Bagaimana Revisi Fiqih Muamalah Akad Sapi Gaduh di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Demikian ulasan Fiqih Muamalah tentang Bagi Hasil Sapi Gaduh di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan.
Sistematika Pembahasan
PENDAHULUAN
Pada Bab I penulis akan menjelaskan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah untuk menguraikan masalah akademik yang menjadi alasan mengapa penelitian ini dilakukan, rumusan masalah pada bagian ini sangat penting karena posisinya secara tidak langsung mengarahkan peneliti untuk fokus. untuk bergerak. dari penelitian yang dilakukan, maka tujuan penelitian dan kegunaan penelitian adalah untuk menjamin apakah penelitian ini dapat menghasilkan temuan-temuan, baik teoritis maupun praktis.
KETENTUAN UMUM TENTANG SISTEM KERJASAMA MUDHARABAH DAN MUSHARAKAH
PRAKTIK GADUH SAPI PADA MASYARAKAT DESA PUCANGOMBO TEGALOMBO PACITAN
ANALISIS FIQH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK GADUH SAPI PADA MASYARAKAT
PENUTUP
Mushârakah
- Pengertian Mushârakah
- Dasar hukum Mushârakah
Sedangkan menurut istilah musyârakah adalah akad antara orang-orang yang mempunyai hubungan darah dan keuntungan.21 Menurut malikiyah, musyârakah adalah izin menggunakan (tasarruf) harta milik dua orang, sama-sama untuk keduanya, yaitu. , keduanya memberikan izin kepada salah satu dari mereka untuk menggunakan properti tersebut. itu milik keduanya, tetapi masing-masing mempunyai hak untuk membuangnya. 22 Menurut Syafi'iyah, menjamin hak atas sesuatu yang dimiliki oleh dua orang atau beberapa orang dengan cara yang diketahui.23 Menurut Syafi'i Antonio dalam bukunya yang berjudul Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek, Musyârakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak menyumbangkan dana atau amal melalui suatu perjanjian. bahwa keuntungan dan risiko akan dibagi sesuai dengan. Agar tidak salah dalam memahami kata syirkah dan musyarakah, perlu diperjelas bahwa syirkah adalah kerja sama atau kemitraan, sedangkan musyarakah adalah pengelolaan modal dari persekutuan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih.
Maksudnya: Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu daripada diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah membangkitkan ramai lelaki dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahim.
- Rukun dan syarat mushârakah
- Pembagian Hasil Mushârakah
- Pembagian Kerugian Mushârakah
- Shirkah
- Pengertian shirkah
- Macam-macam shirkah
- Dasar Hukum shirkah
Sedangkan syirkah ijbari (pemaksaan) yaitu; syirkah yang dibebankan kepada dua orang atau lebih dan tidak didasarkan pada perbuatan salah satu dari mereka, misalnya dua orang menerima warisan, maka kedua orang tersebut telah melaksanakan syirkah hak milik. Shirkah al-'inan adalah kontrak yang dibuat oleh dua orang atau lebih dalam bidang real estat yang dapat mereka perdagangkan.
اق
Rukun dan Syarat Shirkah
Menurut ulama Hanabiyah, rukun perkongsian ada dua iaitu ijab dan qabul kerana ijab dan qabul (akad) menentukan kewujudan syirik.41 Terdapat beberapa syarat dalam syirik antaranya syarat pihak yang berakad, sighat, modal dan keuntungan. . untuk berkongsi. Dalam hal ini ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu modal yang digunakan sebagai objek perjanjian kerjasama berasal dari alat pembayaran (nuqud), seperti junaih, riyal dan rupiah. Walaubagaimanapun, hamba dibenarkan untuk mengikat kontrak dengan hamba, tetapi dia mesti mendapat kebenaran daripada tuannya, penerima kontrak mesti bercakap, kontraktor mestilah cukup umur.
Pembagian keuntungan keugian dalam shirkah
Maslahah Mursalah
- Pengertian Maslahah Mursalah
- Dasar Hukum Maslahah Mursalah
Menurut bahasa, perkataan maslahah berasal daripada bahasa Arab dan dalam bahasa Indonesia ia menjadi perkataan maslahah iaitu membawa kebaikan atau yang mendatangkan manfaat dan menolak mudarat.45 Menurut bahasa asal, perkataan maslahah berasal daripada perkataan salahu, yasluhu , salahan, احاس, ح صي, ح ص bermaksud sesuatu yang baik, sesuai dan bermanfaat, manakala perkataan mursalah bermaksud merdeka, tidak terikat dengan dalil agama (al-Quran dan al-Hadith) yang membenarkan atau mengharamkannya. Menurut Abdul Wahab Khallaf, maslahah mursalah ialah maslahah di mana syari' tidak meletakkan hukum untuk mencipta maslahah, dan tidak ada dalil yang menunjukkan pengiktirafan atau pembatalannya.46 Manakala menurut Muhammad Abu Zahra, definisi maslahah. adalah mursalah segala kemaslahatan yang selari dengan tujuan syariat (dalam menegakkan syariat Islam) dan menurut beliau tidak ada dalil khusus sama ada ini diiktiraf atau tidak.47 Dengan takrifan maslahah mursalah di atas, memandangkan Dari sudut pandangan. pandangan editor nampaknya ada perbezaan, tetapi dari sudut kandungan sebenarnya terdapat satu persamaan asas iaitu penetapan hukum dalam perkara yang tidak disebut sama sekali dalam al-Qur. 'an dan al-Sunnah, dengan mengambil kira faedah atau. Sumber asal kaedah maslahah mursalah diambil daripada al-Quran dan al-Sunnah yang banyak, seperti dalam ayat berikut:
يِكٓح ٌزيِزٓع
Syarat-syarat Maslahah Mursalah
Maslahah mursalah sebagai kaedah hukum yang mempertimbangkan adanya manfaat yang mempunyai akses umum dan kepentingan yang tidak terbatas, tidak terbatas. Dengan kata lain, maslahah mursalah ialah kepentingan yang ditetapkan secara bebas tetapi masih terikat dengan konsep asas syariah. Kaedah maslahah merupakan satu langkah untuk menghapuskan kesulitan dalam pelbagai aspek kehidupan khususnya dalam masalah sosial masyarakat.54 Dan menurut Abdul Wahab Khallaf, maslahah murselah boleh dijadikan perundangan Islam sekiranya memenuhi syarat-syarat berupa maslahah yang sebenarnya (dalam erti kata yang sebenar).
Gambaran Umum Ekonomi Peternak Lokasi Penelitian 1. Sejarah gaduh sapi di Desa Pucangombo
Berdasarkan dokumen desa dapat dijelaskan bahwa aspek ekonomi masyarakat Desa Pucangombo tergolong kelas menengah. Oleh karena itu, sebagian dari mereka berinisiatif untuk menjalankan profesi yang sudah digeluti masyarakat secara turun temurun, khususnya di Desa Pucangombo, dengan berprofesi sebagai usaha sampingan dengan beternak. Dengan adanya usaha sampingan tersebut, mereka mendapatkan penghasilan tambahan yang cukup besar untuk disisihkan untuk kebutuhan hari tuanya. Menurut informasi yang disampaikan oleh Pak Jarwanto, guru swasta di SD desa Pucangombo, beliau mengatakan bahwa praktek ini sebenarnya tidak hanya sekedar minat terhadap orang-orang yang benar-benar bekerja sebagai petani, namun ada pula yang menjadi pegawai negeri sipil dan guru swasta.
Praktik Kesepakatan Kerjasama Gaduh Sapi Masyarakat Pucangombo Setiap manusia yang saling membutuhkan orang lain pasti tidak lepas
Sedangkan yang membuat keributan biasanya adalah laki-laki yang berprofesi sebagai petani karena mempunyai banyak waktu dan tenaga untuk memelihara sapi sambil menunggu panen seperti padi, cengkeh, lada dan tanaman lainnya.Bahkan jika Anda bekerja sebagai petani, banyak juga masyarakat yang berkelahi dengan sapinya karena jumlah sapinya lebih dari satu, sehingga tidak bisa merawatnya sendiri karena semakin sulitnya mendapatkan pakan untuk sapi di pegunungan atau di sawah, terutama bagi para petani. Mereka yang memiliki sawah akan semakin sulit mendapatkan pakan untuk sapi dan harga dedak yang semakin mahal sehingga membuat mereka kewalahan jika harus mengurus sendiri.Mereka juga menetapkan kriteria sapi yang layak diperjuangkan. dengan yaitu biasanya sapi-sapi yang diadu adalah sapi-sapi yang sehat, baik yang jantan, betina besar ataupun yang masih beranak, sapi-sapi yang masih muda dan segar, namun kebanyakan dari mereka lebih tertarik untuk memelihara sapi betina aduan, karena menurut mereka hal tersebut lebih menguntungkan mengadu sapi betina 62 Selain menentukan kriteria sapi yang layak untuk diadu, mereka juga menetapkan kriteria orang yang layak untuk diadu, yaitu biasanya orang yang sehat jasmani dan rohani. Dan modal Pak Silim berupa tenaga dan uang selama merawat sapi yang besarnya bisa melebihi harga sapi jika masa perawatannya lebih lama.Waktu dari mengurus sapi hingga dijual atau beternak memakan waktu sekitar 2 , 3 sampai 4 tahun Modal perawatan sapi yang dibayar oleh masyarakat yang gaduh setiap bulan rata-rata berkisar Rp untuk pembelian dedak padi dengan harga per kilogram 5000 rupiah, sedangkan sapi berukuran besar menghabiskan dedak padi sekitar 2 kilogram. dalam sehari karena hanya sebagai pakan tambahan, sedangkan pakan utama sapi adalah rumput segar, daun jagung dll yang didapat dari pegunungan dan sawah. Dengan terlaksananya kerjasama ini, Bpk. Boyran dan Tn. Silim mengadakan perjanjian lisan sederhana tanpa bukti tertulis.
Pola Bagi Hasil Praktik Gaduh Sapi olehMasyarakat Pucangombo
Perjanjian ini hanya disaksikan oleh anggota keluarga kedua belah pihak, dan mereka hanya mengandalkan kepercayaan penuh sebagai jaminan kerjasama ini. Karena mereka masih menjaga rasa kekeluargaan dan tidak ingin timbul permusuhan dengan tetangganya 64. Jika pemilik ternak merasa pembagian keuntungan tidak adil, mereka menyadari bahwa mereka tidak berperan dalam perawatan dan pengelolaan ternaknya. . Sedangkan jika pengelola ternak merasa dirugikan dalam hal pembagian hasil, mereka juga menyadari bahwa bantuan gotong royong sangat membantu perekonomian keluarganya, sehingga tidak memperhitungkan tenaga yang telah dikeluarkan untuk perawatan dan pengelolaan ternak. .
Resiko Gaduh Sapi dan Sistem Penanggungannya
Karena banyaknya stok sapi bx di Jawa Barat, Lampung dan Jabodetabek, pasar ternak di Jawa Barat dan Jawa Timur kurang diminati. Menurut Pak Wiji, selaku pemilik ternak, Pak. Giran berdalih, jika terjadi kerugian akibat anjloknya harga sapi, maka kedua belah pihak akan ikut bertanggung jawab. 69. Namun, saat ini, menurut Mr. Giran, jarang sekali kasus sapi mati, namun dahulu kala pernah terjadi kematian mendadak pada sapi milik Pak. Sukri yang dikelola oleh Bpk. Bulan. Dahulu kedua belah pihak sama-sama mengalami kerugian yang sangat besar karena sapi yang mati tersebut memiliki jumlah yang cukup besar.Dari cerita Pak Giran dapat diambil kesimpulan bahwa jika dalam praktek pengganggu sapi terdapat kerugian akibat dari kematian sapi tersebut, maka hal tersebut adalah ditanggung oleh kedua belah pihak yaitu pemilik sapi dan pengelola sapi.70. Namun apabila ahli waris yang memelihara ternak tersebut tidak mampu melanjutkan, maka sapi tersebut dikembalikan kepada pemilik atau ahli waris untuk dijual atau dipelihara oleh anak peternak sendiri, dan tidak menutup kemungkinan untuk diwariskan kepada orang lain yang membutuhkan. Menurut Pak. Giran, jika pemilik sapi tersebut meninggal dunia, maka pengelola beserta keluarga dan kerabatnya telah datang untuk menyampaikan belasungkawa dan memberikan tenaga dan uang sebanyak-banyaknya untuk perawatan jenazah tersebut. Begitu pula jika pemilik sapi meninggal, maka pemilik sapi pun ikut meninggal.72 Penanggungan risiko kerugian sudah dilakukan secara turun-temurun.
Pertama, praktek merayap sapi dilakukan atas dasar akademi, dimana persetujuan kabul dilakukan secara lisan dan sederhana. Sehingga nampaknya kaidah-kaidah fiqih tersebut dapat menguatkan praktik menggiring sapi agar terus berlanjut dan berkembang meskipun tidak tergolong dalam perjanjian kerjasama fiqh muamelah. Analisis Fikh Muamalah Tentang Pola Pembagian Keuntungan Dalam Praktek Adu Sapi Di Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan.
Analisis Fiqh Muamalah Terhadap Pola Pembagian Keuntungan Praktik Gaduh Sapi Di Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan
Apabila sapi tersebut diganggu, maka keuntungan dari penjualan sapi tersebut diambil dan dibagi rata kepada kedua belah pihak. Sebaliknya jika sapi yang dibully adalah betina, maka pembagian hasil pedet pertama menjadi milik pemilik sapi, dan pedet kedua menjadi milik wali sapi. Pembagiannya harus dihitung berdasarkan persentase yang disepakati, misalnya, pada model bagi hasil yang lain, perbedaan cara pembagian sapi juga menimbulkan dampak yang tidak adil karena sapi dara dan sapi dara jelas mempunyai selisih penjualan yang berbeda.
Analisis Fiqh Muamalah Terhadap Resiko Dan Sistem Penanggunganya Pada Praktik Gaduh Sapi Di Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan
Selain itu, risiko tidak hanya timbul dari sapi saja, namun dapat disebabkan oleh pembuat kebisingan atau pembuat kebisingan, seperti pembuat kebisingan menjadi cacat, pembuat kebisingan atau pembuat kebisingan mati. Selain itu jika yang membuat gaduh atau yang membuat gaduh meninggal maka kedua belah pihak juga ikut bertanggung jawab atas kerugian tersebut, namun hal tersebut terjadi sebagai wujud kekeluargaan sehingga tetap terjalin silaturahmi antar anggota masyarakat. Dalam hal Musyârakah yang terus menerus, diperbolehkan untuk menunda pembagian defisit agar dapat dikompensasikan untuk menunda pembagian defisit agar dapat dikompensasi dengan keuntungan pada periode berikutnya.86 Menurut hasil observasi pada praktek beternak sapi yang terjadi di Desa Pucangombo ditinjau dari resiko dan sistem pengelolaannya, ada beberapa jenis resiko yang timbul dalam praktek kerjasama sapi antara lain resiko ketika sapi sakit, harga jual sapi turun , sapi mati. Sebenarnya resiko yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh pihak sapi saja, namun pihak yang ribut atau pihak yang melakukan perundungan juga dapat menimbulkan kerugian seperti orang cacat, perundung atau orang lain. Orang yang mengeluarkan suara itu akan mati. Apabila kerugian tersebut di atas terjadi, maka ditanggung bersama-sama antara yang membuat keributan dan yang membuat keributan, tanpa memperdulikan nilai modal yang dimasukkan oleh para pihak. Namun ada satu kerugian yang ditanggung. hanya oleh orang yang membuat keributan. , yaitu saat sapi menderita.
Kesimpulan
Saran