• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Maslahah Terhadap Kedudukan Anak Angkat Adat Jawa dan Kompilasi Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Tinjauan Maslahah Terhadap Kedudukan Anak Angkat Adat Jawa dan Kompilasi Hukum Islam"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

Cara menilai maslahah mursalah tatacara pengambilan anak dalam adat Jawa dan kompilasi syariat Islam. Bagaimana menilai maslahah mursalah tentang akibat hukum pengambilan anak dalam adat Jawa dan penyusunan syariat Islam.

Manfaat Penelitian

Telaah Pustaka

Skripsi ini membahas mengenai tata cara pengangkatan anak dan kedudukan anak angkat yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri Kabupaten Ponorogo. Pada skripsi kedua milik Hasna Nur Rochman tentang pemenuhan hadhanah anak angkat setelah perceraian ditinjau dari undang-undang no 1 tahun.

Metode Penelitian

Tata cara pengumpulan bahan hukum pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber bahan hukum yaitu buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan anak angkat. Sumber bahan hukum yang telah terkumpul kemudian dibaca untuk dipahami kemudian dicatat dan dikategorikan.

Sistematika Pembahasan

Selain itu, sumber bahan hukum yang dikumpulkan dan dikategorisasikan didasarkan pada cara dilakukannya kajian kepustakaan dengan cara mengkaji pendapat para ahli dalam buku sastra, kamus hukum, jurnal hukum, dan jurnal hukum. Dalam penelitian ini seluruh bahan hukum, baik sumber bahan hukum primer maupun sumber bahan hukum sekunder, dianalisis dengan menggunakan metode deduktif, yaitu metode yang menganalisis ketentuan hukum secara umum kemudian menarik kesimpulan darinya.

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diterangkan pengertian maslahah mursalah, dasar hukum maslahah mursalah, syarat-syarat maslahah mursalah dan objek maslahah mursalah.

TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK ANGKAT ADAT JAWA DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

TINJAUAN MASLAHAH MURSALAH TERHADAP KEDUDUKAN ANAK ANGKAT ADAT JAWA DAN

PENUTUP

Landasan Hukum Maslahah Mursalah

Sumber asal kaedah maslahah mursalah diambil daripada al-Quran dan al-Sunnah yang banyak, seperti dalam ayat-ayat berikut. Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. 21 2.

Objek Maslahah Mursalah

Objek atau ruang lingkup penjelasan maslahah mursalah menurut ulama yang menggunakannya menentukan batas wilayah dan penggunaannya, yang hanya berlaku untuk masalah pengaturan wilayah ibadah seperti mua'malah dan adat. Sebabnya maslahah itu berdasarkan pertimbangan akal tentang baik buruknya sesuatu maslahah, sedangkan akal tidak boleh berbuat demikian untuk masalah ibadah. Segala bentuk ibadah ta'abudi dan tawqifi yang kita fahami hanya terikut-ikut jika sesuai dengan paparan syar'I dalam nas.

Dan akal sama sekali tidak dapat mengetahui mengapa demikian, misalnya mengenai shalat zuhur 4 rakaat yang dilakukan setelah matahari terbenam, akal tidak dapat menilai baik atau buruknya. Sedangkan segala macam perbuatan berada di luar wilayah ibadah sekalipun menyangkut akal, misalnya meminum arak itu buruk karena merusak pikiran, memberikan hukuman kepada pelanggarnya baik karena dengan demikian manusia terbebas dari kerusakan pikiran seperti itu. karena dapat menyebabkan tingkat kekerasan.40. Contoh penggunaan maslahah murrasa antara lain: Para sahabat Utsman bin Affan menyusun Al-Qur'an menjadi beberapa mushaf, padahal hal ini belum pernah dilakukan pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Apalagi jika kita memperhatikan produk-produk hukum para ulama saat ini, kita akan menemukan banyak produk hukum tersebut yang didasarkan pada pertimbangan maslahah murlah, seperti misalnya fatwa MUI: fatwa mereka tentang syarat 'sertifikasi halal'. untuk produk makanan dan minuman serta kosmetik. Tidak ada teks seperti ini yang pernah menyebutkan secara langsung, namun dari semangat syariah sangat baik dan ini merupakan langkah positif dalam melindungi umat manusia (khususnya unsur Islam) dari makanan, minuman dan obat-obatan serta kosmetika yang merugikan. tidak halal, untuk dikonsumsi, dan masih banyak lainnya.42. Jika melihat produk-produk hukum yang dihasilkan oleh para sahabat, tabiin dan ulama, semuanya merupakan hasil ijtihad dengan memperhatikan maslahah murlah, sekalipun mereka tidak menggunakan istilah itu.

Tinjauan Maslahah Mursalah Dari Segi Kepentingan Dan Kualitas

Menjaga kemaslahatan ini dalam bentuk pembudayaan tauhid, seperti mengucap dua kalimah syahadat, solat, menunaikan zakat, puasa, haji dan melaksanakan perintah serta menjauhi larangan Allah. Pemeliharaan diri dan roh manusia dilakukan dalam bentuk makan, minum, pakaian dan tempat tinggal, manakala nafkah zuriat dan harta benda dilakukan dalam bentuk muamalat atau jenayah dan perintah menegakkan yang ma’ruf dan memusnahkan yang buruk. mencegah. 44. Faedah hajiyat adalah satu yang diperlukan manusia untuk menyedari manfaat utamanya dan menghilangkan kesulitan yang dihadapi.

Dalam bentuk muamalat, keringanan ini diwujudkan dalam bentuk izin jual beli (bay salam), kerjasama pertanian (muzara'ah) dan perkebunan (musakah). Maslahah ini sering disebut dengan takmiliyat maslahah, yaitu suatu kemaslahatan yang saling melengkapi dan melengkapi kemaslahatan dharuriyyat dan hajiyyat. Apabila manfaat tersebut tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan, maka tidak akan merugikan tatanan kehidupan manusia.

Maslaha al-mu’tabarah ialah kemaslahatan yang dijelaskan dan diterima langsung oleh nas kewujudannya. Salah satunya menurut Miftahul “Arifin” yang mengatakan bahwa Maslaheh Murselah adalah suatu kemaslahatan yang belum ditentukan oleh mata dalam bentuk hukum, untuk menciptakan kemaslahatan. Oleh itu, meslaha mursel dinamakan mutlak, kerana tidak ada dalil yang mengatakan benar dan salah.51 Meslaha mursel ini adalah meslaha yang akan penulis kemukakan dalam tesis ini sebagaimana yang penulis jelaskan di atas.

Anak Angkat Menurut Adat Jawa 1. Pengertian Anak Angkat

  • Tata Cara Pengangkatan Anak
  • Akibat Hukum Pengangkatan Anak

Pengangkatan langsung, yaitu pengangkatan anak yang dilakukan secara langsung antara orang tua kandung dan orang tua angkat. Dengan diangkatnya anak maka segala hak dan kewajiban orang tua kandung beralih kepada orang tua angkat dan anak angkat ditempatkan sebagai anak kandungnya sendiri. Di hadapan kepala desa dan jajarannya, anak tersebut diserahkan dari orang tua kandung kepada orang tua angkat.

Ucapan salam diadakan di rumah ibu bapa angkat dengan terlebih dahulu membaca doa keselamatan apabila anak angkat itu66. Anak angkat tidak dianggap waris yang mempunyai hak penuh ke atas harta pusaka ibu bapa angkat mereka. Di Jawa, orang tua yang mempunyai anak angkat tetapi tidak mempunyai anak kandung, jika anak angkat itu berkelakuan baik terhadap orang tua angkatnya, dia akan mendapat warisan dari orang tuanya.

Di Jawa, ibu bapa yang mempunyai anak angkat tetapi tidak mempunyai anak kandung, jika anak angkat itu berkelakuan baik terhadap ibu bapa angkatnya, dia akan mendapat harta pusaka daripada ibu bapanya. 182 K/Sip/1959 menyatakan bahawa anak angkat berhak mewarisi harta peninggalan ibu bapa angkatnya, iaitu bukan harta yang diwarisi oleh ibu bapa angkat. Adapun harta pusaka yang diterima oleh ibu bapa angkat daripada ibu bapanya, anak angkat juga tidak berhak mewarisinya.

Anak Angkat Menurut Kompilasi Hukum Islam 1. Pengertian anak angkat

  • Tata cara pengangkatan anak

Dengan sendirinya pengangkatan anak akan menimbulkan hubungan darah antara orang tua angkat dengan anak angkat. Pengangkatan anak yang demikian memutuskan hubungan darah antara anak tersebut dengan orang tua kandungnya dan keluarga orang tua kandungnya. Syarat-syarat pengangkatan anak yang tidak diketahui orang tua kandungnya adalah:

Akibat hukum pengangkatan anak mempengaruhi kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hukum waris, menurut KHI yang diatur secara khusus dalam Pasal 209 Kumpulan Hukum Islam. Orang tua angkat hanya dapat mewariskan harta warisan anak angkatnya melalui wasiat atau wasiat yang dipaksakan. Selain itu, anak angkat juga dapat mewarisi dari orang tua angkatnya hanya melalui wasiat atau wasiat wajib.

Dari ketentuan Pasal 209 Ikhtisar Hukum Islam terlihat bahwa anak angkat dan orang tua angkat tidak dapat saling mewarisi. Setelah melahirkan, diadakan pesta (mingguan: kenduren: Temenggung: brokohan) dengan mengundang tetangga terdekat dari orang tua angkat. Di rumah orang tua angkat diadakan ucapan selamat dengan doa ucapan selamat yang dibacakan terlebih dahulu atas pengangkatan anak96.

Selepas penyerahan anak angkat, selamatan (Jawa: kenduren: Temenggung: brokohan) diadakan dengan menjemput jiran terdekat kepada ibu bapa angkat. Ucapan salam diadakan di rumah ibu bapa angkat dengan membaca doa keselamatan terlebih dahulu apabila anak angkat.

Tinjauan Maslahah Terhadap Akibat Hukum Pengangkatan Anak Dalam Adat Jawa Dan Kompilasi Hukum Islam

Anak angkat mendapat bagian dari harta warisan orang tua angkatnya jika hal itu ditetapkan dengan akta pengadilan dan ditunjuk sebagai ahli waris. Apabila orang tua angkatnya juga mempunyai anak kandung, maka harta warisan yang diperoleh dari anak kandungnya akan lebih besar dibandingkan dengan anak angkatnya, karena anak angkat tersebut tetap mewarisi dari orang tua kandungnya. Kedudukan anak angkat menurut hukum adat yaitu hubungan kekerabatan orang tua/bilateral pada umumnya, hak anak angkat hanya sebatas pada nafkah (gono-gini) yang diperoleh sendiri oleh orang tua angkatnya baik sebelum maupun selama perkawinannya.

Namun dalam tradisi Jawa, anak angkat menjadi ahli waris, hal ini sangat bertentangan dengan hukum Islam. Kompilasi hukum Islam sesuai dengan faraid yang menempatkan kedudukan anak angkat di luar ahli waris, sama seperti pandangan dalam fiqh, namun dengan memperkenalkan hukum adat secara terbatas dalam nilai-nilai hukum Islam karena adanya pengalihan tanggung jawab dari orang tua angkat. kepada orang tua angkat mengenai pemeliharaan kehidupan sehari-hari - suatu hari. Dari segi kemanfaatan, adat istiadat Jawa tidak dapat dilaksanakan karena akibat hukum pewarisan adalah anak angkat dijadikan ahli waris dari orang tua angkatnya, selain itu pembagian antara laki-laki dan perempuan adalah sama.

Adanya ucapan syukur dan serah terima gaib dalam pengangkatan anak yang dilakukan oleh orang tua baru adalah sebagai penebusan bagi orang tua asli agar orang tua asli benar-benar merasa bahwa anaknya telah diasuh oleh orang tua baru diperbolehkan, karena ucapan syukur tersebut dilakukan di dalam buku - Buku pengangkatan anak adat jawa juga memberikan manfaat karena merupakan wujud rasa syukur terhadap orang tua baru yang diungkapkan melalui sesajen. Pengangkatan anak dalam Kompilasi Hukum Islam jika ditinjau dari masalah murlah dapat dilakukan untuk menjamin kehidupan anak tersebut agar diakui oleh negara atau mempunyai kekuatan hukum dan terjamin kehidupannya oleh orang tuanya. Akibat hukum pengangkatan anak secara waris dalam kitab hukum adat jawa tidak dapat dilaksanakan karena anak angkat tidak mempunyai keturunan dari orang tuanya yang baru, sehingga anak angkat bukanlah ahli waris, demikian pula susunannya dalam Islam. hukum dan Maslahah Murlah diatur bahwa anak angkat atau orang lain dari almarhum dapat memperoleh wasiat atau hadiah wajib yang jumlahnya tidak boleh melebihi 1/3 dari harta almarhum karena hukum Islam membolehkannya.

Saran

Hukum Maslahah dalam Pemikiran Al-Gazzali: Kajian Penerapan dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam Kontemporer. “Hadana Anak Angkat Pasca Perceraian di Desa Sugihwaras Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan (Pandangan UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Kumpulan Hukum Islam dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)”.

Referensi

Dokumen terkait