasil negative dalam uji benedict dan

seliwanoff.

5. Akibat mayor mistakes, didapatkan kadar glukosa dalam darah subjek sampel sebesar 29mg/dL yang menandakan subjek mengalami hippoglikomia.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 4, bilangan kromatik graf adalah 4, terlihat bahwa warna-1(kuning) adalah v 2 dan v 3 , warna-2(biru) adalah v 5 dan v 6 , warna-3 (merah) adalah v 8 dan v 9

Pada Tugas Akhir ini, ingin mengetahui perbedaan biaya dan waktu pelaksanaan yang dibutuhkan pada pekerjaan dinding dengan tiga jenis material yang berbeda yaitu bata merah, bata ringan