DESCRIBE COUNSELOR’S EFFORT TO USE ASSERTIVE TRAINING TECHNIQUE TO OVERCOME SOCIAL-INTERACTION PROBLEMS OF STUDENTS
AT SMPN 1 BATANG KAPAS.
By:
Viska Yuwantri * Dr. Helma, M.Pd**
Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons**
*Student
** lecturers
Guidance and Counseling Study Program, STKIP PGRI West Sumatera
ABSTRACT
This study has background of phenomena that writer encountered in SMPN 1 Batang Kapas which are some students cannot assert their displeasure and anger, some students find it difficult to say
“no”, counselor is not aware the need to implement assertive training technique to overcome social- interaction problems among students, and counselor is not aware about the importance of assertive training technique to overcome social-interaction problems among students. This study is purposed to describe counselor’s effort to use assertive training technique to overcome social-interaction problems of students at SMPN 1 Batang Kapas. This study was conducted by descriptive-qualitative approach.
Study informants were: one main informant i.e. counselor at SMPN 1 Batang Kapas and two additional informants where one informant was student with assertive behavior and one student without assertive behavior. Instrument that writer used in this study was guided-interview. The Data was analyzedby data reduction, data presentation, and summarize.Study finding revealed that counselor had been implemented assertive training technique appropriately according to prevailed standard operational procedures (SOP). Counselor was also capable to deliver assertive training technique according to student’s problems. To give more efforts on assertive training technique for students.
Keyword: Assertive training, counselor, student.
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam melakukan aktivitas sehari–hari. Pada Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan mempunyai
peranan penting dalam kehidupan, baik pendidikan formal maupun non formal.Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya, bahkan secara ekstern manusia akan mempunyai arti jika ia mampu membina hubungan yang harmonis dengan manusia yang lain tempat ia berinteraksi. Menurut Ahmadi (2002: 54) ”Interaksi sosial adalah kehidupan manusia dalam masyarakat mempunyai 2 individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”.Dalam lingkungan sekolah terjadi interaksi sosial antara komponen-komponen pendukungnya
yang memiliki status yang berbeda-beda, Misalnya kepala sekolah, guru, siswa, pegawai sekolah, dan komponen lainnya.Dalam interaksi teman sebaya, terdapat banyak siswa mengalami kendala seperti sulitnya melakukan penolakan terhadap ajakan teman. Disinilah pentingnya peranan guru BK. Guru BK disekolah dapat membantu peserta didik yang mengalami masalah. Adapun kesulitan dan masalah yang dialami peserta didik sangat banyak, salah satunya yaitu masalah sulitnya peserta didik untuk berperilaku asertif.Teknik Assertive Training adalah teknik yang bisa diterapkan pada situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan/ menegaskan diri adalah tindakan yang benar. Dalam hal ini.guru BK dapat memberikan teknik assertive training kepada peserta didik yang mengalami permasalahan tentang perilaku peserta didik yang tidak asertif.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 24 November 2015 dengan dua orang peserta didik, salah satu peserta didik mengungkapkan bahwa ia tidak mampu dalam menyatakan kejengkelan dan kemarahan kepada salah satu temannya.
Setelah diberikan teknik assertive training, peserta didik tersebut memahami bagaimana bisa bersikap tegas terhadap temannya tanpa harus merasa takut.Namun, ada juga peserta didik yang sudah diberikan pelatihan teknik assertive training, tetapi dalam pengaplikasiannya peserta didik tersebut merasa takut dan kurang yakin.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru BK di SMP 1 Batang Kapas pada tanggal 15 September 2015 , guru BK mengatakan bahwa berdasarkan pelaksanaan konseling perorangan dapat ditafsirkan masih banyak peserta didik yang tidak mampu dalam menyatakan fikiran dan perasaannya kepada orang lain. Sehingga, dengan ketidakmampuan peserta didik untuk menegaskan fikiran dan perasaannya itu, banyak peserta didik yang merasa terpaksa untuk mematuhi perintah dari temannya walaupun itu tidak sesuai dengan keinginannya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Upaya guru BK
menggunakan Teknik Assertive Training dalam mengatasi masalah interaksi sosial peserta didik di SMPN 1 Batang Kapas”.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang telah laksanakan pada bulan Juni 2016.Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan adalah di SMPN 1 Batang Kapas Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif.Metode deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk deskripsi mengenai situasi-situasi serta kejadian.Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah guru BK yang mengajar di SMPN 1 Batang Kapas.Sedangkan pihak yang dapat dijadikan sebagai informan tambahan adalah dua orang peserta didik di SMPN 1 Batang Kapas.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data nominal. Menurut Sugiyono (2014: 23)
“Data nominal biasanya diperoleh dari penelitian yang bersifat ekploratif atau survey”. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berkenaan dengan upaya Guru BK menggunakan teknik assertive training dalam mengatasi masalah interaksi sosial peserta didik di SMPN 1 Batang Kapas.Sumber data dalam penelitian ini adalah primer dan data sekunder. Menurut Iskandar (2009: 118) “data primer adalah data yang berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya”.
Data primer dalam penelitian ini adalah kata- kata yang diperoleh melalui wawancara dengan informan penelitian yaitu dengan guru BK yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Menurut Iskandar (2009: 119) “Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan”. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari informan tambahan yaitu dua orang peserta didik yang mengalami masalah tidak asertif.
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi dokumentasi.Ada empat kriteria untuk
menetapkan keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kepercayaaan (Credibility) 2. Keteralihan (Transferability) 3. Kebergantungan (Depenability) 4. Kepastian (Confirmability)
Sedangkan analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman.
Dalam melakukan analisis data model Miles dan Huberman
, ada tiga macam langkah analisis data kualitatif yang dilakukan, yaitu:
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data (Display Data) 3. Mengambil Kesimpulan (Verifikasi) HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Menegaskan Kondisi Khusus Dimana Perilaku Tidak Asertif
Informan tambahan menegaskan bahwa informan kunci memintanya untuk menceritakan masalah yang ia alami. Ia merasa jengkel dengan temannya.Ia juga mampu mengungkapkandan menegaskan dimana kondisi tidak asertifnya terjadi kepada informan kunci.
2. Hasil Mengidentifikasi Target Perilaku dan Tujuan
Informan kunci mengarahkan pola fikir peserta didik sehingga peserta didik dapat mengambil sikap yang semestinya melalui konseling perorangan. Informan kunci memberikan arahan agar ia mampu untuk berperilaku tegas dengan temannya. Selain itu, informan kunci memberi contoh-contoh yang sesuai dengan masalahnya.
3. Hasil Menetapkan Perilaku yang Tepat dan yang Tidak Tepat
Cara informan kunci untuk mengetahui tepat atau tidaknya peserta didik terkait assertive training yaitu informan kunci mengetahuinya dari apa yang diungkapkan oleh peserta didik.
4. Hasil Membantu Klien Membedakan Perilaku yang Tepat dan Tidak Tepat.
Informan kunci membantu peserta didik dalam membedakan perilaku yang tepat dan tidak tepat dengan memberikan contoh-contoh yang bisa dipahami oleh peserta didik. Selama proses konseling perorangan, peserta didik terlihat mampu membedakan antara perilaku tepat dan tidak tepat.
5. Hasil Mengeksplorasi Ide, Sikap, dan Konsep Irrasional.
Informan kunci membantu peserta didik mengeluarkan ide sesuai dengan peserta didik seperti informan kunci memberikan contoh- contoh yang mudah dipahami. Informan kunci berkomunikasi dengan baik sertamenggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga ia tahu dan mengerti arahan dan saran yang telah dijelaskan oleh informan kunci.
6. Hasil Mendemonstrasikan respon yang tepat.
Informan kunci secara langsung meminta peserta didik untuk mencontohkan perilaku yang tepat.Peserta didik juga mampu untuk mencontohkan perilaku yang tepat dimana mengandaikan informan kunci sebagai temannya.
7. Hasil Melaksanakan Latihan (Behavior rehearsal).
Informan kunci membantu peserta didik dalam pelaksanaan latihan asertif. Informan kunci memperhatikan cara bicara, dan juga ekpresi peserta didik dalam pelatihan asertif.
Lalu informan kunci memberikan saran dan masukan misalnya, menyusun kata-kata yang tepat pada saat latihan.
8. Hasil Mempraktikkan perilaku asertif.
Informan kunci membantu membimbing peserta didik dalam mempraktikkan perilaku asertif.Informan kunci melatihnya dengan sangat baik dan memberikan instruksi yang sangat jelas sehingga ia memahami apa dan bagaimanadalam mengentaskan masalah yang ia alami.
9. Hasil Memberikan Tugas Rumah (Homework assignment)
Informan kunci memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk mempraktikkan perilaku asertif dalam kehidupan sehari.Sehingga dengan berlatih membuat peserta didik lebih percaya diri dan berani dalam berperilaku asertif.
10. Hasil Memberikan Penguatan.
Dalam hal ini, informan kunci memberikan penguatan kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu untuk selalu berperilaku asertif dalam kehidupan sehari-harinya.
Berdasarkan studi dokumentasi berupaRPLyang peneliti peroleh dari informan kunci di SMPN 1 Batang Kapas,dapat peneliti jelaskan bahwa informan kunci di SMPN 1 Batang kapas melakukan konseling perorangan untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik terkait dengan perilaku peserta didik yang tidak asertif sebanyak dua kali dengan dua orang klien yang berbeda.Dua permasalahan tersebut, diselesaikan oleh informan kunci dengan menggunakan layanan konseling perorangan yang menggunakan teknik assertive training sebagai teknik untuk mengentaskan permasalahan klien.Berdasarkan studi dokumentasi berupaLapelprog yang peneliti peroleh dari guruBK di SMPN 1 Batang Kapas,dapat peneliti jelaskan bahwa layanan konseling perorangan terhadap informan tambahan satu dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 September 2015 di ruang BK.
Sedangkan layanan konseling perorangan terhadap informan tambahan dua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 November 2015.
Dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan, informan kunci melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil terhadap informan satu dan informan dua. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian tujuan dan keberhasilan dari pelaksanaan layanan yang telah diberikan kepada klien.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Sebagai makhluk sosial, seorang individu perlu menjalin interaksi dengan individu lainnya agar dapat hidup selaras di dalam lingkungannya.Interaksi sosial bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.Menurut Fitriyah (2014: 231) Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan- hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, dimana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Dengan adanya interaksi sosial, memungkinkan terjadinya komunikasi antar individu dan kontak fisik, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok.Interaksi sosial juga bisa terjadi di lingkungan sekolah.
Disekolah terdapat guru pembimbing yang bertugas untuk bisa membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang dialaminya. Menurut Sukardi, 2003 (Memora, 2011: 11) guru Bimbingan dan Konseling sebagai konselor sekolah (school counsellor) yakni sebagai profesional, artinya secara formal mereka teah dipersiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang wewenang. Mereka di didik untuk memiliki seperangkat ilmu dan kopetensi yang diperlukan bagi pekerjan Adapun yang dimaksud dengan Guru Bimbingan dan Konseling adalah seorang yang telah memiliki wawasan yang luas dan mampu bertanggung jawab atas tugas, wewenang serta hak penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
Serta dengan potensi keprofesionalnya guru bimbingan dan konseling juga mampu menelaah peserta didik untuk menemukan kekuatan, kelemahan, kebiasaan dan kesulitan yang dihadapinya
Peserta didik yang mengalami permasalahan dalam penelitian ini khususnya adalah masalah kurang mampu dalam berperilaku asertif dengan menggunakan Assertve training.Masalah yang terkait dengan permasalahan kurang tegasnya
seseorang terhadap dirinya maupun orang lain yang ada disekitarnya. Teknik ini dilatihkan berulang-ulang, sehingga nantinya klien tersebut akan mampu untuk tegas dalam kehidupannya sehari-hari. Houston, 1977 (Nursalim, 2013: 141) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Latihan asertif merupakan suatu program belajar untuk mengajar manusia dapat mengekspresikan perasaan dan fikirannya secara jujur dan tidak membuat orang lain terancam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan rekapitulasi hasil penelitian tentang upaya guru BK menggunakan teknik assertive training dalam mengatasi masalah interaksi sosial peserta didik di SMPN 1 Batang Kapas, dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:
1. Menegaskan kondisi khusus di mana perilaku tidak asertif terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Menegaskan kondisi khusus di mana perilaku tidak asertif terjadi adalah Guru BK mampu mengidentifikasi perilaku tidak asertif yang terjadi pada peserta didik. Disamping itu, Peserta didik juga mampu menjelaskan dan mengungkapkan kondisinya yang tidak asertif kepada guru BK.
2. Mengidentifikasi target perilaku dan tujuan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Mengidentiifkasi target perilaku dan tujuan adalah Guru BK mampu mengarahkan peserta didik untuk mencapai perilaku asertif sesuai dengan tujuan diberikannya teknik assertive training kepada peserta didik. Kemudian, peserta didik mampu memahami tujuannya mengikuti teknik assertive training yang diberikan oleh guru BK.
3.Menetapkan perilaku yang tepat dan tidak tepat.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Menetapkan perilaku yang tepat dan tidak tepat adalah Guru BK memberikan contoh- contoh untuk memahamkan peserta didik
tentang perilaku tepat dan tidak tepat.
Kemudian, peserta didik dapat memahami contoh yang diberikan oleh guru BK. Sehingga terjadi kesinambungan dalam pelaksanaan teknik assertive training.
4.Membantu klien membedakan perilaku tepat dan tidak tepat.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Membantu klien membedakan perilaku tepat dan tidak tepat adalah Guru BK memberikan perumpamaan untuk membantu peserta didik agar mudah membedakan antara perilaku tepat dan perilaku tidak tepat. Disamping itu, peserta didik dapat memahami perumpamaan yang diberikan oleh guru BK.
5.Mengekplorasi ide, sikap, dan konsep irasional.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Mengekplorasi ide, sikap, dan konsep irasional adalah Guru BK menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik.Peserta didik juga mampu untuk mengungkapkan apa yang belum dipahaminya kepada guru BK selama pelaksanaan teknik assertive training.
6. Mendemonstrasikan respons yang tepat Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Mendemonstrasikan respons yang tepat adalah Guru BK meminta dan membimbing peserta didik untuk mencontohkan perilaku yang tepat. Peserta didik secara langsung mendemonstrasikan perilaku asertif yang diperolehnya melalui konseling perorangan di hadapan guru BK.
7.Melaksanakan latihan (behavior rehearsal)
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Melaksanakan latihan (behavior rehearsal) adalah Guru BK memperhatikan cara berbahasa dan ekspresi peserta didik pada saat berlatih asertif. Peserta didik juga secara terbuka dan antusias mendengarkan arahan dan masukan dari guru BK.
8.Mempraktikkan perilaku asertif
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Mempraktikkan perilaku asertif adalah Guru BK memberikan arahan, saran serta masukan
kepada peserta didik terhadap praktik perilaku asertif yang telah dilakukan oleh peserta didik.
Peserta didik juga menerima saran dan masukan yang diberikan oleh guru BK dengan sangat baik.
9.Memberikan tugas rumah (homework assignment)
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Memberikan tugas rumah (homework assignment)adalah Guru BK memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk berlatih asertif, agar tujuan pelaksanaan teknik assertive training dapat tercapai secara optimal. Kemudian, peserta didik pun bersedia untuk berlatih berperilaku asertif di rumah sesuai dengan arahan dari guru BK.
10.Memberikan penguatan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam Memberikan penguatan adalah Guru BK memberikan penguatan kepada peserta didik agar peserta didik yakin bahwa ia mampu mengaplikasikan perilaku asertif.Peserta didik termotivasi untuk dapat berperilaku asertif dengan baik.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut:
1. Guru BK, Sebagai bahan masukan agar lebih mengupayakan pemberian teknik assertive training yang lebih baik lagi kepada peserta didik.
2. Peserta Didik, sebagai bahan masukan agar lebih memanfaatkan teknik assertive training untuk mengentaskan permasalahan interaksi sosial yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Program Studi BK, Sebagai bahan masukan agar dapat mempersiapkan lulusan yang memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (WPKNS) khususnya dalam pengaplikasian teknik assertive training.
4. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan untuk mengembangkan penelitian khususnya terkait dengan assertive training yang lebih baik dari penelitian ini.
KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fitriyah Lailatul dan Jauhar Mohammad.
2014. Pengantar Psikologi Umum.
Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Memora, Rahika. 2011. Upaya Guru Pembimbing Mengembangkan Keterampilan Berkomunikasi Peserta Didik dalam Bidang Pengembangan Sosial. Padang: STKIP PGRI Sumbar.
Nursalim, Mochamad. 2013. Strategi dan Intervensi Konseling. Jakarta:
Akamedia Permata.
Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) UU RI No. 20 Th. 2003. Jakarta: Sinar Grafika.