• Tidak ada hasil yang ditemukan

tinjauan undang-undang nomor 41 tahun 2004 terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "tinjauan undang-undang nomor 41 tahun 2004 terhadap"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf juga mengatur fungsi wakaf produktif untuk pengembangan potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah dan masyarakat. 5 Nirsyad Muqisthi, Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif (Dalam Rangka Pemberdayaan Ummat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep (Makasar: Kantor Agama UIN Alauddin) berdasarkan masukan dari Majelis Ulama setempat dan Bupati. Dalam hal ini fokus peneliti pada penelitian wakaf di Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo terdapat tanah wakaf produktif berupa lahan basah (sawah) dan lahan kering (rawa).

“Revisi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Kinerja Nazhir Dalam Wakaf Produktif Di Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.”

Rumusan Masalah

Dari apa yang telah dijelaskan, peneliti ingin menganalisis bagaimana pengelolaan wakaf produktif yang dilaksanakan oleh organisasi/lembaga ditinjau dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, serta apa kelebihan dan kekurangan pengelolaan wakaf produktif pada organisasi kecamatan Sambit. Dengan demikian peneliti ingin mengambil judul tersebut. Bagaimana revisi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Kinerja Nazir dalam Penyaluran Manfaat Tanah Wakaf Produktif di Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Teoritis
  • Manfaat Praktis

Telaah Pustaka

Persamaan penelitian ini dengan penelitian ini terletak pada topik yang dibahas yaitu seputar wakaf produktif. 11Mutia Ulfah, Analisis Manajemen Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Meningkatkan Pemanfaatan Harta Wakaf (Studi Pengelolaan Nazar Wakaf Masjid Al-Furqon Kota Bandar Lampung), skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2019). Bagaimana tinjauan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf terhadap Nazir dalam pengelolaan wakaf produktif di Masjid Baitul Amin Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun?, 2.

Bagaimana revisi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf tentang Penggunaan Hasil Wakaf Produktif di Masjid Baitul Amin Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

Metode Penelitian

  • Jenis dan Pendekatan
  • Kehadiran Peneliti
  • Lokasi Penelitian
  • Data dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Wakaf

  • Pengertian Wakaf
  • Dasar Hukum Wakaf
  • Rukun dan Syarat Wakaf

Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo dan mengetahui bagaimana aset wakaf produktif ada. Data spesifik dalam penelitian ini adalah pengelolaan tanah wakaf produktif di masjid al-Lughowi desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo ditinjau dari undang-undang no. Deskripsi kinerja Nazir dalam pengelolaan wakaf produktif di Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.

Deskripsi kinerja Nazir dalam menyalurkan hasil produktif wakaf di Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Analisa UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf tentang Pengelolaan Wakaf Produktif pada Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Analisa UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf tentang Pembagian Hasil Hasil Tanah Wakaf Produktif di Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan.

Wakaf Produktif

  • Pengertian Wakaf Produktif

Nazhir

  • Pengertian Nazhir
  • Syarat-syarat Nazhir
  • Tugas dan Wewenang Nazhir

Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, pengertian nazhir terdapat pada Bab I, yaitu pihak yang menerima harta wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Dari persyaratan di atas terlihat bahwa Nazir menempati posisi yang sangat sentral dalam pola pengelolaan harta wakaf. Nazir memegang peranan yang sangat penting karena berkembang tidaknya harta wakaf, salah satunya sangat bergantung pada wakaf Nazir.

Pengelolaan dan pemanfaatan wakaf mempunyai fungsi dan tujuan untuk mengembangkan pengelolaan wakaf produktif, namun tetap dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah. Pengawasan terhadap wakaf dapat dilakukan dengan menyelidiki langsung para nazir mengenai pengelolaan harta wakaf. Pelaporan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia Pengelolaan harta wakaf termasuk pelaksanaan, pengembangan dan penggunaan hasilnya dilaporkan sebagai berikut.

Jendral Bimas ILSM secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali. 4) Laporan pengelolaan harta wakaf paling sedikit memuat: a.Nazhir menyerahkan tanah wakaf kepada petani yang kemudian hasilnya dibagi dua sesuai kesepakatan dalam akad. 28 Cut Endang Puspa Sari, “Kewenangan Nazir dalam Pengelolaan Wakaf (Studi Banding Ilmu Fikih dan UU RI Nomor 41 Tahun 2004), Vol.

Wakaf Produktif Pertanian

  • Pengertian Wakaf Produktif Pertanian
  • Model-model Pengelolaan Wakaf Produktif Pertanian
  • Pengelolaan Tanah Wakaf Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun

Ada beberapa metode pelaksanaan wakaf di sektor pertanian. salah satunya adalah model CrowdFunding, pengadaan properti wakaf atau tanah wakaf dalam pelaksanaan wakaf pertanian, pembiayaan pengadaan properti wakaf berasal dari dana masyarakat yang dihimpun oleh pengelola wakaf. Misalnya, era revolusi industri 4.0 saat ini telah memunculkan teknologi seperti blockchain yang memudahkan transaksi wakaf online dan mekanisme pelaporannya transparan. 31 Hasil penggalangan dana dengan cara ini akan digunakan dalam pengadaan properti wakaf atau tanah wakaf. untuk digunakan pada sektor pertanian. Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf menjelaskan bahwa harta hibahan dilarang untuk dijadikan jaminan, disita, dijual, diwariskan, ditukar atau dialihkan dalam bentuk peralihan hak lainnya.32.

41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa: Wakaf adalah perbuatan hukum Wakaf untuk membagi dan/atau menyerahkan sebagian hartanya untuk dipergunakan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan. Tujuan wakaf dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 4 menyatakan bahwa: Wakaf bermaksud menggunakan harta Wakaf sesuai dengan fungsinya. Menurut Pasal 5 UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf disebutkan bahwa Wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta wakaf untuk keperluan ibadah dan mewujudkan kesejahteraan umum.

Kemudian umat Islam lainnya dapat memanfaatkan benda wakaf sebagai fasilitas umum dan dapat mengambil manfaat darinya. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memerlukan penjamin maka digunakan lembaga penjamin syariah. 3) Pasal 44 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 menyatakan bahwa dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf, Nazir dilarang melakukan perubahan terhadap harta wakaf kecuali atas izin tertulis dari Badan Wakaf Indonesia. Yang di par. Izin sebagaimana dimaksud pada angka 1 hanya dapat diberikan apabila harta wakaf tidak dapat digunakan sesuai dengan penukaran yang ditentukan dalam gadai wakaf.34.

Penentuan peruntukan harta wakaf sebagaimana yang dimaksudkan dalam Perkara 22 dilakukan oleh Wakif semasa pelaksanaan janji wakaf. Sekiranya Wakif tidak menentukan peruntukan harta wakaf, nazir boleh menentukan peruntukan harta wakaf yang dilakukan mengikut tujuan dan fungsi wakaf.

PENGELOLAAN WAKF PRODUKTIF MASJID AL-LUGHOWI

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  • Sejarah Masjid Al-Lughowi

Tujuan didirikannya Masjid Al-Lughowi di Desa Bulu, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo mengacu pada bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Deskripsi Kinerja Nazir dalam Penatausahaan Tanah Wakaf Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Dalam hal ini sebagai nazhir Masjid AL-Lughowi telah melaksanakan sebagian tugas pengelolaan wakaf sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, yaitu nazhir wakaf telah mendaftarkan tanah wakaf produktif ke Kabupaten Ponorogo. Kantor Pertanahan, agar pihak wakaf mempunyai sertifikat tanah wakaf.

Mengenai luas tanah, Bapak Choirul Huda mengatakan, “untuk wakaf di Masjid Al-Lughowi luas tanah wakafnya adalah 1647m2.”5. Peneliti juga mewawancarai pengurus Masjid Al-Lughowi yang merupakan kyai/takmir wakaf yaitu KH. Hasil dari sawah wakaf menjadi milik para petani yang mengelola sendiri sawah wakaf tersebut, dan Masjid Al-Lughowi yang hanya menerima sebagian dari hasil tersebut.

Namun wakaf di Masjid Al-Lughowi Desa Bulu belum bisa dimanfaatkan secara maksimal dengan alasan nazir kurang memiliki kepedulian dalam mengelola tanah wakaf tersebut. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa nazir Masjid Al-Lughowi Desa Bulu tidak dipilih berdasarkan kemampuan dan keahlian. Wakaf tanah basah (beras) dan tanah kering (wet land) di Masjid Al-Lughowi Desa Bulu Kecamatan Sambit diperuntukkan untuk sarana ibadah sehingga tujuan wakaf dalam memajukan kesejahteraan umum tidak tercapai.

Pengelolaan wakaf Masjid Al-Lughowi mencapai keberhasilan dalam mencapai wakaf produktif yaitu dengan menggunakan metode bagi hasil. Masjid Al-Lughowi menggunakan sistem bagi hasil sehingga harta wakaf dapat menghasilkan uang yang nantinya digunakan lembaga untuk memenuhi kebutuhan masjid. Dari hasil wawancara, pendapatan hasil tanah wakaf digunakan untuk meningkatkan fasilitas dan membiayai operasional Masjid Al-Lughowi.

Terkait pengelolaan wakaf produktif, Masjid Al-Lughowi sesuai dengan UU no. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, namun pengelolaannya kurang produktif dan kurang optimal karena nazhir tidak memantau perkembangan tanah wakaf yang dikelolanya, padahal di sini nazhir mempunyai kedudukan yang sangat penting, sentral dalam pengelolaan tanah wakaf produktif.

PENUTUP

Kesimpulan

Tujuan dari UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf tentang kinerja nazhir dalam pengelolaan harta wakaf di Masjid AL-Lughowi dengan mendaftarkan tanah tersebut kepada badan pertanahan dengan memperoleh sertifikat tanah wakaf, dan sertifikat tanah tersebut menunjukkan bahwa nazhir telah berbuat atau berbuat. salah satu tugasnya dalam hal pengelolaan, sebagaimana diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004, Pasal 32, dan menggadaikan tanah wakaf dengan memperoleh akta gadai wakaf dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Badan Wakaf Indonesia. Oleh karena itu, Nadhir menerapkannya sesuai dengan UU No. 41 Tahun 2004 jo Pasal 11 Wakaf. Sedangkan pembagian pendapatan dari tanah wakaf produktif sesuai dengan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Pasal 44 Wakaf, namun dengan alasan tidak mengubah bentuk Wakaf dan masih sesuai peruntukannya.

Namun pengelolaan wakaf produktif kurang memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat dan meningkatkan peluang pengembangan kesejahteraan masyarakat.

Saran

Dalam pembagian pendapatan dari harta wakaf harus dipertegas bahwa pendapatan tersebut dapat digunakan untuk kemaslahatan umat. Sehingga hasil dari penggunaan beras wakaf pun bisa terlihat bagus dan perlu dicatat agar pendapatan apapun dapat dikembangkan secara berkala. Ghanny Astika Rahmah dan Fetwa Nur, “Indeks Sastra Wakaf Generasi Milenial,” Majalah Tabarru': Perbankan dan Keuangan Islam 4 (Mei 2021).

Najib Mohamad Ainun dan Najmudin, “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Melalui Pengelolaan Harta Wakaf Berbasis Skema Mudhorobah dan Ijarah”, Ghifary Abbad, Pengelolaan Wakaf Produktif untuk Kesejahteraan Masyarakat di Desa Geuceu Komplek Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh, Disertasi, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2020) Ulfah Mutia, Analisis Manajemen Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Peningkatan Manfaat Harta Wakaf (Studi Pengelolaan Wakaf Nazir Pada Masjid Al-Furqon Kota Bandar Lampung), skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2019).

Adiana Elisa Yesli, Analisis Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Yayasan Pondok Pesantren Nurul Iman Silau Dunia, Skripsi, (Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan, 2020). Nurcahyani Narulita, Revisi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Tentang Tugas Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Produktif Di Masjid Baitul Amin Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun Teza (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2021.

Referensi

Dokumen terkait