• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of TINJAUAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN TERHADAP KEBIJAKAN PERUSAHAAN MENGAHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of TINJAUAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN TERHADAP KEBIJAKAN PERUSAHAAN MENGAHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Vol 3 (1) 2023 : 1-10

REVIEW OF BEHAVIORAL ACCOUNTING ON CORPORATE POLICY IN FACING THE INDUSTRIAL REVOLUTION 4.0

TINJAUAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN TERHADAP KEBIJAKAN PERUSAHAAN MENGAHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Alwadana Santri

1

Kania Mia Pangestu

2

Tomi Putra Sihombing

3

Yohanna Yenni

4

12345Universitas Muhammadiyah Riau, Ekonomi & Bisnis, Jalan Tuanku Tambusai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Email :3 putratomi15@gmail.com ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of behavioral accounting on company policies facing the industrial revolution 4.0.

The research method used is qualitative research because this study aims to describe the role of behavioral aspects in facing the industrial revolution 4.0. The study and understanding of management information systems, human resources and behavioral accounting play an important role both for the company and for workers/employees in dealing with future technological advances. The presence of the Industrial Revolution 4.0 brought changes to the adjustment of work for humans, machines, technology and processes in various professional fields. The development of the Industrial 4.0 era with its characteristics including digitalization brings challenges to the world of work. These challenges must be anticipated by parties who are experts in the field of HR or HR practitioners. This paper is a literature study of several journals related to human resource development facing industry 4.0. with regard to behavioral aspects.

Keywords: Behavioral Accounting, Industrial Revolution 4.0, Human Resources

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh akuntansi keperilakuan terhadap kebijakan perusahaan mengahadapi revolusi industry 4.0. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran aspek keperilakuan dalam menghadapi revolusi industry 4.0. Kajian dan pemahaman akan sistem Informasi manajemen, Sumber Daya Manusia dan Akuntansi Perilaku berperan penting baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja/Pegawai dalam menghadapai kemajuan-kemajuan teknologi yang akan datang. Kehadiran Revolusi Industri 4.0 membawa perubahaan pada penyesuaian pekerjaan pada manusia, mesin, teknologi dan proses di berbagai bidang profesi. perkembangan era Industri 4.0 dengan karakteristiknya meliputi digitalisasi membawa tantangan bagi dunia kerja. Tantangan tersebut harus diantisipasi oleh pihak-pihak yang ahli dibidang SDM atau praktisi SDM. Tulisan ini merupakan studi literatur terhadap beberapa jurnal yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia menghadapi industry 4.0. dengan memperhatikan aspek keperilakuan.

Kata Kunci: Akuntansi Perilaku, Revolusi Industri 4.0, Sumber Daya Manusia

RAJ, Vol Vol 3 (1) 2023 : 1-10, http://journal.yrpipku.com/index.php/raj |

Copyright © 2019 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International license

(2)

2 1.Pendahuluan

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan kemunculan komputasi berbasis awan (Cloud computing), data dalam ukuran besar (big data), rekayasa genetika, perkembangan neuro teknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak (World Economic Forum, 2016). Sedangkan Deloitte (Deloitte insight, 2017) menggambarkan bahwa industry 4.0 sebagai integrasi dari informasi digital dari banyak sumber dan lokasi yang dimulai dari aktiiftas manual dalam berbisnis menjadi lebih mudah dan efisien. Industry 4.0 pertama kali digemakan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Istilah ini digunakan oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya, dengan bantuan teknologi. Mengutip dari laman Forbes, revolusi industri generasi keempat bisa diartikan sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri. Hal ini digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan AI (Artificial Intelligence). Secara singkat, Industry 4.0, pelaku industri membiarkan komputer saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain untuk akhirnya membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia. Kombinasi dari sistem fisik-cyber, Internet of Things (IoT), dan Internet of Systems membuat Industry 4.0 menjadi mungkin, serta membuat pabrik pintar menjadi kenyataan.

Di Indonesia, perkembangan Industry 4.0 sangat didorong oleh Kementerian Perindustrian. Pada tahun 2019, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di bidang industry. Revolusi Industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (2019) beberapa bidang yang harus dipersiapkan dalam mengahadapi revolusi industry 4.0 diantaranya adalah melakukan peningkatan otomatisasi, komunikasi machine-to-machine, komunikasi human-to-machine, AI (Artificial Intelligence), serta pengembangan teknologi berkelanjutan. Serta melakukan implementasi dasar-dasar yang menjadi faktor penggerak diantaranya peningkatan volume data, daya komputasi, dan konektivitas. Perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan perilaku organisasi dan proses bisnis pada perusahaan. Perusahaan dituntut agar dapat menyesuaikan dan mengikuti perkembangan teknologi, hal ini dikarenakan masyarakat sebagai pengguna akhir atau konsumen semakin menunjukkan adanya perubahan perilaku. Persiapan SDM industri melalui pendidikan vokasi yang mengarah pada high skill serta meningkatkan keterampilan SDM industri yang dominan low/middle ke level high skill juga harus dilakukan.

2. Tinjauan Pustaka

Pada perkembangan revolusi industri 4.0 ini, perusahaan harus menyiapkan aspek- aspek penting yang nantinya akan menjadi faktor pendukungan dalam mengahadapi revolusi industri ini diantaranya, sistem informasi manajemen serta sistem informasi akuntansi, sumber daya manusia, dan Akuntansi Keperilakuan.

a. Sejarah dan Perkembangan Revolusi Industri

Thomas S. Ashton dalam buku The Industrial Revolution (1760-1830) mengatakan bahwa Revolusi Industri dimulai pada terjadinya peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api. Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving

(3)

Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik dalam negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan kaya akan sumber daya alam.

Revolusi Industri II pada sekitar pertengahan abad ke-18, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin pembakaran dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik. Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis- Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Produk domestik bruto (PDB) per kapita negara- negara di dunia meningkat setelah Revolusi Industri dan memunculkan sistem ekonomi kapitalis modern. Revolusi Industri menandai dimulainya era pertumbuhan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis. Tuntutan menjadi produktif terus berlanjut hingga memasuki awal abad ke-20. Pendekatan scientific management Frederick W Taylor diaplikasikan pada pabrik mobil Ford untuk memproduksi secara massal. Produksi secara massal yang bekerja di suatu assembly line itulah yang merombak cara bekerja untuk menghasilkan barang agar lebih cepat dan murah. Awal Revolusi Industri 3.0 ditandai dengan tuntutan produksi dengan produktivitas tinggi tidak terhenti. Penemuan Programmable Logic Controller (PLC) pada tahun 1960-an memungkinkan otomatisasi dan robotisasi dalam sistem produksi. Kondisi ini mendorong produksi massal dilakukan secara lebih berkualitas, lebih cepat, dan lebih murah.

Sejalan dengan waktu, tuntutan pembuat barang tidak hanya sebatas bekerja otomatis dalam internal pabrik. Lebih dari itu, produsen harus mampu mengorkestrasikan siapapun mitranya dalam jejaring pasokan untuk memenuhi segala permintaan pasar secara responsif sekaligus efisien. Industri 4.0 terkait dengan optimalisasi semua sumber daya yang ada dalam jejaring bisnis untuk memenuhi semua permintaan pasar. Optimalisasi sebenarnya bukan hal yang baru, tetapi pembedanya adalah “bagaimana memainkan” dalam upaya tersebut. Bagaimana memainkan ditentukan oleh orkestrasi solid berbagai teknologi pendukung, di antaranya internet of things, 3D printing, cloud computing, artificial intelligence, dan big data analytics di samping teknologi robot yang kian otonom (Cahyadi, 2018).

a. Sistem Informasi Manajemen

Saat kemajuan pesat informasi teknologi informasi saat ini, perusahaan tidak bisa terlepas dari kebutuhan Sistem Informasi Manajemen (SIM). Dengan kata lain sistem informasi merupakan kebutuhan vital bagi perusahaan. Pada tahun 2013, Abdurrahman menyatakan bahwa sistem informasi sangat penting bagi perusahaan, terdapat beberapa alasan yang menjadi hal penting diantaranya:

1) Sistem informasi merupakan suatu sistem untuk mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi manajer dalam pengambilan keputusan. Fakta dan data adalah bahan mentahnya, sedangkan informasi adalah interpretasi data yang berarti dan berguna.

2) Sistem informasi berguna untuk meningkatkan kinerja.

3) Sistem informasi membantu dalam penjadwalan pekerjaan sehari-hari, mengevaluasi prospektif karyawan, dan merumuskan strategi bisnis perusahaan.

4) Sistem informasi juga berguna untuk menganalisis masalah manajemen, terutama untuk tujuan-tujuan kontrol, menerapkan standar kendali kualitas untuk produksi, membandingkan harga dengan anggaran, menyimpan catatan mengenai ketidakhadiran dan tingkat perputaran karyawan.

5) Sistem informasi juga penting dalam perencanaan, khususnya perencanaan untuk memutuskan produk dan pasar perusahaan dalam 10 tahun mendatang.

6) Sistem informasi berguna untuk merumuskan strategi, misalnya strategi untuk penyediaan barang, penerimaan pesanan pelanggan dan memenuhi pesanan dengan segera.

Informasi sebagai hasil dari pemrosesan atau pengelolaan harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Relevan, artinya informasi yang diperoleh tersebut sebaiknya sesuai atau signifikan dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan.

(4)

4

2) Akurat, artinya informasi yang diperoleh sebaiknya mampu memecahkan masalah yang dibutuhkan organisasi.

3) Aktual, artinya informasi yang tersedia adalah informasi yang terbaru.

4) Mengalir secara periodik, artinya informasi tersebut secara terus-menerus dipantau dan mampu membantu manajer dalam setiap keputusan.

Kompleksnya kegiatan operasional perusahaan, sehingga Sistem Informasi Manajemen mutlak dimiliki oleh perusahaan untuk menjalankan dan mendukung bisnisnya. Salam satu sub Sistem Informasi Manajemen adalah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) sangat penting dalam mendukung aktivitas tersebut dan mencatat transaksi keuangan yang terjadi sehingga mampu menyediakan laporan keuangan sebagai alat pengambilan keputusan manajemen maupun memenuhi kebutuhan pihak luar, seperti investor, pemerintah, dan lain-lain. Menurut Sunyoto (2014), Sistem Informasi Akuntansi melaksanakan aplikasi akuntansi perusahaan yang ditandai dengan volume pengolahan data yang tinggi dimana pengolahan itu sendiri meliputi pengumpulan data, manipulasi data, penyimpanan data, dan penyiapan dokumen. Sistem informasi akuntansi juga mengalami perkembangan-perkembangan, mulai dari konsep double entry bookkeeping system, hingga sebagai sistem berbasis komputer, bahkan kini menjadi bagian integral dari keseluruhan sistem terpadu yang disebut enterprise information system. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan sistem informasi akuntansi sampai dalam bentuknya sekarang ini antara lain adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan sistem pengolahan data dan peralatannya yang memungkinkan sistem informasi akuntansi tidak hanya mampu menyajikan laporan akuntansi keuangan melainkan juga berbagai informasi akuntansi manajemen dan bahkan laporan-laporan non- keuangan yang sangat penting bagi dukungan pengendalian organisasi.

2) Meningkatnya kompleksitas operasional perusahaan menyebabkan sistem informasi (khususnya informasi akuntansi) menjadi makin penting sebagai alat bantu manajemen.

3) Meningkatnya kompleksitas organisasi, multinasional, konglomerasi dan organisasi maya (virtual organization), menyebabkan perlunya perhatian dan kesungguhan untuk membangun, mengelola, dan memberdayakan sistem informasi akuntansi menjadi makin meningkat.

4) Tempo kegiatan, speed, dan tingkat toleransi pelayanan makin rendah, artinya suatu keslahan pengambilan keputusan dapat langsung mempunyai dampak yang relatif cukup besar. Karena itu peranan sistem informasi akuntansi dalam menyediakan bahan untuk proses pengambilan keputusan makin penting.

5) Terjadi globalisasi kegiatan dan makin perlunya sistem informasi akuntansi menjadi media komunikasi bisnis antarlokasi dan antarnegara.

6) Sistem informasi akuntansi makin diperlukan untuk memberikan masukan maupun sebagai alat pemicu (trigger) bagi pengembangan sistem informasi manajemen fungsional lainnya.

b. Sumber daya Manusia (SDM)

Manusia merupakan komponen penting dalam organisasi yang akan bergerak dan melakukan aktifitas untuk mencapai tujuan. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan dari kualitas orang- orang yang berada di dalamnya. SDM akan bekerja secara optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan karir mereka dengan melihat apa sebenarnya kompetensi mereka.

Biasanya, pengembangan SDM berbasis kompetensi akan mempertinggi produktivitas karyawan sehingga kualitas kerja pun lebih tinggi pula dan berujung pada puasnya pelanggan dan organisasi akan diuntungkan. Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai semua manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi tersebut.

Veithzal (2004) menyatakan bahwa Sumber daya manusia adalah seorang yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan usaha pencapaian tujuan organisasi. Selain itu sumber daya manusia merupakan salah satu unsur masukan (input) yang bersama unsur lainnya seperti modal, bahan, mesin dan metode/teknologi diubah menjadi proses manajemen menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya yang

(5)

paling penting bagi suatu organisasi adalah orang yang memberikan kerja, bakat, kreativitas, dan semangat kepada organisasi". Oleh karena itu kesulitan sumber daya manusia merupakan sumber masalah dalam organisasi. Konsekuensi dari hai ini adalah tersedianya sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas sebagai perencana dan pelaksana program kegiatan. Kapasitas ini ditentukan oleh kapabilitas, kompetensi dan produktivitas kerja. Kapabilitas sumber daya manusia yang berorientasi pada pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang akan menentukan berhasilnya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya secara optimal.

c. Akuntansi Keperilakuan

Merujuk pada tujuan akuntansi menurut Lubis (2017) tujuan akuntansi dibagi menjadi tiga bagian antara lain:

1) Informasi untuk pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan umumnya dilakukan oleh pelaku bisnis yang mana informasi akuntansi dapat mendeskripsikan informasi keuangan yang dapat diukur dan dikomunikasikan yang dibutuhkan para pemangku kepentingan. Informasi yang dihasilkan dapat berguna untuk menyusun berbagai proyeksi. Misalnya jumlah kebutuhan kas di masa mendatang, sehingga dengan proyeksi tersebut secara tidak langsung akan mengurangi ketidakpastian kebutuhan akan kas.

2) Pengguna informasi dan Tujuan pengguna

Pemangku kepentingan yang memerlukan pengungkapan informasi keuangan dapat berasal dari eksternal dan internal perusahaan. Namun biasanya pihak yang paling sering berhubungan dengan informasi ini ialah manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan manajemen diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan perusahaan mengenai beberapa aspek di dalamnya. Tujuan pengguna Setiap pengguna dari informasi akuntansi pastinya

3) Pertanggung Jawaban

Kerangka dasar pertanggungjawaban pengungkapan informasi akuntansi ialah menyediakan seperangkat alat komunikasi yang wajar mengenai alur keuangan.

Informasi yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan, hal ini dikarenakan informasi akuntansi memiliki potensi untuk memengaruhi perilaku penggunanya.

Akuntansi keperilakuan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan akuntansi dan perilaku manusia memiliki kontribusi dalam pengarahan pengambilan keputusan. Hal ini didasari oleh akuntansi yang berperan sebagai penyedia dan sumber dari berbagai informasi keuangan perusahaan yang konsep, prinsip, dan praktiknya akan memengaruhi pertimbangan manajerial dalam mengambil keputusan. Organisasi atau perusahaan digerakkan oleh sumber daya manusia di dalamnya. Yang masing-masing individu dalam suatu perusahaan memiliki karakter atau sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal tersebut merupakan wujud dari berbagai macam pengalaman, interaksi, dan informasi yang mereka dapatkan untuk diungkapkan melalui tindakan

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yaitu memandang realitas sosial sebagai suatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (Narbuko, 2002) dengan studi pustaka untuk memahami peran akuntansi keperilakuan terhadap kebijakan perusahaan mengahadapi revolusi industry 4.0 saat ini. Penelitian ini mengidentifikasi kebijakan perusahaan mengenai langkah-langkah yang diambil. Menurut (Moleong 2007) penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena yang terjadi dan dialami dengan mengkaji secara historik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Sumber dalam penelitian ini adalah data sekunder bersumber dari studi pustaka berbagai dokumen dan literatur yang berkaitan dengan topik yang diangkat penulis.

(6)

6

Metode kualitatif bersifat diskriptif, yakni data yang terkumpul berbentuk kata atau gambar, tidak hanya menekankan pada angka (Sugiono, 2008). Adapun pendekatan yang digunakan adalah fenomenalogi yaitu metodelogi kualitatif yang mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan subyektif dan interpersonalnya dalam proses eksploratori (Alase, 2017). Adapun sumber data diperoleh dari data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalkan dokumen, jurnal, hasil penelitian, buku, dan peraturan pemerintah (Basrowi, 2008).

2. Hasil Dan Pembahasan

Konsep Sistem Informasi Manajemen muncul setelah ditemukannya kebutuhan untuk menyediakan informasi kepada para manajer. Kebutuhan Sistem Informasi Manajemen yang sangat luas, dan menuntut untuk memberikan informasi kepada semua manajer di perusahaan untuk digunakan dalam penyelesaian semua permasalahan. Dalam proses nya kebutuhan akan sistem pendukung mendorong inovasi di bidang teknologi untuk memecahkan masalah-masalah dan membantu kinerja manajemen.

Dalam Revolusi Industri 4.0, setidaknya ada lima teknologi yang menjadi pilar utama dalam mengembangkan sebuah industri siap digital, yaitu: Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Cloud Computing dan Additive Manufacturing.

1) IoT (Internet of Things) merupakan sistem yang menggunakan perangkat komputasi, mekanis, dan mesin digital dalam satu keterhubungan (interrelated connection) untuk menjalankan fungsinya melalui komunikasi data pada jaringan internet tanpa memerlukan interaksi antarmanusia atau interaksi manusia dan komputer. Sistem IoT mengintegrasikan empat komponen, yaitu: perangkat sensor, konektivitas, pemrosesan data, dan antarmuka pengguna. Contoh aplikasi IoT di Indonesia: Gowes (IoT untuk bike sharing), eFishery (IoT pemberi pakan ikan otomatis), Qlue (IoT untuk smart city), dan Hara (IoT untuk pangan dan pertanian).

2) Big Data adalah istilah yang menggambarkan volume besar data, baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Namun bukan jumlah data yang penting, melainkan apa yang dilakukan organisasi terhadap data. Big Data dapat dianalisis untuk pengambilan keputusan maupun strategi bisnis yang lebih baik. Penyedia Layanan Big Data Indonesia, antara lain: Sonar Platform, Paques Platform, Warung Data, Dattabot.

3) AI (Artificial Intelligence ) merupakan sebuah teknologi komputer atau mesin yang memiliki kecerdasan layaknya manusia dan bisa diatur sesuai keinginan manusia. AI bekerja dengan mempelajari data yang diterima secara berkesinambungan. Semakin banyak data yang diterima dan dianalisis, semakin baik pula AI dalam membuat prediksi. Aplikasi chatbot dan pengenalan wajah (face recognition) merupakan salah satu contoh penerapan AI.

4) Komputasi awan (cloud computing) adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan data dan aplikasi, dimana pengguna komputer diberikan hak akses (login) menggunakan cloud untuk dapat mengkonfigurasi peladen (server) melalui internet. Contohnya, hosting situs web berbentuk peladen virtual. Ada tiga jenis model layanan dari komputasi awan, yaitu:

 Cloud Software as a Service (SaaS), layanan untuk menggunakan aplikasi yang telah disediakan oleh infrastruktur awan.

 Cloud Platform as a Service (PaaS), layanan untuk menggunakan platform yang telah disediakan, sehingga pengembang hanya fokus pada pengembangan aplikasi;

 Infrastructure as a Service (IaaS), layanan untuk menggunakan infrastruktur yang telah disediakan, dimana konsumen dapat memproses, menyimpanan, berjaringan, dan memakai sumber daya komputasi lain yang diperlukan oleh aplikasi. Produk-produk cloud computing di Indonesia: K-Cloud, CloudKilat, Dewaweb, IDCloudHost, FreeCloud.

(7)

5) Addictive Manufacturing merupakan terobosan baru di industri manufaktur dengan memanfaatkan mesin pencetak 3D atau sering dikenal dengan istilah 3D printing.

Gambar desain digital yang telah dibuat diwujudkan menjadi benda nyata dengan ukuran dan bentuk yang sama dengan desain sebenarnya atau dengan skala tertentu.

Teknologi additive manufacturing mampu memproduksi lebih banyak desain dan memproduksi barang yang tidak bisa dibuat dengan teknologi manufaktur tradisional.

Kemajuan teknologi yang semakin pesat di era revolusi industry 4.0 telah menyediakan berbagai platfom untuk mengimbangi kebutuhan bisnis yang juga semakin meningkat. Lalu bagaimana Sumber Daya Manusia dalam perusahaan mengimbangi kemajuan teknologi yang semakin pesat? Pesatnya perkembangan teknologi ini juga mempengaruhi hampir semua aspek kinerja manusia, seperti dunia kerja, pendidikan, ekonomi, sosial-budaya, dan sebagainya. Dalam hal ini, sumber daya manusia yang kompeten merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan transformasi di era revolusi industri 4.0, dan karenanya peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting. Kualitas sumber daya manusia di era revolusi industi 4.0 menjadi sangat krusial, khususnya untuk sebuah organisasi baik itu profit ataupun nonprofit dalam dunia industri.

Untuk itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi penting, sebagai contoh peningkatan ketrampilan SDM agar memiliki kompetensi yang baik dalam pemanfaatan teknologi digital. Selain itu, sumber daya manusia yang kompeten akan mewujudkan pabrik cerdas (smart factories) salah satunya Internet of Things (IoT). Semakin tinggi kadar kualitas yang dimiliki maka hal tersebut akan membuka peluang besar bagi SDM, sesuai dengan perkembangan teknologi digital di era revolusi industri 4.0.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam menangani beragam jenis tugas dan menerapkan kemampuan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada. Usaha pengembangan tersebut bermanfaat bagi organisasi dan individu karyawan. Kemampuan dan pengalaman yang tepat dari karyawan dan manajer dapat memperkuat daya saing organisasi dan kemampuan untuk mengadaptasi terhadap lingkungan yang berubah khususnya kalau terjadi turbulensi eksternal. Bagi individu karyawan, program pengembangan antara lain membuka peluang untuk promosi karir.

Salah satu bentuk dari pengembangan SDM adalah pelatihan. Dalam prakteknya pelatihan disandingkan dengan pengembangan. Pengembangan berbeda dengan pelatihan baik dilihat dari segi fokus, jangka waktu, dan ukuran efektifitas. Fokus pelatihan pada belajar kegiatan dan perilaku spesifik; mendemonstrasi teknik dan proses. Sementara pengembangan pada memahami konsep dan konteks informasi; pengembangan pendapat; pengembangan kapasitas untuk menjalankan tugas. Dari sisi jangka waktu, pelatihan lebih singkat sedangkan pengembangan lebih lama. Ukuran efektifitas pelatihan adalah penilaian kinerja; analisis manfaat- biaya; test kelulusan; sertifikasi. Sementara pengembangan pada karyawan kualifaid tersedia ketika dibutuhkan; peluang promosi; keunggulan kompetitif berbasis SDM. Pelatihan dan pengembangan dapat dilakukan karena adanya kondisi: Pertama: pada saat pekerjaan mewajibkan individu-individu supaya memiliki keahlian, pengetahuan, atau sikap yang berbeda dari yang saat ini dimilikinya. Kedua: ketika kemajuan dalam organisasi atau di luar organisasi yang mensyaratkan individu agar memiliki keahlian, pengetahuan, dan sikap yang berbeda. Jenis pengembangan yang dilakukan untuk peningkatan kapabilitas karyawan sangat bergantung pada kondisi individu dan kapabilitas yang dibutuhkan organisasi. Akan tetapi pada umumnya pengembangan SDM yang dilakukan dalam peningkatan kapabilitas karyawan adalah dalam hal orientasi pada pekerjaan, kualitas pengambilan keputusan, nilai-nilai etika dan ketrampilan teknis.

Dalam hal kapabilitas non-teknis akan efektif dilakukan melalui proses sosialisasi pekerjaan atau jalur tidak formal. Dalam prakteknya, pengembangan merupakan proses sepanjang masaketika karyawan bekerja pada organisasinya. Artinya pengembangan sudah sebagai kebutuhan organisasi dan individu secara bersinambungan sesuai dengan dinamika eksternal. Dengan demikian aset SDM yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perlu dipersiapkan dan dikembangkan untuk penyesuaian dengan pekerjaan baru, promosi dan pekerjaan baru setelah karyawan pensiun. Tahapan pengembangan SDM sebagimana pendapat Simamora (2001):

(8)

8

a) Tahap pertama: Tahapan pengembangan SDM dimulai dari tahap identifikasi kebutuhan pengembangan. Dalam tahap ini digali proses pengembangan apa yang paling cocok bagi individu tertentu dengan melakukan penilaian mengenai strenghts dan areas for development dari tiap individu (karyawan). Penilaian dapat dilakukan dengan melalui pola assessment center atau juga melalui observasi dan evaluasi dari atasan masing-masing.

b) Tahap kedua: Langkah selanjutnya merumuskan program pengembangan apa yang cocok bagi karyawan yang bersangkutan. Dalam perumusan program pengembangan hasil penialaian ini tidak hanya didasarkan pada kelemahan karyawan, namun justru harus lebih bertumpu pada kekuatan yang dimiliki oleh karyawan tersebut (pendekatan semacam ini disebut sebagai strenghtbased development). Jenis program atau proses pengembangan yang disusun juga tidak mesti harus berupa training di kelas. Ada banyak alternatif program pengembangan lain seperti, Mentoring (karyawan yang dianggap senior dan memiliki keahlian khusus menjadi mentor bagi sejumlah karyawan lainnya, Project/special assignment (penugasan khusus untuk menambah job exposure), Job enrichmnet (memperkaya bobot pekerjaan) serta On-the-job training.

c) Tahapan berikutnya adalah monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan yang telah disusun. Dalam fase ini, setiap progress pelaksanaan program dimonitor efektivitasnya dan kemudian pada akhir program dievaluasi dampaknya terhadap peningkatan kinerja karyawan yang bersangkutan, dan juga pada kinerja bisnis.

Serangkaian tahapan di atas, mulai dari fase identifikasi, fase penyusunan program pengembangan dan fase monitoring/evaluasi, sebaiknya dibakukan dalam mekanisme yang sistematis dan tersandar. Sebaiknya disusun juga semacam buku panduan lengkap untuk melakukan serangkaian proses di atas, disertai alat-alat yang diperlukan. Dengan demikian, setiap manajer atau karyawan paham akan apa yang mesti dilakukan. Agar pengembangan SDM berjalan dengan baik harus ada pengelola dari departemen SDM yang bertugas khusus untuk memastikan bahwa serangkaian proses di atas dapat dilakukan dengan benar dan tertib. Pola semacam inilah yang harus dilakukan jika perusahaan / organisasi yang anda pimpin benar-benar ingin mendayagunakan potensi setiap SDM-nya secara optimal. Jika kemajuan teknologi dalam revolusi indsutri 4.0 dan kemampuan sumber daya manusia yang dibutuhkan telah optimal, bagaimana dampak kemanjuan-kemajuan tersebut pada akuntansi dalam aspek keperilakuan?

Suatu organisasi atau perusahaan digerakkan oleh sumber daya manusia di dalamnya.

Menilik lebih lanjut, masing-masing individu dalam suatu perusahaan memiliki karakter atau sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal tersebut diartikan sebagai perilaku yang merupakan wujud dari berbagai macam pengalaman, interaksi, dan informasi yang mereka dapatkan untuk diungkapkan melalui tindakan. Menurut Suartana (2010) dan Lubis (2017) ilmu keperilakuan dapat memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia hingga ke level generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang terdukung oleh bukti-bukti empiris.

Kemanjuan teknologi akan mengubah peran akuntan yang digantikan oleh teknologi AI (Artificial Intelligence) dan robotik dalam melakukan pekerjaan dasar akuntan yaitu mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah transaksi, melakukan otomatisasi pembuatan laporan keuangan sekaligus menganalisa laporan keuangan tersebut secara mandiri tanpa campur tangan manusia. Pola swakelola fungsi dasar akuntan inilah yang tentunya meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan dan hasilnya langsung diketahui saat itu juga (real time). Banyak perusahaan yang sudah mengembangkan hal ini karena sudah didukung adanya standarisasi proses pengelolaan keuangan dan standarisasi arsitektur sistem informasi yang memadai dan sesuai tuntutan industri generasi keempat sehingga kompetensi krusial yang dibutuhkan bagi akuntan selanjutnya adalah kemampuan analisa data, mengikuti perkembangan teknologi informasi dan memperbaharui gaya kepemimpinan.

Lebih jauh lagi dampaknya adalah akuntan dan kantor akuntan akan “dipaksa”

mengembangkan aplikasi bergerak (mobile) untuk dapat mengakses data secara langsung dari perangkat telepon genggam, tablet dan virtual reality (VR). Audit laporan keuangan dilakukan berbasis real-time dimana regulator dan auditor menarik data yang dibutuhkan secara otomatis langsung dari sistem dan sensor yang melekat pada kegiatan operasional sehingga transparansi dan keakuratan data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan. Apabila akuntan tidak

(9)

memiliki keahlian yang memadai didalam teknologi informasi maka profesi lain dapat mengambil alih fungsi akuntan, sehingga dapat dikatakan teknologi informasi adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dipelajari dan dimengerti oleh akuntan itu sendiri.

Dikutip dari International Edition of Accounting and Business Magazine edisi Desember 2016, Roger Leonard Burrit dan Katherine Christ menyebutkan empat langkah yang harus diambil akuntan didalam menghadapi revolusi industry 4.0 yaitu:

a. Kesadaran (Awareness) bahwa dengan revolusi industri melahirkan peluang atau kesempatan baru. Kesempatan yang muncul ini menumbuhkan bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya, sebagai contoh Jerman sebagai negara pencetus memiliki 80%

perusahaan yang siap mengimplementasikan revolusi industri 4.0 atau Cina yang menyadari bahwa diperlukan pembangunan pada aspek pengetahuan dan menargetkan 60% investasi pada sektor ini. Bukan hanya dua negara ini saja akan tetapi banyak negara sudah berada dalam tahap awal diseminasi informasi yang selanjutnya akan berkembang lebih dalam untuk menjalankan secara total revolusi 4.0.

b. Pendidikan (Education). Regulator atau pemerintah dan praktisi pendidikan dituntut untuk dapat membuat kurikulum yang relevan disesuaikan dengan perkembangan konektifitas digital, seperti contohnya pelatihan koding, manajemen informasi antar beberapa program dan platform yang berbeda atau implementasi real-time accounting yang ditujukan kepada seluruh departemen dan organisasi perusahaan termasuk pemegang saham.

c. Pengembangan profesi (Professional Development). Meningkatkan kinerja profesi akuntan beserta program – program yang mendukung pengembangannya dengan cara melakukan latihan presentasi online maupun tatap muka secara langsung (face to face discussion) dan mengevaluasi dampaknya terhadap kapabilitas profesi akuntan pada masa depan.

d. Penerapan standar tinggi (Reaching Out). Sebagai akuntan dituntut harus memiliki control maksimal terhadap data yang dihasilkan, dimana data atau informasi fisik biasanya diperoleh dibawah tanggung jawab para insinyur (engineer) sehingga hubungan kerja antara akuntan dan insinyur harus berjalan harmonis agar data dan informasi akuntansi dijaga dengan baik.

Akuntan dalam perspektif revolusi industri sudah bukan lagi sebagai “bookkeeper” tetapi meluas menjadi hal yang baru yang bisa jadi tidak menyentuh sama sekali aspek finansial.

Eksplorasi hal baru tentunya juga menimbulkan spesialisasi yang belum ada pada saat sekarang. Spesialisasi disini apabila melihat kepada penjelasan diatas akan bertambah menjadi bidang pekerjaan baru yang menuntut kapabilitas dan kapasitas yang berbeda pula karena diperlukan untuk mampu melihat potensi perubahan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Celah antara dunia kerja riil dan dunia akademis patut dijembatani untuk kemudian dilakukan riset dan penelitian lebih dalam dimana hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan solusi yang membangun dan informatif untuk kemudian dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar di lingkungan universitas, perguruan tinggi dan profesi akuntan.

3. Kesimpulan

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan kemunculan komputasi berbasis awan (Cloud computing), data dalam ukuran besar (big data), rekayasa genetika, perkembangan neuro teknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak (World Economic Forum, 2016). Sedangkan Deloitte (2017) menggambarkan bahwa industry 4.0 sebagai integrasi dari informasi digital dari banyak sumber dan lokasi yang dimulai dari aktiiftas manual dalam berbisnis menjadi lebih mudah dan efisien. Industry 4.0 pertama kali digemakan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Istilah ini digunakan oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya, dengan bantuan teknologi. Mengutip dari laman Forbes, revolusi industri generasi keempat bisa diartikan sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri. Hal ini digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan AI (Artificial Intelligence). Secara singkat, Industry 4.0, pelaku industri membiarkan

(10)

10

komputer saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain untuk akhirnya membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia.

Sumber Daya Manusia merupakan ujung tombak yang menjalankan seluruh tahapan proses mulai dari produksi, distribusi, sampai dengan penjualan. Manajemen SDM bertujuan mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya.

Manajemen perubahan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mempengaruhi pada orang, lembaga atau organisasi ke arah yang lebih baik dengan tujuan pencapaian efisiensi dan efektivitas kerja. Manajemen perubahan pada sektor SDM

Revolusi Industri 4.0 melahirkan banyak hal baru yang nantinya mempengengaruhi profesi akuntan dan mahasiswa yang sedang menempuh studi akuntansi. Digitalisasi industri dan real-time transaksi sanggup memonitor secara tepat dan cepat performa organisasi atau perusahaan baik dalam bidang manufaktur, rantai pasokan (supply chain) dan konsumen. Profesi akuntan diharapkan dapat beradaptasi terhadap hal ini dan yang lebih penting lagi, universitas dan perguruan tinggi harus merubah dan merevolusi proses pembelajaran untuk dapat mengikuti ritme cepat dari perkembangan teknologi informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Nana Herdiana. (2013). Manajemen Bisnis Syari’ah dan Kewirausahaan. Bandung:

CV. Pusataka Setia.

Alase, Abayomi. The Interpretative Phenomenological Analysis (IPA): A Guide to a Good Qualitative Research Approach. International Journal of Education and Literacy Studies, Vol. 5 No. 2, April 2017, DOI: 10.7575/aiac.ijels. v.5n.2p.9.

Basrowi, Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyadi, Iwan Fahri. 2019. Peranan Sistem Informasi Akuntansi dan Tantangan Profesi Akuntan di Era Revolusi Industri 4.0 (Sebuah Studi Fenomenologi). Jurnal AKTSAR, Volume 2 No.1,

Hal.69-82.

Gibbons, Gery & Budman, Matthew. 2017. Forces of change: Industry 4.0. Deloitte insight. New York. US

Iswanto, Alek Candra & Wahjono. (2019). Pengaruh Revolusi Industri 4.0 Tehadap Ilmu Akuntansi-ESAI. INFOKAM, Nomor I Th. XV/MARET/2019.

Kominfo.go.id. 2019. Apa itu Industri 4.0 dan bagaimana Indonesia menyongsongnya.

https://kominfo.go.id/content/detail/16505/apa-itu-industri-40-dan-bagaimana- indonesia-menyongsongnya/0/sorotan_media. Diakses tanggal 17 Januari 2022.

Lubis, Ahmad Ikhsan. (2017). Akuntansi Keperilakuan: Multiparadigma. Jakarta: Salemba Empat.

McLeod Jr, Raymond & Schell, George P. (2009). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:

Salemba Empat.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revi. Vol. 8. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narbuko, Cholid & Ahmadi, Abu. (2002). Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.

Rivai,Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta:Grafindo.

Rizkinaswara, Leski. 2020. Revolusi Industri 4.0. https://aptika.kominfo.go.id/2020/01/revolusi- industri-4-0/. Diakses tanggal 17 Januari 2022.

Simamora, Bilson. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel, Edisi Pertama, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Suartana, W I. (2010). Akuntansi Keperilakuan Teori dan Implementasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sunyoto, Danang. (2014). Sistem Informasi Manajemen: Perspektif Organisasi. Yogyakarta:

Penerbit CAPS.

Winjaya, Reza Henning & Setianingsih, Fina Agus. 2021. Tinjauan Akuntansi Keperilakuan Terhadap Kebijakan Perusahaan Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi Volume 18, Issue 02, Juli 2021.

World economic forum (2016). Carbon waste management. www.weforum.org/reports

Referensi

Dokumen terkait

Furthermore, the analysis of the level of tsunami vulnerability based on the tsunami run-up height in Sikka District indicates that the coastal area of the northern coast of