• Tidak ada hasil yang ditemukan

tindak tutur direktif bahasa minangkabau

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "tindak tutur direktif bahasa minangkabau"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA MINANGKABAU DALAM KABA SITI BAHERAM

ARTIKEL ILMIAH

CHICHI OKTAVIA SUSWITA M NPM 11080237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA MINANGKABAU DALAM KABA SITI BAHERAM

ARTIKEL ILMIAH

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(Strata I)

CHICHI OKTAVIA SUSWITA M NPM 11080237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(3)
(4)
(5)

DIRECTIVE SPEECH ACTS MINANGKABAU LANGUAGE IN KABA SITI BAHERAM

By

Chichi Oktavia Suswita M1, Silvia Marni, M.Pd.2, Upit Yulianti DN, M.Pd.3

1) Students STKIP PGRI West Sumatera

2) 3) Lecturer Language Study Programand Literature Indonesia STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

Background research is telling directive speech acts Minangkabau language inKaba Siti Baheram.This study was conducted to describe (1) the form directive speech acts Minangkabau language in Kaba Siti Baheram, (2) strategy tells directive speech acts Minangkabau language in Kaba Siti Baheram.

The researchs type is a qualitative study by using descriptive methods in the form of spoken words from the observed. Data source speech acts in this study was recorded Original Rabab Pariaman, performed by carpenters kaba named Suman, production Sinar Padang Record. Data collected by freely refer techniques involved and record the conversation. Data validated through triangulation of data validation techniques investigator. Data were analyzed by transcribing, inventory, classify the data based on the form directive speech act and speak strategies and draw the conclusions. The theory that used is Geoffrey Leech.

The results of the study can be summarized as follows. First, there are five forms of speech acts directive used in Kaba Siti Baheram, there are (1) the speech act requested, (2) speech acts beg, (3) speech acts giving cammad, (4) speech act demand, (5) speech acts prohibit, (6) advocated speech acts. The most dominant speech acts used to give commands and speech act the least demanding. Second, the strategy spoken in the realization of speech acts in kaba Siti Baheram are four kinds, the are (1) speak frankly without further ado, (2) the strategy speak with the preamble of positivepoliteness, (3) strategy speak with pleasantries negative politeness, and (4) the strategy speak vaguely. Kind of personality strategies most widely used in Kaba Siti Baheram is a strategy speak frankly without further ado and the least strategy speak vaguely.

Keywords: speech acts directive, Minangkabau language, Kaba Siti Baheram

(6)

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA MINANGKABAU DALAM KABA SITI BAHERAM

Oleh

Chichi Oktavia Suswita M1, Silvia Marni, M.Pd.2, Upit Yulianti DN, M.Pd.3

1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Latarbelakang penelitian ini adalah tindak tutur direktif bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram.Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan (1) bentuk tindak tutur direktif bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram, (2) strategi bertutur tindak tutur direktif bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif berupa kata-kata lisan dari yang diamati.Sumber data tindak tutur dalam penelitian ini adalah rekaman Rabab Asli Pariaman yang dibawakan oleh tukang kaba bernama Suman, produksi Sinar Padang Record.Data dikumpulkan dengan teknik simak bebas libat cakap dan catat.Data diabsahkan melalui teknik pengabsahan data triangulasi penyidik.Data dianalisis dengan mentranskripsikan, menginventarisasikan, mengklasifikasikan data berdasarkan bentuk tindak tutur direktif dan strategi bertutur dan menarik kesimpulan.Teori yang digunakan adalah teori Geoffrey Leech.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.Pertama, terdapat lima bentuk tindak tutur direktif yang digunakan dalam Kaba Siti Baheram, yaitu (1) tindak tutur meminta, (2) tindak tutur memohon, (3) tindak tutur memberi perintah, (4) tindak tutur menuntut, (5) tindak tutur melarang, (6) tindak tutur menganjurkan. Tindak tutur yang paling dominan digunakan adalah tindak tutur memberi perintah dan paling sedikit tindak tutur menuntut.Kedua, strategi bertutur dalam merealisasikan tindak tutur dalam kaba Siti Baheram ada empat macam, yaitu (1) bertutur terus-terang tanpa basa-basi, (2) strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan positif, (3) strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif, dan (4) strategi bertutur samar-samar. Jenis strategi bertutur yang paling banyak digunakan dalam Kaba Siti Baheram adalah strategi bertutur terus-terang tanpa basa-basi dan paling sedikit menggunakan strategi bertutur samar-samar.

Kata Kunci: tindak tutur direktif, bahasa Minangkabau, Kaba Siti Baheram

(7)

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan masyarakat dalam berinteraksi antarsesama.

Dalam berinteraksi, ada upaya penyampaian gagasan dan pertukaran ide antara penutur dengan mitra tutur. Komunikasi dan bahasa membuat setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dengan bahasa, orang dapat mempelajari kebiasaan, adat istiadat kebudayaan, dan latar belakang peserta komunikasi masing-masing. Pada aktivitas komunikasi tersebut, senantiasa terjadi kegiatan bertutur. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai suatu tindakan berarti dalam setiap kegiatan bertutur terjadi tindak tutur.

Tindak tutur merupakan salah satu pokok bahasan dalam ilmu pragmatik. Menurut Tarigan (2009:31), pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik. Selanjutnya, Levinson (dalam Tarigan, 2009:31) menjelaskan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian kalimat-kalimat dalam konteks secara tepat.Sedangkan tindak tutur merupakan suatu cara seseorang menyampaikan tuturan yang ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam hal ini, sebuah tuturan yang sama dapat mengungkapkan beberapa maksud. Begitu juga sebaliknya, suatu maksud dapat diungkapkan dengan beranekaragam tuturan, semuanya itu dipengaruhi oleh situasi (konteks) yang melingkupi tuturan tersebut. Keterkaitan bahasa dengan konteks ini, sering menimbulkan masalah dalam proses komunikasi. Suatu tuturan yang disampaikan oleh si penutur terkadang tidak bisa dipahami oleh lawan tutur apabila keduanya tidak memahami maksud dan konteks tuturan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang tindak tutur yang dikaitkan dengan konteks.

Searle (dalam Wijana, 1996:17-20) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur yang akan diteliti yaitu tindak tutur ilokusi. Menurut Yule (2006:83-84), tindak tutur lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Tindak tutur ilokusi memiliki lima bentuk tuturan yaitu tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif.

Tindak tutur yang menjadi objek penelitian yaitu tindak tutur direktif.Menurut Serle (dalam Leech, 1993:164), tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang bersifat menyuruh dan bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur kepada lawan tuturnya.Bentuk tindak tutur yang akan diteliti yaitu tindak tutur meminta, memohon, memberi perintah, menuntut, melarang, dan menganjurkandalam konteks bahasa Minangkabau.Menurut Gerard Moussay (1998:10) bahasa Minangkabau dikelompokkan dalam kelompok bawahan bahasa Nusantara.Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang dituturkan oleh suku bangsa Minangkabau yaitu suku bangsa yang berasal atau mendiami daerah Sumatera Barat Daerah Sumatera Barat dimulai dari daerah Padang Sidempuan (Pasaman) hingga Bengkulu kecuali Mentawai.

Bahasa Minangkabau yang akan dianalisis terdapat dalam cerita kaba. Kaba adalah cerita turun- temurun yang disampaikan secara lisan menggunakan bahasa Minangkabau. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:596) kaba adalah sastra tradisional Minangkabau yang berbentuk prosa berirama, kalimatnya sederhana dengan tiga sampai lima kata sehingga dapat diucapkan secara berirama atau didengarkan. Hal ini juga diungkap oleh Navis (1984:143), bahasa kaba adalah senda gurau atau pelipur lara. Kaba mempunyai tema cerita yang berbeda-beda seperti kepahlawanan, pertualangan, pelipur lara, dan kisah cinta. kaba biasanya disampaikan dalam bentuk pantun-pantun. Pantun-pantun inilah yang disampaikan pencerita atau tukang kaba dengan diiringi alunan musik tradisi Minangkabau. Kaba yang akan dijadikan sumber data penelitian adalah Kaba Siti Baheram. Kaba Siti Baheram yang akan diteliti berbentuk rekaman cerita diiringi rabab Pariaman oleh tukang kaba bernama Suman yang diproduksi oleh Sinar Padang Record. Panjang ceritanya berjumlah lima seri dengan durasi masing-masing seri + 50 menit.

Penelitian difokuskan pada tindak tutur direktif bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram.Penelitian ini melihat bagaimana bentuk dan strategi bertutur bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dan strategi bertutur bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu tentang pragmatik kususnya berkaitan dengan tindak tutur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis. Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak berikut.

(8)

Pertama, bagi guru bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra melayu klasik. Kedua, bagi siswa, sebagai referensi bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kaba. Ketiga, peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian dan menambah pengetahuan dibidang linguistik khususnya mengenai ilmu pragmatik dan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya. Keempat, bagi pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kaba dan bakaba diMinangkabau. Kelima, peneliti sendiri, sebagai kajian akademik menambah wawasan peneliti dalam mempelajari ilmu pragmatik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 2010:4) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat dipahami. Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena penelitian ini menganalisis tindak tutur direktif bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram, kemudian mendeskripsikan tindak tutur tersebut dalam bentuk bahasa tulis. Metode deskriptif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. (Ratna, 2010:53). Metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menguraikan bagaimana bentuk tindak tutur direktif dan strategi bertutur yang digunakan dalam Kaba Siti Baheram.

HASIL PENELITAN DANPEMBAHASAN

Setelah dilakukan analisis data, maka ditemukan sebanyak 84 data tindak tutur direktif.Berdasarkan data tersebut, ditemukan enam bentuk tindak tutur direktif yaitu tindak tutur meminta, tindak tutur memohon, tindak tutur memberi perintah, tindak tutur menuntut, tindak tutur melarang, tindak tutur menganjurkan.Stretegi bertutur yang ditemukan yaitu stategi bertutur terus-terang tanpa basa-basi, strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan positif, strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif dan strategi bertutur samar-samar.Pembahasan mengenai tindak tutur bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram adalah sebagai berikut.

1. Bentuk Tindak Tutur Direktif Bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram

Tindak tutur direktif adalah tuturan yang membuat pengaruh agar mitra tutur mau melakukan apa yang dianjurkan atau apa yang diinginkan oleh penutur. Bentuk tindak tutur direktif yang digunakan tukang kaba dan tokoh dalam Kaba Siti Baheram adalah tindak tutur meminta, memohon, memberi perintah, menuntut, melarang dan menganjurkan.

Tindak tutur direktif yang paling banyak ditemukan di dalam Kaba Siti Baheram adalah tindak tutur memberi perintah. Memberi perintah adalah tuturan yang dituturkan untuk menyuruh lawan tutur melakukan apa yang penutur ucapkan. Tuturan yang diucapkan penutur langsung ditujukan untuk lawan tutur dan kemudian dilakukan.Tindak tutur memberi perintah dalam bahasa Minangkabau ditandai dengan kata molah dan penggunaan partikel –lah seudah kata kerja. Tindak tutur ini digunakan oleh penutur dalam Kaba Siti Baheram untuk memberi perintah kepada lawan tutur untuk melakukan sesuatu seperti pergi menemui seseorang, mendengarkan perkataan orang tua, menyampaikan pesan kepada orang lain, menyuruh berpikir dan menenangkan pikiran, bersikapkan dan dan berpakaian yang baik.

Bentuk tindak tutur melarang juga banyak ditemukan di dalam kaba Siti Baheram.Melarang berarti tidak memperbolehkan, tidak memberi izin seseorang melakukan sesuatu.Tindak tutur melarang dalam bahasa Minangkabau ditandai dengan kata jan yang berarti jangan. Tindak tutur ini digunakan oleh penutur dalam Kaba Siti Baheram untuk melarang lawan tutur untuk melakukan sesuatu seperti bermain judi, bertindak dan berbicara sembarangan.

Bentuk tindak tutur menganjurkan sedikit ditemukan di dalam Kaba Siti Baheram.Menganjurkan berarti memberi saran, anjuran, pendapat, atau nasehat.Tindak tutur menganjurkan dalam bahasa Minangkabau ditandai dengan kata pantasnyo, elok, sarancaknyo. Tindak tutur ini digunakan oleh penutur dalam kaba untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu dengan cara memberi saran atau pendapat.

(9)

Tindak tutur memohondalam Kaba Siti Baheramsedikit ditemukan.Memohon juga berarti meminta dengan penuh pengharapan. Tindak tutur memohon dalam bahasa Minangkabau ditandai dengan kata bana, banakan yang berarti mohon, mohonkan. Misalnya tindak tutur yang digunakan oleh Bujang Marajoki ketika memohon dibuatkan pesta pernikahan yang mewah.

Tindak tutur yang paling sedikit ditemukan yaitu tindak tutur menuntut.Hanya terdapat satu tuturan menuntut di dalam Kaba Siti Baheram yaitu ketika Bujang Marajoki menuntut ibunya untuk menyiapkan makanan untuk orang yang perhi memngantarkan pegantin wanita ke rumah mertuanya.

2. Strategi Bertutur Tindak Tutur Direktif Bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram

Dalam merealisasikan tuturan direktif bahasa Minangkabau dalam kaba Siti Baheram digunakan strategi bertutur yaitu (a) bertutur terus-terang tanpa basa-basi, (b) bertutur dengan basa-basi kesantunan positif, (c) bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif, dan (d) bertutur samar-samar. Strategi terus- terang tanpa basa-basi paling banyak ditemukan dalam Kaba Siti Baheram.

Stategi bertutur yang paling banyak ditemukan adalah stategi bertutur terus-terang tanpa basa- basi karena strategi berterus-terang tanpa basi-basi ini digunakan untuk mengungkapkan tuturan secara jelas, agar lawan tutur langsung memahami dan mengerti apa yang disampaikan. Dalam kaba penutur menggunakan strategi ini untuk menyuruh lawan tutur melakukan sesuatu secara langsung. Stategi ini pada umumnya digunakan pada tuturan memberi perintah dan melarang dengan maksud lawan tutur melakukan apa yang diperintahkan atau dilarang oleh lawan tutur.

Stategi bertutur dengan basa-basi kesantunan positif sedikit ditemukan karena penutur dalam konteks tindak tutur direktif, penutur tidak berusaha mempertahankan muka positif lawan tutur.Untuk menuyuruh lawan tutur melakukan sesuatu penutur memilih stategi bertutur langsung atau terus-terang tanpa basa-basi.Sub-Strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan positif yang penutur gunakan dalam Kaba Siti Baheram yaitu substrategi tuturan menggunakan penanda identitas sebagai anggota kelompok yang sama dan tuturan melibatkan penutur dan mitra tutur dalam suatu kegiatan. Subtrategi bertutur dengan basa-basi kesantunan positif yang paling banyak ditemukan adalah bertutur menggunakan penanda identitas sebagai anggota kelompok yang sama. Tuturan dalam bahasa Minangkabau cenderung menggunakan kata sapaan baik oleh penutur maupun lawan tutur, seperti Mamak, Mande, Sutan, Uni Ajo.

Strategi bertutur dengan basa-basi kesantungan negatif banyak ditemukan dalam Kaba Siti Baheram.Alasannya, penutur menggunakan strategi ini untuk mempertahankan muka negatif lawan tutur ketika menyuruh lawna tutur melakukan sesuatu.Pada strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif ini, penutur menggunakan substrategi tuturan berpagar, meminimalkan beban, tuturan permintaan dalam bentuk pertanyaan, tuturan menyatakan kepesimisan, tuturan yang mengungkapkan pernyataan sebagai aturan umum dan tuturan menyatakan rasa hormat.Strategi yang paling banyak digunakan adalah strategi tuturan berpagar.Pagar yang digunakan oleh penutur adalah pemberian alasan.Artinya penutur menambahkan pernyataan berupa pemberian alasan penutur menyuruh lawan tutur.Pagar tersebut memberikan efek peminimalan paksaan sehingga tuturan menjadi santun.Tuturan berpagar alasan ini banyak ditemukan pada tuturan memberi perintah.Pada tuturan memberi perintah penutur menggunakan pagar alasan agar lawan tutur mengerti yang diperintahkan dan dapat melaksanakan perintah penutur.Strategi berpagar alasan ini juga ditemukan pada tindak tutur meminta, melarang dan meganjurkan.Namun, hanya beberapa tuturan.Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa tindak tutur direktif bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram cenderung menggunakan tuturan berpagar alasan agar lawan tutur mengerti yang dimaksud penutur sekaligus menjaga muka negatif lawan tutur.

Strategi bertutur yang paling sedikit ditemukan dalam penelitian ini dalah strategi bertutur samar- samar.Strategi ini digunakan hanya untuk mengungkapkan tuturan rahasia atau tuturan dengan maksud disyaratkan.Tuturan samar-samar digunakan dalam Kaba Siti Baheram untuk mengaburkan pesan sehingga maksud tuturan hanya diketahui oleh penutur dan lawan tutur.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut.Pertama, bentuk tindak tutur direktif yang digunakan dalam Kaba Siti Baheram, ada lima bentuk yaitu tindak tutur meminta, tindak tutur memohon, tindak tutur memberi perintah, tindak tutut menuntut, tindak tutur melarang, dan tindak tutur menganjurkan. Dari keenam bentuk tindak tutur direktif tersebut, yang paling banyak digunakan

(10)

adalah bentuk tindak tutur memberi perintah.Sedangkan bentuk tindak tutur yang paling sedikit adalah bentuk tindak tutur menuntut.Kedua, strategi bertutur yang digunakan dalam Kaba Siti Baheram yaitu, bertutur terus-terang tanpa basa-basi, bertutur dengan basa-basi kesantunan positif, bertutur dengan basa- basi kesantunan negatif, dan bertutur samar-samar. Dari keempat strategi bertutur tersebut, yang paling banyak digunakan adalah strategi bertutur terus-terang tanpa basa-basi. Sedangkan strategi bertutur yang paling sedikit adalah strategi bertutur samar-samar.

IMPLIKASI

Penelitian tindak tutur direktif bahasa Minangkabau dalam Kaba Siti Baheram ini dapat diimlikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kurikulum KTSP kelas X dengan Standar Kompetensi 15. Memahami karya sastra melayu klasik.Kaba Siti Baheram ini dapat dijadikan bahan ajar untuk pembelajaran menemukan karakteristik dan nilai-nilai yang terkandung dalam kaba tersebut.

Melalui Kaba Siti Baheram, guru dapat menjelaskan materi pembelajaran tentang nilai-nilai moral, sosial budaya dan adat-istiadat masyarakat Minangkabau, terkait dengan cara bertutur dalam bahasa Minangkabau. Tindak tutur yang tercermin di dalam cerita, memudahkan guru memberikan contoh yang berhubungan dengan nilai-nilai tersebut.Bagi siswa, penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang kaba dan berbahasa menggunakan bahasa Minangkabau.Penelitian tindak tutur ini, memudahkan siswa untuk menemukan nilai-nilai atau norma-norma yang terkandung dari cerita kaba, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan maka, disarankan beberapa hal sebagai berikut.

Pertama, bagi guru bahasa Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra melayu klasik. Kedua, bagi siswa, sebagai referensi bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kaba. Ketiga, peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian dan menambah pengetahuan dibidang linguistik khususnya mengenai ilmu pragmatik dan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya. Keempat, bagi pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kaba dan bakaba diMinangkabau. Kelima, peneliti sendiri, sebagai kajian akademik menambah wawasan peneliti dalam mempelajari ilmu pragmatik.

DAFTAR RUJUKAN

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Edisi Revisi Keempat. 2008. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-PrinsipPragmatik. Jakarta: UI Press.

Moleong. J. Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rordakarya.

Mounssay, Gerard. 1998. Tata Bahasa Minangkabau (Buku Terjemahan). Jakarta: Gramedia.

Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: Gratiti Pers.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metodedan TeknikPenelitianSastra. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

penelitian tersebut dengan penelitian dalam tulisan ini, antara lain: Persamaan Perbedaan Termasuk jurnal yang meneliti tentang wakaf uang dan menggunakan metode penelitian