• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nur Yapiyo Tihurua Pendidikan Sosiologi : Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Nur Yapiyo Tihurua Pendidikan Sosiologi : Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)MAKNA SIMBOLIK DALAM PROSESI PERKAWINAN ADAT BUGIS BONE DI KABUPATEN BONE. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendididkan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH :. Nur Yapiyo Tihurua : 105382815 13. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KEGURUAN DAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017.

(2) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Alamat: Jalan Sultan Alauddin No. 259 MakassarFax (0411) 860 132 Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info. PENGESAHAN SKRIPSI Nama Stambuk Program Studi Fakultas Dengan Judul. : Nur Yapiyo Tihurua : 105382815 13 : Pendidikan Sosiologi : Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah. Setelah diperiksa dan diteliti ulang, Skripsi ini dinyatakan memenuhi persyaratan untuk diseminarkan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Disetujui Oleh Pembimbing I. Pembimbing II. Dra. Hidayah Quraisy, M.Pd.. Sitti Asnaeni, AM., S.Sos., M.Pd.. Diketahui Dekan FKIP. Ketua Jurusan. Unismuh Makassar. Pendidikan Sosiologi. Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd., Ph.D. NBM. 860 934. Dr. H. Nursalam, M.Si. NBM. 951 829. iii.

(3)

(4) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Alamat: Jalan Sultan Alauddin No. 259 MakassarFax (0411) 860 132 Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info. PERSETUJUAN PEMBIMBING. Judul Skripsi. : Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah. Mahasiswa yang bersangkutan: Nama Stambuk Program Studi Fakultas. : : : :. Nur Yapiyo Tihurua 105382815 13 Pendidikan Sosiologi Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Setelah diperiksa dan diteliti ulang, Skripsi ini dinyatakan memenuhi persyaratan untuk diujikan. Makassar, Agustus 2017 Disetujui Oleh Pembimbing I. Pembimbing II. Dra. Hidayah Quraisy, M.Pd.. Sitti Asnaeni, AM., S.Sos., M.Pd.. Diketahui Dekan FKIP. Ketua Jurusan. Unismuh Makassar. Pendidikan Sosiologi. Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd., Ph.D. NBM. 860 934. Dr. H. Nursalam, M.Si. NBM. 951 829 iii.

(5) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Alamat: Jalan Sultan Alauddin No. 259 MakassarFax (0411) 860 132 Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info. PENGESAHAN SKRIPSI Nama Stambuk Program Studi Fakultas Dengan Judul. : Nur Yapiyo Tihurua : 105382815 13 : Pendidikan Sosiologi : Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah. Setelah diperiksa dan diteliti ulang, Skripsi ini dinyatakan memenuhi persyaratan untuk diseminarkan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Disetujui Oleh Pembimbing I. Pembimbing II. Dra. Hidayah Quraisy, M.Pd.. Sitti Asnaeni, AM., S.Sos., M.Pd.. Diketahui Dekan FKIP. Ketua Jurusan. Unismuh Makassar. Pendidikan Sosiologi. Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd., Ph.D. NBM. 860 934. Dr. H. Nursalam, M.Si. NBM. 951 829. iv.

(6)

(7) MOTTO Selalu Ada Jalan Bagi Mereka Yang Sungguh-sungguh dalam Berusaha dan Senantiasa Ber-do’a Kepada Allah Swt.. Apabila manusia melakukan pendekatan diri kepada Tuhan pencipta mereka dengan beramacama-macam kebaikan, maka mendekatlah engkau dengan akalmu, niscaya engkau merasakan nikmat yang lebih bangak, yaitu dekat dengan manusia di dunia dan dekat dengan Allah di akhirat. Hadits Rasulullah Saw-. PERSEMBAHAN Karya sederhana ini saya persembahkan kepada kedua orang tua Ayahanda Abd Ajid Tihurua dan Ibunda Syarifa Selano terimakasih atas semua dukungan, doa, nasihat, serta motivasi yang selalu di berikan kepada penulis. Kepada Saudara-saudariku serta teman-teman yang selalu memberikan dorongan positif kepada penulis.. vi.

(8) KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah” Penulis menyadari bahwa setiap perjuangan untuk mencapai sebuah keberhasilan, hambatan dan rintangan selalu berdampingan. Tetapi berkat rahmat dan petunjuknya, hambatan dan rintangan selalu disertai dengan kemudahan, usaha serta do’a sehingga penulis bisa menjalani semua dengan baik. Proposal tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan moril dan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Abd Ajid Tihurua dan Syarifa Selano serta keluarga besar yang telah mendidik, mengasuh dengan kasih sayang yang luar biasa serta rela berkorban demi kebahagian dan kesuksesan penulis dunia maupun akhirat. Dr.. Abd. Rahman. Rahim,. SE.MM,. selaku. Rektor. Universitas. Muhammadiyah Makassar. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. H. Nursalam M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar dan Dr. Muhammad Akir S.Pd., sekertari Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar..

(9) Dra. Hidayah Quraisy, M.Pd. pembimbing I yang telah memberikan dorongan, arahan dalam pembuatan skripsi ini. Sitti Asnaeni, AM., S.Sos., M.Pd. pembimbing II, seluruh dosen pada Jurusan Pendidikan Sosiologi, FKIP Unismuh Makassar yang telah membekali penulis berbagai pengetahuan selama proses perkuliahan sampai pada penyusunan proposal dan skripsi ini. Bapak dan ibu dosen jurusan pendidikan sosiologi FKIP Unismuh Makassar yang telah memeberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis di bangku perkuliahan. Sahabat-sahabat saya Riskawati, Wirawan Nugraha Pratama, Nur Arnas Latuconsina, Asrianti Syarief, Musdaleni Mustakim, Rismawati, Ashari Ramlan, dan terkhusus Iksanul Karim. Kalian adalah salah satu anugerah terindah dalam hidup saya yang di berikan Tuhan, Terimakasih karena selalu ada dalam berbagi suka duka bersama, semoga pesahabatan kita selalu tejaga selamanya, aamiin. Rekan-rekan mahasiswa jurusan pendidikan sosiologi atas kebersamaan dan kerja samanya selama menempuh perkuliahan yang selalu ada ketika penulis dalam keadaan suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Karenanya, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak, semoga semua bantuan yang diberikan benilai ibadah di sisi Allah Swt Aamiin.. Makassar, November 2017.

(10) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................i LEMBARAN PENGESAHAN ...............................................................................ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................................................iii SERAT PERNYATAAN .........................................................................................iv SURAT PERJANJIAN ............................................................................................v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................................vi ABSTRAK ................................................................................................................vii KATA PENGANTAR..............................................................................................viii DAFTAR ISI.............................................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................5 C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................5 D. Manfaat Penelitian .........................................................................................5 E. Definisi Operasional ......................................................................................6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ...................................................................................................9 1. Pengertian Makna Sosial..........................................................................11 2. Pengertian Pela ........................................................................................13 3. Pengertian Gandong.................................................................................17 4. Definisi Masyarakat .................................................................................19. ix.

(11) 5. Teori Interaksi Sosial ...............................................................................28 6. Teori fenomenologi .................................................................................32 B. Kerangka Pikir ...............................................................................................33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...............................................................................................35 B. Lokus Penelitian.............................................................................................35 C. Informan Penelitian........................................................................................35 D. Fokus Penelitian.............................................................................................36 E. Instrumen Penelitian ......................................................................................36 F. Jenis dan Sumber Data...................................................................................36 G. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................37 H. Teknik Analisis Data......................................................................................39 I. Teknik Keabsahan Data .................................................................................40 J. Jadwal Penelitian ..........................................................................................42 BAB IV GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Sepa.............................................................................43 B. Letak geografis wilayah penelitian ................................................................44 BAB V MAKNA SOSIAL PELA GANDONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SEPA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Hasil Penelitian ..............................................................................................50. x.

(12) B. Interpretasi atau Kesimpulan Penelitian ........................................................55 C. Cara Kerja Teori.............................................................................................56 BAB. VI. PERAN. PELA. MASYARAKAT. GANDONG SEPA. DALAM. SEBELUM. KEHIDUPAN. DAN. SESUDAH. KONFLIK DI AMBON A. Hasil Penelitian ..............................................................................................58 B. Interpretasi atau Kesimpulan Penelitian ........................................................63 C. Cara Kerja Teori.............................................................................................63 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN..............................................................................................65 B. SARAN ..........................................................................................................66 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................x LAMPIRAN..............................................................................................................xi RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................xii. xi.

(13) 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nusantara memiliki ragam budaya hayati yang membentuk Indonesia menjadi bangsa yang utuh. Dalam perjalanan kebangsaan, Indonesia kerap dihadapkan pada kondisi pasang-surut namun Indonesia mampu menjawab tantangan jaman dengan luar biasa yaitu dengan beradab dan berbudaya, khususnya dalam mengatasi friksi atau pergeseran yang menimbulkan perbedaan serta perpecahan di tatanan sosial masyarakat. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang berbeda-beda oleh karena setiap masyarakat/suku memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan suku yang lain. Masyarakat Sepa adalah salah satu masyarakat Indonesia yang berada di kawasan Ambon Maluku Tengah. Setiap masyarakat pastilah memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat lainnya yang menjadi penanda keberadaan suatu masyarakat/suku. Begitu juga dengan masyarakat Sepa yang memiliki karekteristik kebudayaan yang berbeda. Keunikan karakteristik suku Sepa ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya dan semua itu masih eksis di tengah jaman modern seperti. 11.

(14) 2. sekarang ini, terbukti setiap lima tahun sekali pemilihan raja yang dilakukan oleh kedua suku ini dan tidak lupa mereka menjalankan semua upacara adat yang telah ada sejak jaman nenek moyangnya, karena mereka berkeyakinan bahwa jika tidak dilaksanakan upacara tersebut maka akan mendatangkan malapetaka bagi kedua suku tersebut. Kebudayaan menjadi sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari manusia karena apa yang dilakukan oleh manusia adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri, sehingga kebudayaan dibentuk dan berasal dari manusia. Geertz mendefenisikan kebudayaan sebagai sistem simbol yang memiliki tiga elemen yaitu isi, bentuk dan fungsi. Isi dalam budaya adalah sesuatu yang berhubungan dengan objek material budaya, bentuk adalah pola yang mengatur isi tersebut, dan fungsi adalah kegunaan dari isi dan bentuk dalam hidup manusia yang akan dikomunikasikan dari generasi satu ke generasi yang lain (Keuning, 2005 : 59-61). Dengan demikian sesuatu disebut sebagai budaya adalah sesuatu yang memiliki makna, struktur dan diteruskan dari generasi satu ke generasi yang lain. Tahun 1999 ketika konflik Ambon terjadi, banyak media yang memberi informasi tentang agama sebagai pertentangan dasar konflik Ambon. Seketika itu fungsi agama sebagai bagian dari budaya yang memiliki sisi damai tidak lagi dipertanyakan. Disinilah adat mendapatkan kebangkitannya, fungsi adat sebagai pemersatu kemudian mulai bermunculan dalam berbagai tulisan atau pemikiranpemikiran, menjadi objek kajian faktual dalam konflik Ambon 1999. Strukturstruktur tua adat kembali digaungkan dalam rangka rekonsiliasi dan perdamaian, Pela-Gandong adalah salah satu bentuk adat yang dinilai memiliki fungsi.

(15) 3. sebagaisalah satu elemen budaya untuk mendamaikan atau sebagai alat perdamaian di. Maluku. Keberadaan pela gandong sendiri, kita lihat hanya. mencakup daerah Kabupaten Maluku Tengah karena kondisi yang terdapat pada Maluku Tengah yang mayoritasnya Islam dan Kristen. Bukan berarti pela gandong hanya mencakup Islam dan Kristen, namun karena dilihat dari kondisi sehabis masa konflik yang terjadi di Maluku maka pela gandong antara dua negeri yang berlainan agama harus lebih dipererat, karena mungkin dengan cara itu dapat terciptanya suatu kerukunan antara umat beragama.. Sebenarnya jika diperhatikan, bahwa di daerah Maluku konflik antara masyarakat bukan hanya terjadi karena pemicu persoalan Agama masing-masing, melainkan juga karena adanya perbedaan ras, suku, dan mungkin budaya antara kedua negeri. Negeri yang bertikai karena masalah itu kebanyakan melibatkan dua atau lebih negeri-negeri yang mayoritas penduduknya seagama seperti Islam dan Islam juga Kristen dan Kristen juga kedua negeri yang saling bertikai itu letaknya saling berdekatan atau bersebelahan. Jadi solusinya agar tidak akan terjadi hal seperti itu, pemerintah dapat memberlakukan budaya pela gandong terhadap dua negeri yang penduduknya bermayoritas seagama, sehingga diharapkan dari kedua negeri tersebut dapat saling menghargai satu sama lain dan juga dapat terciptanya suatu kebersamaan yang lebih erat agar Maluku dapat terlepas dari masalahmasalah berupa konflik antara suku, agama, dan juga ras yang mungkin akhirakhir ini sering terjadi..

(16) 4. Frank. Cooley. dalam. Ambonese. Adat:. A. General. Description. menyebutkan pentingnya adat dalam kehidupan bermasyarakat di Ambon, antaralain; Adat adalah pemberian nenek moyang atau leluhur dan harus di patuhi, adat juga merupakan representasi dari perintah leluhur sebagai pendiri komunitas. Adat adalah sebuah hukum dalam mengatur kehidupan bermasyarakat didalam komunitas (1962). Kedua dimensi ini saling berhubungan satu dengan yanglain. Dalam penjelasannya, Cooley menguraikan bahwa Leluhur adalah pendiri dari komunitas, mendirikan desa dan menetapkan adat sebagai sebuah sistem yang mengatur hidup mereka dimasa kini maupun mengatur hidup keturunan mereka di masa depan. Cooley menambahkan bahwa mereka yang menjalankan adat mendapatkan berkat dari leluhur (Tete Nene Moyang), sedangkan mereka yang mengabaikan adat mendapat sebuah kutukan, Sebagai suatu sistem hubungan perjanjian atau sekutu, hubungan Pela ini telah ada sebelum bangsa Eropa mendaratkan kaki di Maluku. Hubungan ini kemudian dipererat kembali pada abad ke-16 dan 17 dalam rangka memperkuat pertahanan daerah atas serangan-serangan yang dilancarakan oleh bangsa Portugis dan Belanda. Sejak saat itu, bermunculan banyaknya Pela baru untuk melawan penjajahan Belanda yang dikenal dengan perang Pattimura pada awal abad ke-19, dan hingga kini Pela-pela itu masih berada dan tetap dipatuhi oleh masyarakat setempat. Adapun alasan peneliti mengangkat judul penelitian ini adalah sistem pela gandong sendiri hanya terdapat di maluku, dan merupakan salah satu sistem kebudayaan yang digunakan oleh pemerintah Maluku dalam meminimalisir.

(17) 5. konflik antar agama, ras. yang sering terjadi. Pela gandong juga memiliki. karakteristik serta keunikan tersendiri dari sekian banyak budaya yang ada di indonesia, dan sistem pela gandong ini masih bertahan dan tetap dilestarikan oleh penduduk desa-desa di maluku meski sudah berada pada jaman modern seperti sekarang ini. Terutama pada desa sepa tempat peneliti malakukan penelitian. Dengan demikian sangat menarik perhatian peneliti untuk mengkaji dan mendalami lebih jauh makna yang terkandung pada tradisi pela gandong dalam kehidupan sosial masyarakat sepa kabupaten maluku tengah. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah”.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah. 1. Bagaimana Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah. 2. Bagaimana Peran Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Sebelum dan Sesudah Konflik di Ambon.. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dalam kajian ini Untuk mengetahui tentang :.

(18) 6. 1. Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah, 2. Peran Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Sebelum dan Sesudah Konflik di Ambon.. D. Manfaat Penelitian Penulis berharap kiranya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin, di antaranya. 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menjadi bahan kajian dalam memahami Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah. b. Dapat memberi kontribusi positif kepada pihak-pihak dan instansi-instansi yang terkait dalam rangka memahami Pela Gandong serta Makna Sosialnya dalam kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah. 2. Manfaat Praktis a. Dapat membantu penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian bagaimana Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah. b. Dapat menjadi pengalaman tersendiri bagi peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan terkait bagaima Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah..

(19) 7. E. Definisi Operasional Dalam penelitian ini, penulis memberi gambaran mengenai judul yang disajikan: 1. Pengertian Makna Sosial Manusia adalah mahkluk sosial yang dapat bergaul dengan dirinya sendiri dan orang lain menafsirkan makna-makna obyek-obyek di dalam kesadarannya dan memutuskannya bagaimana ia bertindak secara berarti sesuai dengan penafsiran itu.Jadi pengertian makna sosial di sini adalah sesuatu yang terkandung dalam sebuah makna atau kejadian. 2. Pengertian Pela Gandong Pela gandong merupakan suatu sebutan yang di berikan kepada dua atau lebih negeri yang saling mengangkat saudara satu sama lain. Pela Gandong sendiri merupakan intisari dari kata "Pela" dan "Gandong". Pela adalah suatu ikatan persatuan sedangkan gandong mempunyai arti saudara.Jadi pela gandong merupakan suatu ikatan persatuan dengan saling mengangkat saudara. 3. Definisi Masyarakat Masyarakat merupakansekelompok orang yang mendiami suatu wilayah dan menetap secara berkelompok dalam waktu yang cukup lama dan menetap serta mempunyai kebudayaan yang sama.Pengertian masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan hubungan hidup bersama tanpa dengan dibatasi lingkungan, bangsa dan sebagainya. Sedangkan Pengertian masyarakat dalam arti sempit adalah sekelompok individu yang dibatasi oleh golongan, bangsa, teritorial, dan lain sebagainya..

(20) 8. Pengertian masyarakat juga dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan yang sama. Pengertian masyarakat secara sederhana adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi atau bergaul dengan kepentingan yang sama. Terbentuknya masyarakat karna manusia menggunakan perasaan, pikiran dan keinginannya memberikan reaksi dalam lingkungannya. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikannya, seperti ada masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya, yaitu berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara. Plato mengatakan masyarakat merupakan suatu refleksi dari kehidupan manusia secara perorangan yang memiliki tiga unsur (nafsu, semangat, intelegensia). Masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan yang menyeluruh (sistem)..

(21) 9. BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori 1. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang searah dengan penelitian yang akan dilakukan, diantaranya dilakukan oleh: a. Matakena, Fransina, dengan judul. Pergeseran nilai budaya Pela Gandong pada masyarakat adat di Maluku Tengah pasca konflik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pergeseran budaya pela gandong pasca konflik ambon.Anak Negeri Salam (masyarakat asli yang beragama Islam), dan Orang Dagang (pendatang). Perekat sosial yang mengikat hubungan sosial Anak Negeri Sarani dan Anak Negeri Salam, antara lain yang menonjol ialah nilai-nilai budaya Pela Gandong yang diyakini mempunyai kekuatan supranatural yang sangat mempengaruhi perilaku sosial kedua kelompok masyarakat ini. Dalam pergaulan masyarakat akibat sentuhan-sentuhan perubahan melalui berbagai program pembangunan pada gilirannya turut pula menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat,. termasuk. di. dalamnya. aspek. sosial. budaya. masyarakat.. Perubahanperubahan dimaksud diduga dapat mempengaruhi terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya masyarakat adat khususnya di Kabupaten Maluku Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang menunjuk pada metode yang berusaha memahami realitas sosial dengan memahami, memaknai dan menjelaskan dan bersifat empiris serta subjectif.

(22) 10. matternya non material, menggunakan informan sebagai sumber data, menggunakan data primer dan sekunder melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dokumentasi kegiatan, referensi yang berkaitan dengan penelitian. Hasil penelitian ini dari adanya akibat pergeseran budaya pela gandong. Proses sosialisasi dapat dilakukan dengan cara melahirkan hubungan Pela baru di luar basis negeri, baik dalam kelurahan antara kelompok masyarakat yang berbeda etnis dan budayanya, dengan demikian Pela Gandong akan menjadi sesuatu yang berharga untuk proses integrasi bangsa. Selain itu implikasi yang terjadi dalam masyarakat akibat pergeseran ini adalah tidak menghargai tatanan nilai adat dalam masyarakat juga nilai agama serta kurang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Tingkat pendidikan yang kurang juga mempengaruhi pola berpikir masyarakat tentang makna suatu persekutuan antara negeri-negeri yang ber-Pela dan ber-Gandong. Akibat dari konflik yang terjadi beberapa tahun lalu maka diperlukan suatu penguatan budaya itu sendiri yang didalamnya melibatkan semua pihak juga masyakat adat. Penguatan budaya lokal perlu diaktifkannya kembali melalui Pendidikan Kebudayaan Maluku sebagai salah satu mata pelajaran lokal (mulok) dalam kurikulum sekolah maupun Perguruan Tinggi. Selain itu perlu adanya sosialisasi dan revitalisasi budaya Pela Gandong. b. Nunung Aliyah Dahlan, dengan judul. Makna sosial tongkonan pada masyarakat tana toraja. Penelitian ini bertujuan untuk memahami realitas sosial tentang makna sosial Tongkonan dalam kehidupan mayarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, informan ditentukan secara purpusif sampling, pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, dokumentasi.

(23) 11. dan wawancara mendalam, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan truangulasi sumber waktu dan teknik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, kebudayaan dan sombol-simbol yang diciptakan oleh manusia sehingga manusia disebut sebagai Homo Simbolicum. Dengan simbol dalam budaya, merupakan alat perantara yang berasal dari nenek moyang untuk melukiskan segala macam bentuk pesan pengetahuan kepada masyarakat, sebagai generasi penerus yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai makhlik berbudaya. Tongkonan merupakan perwujudan budaya toraja dengan makna filosofi magis spiritual. Setiap ukiran dan simbol pada tongkonan mempunyai makna yang berbeda-beda, sesuai dengan filosofi yang dipegang teguh oleh suku toraja.. 2. Pengertian Makna Sosial Yang dimaksud sistem makna ini adalah konteks simbol yang memungkinkan lahirnya perilaku bertoleransi dalam sebuah tatanan masyarakat. Makna itu mencerminkan pula penjelasan menganai tatanan budaya, dan juga bahkan. tatanan. alam. semesta. (kosmologis),. ini. semua. bagian. dari. pembendaharaan yang dibuat oleh semua anggota masyarakat, dan bukan hanya oleh sementara orang yang dianggap memiliki hak khusus untuk tampil sebagai penyusun dari teori-teori tersebut secara profesional Moscovisi telah mengembangkan suatu konsep mengenai “representasi sosial” dan telah menguji pula bagaimana masyarakat dan kelompok itu melibatkan dan mengaitkan diri untuk menjunjung tinggi makna dan kategorosasi yang memberikan kerangka penjelsan dan karakterisasi. Oleh karena itu sistem makna. sosial. dapat. dipandang. sebagai. pembendaharaan. makna. yang.

(24) 12. memungkinkan orang memberikan penjelasan mengenai dunia sosial dan dunia fisik. Yang terutama dituntut oleh pembendaharaan makna ini adalah mereka yang saling menerima satu sama lain meskipun banyak perbedaan dalam lingkungan individual mereka. Bahwa pembendaharaan makna kebanyakan orang dapat diterima secara cultural, sebab pembendaharaan makna itu untuk sebagian besar pertama-tama dijabarkan dari kebudayaan, sedang pembendaharaan asing merupakan akibata dari sanksi-sanksi sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang dapat bergaul denngan dirinya sendiri dan orang lain menfsirkan makna-makna obyek-obyek di alam kesadarannya dan memutuskan bgaimana ia bertindak secara berarti sesuai dengan penafsiran itu. Bahkan seseorang melakukan sesuatu berdasarkan peran sosialnya atau karena kelas sosialnya atau kerena sejarah hidupnya. Tingkah laku manusia memiliki aspek-aspek pokok penting sebagai berikut: a. Manusia selalu bertindak sesuai dengan makna barang-barang (semua yang ditemui dan di alami, semua unsur-unsur kehidupan di dunia ini. b. Makna dari suatu barang itu selalu timbul dari hasil interaksi diantara orang seorang. c. Manusia selalu menafsirkan makna barang-barang tersebut sebelum dia bisa bertindak sesuai dengan makna barang-barang tersebut. Atas dasar aspek-aspek tersebut di atas, interaksi manusia bukan hasil sebab-sebab dari luar. Hubungan interaksi manusia memberikan bentuk pada tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari, bergaul saling mempengaruhi..

(25) 13. Mempertimbangkan tindakan orang lain perlu sekali, untuk membentuk tindakan sendiri. Menurut Blumer dalam premisnya menyebutkan bahwa manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain dan disempurnakan pada proses interaksi sosial berlangsung. Makna dari sesuatu berasal dari orang atau aktor sesuatu. dengan. memilih,. memeriksa,. berfikir,. bertindak terhadap. mengelompokkan. dan. mentrasformasikan situasi sesuai dengan awal tindakannya. Makna adalah pertautan yang ada dalam unsur-unsur dalam bahasa itu sendiri, terutama dalam tataran kata-kata, makna sebagai penghubung bahasa dan dunia luar merupakan kesepakatan para pemiliknya sehingga terkadang sulit dimengerti oleh orang lain. Blumer mengatakan bahwa makna adalah sebuah “produk sosial”, yang artinya dengan melakukan interaksi dengan individu lainnya, sehingga kita dapat memperoleh sebuah makna dari sebuah simbol tersebut. Menurut Pateda dalam Jumiati (2014) makna adalah apa yang kita artikan atau apa yang kita maksud. Sedangkan Pradopo dalam Jumiati (2014). Mendefinisikan makna adalah tidak semata-mata merujuk pada arti bahasanya tetapi arti bahasa dari sudut suasana dan perasaan. Dikemukakan juga oleh sudarma bahwa ada tiga keberadaan makna, yaitu makna menjadi isi suatu bentuk kebahasaan, makna menjadi isi dari kebahasaan, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu..

(26) 14. Dari pengertian tentang makna tersebut, dapat diketahui bahwa istilah makna dapat dipakai dalam berbagai keperluan tetapi sesuai dengan konteks kalimatnya. Di samping itu, pemakaiannya juga disesuaikan pula dengan bidangbidang yang berkaitan dengan pemakaian istilah makna. Berkaitan dengan penelitian ini, makna yang dipakai adalah makna khusus yaitu istilah yang pemakaian dan maknanya terbatas pada bidang tertentu. Bloomfied dalam Nurbaeti (2015) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarkannya. Terkait dengan hal tersebut, Aminudin juga mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Sementara itu menurut Ulama dalam Asriadi (2014), mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Sudarno (dalam Salim, 2002) menekankan pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu. Winandi (dalam Ibrahim, 2003) juga mendefenisikan struktur sosial sebagai seperangkat unsur yang mempunyai ciri tertentu dan seperangkat hubungan diantara unsur-unsur tertentu. Dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat yang lahir, tumbuh, dan berkembangan dalam kehidupan bersama..

(27) 15. a. Cakupan sosial Menurut Sudarno (2002). Cakupan sosial ada dua yaitu interaksi sosial dan hubungan sosial. Interaksi sosial didefenisikan sebagai interaksi lembaga sosial, individu, dalam tata hubungan yang dikendalikan oleh kepentingan tertentu, sedangkan Soerjono Soekanto mendefenisikan interaksi sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok (Ibrahim, 2003). Hubungan sosial merupakan hubungan antara lembaga, individu yang bersifat umum yang memiliki dasar kegiatan kemasyarakatan. b. Faktor-faktor sosial Faktor sosial menurut Anderson (1995) meliputi pendidikan dan suku bangsa, sedangkan Gottlieb menyebutkan dukungan keluarga sebagai salah satu faktor sosial. Dengan mengadaposi pendapat Anderson dan Gottlieb tersebut maka faktor-faktor sosial adalah pendidikan, suku, dukungan keluarga. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulakan bahawa makna sosial adalah sesuatu yang terkandung atau yang terdapat dalam sebuah fenomena atau kejadian.. 3. Pengertian Pela Menurut Jhon F. Lokollo, (1996) Pela berasal dari kata “pila” yang berarti ‘buatlah sesuatu untuk bersama” sedangkan jika ditambah dengan akhiran tu, menjadi “pilatu” artinya menguatkan, usaha agar tidak mudah rusuh atau pecah. Tetapi ada juga yang menghubungkan kata pela ini dengan pela-pela yang berarti saling membantu atau menolong. Dengan beberapa pengertian ini, maka.

(28) 16. dapat dikatakan bahwa pela adalah suatu ikatan persaudaraan atau kekeluargaan antara dua desa atau lebih dengan tujuan saling membantu atau menolong satu dengan yang lain dan saling merasakan senasib penderitaan, dalam arti bahwa senang dirasakan bersama begitu pun susah dirasakan bersama, ikatan pela ini diikat dengan suatu sumpah dan dilakukan dengan cara minum darah yang diambil jari-jari tangan yang dicampur dengan minuman keras lokal maupun dengan cara memakan siri pinang. Hubungan pela ini biasanya terjadi karena ada peristiwa yang melibatkan kedua kepala kampung atau desa, dalam rangka saling membantu dan menolong satu sama lain, dalam ikatan pela ini memiliki serangkaian nilai dan aturan yang mengikat masing-masing pribadi yang tergabung dalam persekutuan persaudaraan atau kekeluargaan itu. Aturan itu antara lain adalah: tidak boleh menikah sesama pela atau saudara sekandung dalam pela, jika hal ini dilakukan maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadi hukuman bagi yang melanggarnya. a. Jenis- Jenis Pela 1) Pela Keras atau Pela Minum Darah. Dikatakan demikian oleh karena pela ini ditetapkan melalui sumpah para pemimpin leluhur kedua belah pihak dengan cara meminum darah yang diambil dari jari-jari mereka yang dicampur dengan minuman keras lokal dari satu gelas. Hal ini memateraikan sumpah persaudaraan untuk selama-lamanya. Pela ini biasanya atau umumnya adalah hasil dari keadaan perang. Artinya bahwa setelah kedua kapitan dari dua desa tersebut saling bertarung dan pada akhirnya tidak ada yang bisa saling mengalahkan, maka diangkat sumpah untuk mengakhiri permusuhan itu..

(29) 17. Sumpah itu dimaksudkan untuk mengikat "persaudaraan darah" untuk selamanya. Sehingga dalam perkembangannya jika yang satu mereka susah atau memerlukan bantuan, maka yang lain harus membantu. Inilah komitmen yang sudah merupakan kewajiban ataupun keharusan. Semua warga dari desadesa yang angka pela ini tidak terlepas dari tuntutan-tuntutan, antara lain: tidak boleh menikah, saling membantu dan memikul beban. Pela keras ini biasa disebut juga dengan pela tuni ataupun pela batu karang. 2) Pela Lunak atau Pela Tampa Sirih. Jenis pela ini tidak diikat dengan sumpah yang memakai darah, tetapi hanya dengan memakan sirih pinang. Ikatan pela ini terjadi karena bertemu dalam situasi yang mengundang untuk saling membantu, misalnya pada saat terjadi angin rebut ada yang menolongnya. Ataupun juga pela jenis ini terbentuk melalui kegiatan masohi atau bantuan tenaga dari satu desapada desa lain. Pela ini tidaklah keras, karena tidak dilarang untuk menikah sesama pela. 3) Pela Ade Kaka. Pela jenis ini pada umumnya merupakan hasil pertemuan kembali antara adik-kakak yang bersaudara dimana tadinya berpencar dan telah membentuk kampung sendiri. Umumnya pela saudara ini berlangsung antara kampung-kampung yang beragama kristen dan Islam. Pela ini biasanya dikenal dengan nama Pela Gandong. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa walaupun ada berbagai jenis pela akan tetapi semuanya mempunyai hakekat yang satu, yaitu ikatan persaudaraan atau kekeluargaan yang berlangsung untuk selamanya karena diikat dengan sumpah darah..

(30) 18. Pela Keras dan Pela Gandong memiliki kekuatan yang sama kuat karena perjanjian ini ditetapkan dengan sumpah disertai kutukan dahsyat yang pasti dan akan tertimpa oleh salah satu pihak yang melanggar perjanjian tersebut. Terkadang. perjanjian/mengangkat. sumpah. itu. dilakukan. dengan. cara. memateraikan dan mengambil darah dari tubuh pemimpin kedua belah fihak kemudian meminumnya. b. Panas Pela Panas Pela adalah suatu kegiatan yang dilakukan setiap tahun antara desa yang telah sama-sama mengangkat sumpah dalam ikatan pela untuk mengenangkan kembali peristiwa angka pelayang terjadi pada awalnya. Selain itu juga kegiatan panas pela ini juga pada intinya adalah untuk lebih menguatkan, mengukuhkan hubungan persaudaraan dan kekeluargaan. c. Hubungan Budaya Pela Dengan Rekonsiliasi Pada hakikatnya pela telah mengandung unsur rekonsiliasi. Oleh karena dalam budaya pela itu sendiri dinyatakan bagaimana ikatan yang kuat dalam menjalin kedamaian atau kehidupan yang saling merasakan susah dan senang secara bersama. Akan tetapi dengan melihat situasi yang terjadi akhir-akhir ini yang menumbangkan ikatan pela oleh karena ikatan agama yang begitu kuat karena permainan politik yang menggunakan agama sebagai kendaraan, maka tidak dapat disangkal, pasti semua orang akan bertanya mengapa ikatan persaudaraan yang begitu kuat mengikat hubungan antara desa yang satu dengan yang lain, apalagi ikatan agama dapat runtuh..

(31) 19. Hubungan Pela ini dianggap sebagai suatu ikatan persaudaraan antara semua masyarakat kedua negeri yang berlangsung terus-menerus dan dijunjung tinggi sebagai suatu perjanjian suci seperti yang dilaksanakan oleh masyarakat sepa ini sendiri. Adapun hal-hal asasi yang menjadi ikatan dari perjanjian Pela ini adalah : 1) Kewajiban setiap negeri yang ber-Pela untuk saling membantu pada saat genting dan mendesak, misalnya; bencana alam dan peperangan. 2) Jika diminta bantuan demi kepentingan kesejahteraan umum, maka negeri yang menjadi Pela wajib memberi bantuan kepada negeri yang membutuhkan, misalnya; pembangunan rumah, sekolah dan tempat-tempat beribadah. 3) Apabila seseorang dari negeri Pela berkunjung, maka negeri yang menjadi Pela harus melayani dan memberi makan kepadanya dan ia tidak perlu untuk meminta izin membawa pulang makanan dan buah-buahan. 4) Semua penduduk negeri yang berhubungan Pela itu dianggap sedarah sehingga tidak diperbolehkan untuk kawin, kecuali pada Pela Tempat Sirih. System Pela ini masih berlaku di beberapa daerah/negeri di Maluku karena rasa persatuan dan identitas bersama yang disadari dan dihayati serta diwariskan secara turun-temurun sebagai suatu perjanjian suci yang harus terus dilestarikan dalam menciptakan perdamaian di Maluku. Berkat system Pela ini, pertentangan maupun konflik antar agama semakin dapat diminimalkan. Sejarah telah mencatat bahwa sebelum konflik agama yang terjadi di Maluku beberapa tahun silam, kerukunan antara umat beragama sangatlah kental, terlihat dari banyaknya pembangunan mesjid, gereja dan sekolah dibangun karena.

(32) 20. mendapat bantuan dari negeri Pela, baik berupa bantuan tenaga kerja, bahan bangunan, uang ataupun makanan bagi pekerja sehingga pembangunan itu dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari pemerintah. Pela yang paling terkenal dan sangat kental sampai sekarang adalah negri silalouw dan negeri amalohi, negeri silalouw yakni desa Sepa dan negeri Amalohi yakni Desa Kamarian.Sepa terletak di bagian timur pulau seram dan Kamarian terletak di sebelah barat pulau seram kedua negri ini seperti saudara kandung ade dan kaka.. 4. Pengertian Gandong Jhon F. Lokollo, (1996). Juga mengemukakan bahwa kata Gandong mempunyai daya perekat tersendiri bagi angota-anggota masyarakat pela. Bahasa tanah (bahasa asli Ambon) mengenal semacam akar kata (yang berasal dari bahasa Indonesia), dalam pemakaiannya, maka kata dasar ini sering ditambahi aksara pada bagian awal, sisipan, ataupun akhiran. Hal semacam itu dapat kita bandingkan antara kandung (dalam bahasa Indonesia) dan gandong dalam bahasa Ambon. Orang Ambon yang tadinya berasal dari kehidupan social di Nunusaku, sebagaai manusia Timur, jelas mempunyai orentasi yang lain dalam menentukan nama bagi suatu perserikatan antara negri-negri yang disebut pela gandong. Jadi gandong adalah rahim atau pangku, suatu pusat dan awal dari pada segala suatu yang hidup. Pela gandong sendiri sudah lama ada di Maluku, dan biasanya pela gandong itu terdiri dari dua negeri yang berlainan Agama (Islam dan Kristen). Hal itu tercipta dengan sendirinya karena suatu hal. Seperti halnya Negeri Sepa dan.

(33) 21. Kamarian yang berada di Kabupaten Maluku Tengah. Untuk tetap menjaga dan menciptakan perdamaian di Maluku, maka budaya Pela-Gandong ini senantiasa dilestarikan dengan cara menyadarkan dan menghidupkannya kembali melalui generasi muda melalui bantuan dari orang tua maupun pemerintah daerah untuk mendukung dan merespon segala kegiatan maupun upacara-upacara adat diantara Pela-gandong yang ada di negeri seribu pulau ini. Pada umumnya budaya pela gandong merupakan suatu tradisi yang ada pada masyarakat, khususnya Negeri Raja-Raja di bumi Maluku dalam menciptakan suatu kebersamaan dan kerukunan antara masing-masing negeri tersebut. Diharapkan dari adanya pela masing-masing negeri tersebut dapat terjalin suatu keharmonisan dalam berhubungan satu sama lain. Saat ini Budaya pela gandong orang Maluku mulai diupayakan oleh Pemerintah sebagai suatu cara agar diantara masyarakat Maluku yang terlihat berbeda agama, ras, suku sehingga diantara keragaman yang ada dapat terciptanya suatu kebersamaan. Kebersamaan yang ada di harapkan bisa menjadi suatu pendorong terciptanya Maluku yang damai, tentram, dan aman. Tetapi kita sebagai warga masyarakat Maluku tetap tidak bisa berpangku tangan oleh pemerintah, melainkan kita juga harus berusaha dengan cara saling menghargai atau bertoleransi antara umat beragama, suku, dan ras yang mana masyarakat Maluku itu sendiri memiliki banyak keragaman diantara masyarakat.. 5. Definisi Masyarakat Menurut Emile Durkheim (1994) keseluruhan ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip prinsip fundamental yaitu realitas sosial.

(34) 22. dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Serta masyarakat sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia. Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pendapat Emile Durkheim dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society. Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Istilah masyarakat berasal darikata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui wargawarganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatusistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat olehsuatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu, interaksi antar warga-warganya, adat istiadat, kontinuitas waktu, rasa identitas kuat yang mengikatsemua warga. Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan.

(35) 23. pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan Page (2006), memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat, masyarakat juga merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan (2006) adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Emile Durkheim juga berpendapat bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsuryang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah: a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama; b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama; c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan; d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama..

(36) 24. Gillin &Gillin (1945). Mengatakan bahwa Masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokkanpengelompokan yang lebih kecil. Pengertian ini menunjukkan bahwa masyarakat itu meliputi kelompok manusia yang kecil sampai dengan kelompok manusia dalam suatu masyarakat yang sangat besar, seperti suatu Negara. Seperti kita ketahui bersama suatu Negara juga memiliki tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama dengan keteraturan. Melville J. Herskovits juga berpendapat bahwa Masyarakat adalah sekelompok individu yang di organisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu. Pengertian ini menekan adanya ikatan anggota kelompok untuk mengikuti cara-cara hidup tertentu yang ada di dalam kelompok masyarakat. Masyarakat merupakan kelompo-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan tersendiri. Manusia diikat dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial yang serta merta dan kebutuhan. Masyarakat juga merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. a. Karakteristik masyaraktat 1) Aglomerasi dari unit biologis dimana setiap anggota. dapat melalukan. reproduksi dan beraktifitas 2) Memiliki wilayah tertentu 3) Dengan secara yang kolektif menghadapi atau menghindari musuh.

(37) 25. 4) Mempunyai cara dalam berkomunikasi 5) Timbulnya diskriminasi warga masyarakat dan bukan warga masyarakat tersebut. b. Unsur-unsur penting dalam masyarakat 1) Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak 2) Telaah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu. 3) adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama. 4) Kelompok manusia tersebut merupakan kehidupan bersama. Maksudnya, mereka memiliki budaya yang sama yang membuat anggota kelompok saling terikat satu sama lain. c. Proses tebentuknya masyarakat Dalam mempelajari proses terbentuknya masyarakat, perlu dilakukan analisis dari berbagai proses yang ada seperti proses belajar kebudayaan sendiri, proses evolusi sosial, proses defusi, akulturasi, dan pembaruan, serta inovasi.. 6. Teori Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial juga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk hubungan yang dibangun antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi juga merupakan sebuah proses sosial yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi.

(38) 26. kebutuhan hidup. Interaksi sosial terjadi karena adanya sebuah tindakan sosial yang dilakukan oleh pelakunya dan kemudian di dalamnya terjadi kontak sosial, yaitu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pengaturan interaksi sosial di antara para anggota terjadi karena komitmen mereka terhadap norma-norma sosial yang menghasilkan daya untuk mengatasi perbedaanperbedaan pendapat dan kepentingan diantara mereka. Suatu hal yang memungkinkan mereka untuk membentuk keselarasan satu sama yang lain dalam suatu integritas sosial. Interaksi sosial terjadi apabila dalam masyarakat terjadi kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial berasal dari bahasa latincon atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi arti secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Interaksi sosial diulang menurut pola yang sama dan bertahan untuk waktu yang lama, maka akan mewujudkan hubungan sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah: a. Kerjasama Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya sosiolog lain menganggap bahwa kerja samalah yang merupakan proses utama. Golongan yang terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerja sama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai.

(39) 27. cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan. tersebut,. kasadaran. akan. adanya. kepentingan-. kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna. b. Kontravensi atau Pertikaian Dalam bentuk yang murni, kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tersebut.Sikap tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. c. Persaingan Persaingan atau competition dapat di artikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu-individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni yang bersifat pribadi dan tidak pribadi. d. Akomodasi Istila akomdasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk nenunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menujuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antar orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai.

(40) 28. suatu proses, akomodasi manunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Interakasi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial adalah sebuah bentuk hubungan yang dibangun antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, dimana interaksi juga merupakan sebuah proses sosial yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Interaksi sosial terjadi karena adanya sebuah tindakan sosial yang dilakukan oleh pelakunya dan kemudian di dalamnya terjadi kontak sosial yaitu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pengaturan interaksi sosial diantara para anggota terjadi karena commitment mereka terhadap norma-norma social yang menghasilkan daya untuk mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan diantara mereka, suatu hal yang memungkinkan mereka untuk membentuk keselarasan satu sama yang lain dalam sesuatu integritas sosial. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Misalnya di daerah yang kondisi geografisnya gersang, maka akan menuntut seseorang lebih bersuara kasar dan lantang, apabila ada sekelompok atau pendatang dengan maksud dan tujuan tertentu sangat dimungkinkan akan berbenturan apabila pendatang yang dimaksud.

(41) 29. berasal dari daerah yang subur. Perbedaan ini akan menimbulkan benturan, guna memperoleh suatu keseimbangan antara kedua belah pihak, maka terjadilah suatu adaptasi, dimana adaptasi ini terjadi saling pengaruh dan mempengaruhi. Interaksi sosial pada pokoknya memandang tingkah laku social yang selalu dalam kerangka kelompok seperti struktur dan fungsi dalam kelompok.Jadi tingkah laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur kelompok, seperti tingkah laku pimpinan atau tingkah laku individu yang berfungsi sebagai anggota kelompok. Interaksi sosial juga suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ketika kelakuan individu yang satu mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Adapun hubungan teori interaksi social dengan judul proposal di atas adalah bagaimana hubungan timbal balik yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok untuk bagaimana mempertahankan budaya/adat seperti yang terjadi pada masyarakat di Desa Sepa Kabupaten Maluku Tengah.. 7. Teori Fenomenologi Aliran fenomenologi lahir sebagai reaksi mentodologi positivistik yang diperkenalkan. Comte.. Pendekatan. positivisme. ini. selalu. mengandalkan. seperangkat fakta sosial yang bersifa objektif, atas gejalah yang tampak secara kasat mata. Dengan demikian, metodologi ini cenderung melihat fenomena hanya dari kulitnya, dan kurang mampu m emahami makna dibalik gejala yang tampak tersebut. Sebagai fenomenologi berangkat dari pola pikir subjektivisme, yang tidak hanya memandang dari suatu gejalah yang tampak, akan tetapi berusaha.

(42) 30. menggali makna dibalik gejalah itu. Dalam konsep ini Collins menyebutnya sebagai proses penelitian yang menekankan “meaningfulness”. Sebagai suatu istilah, fenomenologi sudah ada sejak Emmanuel Kant dalam Umi Kalsum (2014) yang coba memilirkan dan memilih unsur mana yang terdapat di dalam akal. Kemudian lebih luas lagi ketika digunakan oleh Hegel dalam memandang tesis dan antitesis yang melahirkan sintesis. Fenomenologi sebagai aliran filsafat sekaligus sebagai metode berpikir diperkenalkan oleh Edmund Husserl dalam Umi Kalsum (2014), yang beranjak dari kebenaran fenomena, seperti yang tampak apa adanya. Suatu fenomena yang tampak sebenarnya merupakan refleksi realitas yang tidak berdiri sendiri, karena yang tampak itu adalah objek yang penuh dengan makna yang transendental. Max Weber dalam kalsum (2014), dalam memperkenalkan konsep pendekatan verstehen untuk memahami makna tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam bertindak tidak hanya sekedar melaksanakan, tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan berpikir dan berperilaku orang lain. Konsep pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tundakan bermotif pada tujuan yang hendak dicapai atau in order to motive. Pemahaman makna tindakan dengan pendekatan verstehenmendapat koreksi dari Alfered Schutz menurut Schutz dalam Umi Kalsum (2014) tindakan subjektif para aktor tidak muncul begitu saja, tetapi ia melalui suatu proses panjang untuk di evaluasi dengan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan norma etika agama atas dasar tingkat kemampuan pemahaman sendiri.

(43) 31. sebelum tindakan itu dilakukan. Dengan kata lain sebelum masuk pada tataran in order to motive. Menurut Schutz ada tahapan karena motiv mendahuluinya. Schutz dalam Umi Kalsum (2014) beranggapan bahwa dunia sosial keseharian senantiasa merupakan suatu yang intersubjektif dan pengalaman penuh makna. Dengan demikian fenomena yang ditampakkan oleh individu merupakan refleksi dari pengalaman transendental dan pemahaman tentang makna atau verstehen tersebut. Menurut Collin dalam Umi Kalsum (2014), fenomenologi mampu mengungkap objek secara meyakinkan, meskipun objek itu berupa objek kognitif maupun tindakan atau ucapan.Fenomenologi mampu melakukan itu kerena segalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang selalu melibatkan mental. Orleans dalam Umi Klasum juga mengatakan bahwa fenomenologi digunakan dalam dua cara mendasar, yaitu dalam menteorikan masalah sosiologi yang substansial dan untuk menungkatkan kecukupan mentode penelitian sosiologis. Lebih lanjut Orleans menjelaskan bahwa fenomenologi berupaya menewarkan sebuah koneksi terhadap tekanan bidang tertentu pada konseptualisasi positivisme dan metodemetode risetnya yang menganggap bahwa isu yang ditemukan olehmetode fenomenologi sebagai suatu hal yang menarik. Orleans menyitir pendapat Darroch dan Silver dalam Umi Kalsum (2014), mengatakan bahwa fenomenologi diterapkan agak berbeda dibandingkan dengan ilmu pengetahuan sosial konvensional lainnya. Fenomenologi lebih banyak digunakan pada tingkat metasosiologis, dengan menunjukan premis-premisnya melalui analisis deskriptif dari prosedur situasional dan bangunan sosialnya. Fenomenologi akan berusaha.

(44) 32. memahami pemahaman informan terhadap fenomena yang muncul dalam kesadarannya, serta fenomena yang dialami oleh informan yang dianggap sebagai sesuatu yang ada dalam dunia. Orleans mengambil contoh dari peele dalam Umi Kalsum (2014) tentang fenomena “alkoholisme” sebagai suatu penyakit”. Fenomenologi tidak pernah berusaha mencari pendapat dari informan apakah hal ini benar atau salah, akan tetapi fenomenoligi akan berusaha mereduksi kesadaran. informan dalam. mamahami fenomena itu. Pada saat yang demikian itu, menurut Hitztler dan Keller dalam Umi Kalsum (2014), fenomenologi menggunakan alat yang disebut dengan metode verstehen, untuk menggambarkan secara detail tentang bagaimana kesadaran itu berjalan dengan sendirinya.Dalam melakukan verstehen itu, menurut Trauzzi dalam Umi Kalsum (2014) seorang peneliti harus masuk kedalam pikiran informan.Oleh karena itu, menurut Bogdan dan Taylor, fenomenologi harus menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan pengamatan partisipan, wawancara yang intensif (agar mampu mengalami orientasi subjek atau dunia kehidupannya), melakukan analisis dari kelompok kecil, dalam memahami keadaan sosial. Bahkan menurut Leiter maupun menurut Mehan dan Wood, peneliti harus membuka selubung praktik yang digunakan oleh orang yang melakukan kehidupan sehari-hari. Scheglof dan Sacks menambahkan dalam melakukan penelitian dengan menggunakan persfektif ini peneliti merekam kondisi sisoal sehingga memungkinkan peneliti mendmonstrasikan tentang cara yang dilakukan oleh informan. Pada saat itu peneliti melakukan interpretasi.

(45) 33. terhadap makna perbuatan, dan pikiran mereka tentang struktur keadaan. Analisis terhadap tindakan informan merupakan sebuah teknik yang sering dilakukan untuk menngambarkan bagaimana manusia berfikir tentang dirinya sendiri melalui pembicaraan, dan bagaimana mereka berfikir tentang pembicaraan berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Dunia sosial bagi Weber merupakan dunia intersubjektif, sebagaiman dikatakan oleh golongan fenomenologi. Weber meyakini bahwa empati, simpati, intuisi, dan intensonalitas merupakan hal yang esensial untuk dipahami. Weber mengembangkan teknik intuitif yang melibatkan bentuk identifikasi terhadap aktor, dengan partisipasi yang simpati terhadap emosi mereka.. B. Kerangka Pikir Di dalam kehidupan ini ada aturan-aturan atau hukum-hukum yang menjadi pedoman bagi berbagai intitusi sosial. Aturan itu sebenarnya adalah produk manusia untuk melestarikan keteraturan sosial, sehingga meskipun aturan di dalam struktur sosial itu bersifat mengekang, tidak menutup kemungkinan adanya “pelanggaran” yang dilakukan oleh individu. Pelanggaran dari aturan itulah yang disebabkan oleh proses eksternalisasi yang berubah-ubah dari individu atau dengan kata lain ada ketidakmampuan individu menyesuaikan dengan aturan yang digunakan untuk memelihara ketertiban sosial tersebut. Oleh karena itu, problem perubahan berada di dalam proses eksternalisasi ini. Jadi di dalam masyarakat yang lebih mengedepankan “ketertiban sosial” individu berusaha sekeras mungkin untuk menyesuaikan diri dengan peranan-peranan sosial yang sudah dilembagakan, sedangkan bagi masyarakat yang senang kepada “kekisruhan.

(46) 34. sosial” akan lebih banyak ketidaksukaannya untuk menyesuaikan dengan perananperanan sosial yang telah terlembagakan.. Bagan Kerangka Pikir. Pela Gandong. Peran. Makna Sosial. Kehidupan Masyarakat.

(47) 35. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif deskriptif, dengan menerapkan model pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah suatu proses kegiatan penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa ada manipulasi atau rekayasa, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Penelitian jenis ini menganggap masyarakat adalah kumpulan dari individu-individu manusia sebagai subjek. Dalam penelitian kualitatif, kelompok yang diteliti dipandang sebagai manusia yang mempunyai ekspresi, perasaan, emosi, dan pandangan yang tidak mudah diungkap. Oleh karena itu, penelitian jenis ini mengandalkan teknik wawancara mendalam (depthinterview) dalam pengumpulan datanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Untuk itu, penelitian ini menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh secara teperinci sesuai permasalahan yang ditetapkan dalam penelitian ini.. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sepa Kabupaten Maluku Tengah. Alasan peneliti mengambil lokasi ini, disamping mudah dijangkau juga sistem pela gandong pada masyarakat di desa ini menarik untuk dikaji karena meski.

(48) 36. berada pada jaman modern seperti sekarang ini masyarakat setempat masih memegang erat adat dan budayanya yang telah di wariskan oleh nenek moyangnya secara turun-temurun.. C. Informan Penelitian Jumlah informan pada penelitian ini yaitu sebangak 7 orang di mana dua di antaranya berasal dari pimpinan desa, dan lima di antaranya berasal dari warga masyarakat. Untuk memilih informan ditetapkan dengan cara purposive sampling atau Teknik pemilihan sampel bertujuan yakni pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. (Ahmadin, 2013:90). 1. Kepala Saniri/kepala suku, di pilih sebagai informan ahli 2. Selanjutnya peneliti memilih bapak raja desa sepa sendiri atau yang mewakili sebagai informan kunci. 3. Sedangkan informan biasa berasal dari masyarakat Desa Sepa sendiri.. D. Fokus Penelitian Yang menjadi fokus penelitian ini adalah Makna Sosial Pela Gandong dalam kehidupan masyarakat sepa kabupaten maluku tengah serta bagaiman peran Pela Gandong sebelum dan sesudah konflik Ambon.. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, kamera, alat perekam, peneliti sendiri, agar peneliti dapat memperoleh data hasil penelitian..

(49) 37. F. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer Data primer merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara atau observasi. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari hasil telaah buku referensi atau dokumentasi. Sumber data terdiri dari sumber informasi kunci, informan ahli, dan informan biasa. No. Data. Sumber Data. Proses interaksi atau interpendensi a. Bapak saniri/suku desa T.1 Masyarakat sepa dalam memaknai pela sepa kabupaten maluku gandong. tengah. atau yang  Bagaimana makna sosial pela gandong mewaliki dalam kehidupan masyarakat sepa kabupaten maluku tengah. T.2 Peran pela gandong dalam masyarakat . b. Bapak Raja desa sepa atau. Bagaimana peran pela gandong dalam. yang mewakili, serta. kehidupan masyarakat sepa sebelum dan. masyarakat desa sepa. sesudah konflik Maluku.. sendiri..

(50) 38. G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Observasi Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan atau melihat langsung perilaku individu dalam situasi atau selang waktu yang sebenarnya tanpa adanya manipulasi atau mengontrol perilaku invidu itu ditampilkan. Obsevasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah obsevasi partisan yang bertujuan untuk menjarin perilaku invidu terjadi dalam kenyataan sebenarnya. Observasi ini juga untuk mendeskripsikan kehidupan social yang sebenarnya. Kegiatan yang dilakukan dalam obsevasi ini adalah Mengamati Makna Sosial Pela Gandong dalam Kehidupan Masyarakat Sepa Kabupaten Maluku Tengah. 2. Wawancara Menurut Ahmadin (2013), salah satu metode pengumpulan data ialah dengan cara wawancara yaitu. mendapatkan informasi dengan cara bertanya. langsung kepada responden. Sukses dan gagalnya suatu wawancara, sangat di tentukan oleh beberapa faktor yaitu: a) Informan merupakan kunci utama dalam wawancara yang menberikan informasi yang dibutuhkan. Selain itu informan diharapkan memberikan informasi mengenai data yang diperlukan, bersedia melakukanya secara jujur dan mau memberikan fekta yang sebenarnya kepada peneliti. b) Wawancara dituntun menjalin suasana keakraban dengan informan melalui teknik dan cara-cara tertentu..

(51) 39. c) Topik wawancara ini menetukan tertarik atau tidaknya seseorang informan untuk memberikan keterangan. d) Situasi yang tepat untuk melakukan wawancara juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur untuk mendapat informasi dari informan. Menurut Ahmadin (2013:106), wawancara terstruktur dilakukan oleh seseorang peneliti dimana terlebih dahulu ia menyusun daftar pertanyaan (pedoman wawancara). 3. Dokumentasi Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar (1995: 73), teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dan data-data yang diperoleh dari dokumendokumen tersebut merupakan data sekunder. Ahmadin (2013 : 108), teknik dokumentasi atau pengumpulan dokumen sebagai data penelitian, juga memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan teknik pengumpulan data lainnya. Tidak semua kondisi dan kejadian (peristiwa) pada masa tertentu terekam secara indrawi dan seluruhnya mampu tersimpan dalam memory setiap orang. Karena itu, dokumen memegang peran penting untuk penjaringan data terutama bagi peristiwa atau kejadian masa lampau. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan dokumen-dokumen /file-file dari instansi tersebut serta dokumentasi gambar saat peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan..

(52) 40. H. Teknik Analisis Data Menurut Parton (Moleong, 1998) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang akan disajikan dalam bentuk narasi kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk verbal yang diolah menjadi jelas, akurat dan sistematis. Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Keduksi data Keduksi. data. merupakan. bentuk. analisis. yang. menajamkan,. menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. 2. Display data Display data adalah penyajian dan pengorganisasian data kedalam satu bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh dalam penyajian data, penulis melakukan secara indktif, yakni menguraikan setiap permasalahan dalam pembahasan penelitian ini dengan cara pemaparan seara umum kemudian menjelaskan dalam pembahasan yang lebih spesifik. 3. Penarikan kesimpulan Langkah selanjutnya dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan keimpulan dan vertifikasi, setiap kesimpulan awal yang dikemukakan masingmasing bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Upaya penarikan.

(53) 41. kesimpulan yang dilakukan peneliti mulai mencari arti penjelasan-penjelasan. Kesimpulan-kesimpulan itu kemudian diveritikasi selama penelitian berlangsung dengan cara memikir ulang dan meninjau kembali catatan lapangan sehingga terbentuk penegasan keimpulan.. I. Teknik Keabsahan Data Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hasil, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat yang diandalkan adalah observasi dan wawancara mengandung banyak kelemahan ketika di lakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu: 1. Kredibilitas Apakah proses dan hasil dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriterian dalam penilai adalah lama penelitian, obsevasi yang detail, triangulasi, per derbrefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian yaitu: a. Memperpanjang masa penganmatan kemungkinan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri..

(54) 42. b. Pengematan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan isu atau persoalan yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci c. Triangulasi, memerikasa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sbagai pembanding terhadap data tersebut. d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir. yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik. dengan rekan-rekan sejawat. e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaandugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data. 2. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. 3. Dependabiliti yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam pengumpulan data, membentuk, dan menggunakan konsepkonsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. 4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan. dalam. laporan. lapangan.. Hal. ini. dilakukan. dengan. membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif..

(55) 43. 5.. Jadwal Penelitian No. Jadwal Kegiatan. 1. Seminar. 2. Pengajuan Proposal. 3. Ujian Proposal. 4. Penelitian Skripsi. 5. Ujian Skripsi. I. II. Bulan III IV. V. VI.

(56) BAB IV GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian. Desa Sepa adalah salah satu desa yang berada di Ambon. Tepatnnya di Pulau Seram. Negeri (desa) Sepa ini dibangun oleh para datuk pada tahun 1001 yang pada waktu itu di dudukan oleh beberapa marga yang ada, kemudian mereka berunding untuk mendudukan negeri dengan peletakan bagian-bagian seperti Mesjid, Rumah Raja, Ruma Kapitan, dan Rumah Imam, serta diberi nama Sepa. Negeri ini dibangun oleh seorang perancang tata ruang pedesaan yang baik, sehingga terkesan rapi dan teratur dan memiliki tatanan adat yang kuat demi menjaga kemakmuran masyarakat setempat. Dalam sejarah Negeri Sepa (Lalato) terdapat beberapa petuanan atau anak dusun yaitu Nulutetu (Marihuno), Hatuhenu (Nusataun), dan Nuaulu (Nuahatan) dan ada beberapa kampung yang lain yang baru. Kampung-kampung ini memiliki satu ikatan adat yang kuat dan memiliki hak yang sama, karena dalam sejarah mereka terlebih dahulu menganut paham demokrasi. Sebenarnya negeri ini banyak menyimpan sejara panjang tetang asal usul di atas dataran pulau nusa ina "Huni-huni wae-wae" yang artinya suatu zaman dimana manusia berawal atau sejak zaman air, tapi sejarah ini perlu ditutup rapat-rapat karena ada amanat penting yang disimbolisasikan dengan bahasa adat "Uheka Hatu, Hatu Sepei" yang artinya, barang siapa yang membuka sejarah maka sejaralah yang akan mematikannya. Suatu bentuk kepercayaan ini telah diwariskan tiap anak keturunan raja Negeri Sepa maupun pada masyarakatnya.. 43.

(57) 44. B. Letak geografis wilayah penelitian Desa Sepa merupakan sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah desa Sepa merupakan salah satu desa dari 22 desa yang ada di Kecamatan Amahai. Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan adalah 24 km, dari pusat Pemerintahan kota atau kabupaten adalah 40 km, dan jarak dari ibu Kota Provinsi adalah 200 km. Desa Sepa terdiri dari 9 dusun yaitu: iha-lohi, tanjong, makariki, kilo 6, kilo 7, kilo 9, kilo 10, kilo 12, Nua Nea, dan Rohua. Luas wilayah desa sepa adalah 3,11 km2. Secara umum. keadaan geografis desa sepa adalah daerah. dataran rendah, pesisir dan daerah perbukitan. Wilayah dusun rohua, tanjong, ihalohi, berada di daerah dataran rendah dan pesisir sedangkan dusun yang lain-nya berada didaerah perbukitan. Iklim desa sepa sebagaiman desa-desa lain diwilayah Indonesia beriklim tropis dengan dua musim, yakni kemarau dan hujan. Secara administratif batas-batas wilayah desa sepa yaitu: 1) sebelah utara berbatasan dengan daerah sawai dan salemang. 2) sebelah selatan berbatasan dengan pulau banda naira. 3) sebelah barat berbatasan dengan kota amahai. 4) sebelah timur berbatasan dengan desa tamilow. 1. Keadaan Penduduk Berdasarkan data hasil sensus 2017 disebutkan bahwa total jumlah penduduk adalah 800. 000. Jiwa. (Kantor Desa Sepa, 2017). Jenis pekerjaan penduduk Desa Sepa adalah petani, nelayan, pedagang, pegawai negeri sipil, polisi, tentara dan peternak..

(58) 45. 2. Sistem Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Sepa sebagian besar dari usaha tani. Kegiatan tani yang biasa di kerjakan adalah berkebun yang tersebar disetiap dusun/lingkungan dengan luas lahan yang berbeda-beda dan letaknya sebagian besar berada di area yang berbukit-bukit. Tetapi berkat bantuan dari dinas pertanian melalui tokoh tani dapat merubah pola tanam yang dulunya tradisional menjadi modern seperti bibit varuetal unggul, pupuk organik dan obat-obat yang cukup efektif membantu para petani sehingga membawa keuntungan yang berlipat ganda setelah mengikuti petunjuk dari para penyuluh dinas pertanian. Disamping mata pencaharian dari sektor pertanian sebagian kecil warga desa ini mempunyai mata pencaharian sebagai Nelayan dan Pengrajin alat-alat perlengkapan rumah tangga. Adapun bidang lain yang yang juga menjadi sumber pendapatan warga masyarakat adalah beternak, pegawai swasta, pegawai negeri. Penduduk desa Sepa umumnya petani dan nelayan, hal ini disebabkan faktor alam daerah Desa. Sepa pada umumnya dan khususnya di wilayah. penelitian adalah daerah agraris dan pesisir. Dalam hubungan dengan mata pencaharian penduduk, maka mata pencaharian berdagang dapat juga dikategorikan sebagai mata pencaharian disamping petani dan nelayan. Pengolahan lahan pertanian umumnya di desa sepa ini tidak hanya sawa untuk menanam padi, lahan pertanian juga di gunakan untuk menanam berbagai macam jenis sayur-mayur, ubi-ubian, kelapa, cengkeh, pala buah-buahan serta tanaman yang lainnya..

Referensi

Dokumen terkait

Samuel Patra Ritiauw; Yakob Godlif Malatuny Page 76 REVITALISASI PELA GANDONG UNTUK MEWUJUDKAN HARMONISASI DALAM KEBERAGAMAN Samuel Patra Ritiauw1 Yakob Godlif Malatuny2 Direktur