• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti ortodonti lepasan Kasus maloklusi dapat ditangani dengan melakukan perawatan ortodonti (Dinnie dkk., 2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti ortodonti lepasan Kasus maloklusi dapat ditangani dengan melakukan perawatan ortodonti (Dinnie dkk., 2017)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Piranti ortodonti lepasan

Kasus maloklusi dapat ditangani dengan melakukan perawatan ortodonti (Dinnie dkk., 2017). Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki estetika dan fungsi di regio orofacial, yaitu dengan menggerakkan gigi atau dengan memodifikasi pertumbuhan rahang. Klasifikasi alat ortodonti yang paling sederhana adalah berdasarkan kemampuan pasien untuk melepas alat ortodonti, yaitu alat lepasan (removable), alat cekat (fixed), dan alat semi- cekat (semi-fixed) (Maharetta dkk., 2015).Piranti ortodonti lepasan memiliki kelebihan mudah dibersihkan dan harganya lebih murah dibandingkan dengan peranti ortodonti cekat. Piranti ortodonti lepasan dapat digunakan pada kasus maloklusi yang sederhana, karena pengaplikasiannya yang mudah dan stabil didalam rongga mulut pasien (Tara dkk., 2017).

2.1.1 Akrilik

Polymethyl-methacrylates (PMMAs) tetap menjadi bahan yang paling populer untuk digunakan dalam ortodonti sebagai basis pada alat ortodonti (BOA) terutama di negara-negara berkembang karena biaya murah dan kemudahan penggunaan (Ghorbanzadeh dkk., 2015).Plat basis merupakan bagian utama dari piranti lepasan (Singh, 2015). Plat basis akrilik membentuk badan dari piranti lepasan dan memiliki fungsi yaitu (Isaacson, 2002;

Vijayalakshmi, 2010):

1) Menyediakan fondasi untuk mendukung komponen lain seperti pegas dan clasp,

(2)

2) Berkontribusi untuk penjangkaran (anchorage) melalui kontaknya dengan palatal dan gigi yang tidak digerakkan,

3) Dapat dibuat menjadi bite plane untuk bidang gigitan atau mereduksi overbite.

4) Memperpanjang akrilik hingga ke pegas jari dan pegas kantilever sebagai boxing.

5) Plat sebagai pemegang sekrup ekspansi

6) Berfungsi sebagai tonjolan plat Nance untuk menahan lengkung (Nance holding arch- kombinasi piranti cekat dan akrilik)

7) Pada kasus distalisasi molar, dilakukan pembuatan tonjolan akrilik pada bagian palatal (kombinasi piranti cekat dan akrilik)

Gambar 2.1. Plat basis akrilik (Singh, 2015).

(3)

2.1.2 Macam akrilik yang digunakan pada basis piranti ortodonti lepasan Bahan yang paling sering digunakan untuk plat basis adalah akrilik cold cure dan heat cure (Singh, 2015).Berikut tabel perbandingan antara resin akrilik self cure dan heat cure (Manappallil, 2016).

Tabel 2.1. Perbandingan antara resin akrilik self cure dan heat cure (Manappallil, 2016).

Self cure Heat Cure

Tidak membutuhkan panas untuk proses curing

Membutuhkan panas untuk proses curing

Porositas lebih besar Porositas bahan yang lebih rendah Memiliki berat molekukul rata-rata yang

lebih rendah

Berat molekul yang lebih besar

Kadar monomer residual tinggi Kadar monomer residual rendah Bahan lebih lentur (karena berat molekul

yang lebih rendah)

Bahan relative lebih kuat

Sifat reologi:

• Menunjukkan distorsi yang lebih besar

• Lebih banyak deformasi initial

• Peningkatan penyebaran dan melambatnya recovery

• Menunjukkan distorsi yang lebih rendah

• Deformitas initial lebih rendah

• Penyebaran lebih rendah dan recovery lebih cepat

Stabilitas warna kurang baik Stabilitas warna baik

Mudah untuk dilakukan deflask Sulit untuk dilakukan deflask

Tingkat difusi monomer yang lebih rendah Peningkatan laju difusi monomer pada suhu yang lebih tinggi

(4)

2.1.2.1 Resin akrilik heat-cure

Resin akrilik heat cured merupakan campuran antara monomer metil metakrilat dan polimer polimetil metakrilat yang dipolimerisasi dengan cara pemanasan (Diansari dkk., 2016). Berikut tabel komposisi resin akrilik heat cure (Manappallil, 2016).

Tabel 2.2. Komposisi resin akrilik heat cure (Manappallil, 2016).

Bubuk

Bahan Fungsi

Poli (metil metakrilat) Komponen mayor

Etil atau Butil metakrilat (5%) Kopolimer - meningkatkan sifat

Benzoil peroksida Inisiator

Gabungan dari merkuri sulfida, cadmium sulfida, dll Pewarna

Zinc atau titanium oksida Pemutih

Dibutil phthalate Plasticizer

Filler inorganik seperti fiber glass, zirkonium silikat, alumina, dll

Meningkatkan sifat fisik

Nylon sintetik atau akrilik fiber Untuk stimulan kapiler-kapiler kecil Cairan

Bahan Fungsi

Metil metakrilat Memplastisisasi

polimer

Dibutil phthalate Plasticizer

Glikol dimetakrilat (1-2%) Agen Cross-link

Hidroquinon Inhibitor

(5)

Gambar 2.2. Produk basis akrilik heat cure. (Manappallil, 2016).

Gambar 2.3. Piranti ortodonti yang dibuat dengan warna berbeda agar lebih menarik untuk pasien yang lebih muda. PMMA khusus digunakan untuk tujuan ini (Manappallil, 2016).

(6)

2.1.2.2 Sifat mekanis pada resin akrilik heat-cure

Berikut adalah tabel sifat mekanis pada resin akrilik heat cure dan self cure (Alla, 2015; Kassim dkk., 2011).

Tabel 2.3. Sifat mekanis pada resin akrilik heat cure dan self cure (PMMA;Alla, 2015; Kassim dkk., 2011).

No Basis Sifat Mekanis ISO (PMMA secara umum)

1 Heat cure

1. Kekuatan kompresi - 76 Mpa

2. Kekuatan tensil - 48-62 Mpa

3. Persentase elongasi - 1-2%

4. Impact Strenght - 0.98- 1.27 J

5. Kekuatan Kelenturan - 68.4 Mpa

6. Kekuatan fatigue - 1.5x106 siklus pada 17.2 Mpa 7. Modulus elastisitas -

3.8x103 Mpa

1. Kekuatan tensil - 83 Mpa (ISO 527)

2. Persentase elongasi - 5%

(ISO 527)

3. Kekuatan kelenturan - 120 Mpa (ISO 178) 4. Modulus Elastisitas -

3200 Mpa (ISO 527) 5. Impact Strenght - 20

KJ/m2 (ISO 179)

(7)

2.1.2.3 Sifat fisik pada resin akrilik heat-cure

Berikut adalah tabel sifat fisik pada resin akrilik heat cure dan self cure (Alla dkk., 2015).

Tabel 2.4. Sifat fisik pada resin akrilik heat cure dan self cure (PMMA; Alla dkk., 2015).

No. Basis Sifat fisik ISO (PMMA secara umum)

1 Heat cure

1. Konduktivitas termal – 5.7x10-4 oC/cm

2. Koefisien termal ekspansi – 81x10-6 /oC 3. Kekasaran permukaan –

18-20 KHN

4. Densitas – 1.16-1.18 g/cc

1. Densitas – 1.2 g/cm-3 (ISO 1183)

2. Koefisien termal ekspansi – 7x10-5 /oC (ISO 75-1,2)

2.1.3 Keuntungan dan kerugian pada resin akrilik Heat cure Keuntungan(Sofya, 2017)

1. Non-toksik 2. Tidak mengiritasi

3. Tidak larut pada cairan rongga mulut 4. Estetika yang baik

5. Mudah dimanipulasi 6. Mudah diperbaiki

7. Perubahan dimensional yang sangat sedikit Kerugian(Vojdani dan Giti, 2015)

1. Menyusut pada saat polimerisasi 2. Kurang lentur

3. Kurang kuat terhadap benturan 4. Resistensi fatigue yang relatif rendah

(8)

2.2. Inovasi pada bahan resin akrilik heat-cure

1. PMMA dikombinasikan dengan serbuk kulit jeruk

Sampel dengan ditambahkan 4% bubuk kulit jeruk memiliki nilai maksimum pada kekuatan regangan (56MPa). Sampel yang ditambahkan 8% bubuk kulit jeruk memiliki nilai maksimum pada kekuatan lentur (94MPa), dan modulus kelenturan (6.2GPa). Sampel dengan 2% bubuk kulit jeruk memiliki persentase elongasi maksimum sebesar 3.7%. Selanjutnya sampel dengan 6% bubuk kulit jeruk memiliki nilai maksimum pada impact strenght sebesar 11 KJ/m2 (Mohammed dan Al-Ghabban, 2019).

2. PMMA dengan fiber nanopigmen

Kekuatan lentur bertambah dibandingkan dengan resin akrilik biasa, serta mengurangi porositas dan perlekatan jamur Candida Albicans dan bertambahnya efek nontoksik pada bahan PMMA yang dikombinasikan dengan fiber nanopigmen (Moreno-Maldonado dkk., 2012).

3. PMMA dengan fiber glass, polyaramid, dan nilon

PMMA yang ditambahkan 4% fiber glass secara signifikan meningkatkan kekuatan transversal dan penambahan 4% polyaramid juga secara signifikan meningkatkan kekuatan transversal dari PMMA (Kumar dkk., 2016).

4. PMMA dengan campuran nanopartikel ZrO2 dan fiber glass

Penambahan nano-ZrO2 + GFs pada PMMA dapat meningkatkan kekuatan lentur dan impact strenght. Rekomendasi campuran untuk mendapatkan keseimbangan maksimum antara kekuatan lentur dan impact strenght adalah 95% PMMA + 2,5% nano-ZrO2 + 2,5% GFs (Gad dkk., 2019).

5. PMMA dengan kombinasi silanized poliamid dan fiber poliester Penambahan silanized fiber (poliester, poliamid, dan kombinasi keduanya) meningkatkan impact strenght, kekuatan transversal, dan kekerasan dari

(9)

PMMA serta tanpa efek kasar pada permukaannya (Powers dan Wataha, 2013).

2.3. Proses pembuatan basis ortodonti lepasan

2.3.1. Proses pembuatan basis dengan resin heat-cure (Manappallil, 2016) Teknik pencetakan kompresi biasanya menggunakan resin heat cure. Pertama lakukan pembuatan pola menggunakan malam, kemudian akan diganti oleh akrilik.

Pola malam yang diletakkan pada model kerja akan dilakukan penuangan gips putih dengan teknik tiga kali tuang (flasking) (Manappallil, 2016).

Setelah itu dilanjutkan pembuangan malam dengan menggunakan air panas.

Dilanjutkan dengan aplikasi akrilik pada bagian yang kosong yang dibentuk sesuai dengan bagian pada model kerja (packing). Sebelum aplikasi akrilik, pada bagian model kerja diolesi dengan agen separasi untuk menghindari melekatnya akrilik pada model dan juga memudahkan operator pada saat pembukaan resin akrilik.

Lakukan penekanan pada wadah setelah ditutup menggunakan alat tekanan hidrolik atau manual. Lakukan secara perlahan untuk mengeluarkan kelebihan akrilik pada wadah. Setelah itu diamkan wadah pada suhu ruangan sekitar 30-60 menit (bench curing).Setelah itu lakukan curing dengan menggunakan panas, siklus pemanasan panjang direkomendasikan pada teknik ini (Manappallil, 2016).

1. Siklus panjang

a. 74 oC selama 8 jam

b. 74 oC selama 8 jam, dilanjutkan perebusan selama 1 jam

2. Siklus pendek - 74 oC selama 2 jam, dilanjutkan perebusan selama 1 jam (untuk resin akrilik yang lebih tipis)

Kemudian lakukan pendinginan secara perlahan (bench cooling), diamkan selama 30 menit pada suhu ruangan dilanjutkan dengan peletakan pada air dingin selama 15 menit. Setelah itu, buka wadah resin akrilik (deflasking) dengan menggunakan

(10)

tang pembuka. Hal ini harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari akrilik menjadi bengkok atau patah (Manappallil, 2016).

2.3.2. Manipulasi resin akrilik Heat cure (Manappallil, 2016).

1. Teknik tabur

Pertama, aplikasi agen separasi diaplikasikan pada cetakan. Bubuk dan cairan diaplikasikan dengan menggunakan pipet. Setelah itu bubuk ditaburkan pada cetakan lalu dibasahi dengan monomer. Piranti atau protesa dibuat bagian per bagian hingga selesai untuk meningkatkan kekuatan, piranti atau protesa kemudian diletakkan pada air panas dengan tekanan selama 20 menit pada pressure pot.

2. Teknik adaptasi

Bubuk dan monomer cairan diatur dan dicampur pada gelas kaca atau wadah porselen. Ketika sampai pada dough stage, dengan segera dikeluarkan dan diadaptasikan pada cetakan dan secara manual dibentuk dengan cepat. Setelah itu tunggu setting menggunakan pressure pot.

3. Teknik cairan resin (tuang)

Penggunaan resin yang berbeda pada teknik ini (PMMA merk Castdon by Dreve). Komposisi kimia pada resin tipe tuang ini sama dengan bahan PMMA.

Perbedaan prinsip yang dimiliki oleh resin tipe tuang ini adalah tingginya berat molekul partikel pada bubuk ketika dicampurkan dengan monomer, hasil campuran akan sangat cair. Bahan ini disebut cairan resin. Bahan ini menggunakan rasio rendah pada bubuk-cairan (dari 2:1 hingga 2.5:1) agar mudah untuk dicampurkan.

Agar hidrokoloid atau silikon digunakan sebagai cetakan pada gipsum. Teknik ini membutuhkan wadah yang berbeda. Teknik ini juga membutuhkan preparasi pada hasil cetakan, pembuatan saluran untuk mengaliri bahan ini. Polimerisasi akan selesai dengan tekanan 0.14 Mpa (20 Psi) dengan temperatur 25o selama 25 menit.

(11)

Gambar 2.4. Polimerisasi akrilik (Powers dan Wataha, 2013).

Heat Cure Powder Cairan MMA

Hidroquinone

PMMA Pengisi Pewarna Benzoil peroksida

Sandy Stringy

Doughy Rubbery

Polimerisasi

Heat

Chemical Cure/Self Cure

Powder Cairan

MMA

Hidroquinone Akselerator

PMMA Pengisi Pewarna Benzoil peroksida

Sandy Stringy Doughy

Rubbery

Polimerisasi

Polimerisasi dimulai

(12)

2.4. Tinjauan Islam

2.4.1. Kesehatan gigi dan mulut dalam pandangan Islam

Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu penunjang kebahagiaan tersebut adalah dengan memiliki tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman. Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap, telah menetapkan prinsip-prinsip dalam penjagaan keseimbangan tubuh manusia (Nismal, 2018).

Rasulullah saw bersabda:

ُهاَبَأ َعِمَس ُههنَأ ٍديِعَس ُنْبا َوُه ِ هاللَّ ُدْبَع اَنَثهدَح َميِها َرْبِإ ُنْب ُّيِ كَمْلا اَن َرَبْخ َلَع ُ هاللَّ ىهلَص ِ هاللَّ ُلوُس َر َلاَق َلاَق ٍساهبَع ِنْبا ْنَع ُثِ دَحُي َةهح ِ صلا هنِإ َمهلَس َو ِهْي

ساهنلا ْن ِم ٌريِثَك اَمِهيِف ٌنوُبْغَم ِ هاللَّ ِمَعِن ْنِم ِناَتَمْعِن َغا َرَفْلا َوِ

Telah mengabarkan kepada kami [Al Makki bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Abdullah] ia adalah Ibnu Sa'id, bahwa ia mendengar [ayahnya]

menceritakan dari [Ibnu Abbas] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya kesehatan dan waktu luang adalah dua kenikmatan dari kenikmatan-kenikmatan Allah yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia."(H.R. Ad. Darimi).

Dalam keterangan hadist yang lain, Rasulullah saw bersabda:

َكِب ُذوُعَأ يِ نِإ همُههللا َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ هاللَّ :ىهلَص ِ هاللَّ ِلوُس َر ِءاَعُد ْنِم َناَك َلاَق َحَت َو َكِتَمْعِن ِلا َو َز ْنِم ِةَءاَجُف َو َكِتَيِفاَع ِل ُّو

ك ِطَخَس ِعيِمَج َو َكِتَمْقِن َ

“Rasulullah saw berdo’a: Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kehilangan nikmat karunia-Mu, dari perubahan kesehatan yang telah Engkau berikan, mendadaknya balasan-Mu, dan dari segala kemurkaan-Mu”. (H.R.

Muslim)

Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara lain mengajak dan menganjurkan untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan

(13)

yang telah dimiliki setiap orang. Anjuran menjaga kesehatan itu bisa dilakukan dengan tindakan preventif (pencegahan) dan kuratif (pelenyapan penyakit atau pengobatan). Secara preventif, perhatian Islam terhadap kesehatan ini bisa dilihat dari anjuran sungguh-sungguh terhadap pemeliharaan kebersihan (Nismal, 2018).

Anjuran menjaga kesehatan gigi dan mulut sering dikaitkan dengan kebersihan. Menjaga kesehatan sedikit banyaknya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan itu sendiri.2 Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan disebut al-Taharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, al-taharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri. Menjaga kebersihan melibatkan banyak hal yang dilakukan secara rutin setiap hari. Diantaranya adalah dengan menyikat gigi, berkumur, dan menggunakan pembersih mulut (Al-Qaradhawi, 2007).

Bersuci merupakan setengah dari iman sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi:

ُروُهُّطلا َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ هاللَّ ىهلَص ِ هاللَّ ُلوُس َر َلاَق َلاَق ِ ي ِرَعْشَ ْلَا ٍكِلاَم يِبَأ ْنَع ناَمي ِ ْلْا ُرْطَشِ

Dari Abi Malik al-Asy’ari, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersuci adalah setengah dari iman...” (H.R. Muslim)

Anjuran untuk memperhatikan kebersihan banyak terdapat pada ayat Al- Quran dan hadits, baik secara khusus atau yang terkait langsung dengan syarat sahnya ibadah, juga menggalakkan kebersihan dan menganjurkan agar menjadi umat yang membiasakan hidup bersih, sebagaimana dinyatakan dalam ayat Al-Quran (Zuhroni, 2003):

Allah Ta’ala berfirman:

َّوَّتلا ُّب ِحُي َ َّاللَّ َّنِإ

ني ِرِ هَطَتُمْلا ُّب ِحُي َو َنيِبا َ

…sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS. al-Baqarah (2):222)

(14)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

َُّاللَّ َو ۚ او ُرَّهَطَتَي ْنَأ َنوُّب ِحُي ٌلاَج ِر ِهيِف

ني ِرِ هَّطُمْلا ُّب ِحُي َ

“….di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. al-Taubat (9):108)

Mulut merupakan tempat pertama dimana peluang penyakit dapat terjadi, karena mulut adalah tempat yang hangat dan lembab sehingga baik untuk penyebaran bakteri. Kebersihan mulut berpengaruh terhadap kesehatan. (Al- Qaradhawi, 2007).

Di dalam Islam Rasulullah saw juga telah menganjurkan umatnya untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Salah satu rukun berwudhu adalah dengan berkumur-kumur untuk menjaga kebersihan mulut (Al-Qaradhawi, 2007). Perintah berkumur-kumur disebutkan dalam sejumlah hadits, di antaranya dalam hadits Luqaith bin Shabrah:

ضِمْضَمَف َتْأهض َوَت اَذِإْ

"Apabila kamu berwudhu, maka berkumur-kumurlah." (H.R. Abu Dawud, al- Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah:

1/151. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani.)

Apabila telah selelai makan dan hendak menunaikan shalat, maka dianjurkan untuk berkumur-kumur sebagaimana disebutkan dalam hadist:

ٍراَسَي ِنْب ِرْيَشُب ْنَع ٍديِعَس ِنْب ىَيْحَي ْنَع ٍكِلاَم ْنَع َةَمَلْسَم ُنْب ِ هاللَّ ُدْبَع اَنَثهدَح َع ُ هاللَّ ىهلَص ِ يِبهنلا َعَم َج َرَخ ُههنَأ ُه َرَبْخَأ ِناَمْعُّنلا َنْب َدْي َوُس هنَأ َماَع َمهلَس َو ِهْيَل

اَعَد همُث َرْصَعْلا ىهلَص َرَبْيَخ ىَنْدَأ ْنِم َيِه َو ِءاَبْههصلاِب اهنُك اَذِإ ىهتَح َرَبْيَخ ىَلِإ َماَق همُث اَنْلَكَأ َو َلَكَأَف َي ِ رُثَف ِهِب َرَمَأَف ِقيِوهسلاِب هلَِإ َتْؤُي ْمَلَف ِدا َو ْزَ ْلَاِب ْضَمَف ِب ِرْغَمْلا أهض َوَتَي ْمَل َو ىهلَص همُث اَنْضَمْضَم َو َضَم ْ

Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Yahya bin Sa'id] dari [Busyair bin Yasar] bahwa: “[Suwaid bin An Nu'man]

mengabarkannya bahwa dia pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika perang Khaibar, ketika mereka sampai di Shahba'

(15)

yaitu pinggiran Khaibar, beliau mengerjakan shalat 'Ashar. Setelah itu beliau minta perbekalan, namun beliau tidak diberi kecuali makanan yang terbuat dari tepung. Maka beliau memintanya lalu memakannya dan kami pun ikut memakannya. Setelah itu beliau berdiri untuk melaksanakan shalat Maghrib, beliau berkumur-kumur, dan kami juga berkumur-kumur, lalu mengerjakan shalat tanpa berwudlu' lagi." (H.R. Al-Bukhari)

Dari hadist di atas dapat ditarik hikmahnya bahwa Islam sangat memperhatikan setiap detail dari kehidupan manusia, bahkan sampai dengan menjaga kebersihan mulut. Sebagaimana telah Rasulullah saw contohkan setelah beliau memakan sesuatu dan hendak shalat, beliau berkumur-kumur terlebih dahulu. Selain untuk menjaga ke sah-an shalat dari sisa-sisa makanan yang masih terdapat di dalam mulut, hal ini juga menunjukkan bahwa kebersihan adalah hal yang penting.

2.4.2. Upaya perawatan gigi dan mulut dalam pandangan Islam

Kebersihan jasmani adalah bebas dari kotoran ataupun penyakit termasuk bebas dari penyakit rongga mulut/gigi. Seseorang akan merasa malu bila terlihat kotor jasmaninya karena akan dianggap sebagai orang yang tidak memperhatikan kebersihan dirinya, sedangkan untuk kebersihan rohani tidak ada orang lain yang tahu selain diri sendiri. Menjaga kebersihan atau kesucian rohani adalah salah satu cara mengukur potensi kepedulian masyarakat untuk menerapkan niat dan motivasi dalam menjalankan kehidupan yang nyaman dan juga menjadi bentuk perwujudan keteguhan iman seseorang kepada Allah SWT (Thawil, 2011).

Beberapa hadits Nabi SAW. yang berkaitan dengan kebersihan antara lain seperti yang diriwayatkan oleh Al-Tirmizi, yang pada intinya menyatakan bahwa kebersihan, kesucian dan keindahan adalah sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Sehingga apabila manusia melakukan perbuatan yang disukai tentu akan mendapatkan nilai pahala dariNya dan salah satu caranya adalah selalu menjaga kebersihan di semua tempat atau lingkungan berada (Thawil, 2011).

(16)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yaitu:

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah SAW. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (AT. Tirmizi)

Dalam hal menjaga kebersihan bukan saja bersih fisik atau badan saja tetapi meliputi kebersihan jiwa atau rohani. Sebagai manusia yang taat seharusnya melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, seperti yang tergambar dalam hadits Rasul riwayat Muslim yang maknanya adalah menjaga kebersihan merupakan salah satu bentuk keimanan kepada Allah SWT (Thawil, 2011). Rasulullah SAW. bersabda :

Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw.

bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah pedoman bagimu. Setiap manusia pada waktu pagi hari, hakekatnya harus memperjual belikan dirinya. Ada kalanya ia laba ( selamat dari maksiat) dan ada kalanya rugi (terseret maksiat)” (HR. Muslim)

(17)

Menurut ahli medis, pengobatan terdiri atas dua bentuk, yaitu pencegahan dan penyembuhan. Dari sisi fungsi obat digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan penyakit. Dalam Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan (Zuhroni, 2003). Berbagai riwayat menunjukkan jika Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta menyuruh keluarga dan para sahabatnya agar berobat ketika sakit. Pesan yang terdapat dalam hadits-hadits tentang berobat adalah jika dalam keyakinan Islam proses penyembuhan terhadap suatu penyakit selain berdasarkan hukum kausalitas atau sunnatullah, hukum atau keteraturan ciptaan Allah SWT, juga karena turun dan campur tangan dari Tuhan. (Zuhroni, 2003).

Mengutip ucapan Nabi Ibrahim yang menyebutkan:

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Al- Syu’ara’ (26):80).

Ayat di atas menekankan agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran agama. Dalam menafsirkan ayat ini, Al-Dzahabi menyatakan, bahwa tindakan upaya penyembuhan penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji. Ini juga sesuai dengan pesan Nabi lakukanlah penyembuhan secara medis. Pada zaman Nabi telah menggunakan berbagai metode pengobatan untuk kesembuhan. Sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran yang ada Nabi mengizinkan menggunakan sebagai bukti Islam mendukung ilmu pengetahuan, termasuk disiplin ilmu tentang kedokteran (Zuhroni, 2003).

Islam mengajarkan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Anjuran ini menunjukkan bahwa kebersihan gigi termasuk hal yang penting, semua yang diajarkan dalam Islam mempunyai tujuan yang baik dilihat dari sisi kesehatan jasmani, terlebih lagi kalau ditinjau dari sisi rohani karena

(18)

semua hal untuk menjadikan manusia sehat dan memiliki iman yang teguh (Thawil, 2011).

Ajaran untuk menjaga kebersihan gigi terdapat dalam hadits Nabi SAW yang intinya mengingatkan agar manusia selalu dalam keadaan bersih sebelum melakukan ibadah wajib (shalat) (Thawil, 2011).

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW telah bersabda: “Sekiranya arahanku tidak akan memberatkan orang mukmin, niscaya aku akan memerintahkan mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali hendak mendirikan shalat”. (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menegaskan betapa pentingnya manusia menjaga kebersihan (gigi) demi menghindarkan dari berbagai penyakit, namun ada kekhawatiran dari Nabi SAW dilihat bahwa hadits ini akan memberatkan umat Islam sehingga beliau tidak mewajibkannya walaupun dalam kehidupan sehari-hari beliau menggosok gigi beberapa kali. Beberapa tuntunan perilaku Nabi SAW dalam menjaga kebersihan rongga mulut antara lain ialah Nabi SAW menyikat gigi 3 kali setiap malam, 1 kali sebelum tidur, 1 kali ketika Nabi bangun untuk membaca Al-Qur’an dan sekali lagi sebelum pergi ke masjid untuk melaksanakan salat subuh. Adapun alat yang digunakan Nabi untuk menyikat gigi adalah ranting kayu Arak/siwak sebagaimana disampaikan oleh Malaikat Jibril. Bahkan setiap akan memasuki rumah Nabi membersihkan gigi dengan menggunakan siwak terlebih dahulu. Para sahabat menggambarkan keadaan gigi Nabi SAW adalah giginya teratur rapi, walaupun agak jarang tetapi selalu bersih berkilau (Thawil, 2011).

(19)

2.4.3. Perawatan ortodonti dalam pandangan Islam

Allah SWT memerintahkan untuk mempelajari secara global dan mengenali diri secara fisik biologis sebagai media peningkatan iman dan memenuhi kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan, memperbaiki dan menjaga hidupnya. Ilmu kedokteran pada umumnya juga bertujuan untuk menghilangkan kemadharatan.(Khalil, 2018)

Anjuran menjaga kesehatan itu bisa dilakukan dengan tindakan preventif (pencegahan) dan kuratif (pelenyapan penyakit atau pengobatan).10 Perawatan ortodonti lepasan merupakan perawatan kuratif. Menurut ulama, penggunaan alat ortodonti lepasan dengan tujuan untuk memperbaiki cacat atau kerusakan pada gigi sehingga gigi dapat berfungsi dengan baik dan terhindar dari penyakit yaitu diperbolehkan (halal) (Khalil, 2018).

Keahlian medis dalam masalah merapikan gigi yang dikenal dengan istilah ortodonti (ortodontics) merupakan nikmat Allah SWT kepada umat manusia untuk mengembalikan kepada fitrah penciptaannya yang paling indah (fi ahsani taqwim) yang patut disyukuri dengan menggunakannya pada tempatnya dan tidak disalahgunakan untuk memenuhi nafsu insani yang kurang bersyukur. Oleh karena itu Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan kedokteran sebagai alat merawat kehidupan dengan izin Allah SWT (Zuhroni, 2003).

Salah satu kelainan yang harus diperbaiki pada kasus ortodonti adalah oklusi yang abnormal. Oklusiyang abnormal ditandai dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial atau anomali abnormal dalam posisi gigi (Harty FJ dan Ongston R, 2012). Penyebab maloklusi adalah faktor keturunan maupun kebiasaan buruk seseorang ketika masih kecil. Maloklusi yang parah dapat menyebabkan gangguan pada saat proses pengunyahan makanan, cara berbicara bahkan sampai permasalahan pada pernafasan.

Sehingga maloklusi ini dikategorikan sebagai kelainan atau penyakit yang harus diobati dengan obat dan terapi yang tepat.

(20)

Rasulullah bersabda,

“Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak meletakkan suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat penyembuhnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih).

Dari hadits yang menganjurkan berobat, paling kurang anjuran tersebut bernilai sunnah. Ia menambahkan, jika penyakitnya secara medis dapat disembuhkan hukumnya bisa sunnah atau wajib, tapi jika sudah jelas tidak dapat diharapkan sembuhnya sesuai hasil diagnosis orang-orang yang benar- benar ahli/pakarnya dalam bidang terkait, maka tak seorang ulama pun yang mengatas namakan sunnah, apalagi mewajibkannya (Zuhroni, 2003).

Hadits yang menganjurkan berobat, paling kurang anjuran tersebut bernilai sunnah. Selain itu, jika penyakitnya secara medis dapat disembuhkan hukumnya bisa sunnah atau wajib, tapi jika sudah jelas tidak dapat diharapkan sembuhnya sesuai hasil diagnosis orang-orang yang benar-benar ahli/pakarnya dalam bidang terkait, maka tak seorang ulama pun yang mengatas namakan sunnah, apalagi mewajibkannya (Setiawan, 2003).

Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah, maka dengan seizin-Nya orang sakit tersebut akan sembuh. Dan Allah akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Ini juga berdasarkan pada pesan Nabi: “lakukanlah penyembuhan secara medis” (Zuhroni, 2003).

Tujuan utama perawatan ortodonti adalah memperbaiki susunan dan kedudukan gigi-geligi untuk mendapatkan hubungan gigi-geligi (fungsi oklusi) yang stabil, perbaikan pengunyahan, keseimbangan otot dan keserasian estetika wajah yang harmonis. Secara umum perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki kehidupan pasien dengan mengatasi kesulitan psikososial yang berhubungan dengan penampilan wajah dan gigi (Gill, 2008).

(21)

Sama halnya orang yang menderita kelainan gigi tersebut adalah seperti mendapat penyakit yang dapat mengancam masa depan hidupnya, mengganggu akfitas sehari-hari bahkan mengganggu kenyamanan lingkungan.

Sehingga sebisa mungkin harus dihilangkan penyakit tersebut. Dampak tersebut meliputi dampak negatif pada fisik maupun psikologi. Nabi SAW pun memerintahkan kita untuk senantiasa berobat agar terhindar dari segala marabahaya yang diakibatkan oleh penyakit (Sulaiman, 2008).

Perawatan ortodonti lepasan dapat dilakukan pada anak-anak dan remaja.

Perawatan ini merupakan perawatan pencegahan maupun perawatan untuk memperbaiki ketidakteraturan bentuk, lengkung gigi, dan ketidakharmonisan antara gigi dan wajah sehingga menghasilkan gigitan yang sehat dan fungsional sejak usia dini (Nismal, 2018).

Pada dasarnya, semua ciptaan Allah adalah baik, Allah melarang untuk mengubah bentuk yang telah Allah anugerahkan kepada manusia (Nismal, 2018). Rasulullah bersabda,

Allah melaknat wanita-wanita yang membuat tato, meminta ditato, mencabuti alis dan memperbaiki susunan giginya untuk mempercantik diri, yang telah merubah ciptaan Allah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sehingga perawatan ortodonsia yang dibolehkan dalam Islam adalah perawatan ortodonsia yang memiliki indikasi medis. Tidak semata-mata karena estetika saja. Misalnya pada gigi yang tonggos atau maju, maka hal ini terhitung penyakit dan mengganggu fungsional gigi dan mulut seperti terganggunya pelafalan makhraj huruf yang kurang tepat (Nismal, 2018).

(22)

2.4.4. Penggunaan bahan dalam perawatan gigi dan mulut dalam pandangan Islam

Islam mengajarkan prinsip keyakinan bahwa penyakit merupakan takdir Allah kepada seseorang, sehingga harus disikapi dengan sabar. Namun pada saat yang sama, diperintahkan pula untuk berobat. Dengan demikian berobat merupakan bagian dari melaksanakan perintah agama, sehingga oleh karenanya harus dengan cara yang halal. Kehalalan tersebut mencakup metode terapi, obat-obatan, maupun bahan yang digunakan, terdapat cukup banyak dalil-dalil shahih dari Nabi Muhammad SAW. tentang hal tersebut (Astiwara, 2018).

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahuanhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta‟ala.” (HR. Muslim)

Terdapat pula sejumlah dalil yang menunjukkan larangan berobat dengan yang haram. Hal ini menjadi prinsip dasar bagi para fuqaha dan dokter-dokter Muslim dalam menjalankan profesi mereka (Fatwa MUI, 2018). Diantara dalil-dalil tersebut ialah:

“Sesungguhnya Thariq bin Suwaid al-Ju’fiy R.A bertanya kepada Nabi SAW tentang Khamr, kemudian Nabi melarangnya untuk membuatnya.

Kemudian dia berkata: sesungguhnya saya membuatnya untuk obat.

(23)

Kemudian Nabi SAW bersabda: “Sesunggunya (khamar) itu bukan obat, melainkan penyakit”. (HR. Muslim)

Dari Abud Darda’, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan Dia menjadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan yang haram” (HR. Abu Daud).

Dalam Fatwa MUI Nomor 30 Tahun 2013 tentang Obat dan Pengobatan.

Ketentuan Hukum (Fatwa MUI, 2018):

1) Islam mensyariatkan pengobatan karena ia bagian dari perlindungan dan perawatan kesehatan yang merupakan bagian dari menjaga Al- Dharuriyat Al-Kham (lima pokok substansi ajaran agama yang meliputi dîn (agama), jiwa, keturunan, akal dan harta).

2) Dalam ikhtiar mencari kesembuhan wajib menggunakan metode pengobatan yang tidak melanggar syariat.

3) Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan wajib menggunakan bahan yang suci dan halal.

4) Penggunaan bahan najis atau haram dalam obat-obatan hukumnya haram.

5) Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan hukumnya haram kecuali memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu kondisi keterpaksaan yang apabila tidak dilakukan dapat mengancam jiwa manusia, atau kondisi keterdesakan yang setara dengan kondisi darurat (al-hajat allati tanzilu manzilah al-dlarurat), yaitu kondisi

(24)

keterdesakan yang apabila tidak dilakukan maka akan dapat mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari;

b. Belum ditemukan bahan yang halal dan suci; dan

c. Adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa tidak ada obat yang halal.

6) Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan luar hukumnya boleh dengan syarat dilakukan pensucian.

Berobat dengan zat yang haram adalah haram hukumnya, kecuali tidak ada obat lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keharaman itu dapat ditepis ketika sangat diperlukan saja (Astiwara, 2018).

Keberhasilan dalam tindakan medik tergantung pada pemakaian bahan atau biomaterial pada ilmu kedokteran gigi. Berbagai bahan yang digunakan dalam kedokteran gigi yang dapat digunakan bagi manusia harus memenuhi persyaratan sebagai biomaterial (aman bagi manusia). Batasan penggunaan biomaterial kedokteran gigi yaitu (Zuhroni, 2003):

a) Biokompatibel atau aman bagi manusia, b) Tidak termasuk bahan yang diharamkan c) Dampak yang didapatkan

d) Caranya tidak berbenturan dengan syariat Islam

Bahan yang terkandung dalam basis piranti ortodonti lepasan terdiri dari cairan dan bubuk yang mengandung senyawa kimiawi. Komposisi yang terkandung pada basis ortodonti lepasan dengan akrilik heat cure yaitu:

● Bubuk:

1. PMMA (Polimetil metakrilat) 2. Hidroquinone

● Cairan:

(25)

1. MMA (Metil metakrilat) 2. Plasticizer

3. Pewarna 4. Benzoil 5. Peroksida

Komposisi yang terkandung dalam basis ortodonti lepasan dengan bahan self cure yaitu:

● Bubuk:

1. PMMA (Polimetal metakrilat) 2. Hidroquinone

3. Akselerator

● Cairan:

1. MMA (Metil metakrilat) 2. Plasticizer

3. Pewarna 4. Benzoil 5. Peroksida

Komposisi dari bahan basis ortodonti lepasan mengandung senyawa-senyawa kimiawi untuk dapat polimerisasi membentuk basis akrilik ortodonti lepasan.

(26)

2.5 Kerangka teori

Gambar. Kerangka teori penelitian (Singh, 2015; Dinnie dkk., 2017; Maharetta dkk., 2015).

Maloklusi

Piranti ortodonti lepasan Piranti ortodonti

cekat

Komponen retentif Basis

akrilik Komponen

aktif

Komponen penjangkaran

Heat cure Self cure

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elies Meilinawati Sri Budihartini yang berjudul “Pemilihan Metode Kontrasepsi Pada Ibu Pasca Bersalin