• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)TINGKAT KEMANDIRIAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR DI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT.

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1)TINGKAT KEMANDIRIAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR DI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEMANDIRIAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR DI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

STKIP PGRI SUMATERA BARAT.

Febi Yunika Putri1, Fifi Yasmi2, Citra Imelda Usman2

1Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

This research is motivated by the existence of students who are less independent in completing the final task. The aim of this study was to find out toreveal: 1) the degree of emotional independence, 2) the level of intellectual independence, 3) the level of social independence, 4) the level of economic independence. This type of research is a quantitative descriptive study that attempts to describe a situation as it is. The population of this research is all of students Guidance and Counseling at STKIP PGRI Sumatera Barat who take skilled thesis courses 168 people. This research uses purposive sampling technique. The number of samples in the study 63 people. The instrumentis used a questionnaire. Data analysis used percentage technique. The results of this study are: 1) The degree of student independence seen from the emotional independence is in the independent category, 2) The degree of student independence seen from intellectual independence is in the independent category, 3) the level of student independence seen from social independence in the independent category, 4) independence of students seen from the independence of the economy is in the category of independence. Based on the results of this study on lecturers to be able to provide advice to students to further improve their independence both in the learning process and in completion of the final task.

Keywords: Independence, Students, Final Project

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses pembinaan dan bimbingan yang dilakukan seseorang secara terus- menerus kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan merupakan perjalanan yang tak pernah terhenti sepanjang hidup manusia dan merupakan hal

yang sangat signifikan dalam kehidupan manusia.

Menurut Ahmad (Hasbullah, 2006: 3), pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik sehingga terbentuknya kepribadian yang utama dalam diri terdidik. Unsur-unsur yang terdapat 1

(2)

dalam pendidikan dalam hal ini adalah:

a. Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pertolongan) dan dilakukan secara sadar.

b. Ada pendidik, pembimbing, atau penolong.

c. Ada yang di didik atau si terdidik.

d. Bimbingan itu mempuyai dasar dan tujuan.

Kegiatan belajar, baik itu dalam proses perkuliahan kata kemandirian sangatlah penting karena kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap individu. Di perguruan tinggi kemandirian merupakan hal yang utama terdapat pada mahasiswa.

Mahasiswa yang mandiri cenderung belajar lebih baik, dia mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Mahasiswa yang mempunyai kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan

yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan berani mengemukakan gagasan. Begitu pula dengan mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir, mahasiswa akan dituntut penyelesaian studi sesuai yang telah ditentukan, dimana mahasiswa harus mampu berpikir secara kritis, menciptakan ide dan gagasan baru sehingga dapat mendeskripsikan, menganalisa dan mempertanggung jawabkan hasil penelitian.

Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif, inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Havighurst (Desmita, 2014:186) membedakan kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu:

a. Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak

(3)

tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain.

b. Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain.

c. Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

d. Kemandirian sosial, yaitu

kemampuan untuk

mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.

Kemandirian dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat

penting dan perlu

ditumbuhkembangkan pada individu yang diposisikan sebagai peserta didik. Dengan ditumbuh kembangkannya kemandirian pada peserta didik, membuat peserta didik dapat mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan berusaha menyelesaikan

latihan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang rendah akan tergantung pada orang lain, baik hal ini berlaku bagi siswa/ peserta didik dan juga oleh mahasiswa.

Mahasiswa merupakan orang yang sedang belajar atau mereka yang terdaftar di Perguruan Tinggi, baik di Universitas, Institut maupun Akademi. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang diyakini mampu bersaing dan mengharumkan nama bangsa, juga mampu menyatukan serta menyampaikan pikiran dan hati nurani untuk memajukan bangsa.

Mahasiswa harus berjuang melalui berbagai tantangan untuk mencapai gelar sarjana. Perjuangan tersebut dimulai dari semester pertama hingga semester akhir. Saat mahasiswa telah menempuh semester akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya, mahasiswa dituntut atau diwajibkan untuk membuat suatu karya ilmiah yaitu skripsi.

(4)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada mahasiswa bimbingan dan konseling yang menyusun skripsi di STKIP PGRI Sumatera Barat pada tanggal 3 Februari 2017, ditemukan adanya mahasiswa yang kurang mandiri dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti adanya mahasiswa yang melakukan copy-paste dari internet, sikap malas mahasiswa untuk mencari referensi-referensi tambahan, adanya mahasiswa yang suka minta bantuan kepada teman dalam mengedit skripsi, dan adanya mahasiswa yang bergantung kepada temannya dalam pembuatan angket.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 6 Februari 2017, diperoleh informasi dari salah seorang mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat, adapun bentuk kurang kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhirnya, seperti masih ada sebagian mahasiswa yang menyerahkan penyelesaian skripsi kepada pihak ketiga, adanya mahasiswa yang menyalin file teman atau senior yang mungkin ada kesamaan pembahasan

tanpa mengedit ulang kalimatnya, masih ada mahasiswa yang membebani atau minta tolong kepada teman dalam pengentrian data hasil penelitian, masih ada mahasiswa yang membayar orang lain untuk pengolahan data.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang:

1. Tujuan Umum.

Tingkat kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir.

2. Tujuan Khusus.

a. Tingkat kemandirian

mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir dilihat dari kemandirian emosi.

b. Tingkat kemandirian

mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir dilihat dari kemandirian intelektual.

c. Tingkat kemandirian

mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir dilihat dari kemandirian sosial.

d. Tingkat kemandirian

mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir

(5)

dilihat dari kemandirian ekonomi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau situasi tertentu sebagaimana adanya secara sistematis, aktual, akurat, kemudian ditentukan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian

ini penulis berupaya

mendeskripsikan, mengungkap, menafsirkan data yang berhubungan dengan “Tingkat Kemandirian Mahasiswa dalam Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat”.

Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat yang sedang menyelesaikan tugas akhir khususnya pada angkatan 2013, dimana seluruh mahasiswa angkatan 2013 berjumlah 177 orang, sedangkan yang mengambil mata kuliah skripsi berjumlah 168 orang.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 63 orang mahasiswa dengan ketentuan presisi 10% (Riduwan, 2010:56).

Setelah semua data dari responden terkumpul, maka data yang terkumpul akan dianalisa untuk melihat bagaimana tingkat kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan persentase Sudijono (2010:43) sebagai berikut:

P = × 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Tingkat

Kemandirian Mahasiswa dalam Menyelesaikan Tugas Akhir.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dideskripsikan bahwa tingkat kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir secara umum berada pada kategori mandiri. Dilihat dari hasil penelitian yang peneliti peroleh

(6)

dari pengolahan data bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang peneliti jabarkan pada latar belakang masalah sebelumnya, hal ini dipicu oleh adanya faktor eksternal dan internal yang mendukung meningkatnya kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi, mahasiswa yang mampu menyelesaikan sendiri tugas akhirnya, mahasiswa mampu menyikapi masalah- masalah yang muncul secara positif serta mampu mengontol emosinya dengan baik. Adapun faktor eksternal seperti sikap hangat dosen dalam membimbing mahasiswa menyelesaikan tugas akhir, fasilitas kampus yang menunjang mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir seperti ruang baca yang nyaman, buku yang lengkap dan adanya jaringan internet.

Hurlock (Rintyastini dan Suzy, 2006: 98) menyatakan bahwa kemandirian adalah

kemampuan seseorang untuk mengarahkan dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Menjadi orang mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain sama sekali, hanya saja kita tidak menggantungkan semua urusan kita kepada orang lain.

Kita sendirilah yang harus membuat keputusan terhadap semua urusan kita. Menjadi mandiri bukan berarti harus berpisah jauh secara fisik dan kehilangan orang-orang yang kita cintai karena kita tidak pernah berhenti membutuhkan hubungan erat dan mendalam, serta dukungan dari keluarga dan teman. Maknanya lebih pada perilaku, emosi, kognitif, atau pikiran. Mandiri berarti tahu garis batas diri kita dan orang lain.

Pikiran kita tidak berbaur dengan orang lain. Kita bukan hasil fotokopi, kita adalah diri kita sendiri.

Jadi, dalam menyelesaikan tugas akhir kemandirian sangat dibutuhkan pada diri mahasiswa, dimana mahasiswa yang mandiri

(7)

akan memiliki motivasi belajar yang tinggi, tidak mudah putus asa, mampu menyikapi masalah- masalah secara positif, tidak bergantung pada orang lain dimana dia mampu mengerjakan sendiri tugas-tugasnya dan memanfaatkan sarana dan prasarana belajar yang baik untuk menunjang penyelesaian tugas akhir.

2. Tingkat Kemandirian

Mahasiswa dalam

Menyelesaikan Tugas Akhir Dilihat dari Kemandirian Emosional.

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap mahasiswa dalam proses penyelesaian tugas akhir di program studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, yaitu melalui pemberian intrumen yang berisikan item-item pernyataan yang dijawab langsung oleh mahasiswa, diperoleh hasil yang menggambarkan tingkat kemandirian emosional mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling berada

pada kategori mandiri dengan persentase 57,14%.

Keterangan di atas menjelaskan mahasiswa yang dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemandirian emosional

yang mandiri dalam

menyelesaikan tugas akhir, dimana bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang peneliti jabarkan pada latar belakang masalah. Hal ini dipicu karena adanya faktor internal dan eksternal yang menunjang mahasiswa mandiri dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti motivasi dan semangat belajar mahasiswa yang tinggi, mahasiswa yang sabar serta tidak mudah putus asa menghadapi masalah dan mampu menyikapi masalah secara positif. Adapun faktor eksternal diantaranya sikap hangat dosen dalam membimbing mahasiswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh para ahli.

Menurut Steigberg (Desmita, 2014:186) kemandirian emosional yaitu aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan

(8)

hubungan emosional antar individu, seperti hubungan emosional antara mahasiswa dengan dosen dan lingkungan kampus. Rintyastini dan Suzy (2006: 105-106) menyatakan mandiri secara emosi berarti belajar untuk mengontrol emosi dan meninggalkan perasaan kekanak-kanakan atau manja dengan orang tua. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan bentuk hubungan antara orang tua dan remaja, bukan dengan putusnya hubungan tersebut. Remaja yang mandiri secara emosi tetap menjaga hubungannya dengan anggota keluarga, namun disatu sisi dirinya tetap memiliki kemandirian dalam emosi.

Misalnya, seorang mahasiswa yang terus didesak oleh orang tuanya untuk cepat dalam menyelesaikan tugas akhir, jika mahasiswa tersebut memiliki tingkat kemandirian emosional yang kurang mandiri maka dia akan panik bahkan depresi, tapi jika mahasiswa tersebut memilki tingkat kemandirian emosional

yang sangat mandiri maka dia akan menjadikan desakan orang tua tersebut menjadi motivasi.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir harus mampu dalam mengontrol emosinya, karena dengan berbagai rintangan yang ditemukan mahasiswa dituntut untuk mandiri dalam mengatasinya, mahasiswa mampu memotivasi dirinya sendiri dan lingkungan, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, seperti sabar dalam menunggu bimbingan, tidak mudah putus asa, mahasiswa dan dosen menjaga hubungan yang baik dan erat dimana adanya kedekatan emosional antar individu, lalu mahasiswa mampu menjaga hubungan dan kedekatan emosional dengan lingkungan kampus maupun masyarakat, karena hal itu mendukung mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir.

(9)

3. Tingkat Kemandirian

Mahasiswa dalam

Menyelesaikan Tugas Akhir Dilihat dari Kemandirian Intelektual.

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap mahasiswa dalam proses penyelesaian tugas akhir di program studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, yaitu melalui pemberian intrumen yang berisikan item-item pernyataan yang dijawab langsung oleh mahasiswa, diperoleh hasil yang menggambarkan tingkat kemandirian intelektual mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling berada pada kategori mandiri dengan persentase 49,21%.

Keterangan di atas menjelaskan mahasiswa yang dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemandirian intelektual

yang mandiri dalam

menyelesaikan tugas akhir, dimana bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang peneliti jabarkan pada latar belakang masalah. Hal ini dipicu

karena adanya faktor internal dan eksternal yang menunjang mahasiswa mandiri dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti motivasi dan semangat belajar mahasiswa yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir sendiri serta mahasiswa yang memiliki keterampilan belajar yang mandiri dan mahasiswa mampu menuangkan ide-ide dan gagasan baru dalam pembuatan tugas akhir.

Kemandirian intelektual pada proses penyelesaian tugas akhir merupakan hal yang sangat penting, karena penulisan karya ilmiah menuntut mahasiswa untuk berpikir lebih kreatif, kritis, dan mampu menciptakan ide dan gagasan baru, serta melatih mahasiswa berpikir logis dan sistematis. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh para ahli.

Menurut Prayitno, dkk (2002:

18) tugas akhir atau skripsi merupakan syarat akhir yang harus dipenuhi mahasiswa untuk menyelesaikan studinya. Banyak manfaat yang dapat diperoleh

(10)

mahasiswa apabila menulis tugas akhir atau skripsi. Tugas akhir atau skripsi merupakan sarana bagi mahasiswa untuk mengimplementasikan

pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya semenjak semester pertama sampai semester terakhir. Dengan demikian dituntut mahasiswa untuk mengeluarkan ide-ide dan gagasan yang dimilikinya tanpa bergantung pada orang lain, mahasiswa harus berpikir secara kreatif dan inovatif.

Terkait dengan kemandirian intelektual, Thoha (Syahputa, 2013: 34) membagi ciri kemandirian sebagai berikut:

a. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif.

b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.

c. Tidak lari atau menghindari masalah.

d. Memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam.

e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.

f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir harus mampu mandiri secara intelektual, karena mahasiswa dituntut menyelesaikan tugas akhir sesuai dengan yang telah ditentukan, dimana mahasiswa harus mampu berpikir menciptakan ide dan gagasan baru sehingga dapat mendeskripsikan dan menganalisa hasil penelitian yang telah dilakukan dan mempertanggung jawabkan hasil penelitian tersebut.

4. Tingkat Kemandirian

Mahasiswa dalam

Menyelesaikan Tugas Akhir Dilihat dari Kemandirian Sosial.

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap mahasiswa dalam proses penyelesaian tugas akhir di program studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, yaitu melalui pemberian intrumen yang berisikan item-item

(11)

pernyataan yang dijawab langsung oleh mahasiswa, diperoleh hasil yang menggambarkan tingkat kemandirian sosial mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling berada pada kategori mandiri dengan persentase 73,02%.

Keterangan di atas menjelaskan mahasiswa yang dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemandirian sosial yang mandiri dalam menyelesaikan tugas akhir, dimana bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang peneliti jabarkan pada latar belakang masalah. Hal ini dipicu karena adanya faktor internal dan eksternal yang menunjang mahasiswa mandiri dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan kampus, misalnya sikap baik dengan dosen, kerja sama yang baik

dengan teman dalam

menyelesaikan tugas akhir seperti saling memberikan motivasi dan

informasi dalam menyelesaikan tugas akhir.

Kemandirian sosial sangat dituntut pada mahasiswa, dimana mahasiswa harus memiliki hubungan yang baik dengan lingkungannya dan tidak bergantung kepada orang lain terutama dalam menyelesaikan tugas akhir. Menurut Havighurst

(Desmita, 2014:186)

“Kemandirian sosial yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada aksi orang lain”.

Adapun karakteristik kemandirian menurut Prayitno dan Erman (2008: 117) adalah sebagai berikut:

a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.

b. Menerima diri sendirian dan lingkungan secara positif dan dinamis.

c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.

d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.

(12)

e. Mewujudkan secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

Menurut Hurlock (Rintyastini dan Suzy, 2006: 98) kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Menjadi orang mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain sama sekali, hanya saja kita tidak menggantungkan semua urusan kita kepada orang lain. Kita sendirilah yang harus membuat keputusan terhadap semua urusan kita. Menjadi mandiri bukan berarti harus berpisah jauh secara fisik dan kehilangan orang-orang yang kita cintai karena kita tidak pernah berhenti membutuhkan hubungan erat dan mendalam, serta dukungan dari keluarga dan teman. Maknanya lebih pada perilaku, emosi, kognitif, atau pikiran.

Jadi, mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir dituntut untuk mandiri secara

sosial, mampu mengenal diri sendiri serta lingkungan.

Mahasiswa mampu berdiri sendiri tanpa bergantung pada kebutuhan orang lain serta memiliki hubungan yang hangat dengan lingkungan kampus maupun luar kampus. Mahasiswa yang memiliki kemandirian sosial akan mampu berinteraksi dengan mudah dan memiliki hubungan yang baik dengan sekitarnya, dimana itu bisa membantu mahasiswa dalam studinya.

5. Tingkat Kemandirian

Mahasiswa dalam

Menyelesaikan Tugas Akhir Dilihat dari Kemandirian Ekonomi.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan pada 63 orang mahasiswa di program Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat yang dijadikan sampel, maka diperoleh hasil yang menggambarkan tingkat kemandirian ekonomi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling dalam menyelesaikan tugas akhir berada pada kategori

(13)

mandiri dengan persentase 46,03%.

Keterangan di atas menjelaskan mahasiswa yang dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemandirian ekonomi

yang mandiri dalam

menyelesaikan tugas akhir, dimana bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang peneliti jabarkan pada latar belakang masalah. Hal ini dipicu karena adanya faktor internal dan eksternal yang menunjang mahasiswa mandiri dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti mahasiswa cenderung memilih mengerjakan sendiri tugas akhir tanpa membayar pihak lain dalam pembuatan tugas akhir dan mahasiswa memanfaatkan sarana dan prasana di kampus seperti menggunakan buku-buku yang ada di perpustakaan tanpa membeli buku di luar. Dimana Havighurst (Desmita, 2014: 186) menyatakan “Kemandirian ekonomi yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan

tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain”.

Jadi, mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir dituntut mandiri pada bidang ekonomi, karena mahasiswa akan lebih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan tugas akhir, seperti membeli buku. Seorang mahasiswa yang mandiri dalam bidang ekonomi akan bisa memanajemen waktu sehingga mampu mencari ide yang dapat menunjang bidang ekonominya.

Seperti: memanfaatkan waktu yang kosong untuk bekerja, memanfaatkan media sosial untuk berjualan tas/baju dan menciptakan suatu karya yang diminati orang lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tingkat kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat sebagai berikut:

(14)

1. Kesimpulan Umum.

Tingkat kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir berkategori mandiri.

2. Kesimpulan Khusus.

a. Tingkat kemandirian

mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir dilihat dari kemandirian emosional berada pada kategori mandiri.

b. Tingkat kemandirian

mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir dilihat dari kemandirian intelektual berada pada kategori mandiri.

c. Tingkat kemandirian

mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir dilihat dari kemandirian sosial berada pada kategori mandiri.

d. Tingkat kemandirian

mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir dilihat dari kemandirian ekonomi berada pada kategori mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyanti.

2007. Ilmu Pendidikan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. 2014. Psikologi Sosial Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Kependidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prayitno dan Erman Amti. 2008.

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Riduwan. 2010. Pengukuran Variabel-variabel

Penelitian. Bandung:

Alfbeta.

Rintyastini, Yuli & Suzy Yulia Charlotte. 2006. Bimbingan dan Konseling untuk SMP Kelas VII. Jakarta:

Erlangga.

Sudijono, Annas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan.

Jakarta: Raja Wali Press.

Syahputra, Robi. 2013. “Pola Asuh Orang Tua dalam Membina Kemandirian Belajar Peserta Didik di SMP Negeri 9 Padang. Padang STKIP PGRI SUMBAR”. Skripsi tidak diterbitkan. STKIP PGRI SUMBAR.

Referensi

Dokumen terkait

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dari 4 (empat) transek di lokasi penelitian terdapat 18 jenis dari 235 individu pohon buah darimasing-masing transek memiliki