• Tidak ada hasil yang ditemukan

tinjauan hukum islam terhadap praktik bagi hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "tinjauan hukum islam terhadap praktik bagi hasil"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Muzāra'ah adalah suatu kerjasama pengolahan hasil pertanian antara pemilik tanah dan petani, dimana pemilik tanah memberikan tanah dan bibit pertanian kepada petani untuk ditanam dan dipelihara dengan imbalan bagian tersendiri. Menurut Hanafiyah, rukun muzāra’ah ada empat, yaitu tanah, amalan pekerja, modal, dan alat untuk menanam. Sedangkan syaratnya, yang mengadakan akad harus orang-orang yang berakal, sudah ditentukan tanaman apa yang akan ditanam, persentase keuntungannya jelas dibagi di awal akad, dan juga dijelaskan kapan akadnya. kolaborasi muzāra' ah berakhir 3.

Di Desa Geger, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, sebagian pemilik sawah bekerja sama dengan petani sawah kemudian akan ada pembagian keuntungan di antara keduanya. Pelaksanaan muzāra’ah dilakukan oleh pemilik dan penggarap sawah, yaitu pemilik menyerahkan tanah beserta bibitnya kepada penggarap dan hasil panennya dibagi antara pemilik dan penggarap. Dalam praktek pembagian hasil dengan petani bagi hasil, kondisi dan spesies harus ditentukan sejak awal, misalnya padi atau.

Dalam praktek pembagian keuntungan tidak ada kejelasan dalam perjanjian dimana bentuk pembagian hasil panen harus disepakati sejak awal, namun dalam prakteknya ketika panen tiba bentuk pembagian keuntungan hasil panen tidak sama dan persentase bagi hasil juga tidak seimbang dengan hasil kerja keras para petani padi. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul 'Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi Hasil Muzāra'ah di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun'.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana hukum Islam meninjau persentase bagi hasil dalam melakukan muzāra'ah di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Manfaat Penelitian

Telaah Pustaka

Fiqh muzāra'ah Imam Syafi'i tentang Praktek Kerja Sama Pengolahan Lahan Pertanian di Desa Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. Dengan rumusan masalah: a) bagaimana revisi akad fiqh muzāra'ah Imam Syafi'i tentang praktek koperasi penggarapan lahan pertanian di Desa Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi? 8. resiko gagal panen pada sistem maro pada fiqih muzāra'ah, sedangkan penelitian ini membahas tentang sistem bagi hasil bagi petani pada kerjasama muzāra'ah.

Tesis ketiga M. Khoirul Yusuf berjudul Analisis Bagi Hasil Dalam Pengolahan Sawah Dengan Sistem Muzāra'ah Di Desa Golan Tepus. Tesis keempat Isnah Fitrianingsih berjudul Analisis Muzāra'ah Praktik Paroan Dalam Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi (Studi di Desa Atari Indah Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan). Dengan rumusan masalah: a) bagaimana pelaksanaan muzāra'ah dalam praktik paroki di Desa Atari Indah Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan?

Tesis kelima Muhammad Kudlori berjudul Analisis Penerapan Bagi Hasil Dalam Pengaturan Muzāra'ah di Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Dengan rumusan masalah: a) bagaimana pelaksanaan akad muzāra'ah di Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati? b) bagaimana.

Metode penelitian

  • Jenis dan Pendekaan Penelitian
  • Kehadiran Peneliti
  • Lokasi Penelitian
  • Data Dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data
  • Pengecekan Keabsahan Data

Dalam hal ini peneliti mewawancarai langsung petani yang melakukan muzāra'ah di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Praktek Bagi Hasil Muzāra'ah bagi Petani di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Praktek Tingkat Bagi Hasil Dalam Praktek Muzāra'ah di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Pada beberapa praktik muzara'ah di desa Geger terdapat kekecewaan dari satu pihak yaitu para penggarap sawah. Dalam praktik bagi hasil muzāra'ah di desa Geger, tujuannya adalah untuk membantu kedua belah pihak. Bentuk bagi hasil muzara'ah belum dinyatakan sah, karena tidak sama dengan bentuk bagi hasil.

Analisis Hukum Islam tentang Proporsi Bagi Hasil Dalam Melaksanakan Muzāra'ah di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Yang terjadi pada pelaksanaan muzāra'ah di Desa Geger adalah masih mengandung unsur ketidakpastian mengenai persentase hasil panen.

Sistematika Pembahasan

KONSEP MUZARA’AH

  • Pengertian Muzāra’ah
  • Dasar Hukum Muzāra’ah
  • Syarat Muzāra’ah
  • Rukun Muzāra’ah
  • Berakhirnya Muzāra’ah
  • Faktor terjadinya Muzāra’ah
  • Muzāra’ah yang dibolehkan dan tidak dibolehkan
  • Hikmah Muzāra’ah

Bab ini berisi tentang konsep muzāra'ah yang meliputi pengertian muzāra'ah, landasan hukum muzāra'ah, syarat-syarat dan rukun muzāra'ah, faktor-faktor muzāra'ah, akhir dari muzāra'ah, hikmah dari muzāra'ah. .

PRAKTIK BAGI HASIL MUZARA’AH DI DESA GEGER

Gambaran Umum Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun

Praktik Bentuk Bagi Hasil Muzāra’ah kepada Petani Penggarap di Desa

ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

Analisis Hukum Islam terhadap Bentuk Bagi Hasil Muzāra’ah

Dalam hal kerjasama, pembagian keuntungan dalam bentuk apapun sangat penting dalam muzāra'ah. Sebab bentuk bagi hasil merupakan salah satu syarat dan rukun muzāra'ah yang dijadikan pedoman bagi mereka yang bekerja sama, agar prinsip syariah dapat diperhatikan. Untuk mengetahui sah atau tidaknya, Anda harus mengetahui terlebih dahulu bentuk bagi hasil terkait ketentuan hukum Islam dalam muzāra'ah yang harus dipatuhi.

Pada perjanjian awal belum ada kesepakatan mengenai bentuk pembagian hasil panen kedepannya, seharusnya semua komponen yang berkaitan dengan praktek koperasi sudah dirinci terkait dengan perjanjian muzāra'ah. Dalam kerja sama bagi hasil di Desa Geger terdapat dua pihak yang memiliki dan mengolah sawah. Kedua belah pihak telah memenuhi syarat untuk melaksanakan akad amalan bagi hasil muzāra'ah dan dikatakan sudah matang dan cakap, tidak dalam paksaan, dan berakal sehat.

Dalam menentukan bentuk bagi hasil sawah, masyarakat Desa Geger tidak menganggap bentuk bagi hasil pada saat panen sangat vital. Praktek yang diterapkan di Desa Gegër adalah ketentuan mengenai bentuk bagi hasil pada saat panen tidak dijelaskan secara rinci. Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk bagi hasil muzara'ah di desa Geger tidak sesuai dengan syariat Islam dengan syarat bentuk bagi hasil yaitu pembagiannya tidak sama jenisnya. , itu adalah. menyebabkan ketidaksesuaian dalam hal muzara.

Dari sudut pandang peneliti, persentase pembagian keuntungan antara kedua pihak di Desa Geger masih belum sesuai dengan prinsip syariat Islam. Dengan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa persentase bagi hasil tidak sesuai dengan prinsip hukum Islam. Bentuk bagi hasil muzāra'ah di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun tidak sesuai dengan syariat Islam karena tidak terpenuhinya salah satu rukun dan syarat muzāra'ah yaitu mengenai ketentuan bentuk bagi hasil.

Karena ketentuan mengenai bentuk bagi hasil yang akan dilaksanakan pada saat panen tidak disebutkan dalam akad awal, maka hal ini dapat mengakibatkan tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan muzāra'ah. Pemilik dan penggarap sawah harus memutuskan berapa persentase hasil panen yang akan diterima dan dipotong dari biaya budidaya. Muhammad Khoirul Yusuf, “Analisis Bagi Hasil Pada Budidaya Sawah Dengan Sistem Muzara’ah Di Desa Golan Tepus,” Skripsi (Kudus: STAIN Kudus, 2016).

Anailisis Hukum Islam Terhadap Persentase Bagi Hasil Dalam Praktik

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi akad tersebut bisa saja menjadi tidak sah karena bentuk bagi hasil tidak sama antara kedua belah pihak, misalnya pemilik sawah mendapat bentuk bagi hasil berupa beras sedangkan petani mendapat bentuk bagi hasil dalam bentuk padi. bentuk uang. Persentase bagi hasil panen antara petani dan pemilik sawah di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun tidak sesuai dengan syariat Islam karena persentase pembagian bagi hasil tidak ditentukan sejak awal perjanjian. Karena telah tiba masa panen, belum ada ketentuan berapa persentase bagi hasil yang diterima pemilik sawah dan penggarap, sehingga petani sawah mengikuti keputusan pemilik sawah.

Saran

Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah al-Bukhari Abu Abdullah Sahih al-Bukhari, 2005: jld. Al-Imam Zainuddin Ahmad Bin Abdullah Lathif az-Zabidi, Compendium of Sahih Al-Bukhari, (Bandung: Mizan, 1997). Ahmad Munir Hamid dan Ni‟matul Yuha, “Analisis Prinsip Ekonomi Islam Terhadap Amalan Penanaman Padi Koperasi (Studi Kes di Desa Takerharjo, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan),” Ekonomi Syariah.

Anis Muthoh Haroh, “Review Fiqih Muzara'ah Imam Syafi'i Tentang Praktek Koperasi Penggarapan Lahan Pertanian di Desa Kasreman Kecamatan Hasdir, "Akad Muzāra'ah di Desa Salekoe Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara (Ekonomi Syariah Perspektif Hukum), disertasi, (Palopo: IAIN PALOPO 2020),. Isnah Fitrianingsih, “Analisis Muzara’ah Praktek Paroki Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani Padi (Studi di Desa Atari Indah Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan),” Tesis (Kendari: IAIN Kendari, 2017).

Muhammad Kudlori, “Analisis Penerapan Bagi Hasil Dalam Akad Muzari Di Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Dalam Perspektif Ekonomi Islam,” Skrips i (Semarang: IAIN Walisongo, 2013). Muhammad Guntur, Sistem Bagi Hasil Padi antara Petani Pemilik dan Penggarap Dilihat dari Syariat Islam di Desa Buntobireng, Kecamatan Buntonompo, Kabupaten Gowa, Skirpsi, (Gowa: UIN Alauddin 2013), Jurnal. Arnild Augina Mekarisce, “Teknik Validasi Data pada Penelitian Kesehatan Masyarakat Kualitatif Teknik Validasi Data pada Penelitian Kesehatan Masyarakat Kualitatif,” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, (2020).

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Bawang Merah Dengan Menggunakan Sistem borongan.. Jual beli bawang merah dengan sistem tebasan sebuah Tinjauan Sosiologi Hukum