• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FIQH SIYASAHPERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM NOMOR 10 TAHUN 2020 TENTANG SYARAT PEMBERIAN ASIMILASI DAN HAK INTEGRASI BAGI NARAPIDANADAN ANAK PADA BAB II PASAL 2 SAMPAI PASAL 8 (Studi di Lapas Perempuan Kelas IIA Way Huwi Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN FIQH SIYASAHPERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM NOMOR 10 TAHUN 2020 TENTANG SYARAT PEMBERIAN ASIMILASI DAN HAK INTEGRASI BAGI NARAPIDANADAN ANAK PADA BAB II PASAL 2 SAMPAI PASAL 8 (Studi di Lapas Perempuan Kelas IIA Way Huwi Bandar Lampung)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

Skripsi ini disusun sebagai tugas dan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Negara (Siyasah Syar'iyyah), Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Saya selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini dan Prof.

Penegasan Judul

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10, merupakan perangkat hukum yang mengatur syarat-syarat pengecualian hak asimilasi dan integrasi terpidana dan anak di masa pandemi Covid-19. Hak integrasi dan asimilasi, yaitu pembebasan dan pembebasan terpidana dan anak yang dieksekusi dengan 2/3 masa pidananya dan bagi anak yang 1/2 masa hukumannya jatuh sampai dengan tanggal 31 Desember 2020.

Latar Belakang Masalah

Kedua aturan tersebut adalah: Pertama, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2020 tentang Persyaratan Pemberian Hak Asimilasi dan Integrasi kepada Narapidana dan Anak Terkait Pencegahan dan Penanganan Penyebaran Covid-19. Kedua, sebagai bentuk implementasi telah diterbitkan Keputusan Menteri No. M.HH-19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang pendeportasian dan pembebasan narapidana dan anak melalui asimilasi dan integrasi dalam rangka pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19.6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkum HAM) Nomor 10 Tahun 2020 tentang Persyaratan Pemberian Hak Asimilasi dan Integrasi bagi Narapidana dan Anak ditandatangani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly pada 30 Maret 2020.

Pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) Nomor M.HH.19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang Pengusiran dan Pembebasan Tahanan dan Anak melalui asimilasi dan integrasi ke dalam kerangka pencegahan dan pembatasan penyebaran Covid-19. 5Kedua regulasi tersebut adalah (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020 tentang Syarat Pemberian Hak Asimilasi dan Integrasi kepada Narapidana dan Anak. Dalam dua peraturan Kementerian Hukum dan HAM disebutkan bahwa pembebasan dan pembebasan narapidana dan anak dilakukan melalui dua cara, yaitu asimilasi dan integrasi.

13 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 tentang Syarat-Syarat Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui Hak Asimilasi dan Integrasi Untuk Mengatasi Pandemi Covid-19. 14 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020 tentang Persyaratan Pemberian Hak Asimilasi dan Integrasi Kepada Narapidana dan Anak Dalam Rangka Pencegahan Covid-19 Pasal 8 Review Fiqh Siyasah Terhadap Ordonansi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hak Asasi Manusia No. 10 Tentang Persyaratan Asimilasi dan Integrasi bagi Narapidana dan.

Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Kesamaan penelitian ini adalah pembebasan bersyarat sebagai upaya untuk melakukan narapidana, sedangkan perbedaannya membahas pembebasan bersyarat sebagai upaya untuk mempromosikan narapidana dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam, sedangkan penelitian ini fiqh siyasa, Menteri Hukum dan Umat, dibahas. Peraturan Perundang-undangan No. 10 Tahun 2020. Tesis Akremi Zulfaneli berjudul “Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Perbandingan Antara Hukum Positif dan Hukum Islam). Konsep pembebasan bersyarat dalam hukum positif merupakan bentuk kelonggaran dari pemerintah berupa pemenuhan hak setiap narapidana yang memenuhi persyaratan dan sebagai upaya pendidikan dan pengajaran bagi narapidana.29 Kesamaan penelitian ini adalah pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah tinjauan fikih siyasah peraturan menteri hukum dan manusia hak no 10 tahun 2020, sedangkan penelitian Akrimi Zulfaneli menawarkan pembebasan bersyarat bagi narapidana dalam studi banding hukum Islam dan hukum positif.

28 Julian Pranata, “Studi Perbandingan Pembebasan Bersyarat Sebagai Upaya Pembinaan Narapidana Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam”. Skripsi Rizki Septiansyah berjudul “Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 18 Tahun 2019 Di Lapas Kelas II A Jambi”. Mengenai pembinaan dan pembinaan terhadap narapidana penerima bantuan bersyarat di Lapas kelas IIA Jambi terdiri dari dua pola pembinaan.31 Persamaan dalam penelitian ini adalah pembebasan bersyarat bagi narapidana, sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah tinjauan fiqih siyasah Menteri Ordonansi Hukum dan HAM No 10 Tahun 2020 Riset Rizki Septiansyah yaitu pembebasan bersyarat bagi narapidana.

31 rizki septiansyah, “Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 18 Tahun 2019 di Lapas Kelas IIA Jambi”.

Metode Penelitian

Sistematika Penulisan

LANDASAN TEORI

Pengertian Fiqh Siyasah

Secara istilah, al-Jurjani mentakrifkan bahawa fiqh mengetahui hukum-hukum syara’ berkenaan perbuatan melalui dalil-dalil yang terperinci. Berdasarkan takrifan tersebut, dapat disimpulkan bahawa fiqh merupakan usaha serius para ulama (mujtahidin) untuk menggali hukum-hukum syara’ agar dapat diaplikasikan oleh umat Islam. Terdapat juga istilah siyasah al-syar'iyyah termasuk dalam kategori sitilah yang tidak digunakan untuk menunjukkan makna sesuatu.

Oleh karena itu, baik ulama klasik maupun kontemporer memberikan definisi al-siyasah syar'iyyah yang berbeda-beda, antara lain: Ibnu Aqil al-Hambali.55 Terhadap bahaya, meskipun keterangan tentang hal ini tidak ditentukan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan Ibnu Nujaimal-Hanafi menyatakan hal yang tidak jauh berbeda dengan pernyataan Ibnu Aqilal-Hambali bahwa al-siyasahas-syar’iyyah adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk suatu kemaslahatan yang dianggapnya baik, padahal -syar’iyyah merupakan perbuatan seseorang. Bahansi merumuskan bahwa siyasah syar'iyyah adalah pengaturan untuk kemaslahatan umat manusia sesuai dengan ketentuan syara'. Sementara itu, fuqaha siyasah mendefinisikan syar'iyyah sebagai kewenangan penguasa/pemerintah untuk menjalankan kebijakan politik yang mengacu pada kemaslahatan peraturan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama, meskipun tidak ada dalil khusus untuk itu.

Dan dengan menganalisis definisi-definisi yang diberikan oleh para ahli di atas maka dapat ditemukan hakikat siyasah syar'iyyah yaitu: 57.

Ruang Lingkup Fiqh Siyasah

33. siyasah tasyri'iyah syar'iyah ialah menetapkan hukum yang sesuai dengan syar'iyah, siyasah kadhiyyah syar'iyah tentang keadilan yang sesuai di bawah syar'iyah, siyasah idariyah syar'iyah tentang pentadbiran yang sesuai dengan syar'iyah dan siyasah tanfidziyah syar'iyah. tentang pelaksanaan Syariah. a. Fiqh siyasah dusturiyyah merangkumi bidang kehidupan yang sangat luas dan kompleks, yang merangkumi bidang-bidang berikut: 64. Fiqh siyasah dauliyah, hubungan antarabangsa dalam Islam adalah berdasarkan sumber normatif bertulis dan sumber praktikal yang telah diterapkan oleh umat Islam dalam sejarah.

Jenis negara pertama dicirikan oleh kuasa sewenang-wenang (dipotisme) dan cenderung kepada undang-undang rimba. Jenis kedua negara terbahagi kepada tiga jenis iaitu yang pertama, negara hukum atau nomokrasi Islam (as-siyasah ad-diniyyah), ciri-ciri as-siyasah ad-diniyyah ialah kecuali al-Quran dan Sunnah, akal manusia berperanan dan berfungsi sama dalam kehidupan bernegara. Kedua, keadaan undang-undang sekular (al-siyasah al-„aqliyyah), jenis ini hanya berdasarkan undang-undang kerana akal manusia tanpa menghiraukan siyasah al-madaniyyah), sebuah negara yang diperintah oleh segelintir golongan elit menguasai sebahagian. golongan hamba yang tidak berhak mengundi

68 Muhammad Tahir Azhari, The Rule of Law “Kajian prinsip-prinsipnya dari perspektif hukum Islam, implementasinya pada periode Madinah dan saat ini, (Bogor: Kencana.

Tujuan Fiqh Siyasah

Berdasarkan pengertian linguistik di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Ahlu-Halli Wa al-„Aqdi secara istilah adalah orang-orang yang berhak membentuk suatu sistem dalam suatu negara dan membubarkannya kembali jika dipandang perlu. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2020 tentang Persyaratan Pemberian Asimilasi dan Hak Integritas bagi Narapidana dan Anak pada BAB II §§ 2 sd 8. Berikut isi Permenkumham Peraturan Hak asimilasi narapidana dan anak nomor 10 tahun 2020 pasal 2 sampai dengan 8.

Narapidana yang mendapat pembebasan bersyarat harus menjalani masa percobaan, yaitu selama satu tahun ditambah sisa pidana yang belum dijalaninya. Dasar hukum pembebasan bersyarat yang utama terdapat dalam Pasal 15 dan 16 KUHP, selain itu terdapat ketentuan pelaksanaan lainnya dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan. Selain ketentuan yang mengatur tentang syarat-syarat pemberian pembebasan bersyarat di atas, diatur pula dalam Pasal 16 KUHP.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020 tentang Persyaratan Pemberian Hak Asimilasi dan Integrasi bagi Narapidana dan Anak dalam Rangka Pencegahan Covid-19, § 8. Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2020 Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang persyaratan pemberian hak asimilasi dan integrasi bagi narapidana dan anak untuk mencegah Covid-19. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Pembebasan Terlebih Dahulu dan Cuti Bersyarat.

Fiqh Siyasah Dusturiyah

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020 Tantang

Pembebasan Narapidana

  • Hak Narapidana
  • Syarat-Syarat Pembebasan Narapidana
  • Pihak Wewenang Yang Memberikan

Pembebasan bersyarat dapat berjalan bersamaan dengan sistem menjalani hukuman di dalam sel, dan seorang terpidana berhak mendapatkan pembebasan bersyarat setelah menjalani dua pertiga dari masa hukumannya di dalam penjara. Dalam praktek pengawasan pembebasan bersyarat dilakukan oleh kejaksaan di tempat tinggal terpidana, di Belanda pembebasan bersyarat dapat diberikan untuk pidana seumur hidup jika pidananya telah dijalani selama tiga belas tahun. Di Prancis, pembebasan bersyarat dapat diberikan jika setengah dari hukuman telah dijalani, dan penjara seumur hidup dapat diberikan pembebasan bersyarat jika lima belas tahun telah dijalani.

Dalam kondisi darurat kesehatan akibat pandemi corona saat ini, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Pemasyarakatan yang mengatur pemberian remisi harus dikesampingkan. Ketentuan pencabutan pembebasan bersyarat, serta hal-hal sebagaimana dimaksud dalam bagian 15a, ayat 5, ditentukan oleh Menteri Kehakiman kami atas usul atau setelah menerima pemberitahuan dari tempat asal terpidana dari penuntut umum . Apabila penahanan tersebut diikuti dengan penangguhan sementara atau pencabutan pembebasan bersyarat, maka orang tersebut dianggap menjalani pidananya sejak saat penahanan.

“Pelaksanaan Asimilasi Pekerjaan Sosial terhadap Narapidana Dalam Fungsi Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 di Lapas Kelas 1 Lembang Semarang”, (Semarang: Universitas Negeri Semarang: 2018).

PEMBEBASAN NARAPIDANA DAN ANAK MENURUT

Pembebasan Narapidana Dalam Rangka Memutus Mata Rantai

ANALISIS PENELITIAN

Pandangan Figh Siyasah mengenai Pengawasan terhadap Asimilasi

PENUTUP

Kata “faqaha” diungkapkan dalam Al-Qur’an sebanyak 20 (dua puluh) kali, 19 (sembilan belas) dengan makna. Fiqh Siyasah ditafsirkan dalam konteks terjemahan sebagai bahan yang membincangkan tentang kenegaraan Islam (politik Islam). Dalil Kulliy, baik ayat al-Quran mahupun hadis, maqasidu syariah, dan pengajaran Islam dalam mengatur masyarakat tidak akan berubah walau bagaimana masyarakat berubah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fikih siyasah Dusturiyah adalah hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dan lembaga negara yang satu dengan warga negara lainnya dalam batas-batas administratif suatu negara. Kata-kata imam dalam al-Qur'an, baik dalam bentuk abstrak/tunggal maupun dalam bentuk jamak atau dalam bentuk idhafah disebutkan tidak kurang dari 12 kali. Kewenangan Imamah juga memiliki dua sisi yang menyatu: yang pertama adalah syar'i dan yang kedua adalah siyasi.

Jika Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai dua sumber legislasi Islam tidak menyebut Ahlu-Halli wa al-'Aqdi atau Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi sebutan ini hanya ada dalam fikih kita di bidang kebijakan agama dan keputusan-keputusan hukum esensial dari dasar-dasar secara komprehensif, maka dasar dari definisi ini dalam Al-Qur'an disebut Ulil Amri. Ulil amri adalah istilah syar'i yang terdapat dalam Al-Qur'an. Ulil amri dalam konteks semacam ini lebih terkesan pada sosok dan watak, atau sekelompok tokoh dan tokoh yang harus menuruti perintahnya asalkan sesuai dengan syara'. Sumber tersebut dinyatakan sebagai sistem pembinaan bagi pelaku dan sebagai tinjauan terhadap narapidana yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau memulihkan kesatuan hubungan antara narapidana dan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

“PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM MENGENAI HAK CUTI HAID DAN HAK CUTI MELAHIRKAN BAGI PEKERJA PEREMPUAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. Kaliaren Jaya Plywood,

Berdasarkan hasil penyebaran angket siswa, penelitian pertama dilakukan 20 siswa dari hasil angket yang diberikan oleh peneliti, mereka memnutuhkan bahan